Jurnal Inkuiri
Jurnal Inkuiri
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran sains yang sering dianggap
sulit oleh siswa. Kesulitan dalam mempelajari ilmu kimia terkait dengan
karakteristik ilmu kimia, antara lain: materi ilmu kimia mayoritas bersifat abstrak,
sifat materi ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat. Berdasarkan
karakteristik ilmu kimia di atas, kegiatan pembelajaran hendaknya menggunakan
model pembelajaran yang tepat. Salah satu materi kimia yang diajarkan adalah
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Materi ini akan lebih mudah dipahami
siswa jika dilakukan dengan disertai kegiatan praktikum. Untuk itu ada beberapa
model pembelajaran yang dapat diusulkan agar siswa dapat lebih mudah
memahami karakteristik materi ini, salah satunya adalah model pembelajaran
inkuiri. Menurut Pavelich dan Abraham (2011:3), model pembelajaran inkuiri
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inkuiri terbuka/ bebas (free inquiry) dan
inkuiri terbimbing (guided inquiry). Model pembelajaran inkuiri terbuka/ bebas
merupakan model pembelajaran inkuiri yang memberikan kebebasan kepada
siswa untuk mencari atau merumuskan masalah tentang topik yang dipilih guru
dan merencanakan sendiri penyelidikannya (Depdiknas, 2008:12), sedangkan
dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing suatu masalah dirumuskan oleh
guru dan siswa dibimbing untuk memecahkannya. Beberapa tahapan yang
dilakukan selama menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu
merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis
data, dan membuat kesimpulan. Rumusan masalah
METODE
penelitian adalah siswa kelas X-IPA SMA Negeri 2 Malang. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen perlakuan (silabus, RPP,
Handout, dan LKS) dan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa. Instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa pada materi larutan elektrolit
dan nonelektrolit berjumlah 35 soal tes obyektif dan masing-masing soal memiliki
5 alternatif jawaban.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen perlakuan dan
instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan merupakan instrumen yang digunakan
untuk memberi perlakuan kepada siswa selama proses pembelajaran. Instrumen ini
berupa silabus pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hand out dan
LKS yang disusun berdasarkan standard kompetensi dasar. Instrumen pengukuran dalam
penelitian ini, yaitu instrumen untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. Instrumen
yang digunakan untuk mengambil data hasil belajar kognitif berupa soal tes
pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban yang memiliki validitas butir soal
antara 0,520-0,629; tingkat kesukaran butir soal antara 0,572-0,886; daya beda
butir soal antara 0,235-0,471 dan reliabilitasnya sebesar 0,924. Untuk mengukur
hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa digunakan lembar observasi.
Pada penelitian ini diperoleh dua data siswa. Pertama, data kemampuan
awal siswa berupa nilai tes materi reaksi redoks. Kedua, data hasil belajar siswa
yang diperoleh dari merata-rata nilai tes larutan elektrolit dan nonelektrolit.
Analisis data hasil belajar siswa dilakukan dengan menggunakan uji t
independent, yang terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis berupa uji
normalitas dan uji homogenitas varian.
HASIL
Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa
Data kemampuan awal siswa diperoleh dari hasil ulangan harian materi
reaksi redoks. Sedangkan hasil belajar siswa diperoleh dari rata-rata hasil ulangan
harian materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Deskripsi data kemampuan awal
siswa dan hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel .
Tabel 3.1 Data Kemampuan Awal Siswa dan Hasil Belajar
Uraian
Jumlah siswa
Rata-rata
Median
Nilai tertinggi
Nilai terendah
36
76,72
80,50
94,00
33,00
36
86,50
85,59
100,00
76,00
kelas memiliki kemampuan awal yang sama dan untuk pengujian hipotesis
dianalisis menggunakan uji t independent dengan bantuan SPSS 17.0 for
Windows. Sebelum diuji perlu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas varian. Berdasarkan hasil uji persyaratan analisis
diperoleh bahwa data kemampuan awal dan hasil belajar siswa memiliki sebaran
normal dan memiliki ragam yang homogen. Hasil uji t independent, dapat dilihat
pada Tabel 3.2 dibawah ini:
Kemampuan Awal
Hasil Belajar
df
69
69
Nilai Signifikansi
0,993
0,012
PENUTUP
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil uji-t pada taraf signifikansi = 0,05 dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan hasil belajar kognitif antara siswa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran ceramah-praktikum. Nilai rata-rata siswa yang
diajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing (92,97) lebih tinggi
daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran ceramah-praktikum
(86,50)
Saran
Apabila ingin menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing perlu
mempertimbangkan waktu pembelajaran karena siswa belum terbiasa dengan
model pembelajaran inkuiri terbimbing dan guru kimia sebaiknya mengulang
konsep dasar yang berkaitan dengan materi larutan elektrolit dan larutan non
elektrolit, serta merancang strategi pembelajarannya disesuaikan karakteristik
materinya
DAFTAR RUJUKAN
Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia.
Surabaya: Airlangga Universitas Press.
Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia
Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sastrawijaya, T. 1988. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti PPLPTK.
Setiawan, Dhidik. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terhadap
Ketuntasan Hasil Belajar Siswa di SMKN 3 Buduran Sidoarjo. Jurnal
Pendidikan Teknik Elektro , 2 (1): 303-304.
Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta