Anda di halaman 1dari 23

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Tinjauan Penelitian Terdahulu


Menurut pengetauan peneliti, penelitian tentang Hubungan Pengetahuan,

Sikap dan Dukungan Keluarga dalam memilih tempat persalinan di Wilayah Kerja
UPT Pelkesmas Rantau Selamat Kab.Aceh Timur Tahun 2014, Belum pernah di
lakukan sebelumnya ,tetapi ada penelian yang hampir serupa yaitu :
Handayani. R, (2005), berjudul Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemilihan Tempat Pelayanan Persalinan Pada Keluarga Miskin (Gakin) Di Wilayah
Kerja Puskesmas Playen I Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005, penelitian

78

responden dari keluarga miskin pada persalinan selama tahun 2004, yang terdiri dari
32 responden dengan pemilihan tempat pelayanan persalinan pada tempat pelayanan
yang sesuai dan 46 responden dengan pemilihan tempat pelayanan persalinan pada
tempat pelayanan yang tidak sesuai, dengan perbandingan secara proporsional.
Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling, dengan cara
menggunakan tabel random. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara pengetahuan (p=0,039), tingkat pendidikan (p=0,050), dan
dukungan suami (p=0,047), dengan pemilihan tempat pelayanan persalinan pada
keluarga miskin. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap, dan jarak dari
rumah ke tempat pelayanan persalinan dengan pemilihan tempat pelayanan
persalinan pada keluarga miskin.

10

Sekarwuni, dkk ( 2011) Perubahan Pemilihan Penolong Dan Tempat Persalinan


Ibu Multipara Di Daerah Pedesaan Kecamatan Pajukukang Kabupaten Bantaeng,
Penelitian dilakukan dengan membandingkan dua pola persalinan terakhir ibu
multipara. Sebanyak 78 ibu multipara

yang diwawancarai di daerah pedesaan

Kabupaten Bantaeng. Daftar ibu multipara diperoleh dari kohort ibu bersalin. Hasil
Penelitian ini didapatkan sebesar 21,79% ibu multipara yang sebelumnya bersalin
didukun beralih ke tenaga kesehatan. Berdasarkan tempat persalinan, 20,51% ibu
multipara beralih tempat persalinannya dari rumah ke fasilitas kesehatan. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa kepemilikan asuransi kesehatan memiliki
hubungan dengan perubahan penolong persalinan dari dukun ke tenaga kesehatan.
Frekuensi kunjungan antenatal care (ANC), komplikasi persalinan dan kepemilikan
asuransi kesehatan memiliki hubungan dengan perubahan tempat persalinan yang
dilakukan oleh ibu multipara dari rumah ke fasilitas kesehatan (p < 0,05).
Dikarnanya perlu dilakukan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai
adanya persalinan aman dan program persalinan gratis melalui penyuluhan pada saat
kunjungan ANC sehingga ibu multipara lebih banyak yang beralih penolong
persalinan ke tenaga kesehatan dan difasilitas kesehatan.
Triani Wulan Sari (2010), menyatakan Pemanfaatan pelayanan kesehatan dapat
dilihat berdasarkan tempat pertolongan persalinan. Hal ini akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain demografi, sosial, pengambilan keputusan dan jarak.
tujuan penelitian adalah mengetahui karakteristik sosiodemografi ibu bersalin di

