Anda di halaman 1dari 11

Home Dasar-Dasar Islam Aqidah Hal-hal yang Membatalkan Syahadat (Bagian 1)

Hal-hal yang Membatalkan Syahadat


(Bagian 1)
Rubrik: Aqidah | Oleh: dakwatuna.com - 02/11/07 | 12:29 | 21 Shawwal 1428 H

Ada 12 komentar

25.378 Hits

Iklan negatif? Laporkan!

Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat seseorang berarti telah mempersaksikan diri sebagai
hamba Allah semata. Kalimat Lailaaha illallahu dan Muhammadur rasulullah selalu membekas
dalam jiwanya dan menggerakkan anggota tubuhnya agar tidak menyembah selain Allah.
Baginya hanya Allah sebagai Tuhan yang harus ditaati, diikuti ajaranNya, dipatuhi perintahnya,
dan dijauhi laranganNya. Caranya bagaimana, lihatlah pribadi Rasulullah saw. sebab dialah
contoh hamba Allah sejati.
Dalam pembukaan surat Al-Israa, Allah telah mendeklarasikan bahwa Rasulullah saw. adalah
hambaNya.
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan
kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui. [QS. Al Israa (17): 1]
Begitu juga dalam pembukaan surat Al-Kahfi, Allah menegaskan bahwa Rasulullah adalah
hambaNya yang mendapat bimbingan Al-Quran.
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Quran) dan dia
tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya. [QS. Al-Kahfi (18): 1]
Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa makna dua kalimat syahadat yang intinya adalah tauhid
harus benar-benar tercermin dalam jiwa dan perbuatan orang yang mengikrarkannya. Dan bagi
orang yang mengikrarkan syahadatain itu bentuk pengakuan dirinya sebagai hamba Allah.
Sebagai hamba Allah, orang yang berikrar tadi tidak ada pilihan kecuali mencontoh pribadi
Rasulullah saw. dalam segala sisi kehidupannya, baik dari sisi akidah dan ibadah, maupun sisisisi lainnya seperti sikapnya terhadap istri dan pelayannya di rumah, pergaulannya bersamasahabatnya, akhlaknya dalam melakukan tansaksi bisnis dan kepemimpinannya sebagai kepala

Negara. Kenapa? Karena Rasulullah adalah seorang hamba Allah sejati yang memang dibentuk
sebagai figur ideal yang wajib dicontoh akhlaknya.
Untuk menjaga kemurnian tauhid, seperti yang dicontohkan Rasulullah saw., seorang hamba
hendaknya menghindar jauh-jauh dari hal-hal yang merusak kemurnian tauhid sebagai cerminan
dua kalimat syahadat tersebut. Setidaknya ada tiga hal yang bisa membatalkan syahadatnya,
yaitu asy-syirku (menyekutukan Allah), al-ilhaadu (menyimpang dari kebenaran), dan annifaaku (berwajah dua, menampakkan diri sebagai muslim, sementara hatinya kafir).
Syirik (menyekutukan Allah)
Definisi syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara dzat, sifat,
perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa dzat Allah
seperti dzat makhlukNya. Akidah ini dianut oleh kelompok mujassimah. Syirik secara sifat
artinya seseorang meyakini bahwa sifat-sifat makhluk sama dengan sifat-sifat Allah. Dengan kata
lain, mahluk mempunyai sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah. Tidak ada bedanya sama sekali.
Sedangkan syirik secara perbuatan artinya seseorang meyakini bahwa makhluk mengatur alam
semesta dan rezeki manusia seperti yang telah diperbuat Allah selama ini. Sedangkan syirik
secara ibadah artinya seseorang menyembah selain Allah dan mengagungkannya seperti
mengagungkan Allah serta mencintainya seperti mencintai Allah. Syrik-syirik dalam pengertian
tersebut, secara eksplisit maupun implisit, telah ditolak oleh Islam. Karenanya, seorang muslim
harus benar-benar berhat-hati dan menghindar jauh-jauh dari syirik-syirik seperti yang telah
diterangkan di atas.
Contoh bentuk-bentuk syirik ada banyak. Di antaranya, pertama, menyembah patung atau
berhala (al-ashnaam). Allah swt. menyebutnya dalam ayat berikut ini.
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi
Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu
semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah
olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. [QS. Al Hajj (22):
30]
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya, Wahai Bapakku, mengapa kamu menyembah
sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? [QS.
Maryam (19): 42]
Menyembah matahari adalah bentuk syirik yang kedua. Allah menolak orang-orang yang
menyebah matahari, bulan, dan atau bintang.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. [QS. Al Araaf (7): 54]

Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan.
Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah
kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. [QS.
Fushshilat (41): 37]
Bentuk syirik yang ketiga adalah menyembah malaikat dan jin.
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang
menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan) bahwasanya Allah
mempunyai anak laki-laki dan perempuan, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah
dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. [QS. Al Anaam (6): 100]
Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah
berfirman kepada malaikat, Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu? Malaikat-malaikat
itu menjawab, Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka. Bahkan mereka
telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.. [QS. Saba (34): 40-41]
Bentuk syirik keempat adalah menyembah para nabi, seperti Nabi Isa a.s. yang disembah kaum
Nasrani dan Uzair yang disembah kaum Yahudi. Keduanya sama-sama dianggap anak Allah.
Orang-orang Yahudi berkata, Uzair itu putera Allah, dan orang-orang Nasrani berkata, Al
masih itu putera Allah. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru
perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai
berpaling? [QS. At-Taubah (9): 30]
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih
putera Maryam. Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku
dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti
Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orangorang zalim itu seorang penolongpun. [QS. Al-Maidah (5): 72]
Bentuk syirik yang kelima adalah menyembah rahib atau pendeta. Allah berfirman, Mereka
menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga
mereka mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah
Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan.
Adi bin Hatim r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai hal tersebut, seraya berkata,
Sebenarnya mereka tidak menyembah pendeta atau rahib mereka. Rasululah saw. menjawab,
Benar, tetapi para rahib atau pendeta itu telah mengharamkan yang halal dan menghalalkan
yang haram, sementara mereka mengikutinya. Bukankah itu tindak penyembahan terhadap
mereka?
Bentuk syirik yang keenam, menyembah Thaghuut. Istilah thaghuut diambil dari kata thughyaan
artinya melampaui batas. Maksudnya, segala sesuatu yang disembah selain Allah. Setiap seruan
para rasul intinya adalah mengajak kepada tauhid dan menjauhi thaghuut. Allah berfirman, Dan

sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu. Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rasul-rasul). [QS. An-Nahl (16): 36].
Dan tauhid yang murni tidak akan bisa dicapai tanpa menghindar dari menyembah thaghuut.
Allah berfirman, Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thaghuut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. Al-Baqarah
(2): 256]
Allah bangga dengan orang-orang beriman yang menjauhi thaghuut. Dan orang-orang yang
menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita
gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku. [QS. Az-Zumar (39): 17]
Bentuk syirik yang ketujuh adalah menyembah hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kecendrungan
untuk melakukan keburukan. Seseorang yang menuhankan hawa nafsu, mengutamakan
keinginan nafsunya di atas cintanya kepada Allah. Dengan demikian ia telah mentaati hawa
nafsunya dan menyembahnya. Allah berfirman, Terangkanlah kepadaku tentang orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara
atasnya? [QS. Al-Furqaan (25): 43]
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan
Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran
dan hatinya, dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran? [QS. Al-Jatsiyah (45): 23]
Macam-macam Syirik
Ada dua macam syirik, yaitu syirik besar dan syirik kecil. Masing-masing dari kedua macam ini
mempunyai dua dimesi: zhahir (tampak) dan khafiy (tersembunyi).
Syirik besar (asy-syirkul akbar) adalah tindakan menyekutukan Allah dengan makhlukNya.
Dikatakan syirik besar karena pelakunya tidak akan diampuni dosanya dan tidak akan masuk
surga. Allah berfirman, Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia; dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka
sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. [QS. An-Nisaa (4): 116]
Syirik besar ini dibagi dua dimensi: zhahir dan kafiy. Contoh syirik besat yang zhahir adalah
seperti menyembah bintang, matahari, bulan, patung-patung, batu-batu, pohon-pohon besar, dan
manusia (seperti menyembah Firun, raja-raja, Budha, Isa bin Maryam, malaikat, jin dan Setan).
Sementara yang khafiy bisa dicontohkan seperti meminta kepada orang-orang yang sudah mati