11

Kelurahan Sendangmulyo dalam memilih tempat persalinan. Sampel sebanyak 73


responden, Hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden dengan karakteristik
sosiodemografi umur tidak beresiko, pendidikan menengah, pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga dan pendapatan keluarga tinggi memilih rumah sakit umum sebagai
tempat pertolongan persalinan. Rumah sakit umum yang dipilih oleh sebagian
responden berada di sebelah barat dan di luar wilayah Kelurahan Sendangmulyo.
Daerah tersebut merupakan daerah di tengah Kota Semarang. Responden dengan
karakteristik sosiodemografi yang berbeda cenderung memilih tempat persalinan
yang sama yaitu rumah sakit umum. Jarak yang di tempuh oleh responden adalah
120-12400 meter.
Hasil penelitian Amilatur Rizki, dkk (2013), menunjukkan Salah satu upaya
terobosan yang terbukti mampu meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh
tenaga kesehatan) dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program ini, dapat
meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan persalinan yang aman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan ibu tentang program perencanaan persalinan dan
pencegahan koplikasi (P4K) dengan pemilihan tempat persalinan. Desain penelitian
ini menggunakan metode deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang ada di Puskesmas Kajen I
Pekalongan tahun 2013. Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan total
sampling dengan responden sejumlah 64 orang. Pengumpulan data dengan

12

menggunakan kuosioner dan metode wawancara. Analisa hasil penelitian


menggunakan uji chi square dan diperoleh hasil p value = 0.000 (p value < 0.05),
berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dengan pemilihan tempat
persalinan. Saran bagi tenaga kesehatan sebaiknya dapat lebih memberi arahan
kepada ibu untuk merencanakan persalinan yang aman dengan memilih tempat
persalinan di fasilitas tenaga kesehatan, dan mampu menyediakan sarana dan
prasarana untuk pelayanan persalinan yang aman.
Hasil penelitian Oktaviani.N, dkk (2012), Sebanyak 20% persalinan di Desa
Nagrak Kabupaten Subang, masih ditolong dukun dan 45% persalinan dilakukan di
rumah sebagaian besar karena alasan ekonomi. Jampersal dimaksudkan untuk
menghilangkan hambatan finansial bagi ibu hamil untuk mendapatkan jaminan
persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh program
Jampersal terhadap pemilihan tempat dan penolong persalinan di Desa Nagrak
Kecamatan Ciater Kabupaten Subang. Hasil penelitian didapatkan usia ibu hamil di
Desa Nagrak 76,7% berusia 20-35 tahun, 36,67% berpendidikan 7-9 tahun, 40%
tidak bekerja, 50% paritas 0-1, 50% usia kehamilan trimester II, pengetahuan tempat
persalinan 60% kurang, tentang penolong persalinan 56,7% baik, dan tentang
jampersal 60% baik. sebelum ada program Jampersal 60% ibu hamil memilih
bersalin di rumah dan 57% memilih ditolong paraji. Setelah ada program Jampersal
46,67% ibu memilih bersalin di polindes dan 66,67% memilih ditolong bidan desa.
Didapat p = 0,032 untuk pemilihan tempat persalinan yang berarti memiliki pengaruh

13

bermakna dan p = 0,051 untuk penolong persalinan yang berarti tidak memiliki
pengaruh yang bermakna.
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Pengertian Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin
(sarwono, 2002)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang kepala tanpa
memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan pada
umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo, 1997)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Saifuddin, 2006)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2007)

14

Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus
yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi, dan
kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah. (Rohani, 2011)
Bentuk persalinan berdasarkan teknik :
1). Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jalan lahir.
2). Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi forceps,
ekstraksi vakum dan sectio sesaria
3). Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan pemberian rangsang. (Rukiyah; Ai yeyeh; dkk, 2009)
Persalinan berdasarkan umur kehamilan :
1). Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin dapat hidup (viable),
berat janin di bawah 1.000 gram atau usia kehamilan di bawah 28 minggu.
2). Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada umur kehamilan 28-36
minggu. Janin dapat hidup, tetapi prematur; berat janin antara 1.000-2.500 gram.
3). Partus matures/aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur kehamilan 37-40
minggu, janin matur, berat badan di atas 2.500 gram.
4). Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari
waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur.
5). Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar mandi,
di atas kenderaan, dan sebagainya.