dengan keyakinan bahwa mereka bisa memenuhi apa yang mereka yakini, atau menjadikan
seseorang sebagai pembuat hukum, menghalalkan dan mengharamkan seperti yang seharusnya
menjadi hak Allah swt.
Adapun syirik kecil (asy-syirkul ashghar) adalah suatu tindakan yang mengarah kepada syirik,
tetapi belum sampai ke tingkat keluar dari tauhid, hanya saja mengurangi kemurniannya. Syirik
kecil juga dua dimensi: dzahir dan khafiy. Yang zhahir bisa berupa lafal (pernyataan) dan
perbuatan.
Contoh yang berupa lafal adalah bersumpah dengan nama selain Allah dan mengarah ke syirik
seperti demi Nabi, demi Kabah, demi kakek dan nenek. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw.
bersabda, Man halafa bighairillahi faqad kafara wa asyraka (siapa yang bersumpah dengan
selain Allah, maka ia kafir dan musyrik). (HR. Turmidzi nomor 1535). Termasuk lafal yang
mengarah ke syirik pernyataan, Kalau tidak karena Allah dan si fulan niscaya ini tidak akan
terjadi. Contoh yang lain adalah memberikan nama anak dengan Abdul Kabah dan lain
sebagainya.
Adapun contoh syirik kecil zhahir yang berupa perbuatan seperti mengalungkan jimat dengan
keyakinan bahwa itu bisa menyelamatkan dari mara bahaya.
Syirik kecil yang khafiy biasanya berupa niat atau keinginan, seperti riya dan sumah. Yaitu
melakukan tindak ketaatan kepada Allah dengan niat ingin dipuji orang. Seperti menegakkan
shalat dengan tampak khusyu karena sedang di samping calon mertua. Seseorang berbuat seperti
itu dengan harapan supaya dipuji sebagai orang shalih. Padahal di saat sendirian, shalatnya tidak
demikian. Riya adalah termasuk dosa hati yang sangat berbahaya. Karena itu, Islam sangat
memperhatikan sebab perbuatan hati adalah faktor yang menentukan bagi baik tidaknya
perbuatan zhahir.
Allah berfirman, Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak
menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir. [QS. Al-Baqarah (2): 264]
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda, Man sammaa sammallahu bihii, waman
yaraaii yaraaillahu bihii (siapa yang menampakkan amalnya dengan maksud riya Allah akan
menyingkapnya di hari Kiamat, dan siapa yang menunjukkan amal shalihnya dengan maksud
ingin dipuji orang, Allah mengeluarkan rahasia tersebut di hari Kiamat). (HR. Bukhari 11/288
dan Muslim nomor 2987)
Bahaya-bahaya Syirik
Perbuatan syirik sangat berbahaya. Berikut ini beberapa bahaya yang akan menimpa orang-orang
pelaku syirik.

Pertama, syirik adalah kezhaliman yang nyata. Allah berfirman, Innasy syirka ladzlumun adziim
(sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar). [QS.
Luqman (31): 13]. Mengapa disebut kezhaliman yang besar? Sebab dengan berbuat syirik
seseorang telah menjadikan dirinya sebagai hamba makhluk yang sama dengan dirinya yang
tidak berdaya apa-apa.
Kedua, syirik merupakan sumber khurafat. Sebab, orang-orang yang meyakini bahwa selain
Allah seperti bintang, matahari, kayu besar dan lain sebagainya bisa memberikan manfaat atau
bahaya, berarti ia telah siap melakukan segala khurafat dengan mendatangi para dukun, kuburankuburan angker, dan mengalungkan jimat di lehernya.
Ketiga, syirik adalah sumber ketakutan dan kesengsaraan. Allah berfirman, Akan Kami
masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan
Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat
kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang
zhalim. [QS. Ali Imran (3): 151]
Keempat, syirik merendahkan derajat kemanusiaan si pelakunya. Allah berfirman, Barangsiapa
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu
disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. [QS. Al-Hajj (22): 31]
Kelima, syirik menghancurkan kecerdasan manusia. Allah berfirman, Dan mereka menyembah
selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan
tidak (pula) kemanfaatan. Dan mereka berkata, Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami
di sisi Allah. Katakanlah, Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahuiNya baik di langit dan tidak (pula) di bumi? Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka mempersekutukan (itu). [QS. Yunus (10): 18]
Keenam, di akhirat nanti orang-orang musyrik tidak akan mendapatkan ampunan Allah dan akan
masuk neraka selama-lamanya. Allah berfirman, Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu
bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. [QS. An-Nisaa (4): 116]
Allah juga berfirman, Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada
bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. [QS. Al-Maidah (5): 72]
Sebab-sebab Syirik
Ada tiga sebab fundamental munculnya prilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dhaful iiman
(lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara membabi-buta).
Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam
disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang
salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik.

Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecendrungan berbuat syirik semakin
kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan utama.
Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak tahu bagaimana
seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para dukun
sebagai narasumber yang sangat mereka agungkan.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dhaful iimaan (lemahnya iman). Seorang yang imannya
lemah cendrung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut
kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika
seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatanperbuatan syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke
kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden, atau selalu merujuk
kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap memikat hati orang banyak.
Taqliid sebab yang ketiga. Al-Quran selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang
menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak nenek
moyang mereka. Allah berfirman, Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka
berkata, Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah
menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah, Sesungguhnya Allah tidak menyuruh
(mengerjakan) perbuatan yang keji. Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang
tidak kamu ketahui? [QS. Al-Araf (7): 28]
Dan apabila dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah. Mereka
menjawab, (Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka
itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk? [QS. Al-Baqarah (2): 170]
Apabila dikatakan kepada mereka, Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti
Rasul. Mereka menjawab, Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? [QS.
Al-Maidah (5): 104]
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2007/11/02/295/hal-hal-yang-membatalkan-syahadatbagian-1/#ixzz3TZ8HrASL
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Home Dasar-Dasar Islam Aqidah Hal-hal yang Membatalkan Syahadat (Bagian 2)

Hal-hal yang Membatalkan Syahadat


(Bagian 2)

Rubrik: Aqidah | Oleh: dakwatuna.com - 02/11/07 | 12:33 | 21 Shawwal 1428 H

Belum ada komentar

11.400 Hits

Iklan negatif? Laporkan!

Al-Ilhaadu (Menyimpang Dari Kebenaran)


Istilah Al-Ilhaadu digunakan Al-Quran di banyak tempat. Kadang berbentuk kata yulhiduun
seperti di surat Al-Araf (7): 180, An-Nahl (16): 103, dan Fushshilat (41): 40.


Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul
husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
[QS. Al-Araf (7): 180]

Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, Sesungguhnya Al-Quran itu
diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). Padahal bahasa orang yang mereka
tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa `ajam, sedang Al-Quran adalah dalam
bahasa Arab yang terang. [QS. An-Nahl (16): 103]


Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidaktersembunyi dari
Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orangorang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki;
sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [QS. Fushshilat (41): 40]
Kadang munucul dalam berbentuk kata ilhaad seperti dalam surat Al-Hajj (22): 25 ini.


Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidil
Haram yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di
padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya
akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih.

Dan kadang berbentuk kata multahadaa seperti di surat Al-Kahfi (18): 27 dan Al-Jin (72): 22.

Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al-Quran). Tidak ada
(seorangpun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat
menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya. [QS. Al-Kahfi (18): 27]

Katakanlah, Sesungguhnya sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (azab)
Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya. [QS. AlJin (72): 22.
Arti al-ilhaad menurut para ulama
Al-Farra mengatakan bahwa kata yulhiduun atau yalhaduun artinya condong kepadanya. Imam
Al-Harrani dari Ibn Sikkit mengatakan, al-mulhid artinya orang yang menyimpang dari
kebenaran, dan memasukkan sesuatu yang lain kepadanya.
Dalam Lisanul Arab dikatakan, al-ilhaad artinya menyimpang dari maksud yang sebenarnya.
Meragukan Allah juga termasuk ilhaad. Dikatakan juga bahwa setiap tindak kedzaliman dalam
bahasa Arab disebut ilhaad. Karenanya, dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa monopoli
makanan di Tanah Haram itu termasul ilhad. Ketika dikatakan laa tulhid fil hayaati itu artinya
jangan kau menyimpang dari kebenaran selama hidupmu.
Imam Ashfahani dalam bukunya Mufradaat Alfazhil Quran mengatakan bahwa kata al-ilhaad
artinya menyimpang dari kebenaran. Dalam hal ini kata Al Ashfahani ada dua makna:
pertama, ilhad yang identik dengan syirik, bila ini dilakukan maka otomatis seseorang menjadi
kafir. Kedua, ilhad yang mendekati syirik, ini tidak membuat seseorang menjadi kafir, tetapi
setidaknya telah mengurangi kemurnian tauhidnya. Termasuk sikap ini apa yang diganbarkan
dalam firman Allah berikut ini.

Siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zhalim, niscaya akan Kami
rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih. [QS. Al-Hajj (22): 25]
Dalam menafsirkan ayat ( dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-Nya), Imam Al-Ashfahani
menyebutkan bahwa ada dua macam dalam ilhaad kepada nama-nama Allah: pertama, mensifati
Allah dengan sifat-sifat yang tidak pantas disebut sebagai sifat Allah, dan kedua, menafsirkan
nama-nama Allah dengan makna yang tidak sesuai dengan keagunganNya (lihat Mufradat
Alfaazhul Quran halaman 737).
Hakikat Ilhad

Berdasarkan keterangan di atas, baik ditinjau dari segi bahasa maupun definisi yang disampaikan
para ulama, tampak bahwa istilah ilhad digunakan untuk segala tindakan yang menyimpang dari
kebenaran. Jadi, setiap penyimpangan dari kebenaran disebut ilhad. Tetapi secara definitif istilah
ini khusus digunakan untuk sikap yang menafikan sifat-sifat, nama-nama, dan perbuatan Allah.
Dengan kata lain, para mulhidun adalah mereka yang tidak percaya adanya sifat-sifat, namanama, dan perbuatan Allah.
Berbeda dengan kafir yang di dalamnya bisa berupa pengingkaran kepada Allah,
menyekutukannya, dan pengingkaran terhadap nikmat-nikmatNya, ilhad lebih kepada
pengingkaran sifat-sifat, nama-nama, dan perbuatan Allah saja. Dari sini tampak bahwa tidak
setiap kafir itu ilhad. Karenanya seperti dikatakan dalam buku Al-Furuuq Al-Lughawiyah
orang-orang Yahudi dan Nasrani sekalipun mereka tergolong kafir, tetapi mereka tidak termasuk
mulhiduun. Tetapi setiap tindakan ilhad itu termasuk kafir.
Bahaya-bahaya ilhaad
Pertama, bahwa para ulama sepakat bahwa tauhid mempunyai tiga dimensi, yaitu tauhid
uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma wa sifat. Karena ilhad adalah tindakan menafikan
sifa-sifat, nama-nama, dan perbuatan Allah, maka dengan melakukan ilhad seseorang telah
menghapus satu dimensi dari dimensi tauhid yang sudah baku. Para ulama sepakat bahwa
mengingkari salah satu dari dimensi-dimensi tauhid adalah kafir. Karena itu orang-orang mulhid
tergolong orang kafir.
Kedua, bahwa dengan menafikan sifat-sfat dan nama-nama Allah berarti seseorang telah
mengingkari ayat-ayat Al-Quran yang menegaskan adanya nama-nama dan sifat-sifat Allah.
Para ulama sepakat bahwa mengingkari satu ayat dari ayat-ayat Al-Quran adalah kafir.
Ketiga, bahwa mengingkari perbuatan Allah berarti mengingkari segala wujud di alam ini
sebagai ciptaanNya. Bila ini yang diyakini berarti telah mengingkari kekuasaan Allah sebagai
Pencipta. Mengingkari kekuasaan Allah adalah kafir.
An-Nifaaqu (Wajahnya Islam, Hatinya Kafir)
Imam Al-Ashfahani menerangkan bahwa an-nifaaq diambil dari kata an-nafaq artinya jalan
tembus. Dalam Al-Quran dikatakan:





Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat
membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mu`jizat kepada
mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua
dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil. [QS. AlAnaam (6): 35]

Orang Arab berkata, naafaqal yarbu binatang yarbu telah melakukan nifak, karena ia masuk ke
satu lubang lalu keluar dari lubang yang lain. Dalam pengertian ini kata an-nifaaq digunakan.
Sebab orang-orang munafik ketika bertemu dengan orang-orang Islam, mereka suka
menampakkan dirinya sebagai seorang muslim. Sementara ketika bertemu dengan kawan-kawan
mereka sesama kafir, mereka kembali lagi ke wajah mereka yang asli sebagai orang-orang kafir.
Karenanya Allah berfirman, Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang
fasik. [QS. At-Taubah (9): 67]
Ciri-ciri orang munafik
Di pembukaan surat Al-Baqarah, setelah menceritakan ciri-ciri orang-orang beriman dan ciri-ciri
orang-orang kafir, Allah lalu menceritakan ciri-ciri orang-orang munafik secara panjang lebar.
Ringkasnya sebagai berikut: (a) di mulut mereka mengatakan beriman kepada Allah dan hari
Kiamat, sementara hati mereka kafir [lihat QS. Al-Baqarah (2): 8-10]. (b) Ketika dikatakan
kepada mereka agar jangan berbuat kerusakan, mereka mengaku berbuat baik [lihat QS. AlBaqarah (2): 11-12]. (c) Ketika bertemu dengan orang-orang beriman, mereka menampakan
keimanan. Tetapi ketika kembali ke kawan-kawan mereka sesama setan, mereka kembali kafir.
(d) Ibarat orang berbisnis, mereka sedang membeli kekafiran dengan keimanan. Sebab setiap saat
wajah mereka berganti-ganti tergantung dengan siapa mereka pada saat itu sedang bersama. (e)
Ibarat pejalan dalam kegelapan, setiap kali mereka menyalakan obor, seketika obor itu padam
kembali. (d) Ibarat orang-orang yang ketakutan mendengarkan petir saat hujan turun, mereka
selalu menutup telinga karena takut kebenaran yang disampaikan Rasulullah saw. masuk ke hati
mereka.
Demikianlah hal-hal yang merusak kemurnian tauhid (baca: menghancurkan makna dua kalimat
syahadat), yang secara singkat setidaknya ada tiga: asy-syriku, al-ilhaadu, dan an-nifaqu.
Masing-masing dari komponen tersebut mempunyai tujuan sendiri, hanya saja syirik lebih
mengarah kepada sikap menyekutukan Allah, sementara ilhad lebih mengarah kepada sikap
menafikan sifat, asma, dan perbuatan Allah. Adapun nifaq lebih mengarah kepada penampilan
dengan wajah dua. Tetapi ujung-ujungnya sama: kekafira
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2007/11/02/296/hal-hal-yang-membatalkan-syahadatbagian-2/#ixzz3TZBoFwcj
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Anda mungkin juga menyukai