15

6). Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh
bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo pelvic Disproportion (CPD). (Rohani; dkk,
2011)

2.2.2. Penolong persalinan


Departemen Kesehatan telah menetapkan kebijakan untuk menurunkan
angka kematian ibu melalui upaya peningkatan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan dengan cara 1) semua persalinan harus ditolong dan
didampingi oleh bidan, 2) pelayanan obstetrik sedekat mungkin pada semua ibu
hamil (Saifuddin, 2000).
Penolong

persalinan dapat

dibedakan menjadi dua yaitu tenaga

profesional yang terdiri dari dokter spesialis, dokter

umum, bidan, dan

perawat serta non professional adalah dukun bayi (dukun terlatih dan tidak
terlatih), anggota keluarga lain (Depkes RI,2000), pelayanan persalinan
dapat di puskesmas, rumah sakit, rumah bersalin, pondok persalinan desa
maupun rumah penduduk.
2.2.3. Tenaga Kesehatan.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan melalui
pendidikan kesehatan untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan (Depkes RI, 1992). Yang termasuk dalam tenaga
kesehatan diantaranya :
1) Dokter

16

Dokter adalah seseorang yang telah lulus pendidikan kedokteran


yang

ahli

dalam

hal

penyakit

dan

pengobatan (Depkes, 2000).

Dokter ahli umumnya mereka berbeda di kota- kota

besar

dengan

sarana rumah sakit yang lebih lengkap, walaupun sebagai tenaga ahli
mereka dapat mengatasi semua kasus, akan tetapi hanya sebagian kecil
saja masyarakat yang dapat menikmatinya. Hal ini disebabkan karena
biaya yang relatif mahal, juga dokter ahli yang jumlahnya masih
sedikit serta jumlahnya yang tidak merata.
2) Bidan
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan

persyaratan

yang

900/Menkes/SK/VII/2002)

berlaku

(Kepmenkes

RI

Nomor

tentang Registrasi dan Praktek Bidan.

Bidan mempunyai tugas penting dalam memberikan bimbingan, asuhan,


penyuluhan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, BBl, bayi dan balita,
anak sekolah, remaja, masa prakontrasepsi, klimakterium/ menopause.
Salah satu kebijakan Departemen Kesehatan dalam menurunkan
AKI adalah mendidik

bidan untuk ditempatkan di kota maupun desa

dengan tujuan untuk meningkatkan mutu dan pemerataan

jangkauan

pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu,


angka

kematian

bayi,

dan angka

kelahiran, yang didukung oleh

17

meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berprilaku sehat (Depkes RI,


1996).
Tugas bidan adalah sebagai pelaksana pelayanan KIA, khususnya
dalam pelayanan kesehatan ibu hail, bersalin, dan nifas serta peayanan
kesehatan bayi, termasuk pembinaan dukun bayi (Depkes RI, 1996).
Dalam menjalankan tugas praktik perorangan

juga

harus

dapat

membantu pemerintah dalam meningkatkan derajd kesehatan ibu dan


anak serta keluarga berencana.
3) Perawat kesehatan
Perawat

kesehatan adalah orang yang telah mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan formal keperawatan serta diberi kewenangan


untuk melaksanakan peran dan fungsinya (Depkes RI, 1994).
Fungsi pokok perawat adalah membantu individu, keluarga, dan
masyarakat baik sakit maupun sehat dalam melaksanakan kegiatankegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan dan menghadapi
kematian denga tenang sesuai dengan martabat manusia yang hakekatnya
dapat dilaksanakan tanpa

bantuan

apabila

mereka

kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan. Perawat

memiliki
dapat

membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam melaksanakan


rencana-rencana pengobatan yang dilakukan oleh dokter.
2.2.4. Tenaga non kesehatan ( Dukun Bayi).

18

Dukun

bayi

adalah

seorang

anggota

masyarakat,

yang

pada

umumnya seorang perempuan yang mendapatkan kepercayaan serta


memiliki ketrampilan

menolong

persalinan secara

tradisional dan

memperoleh ketrampilan tersebut dengan cara turun temurun, belajar


praktis, atau cara lain menjurus kearah peningkatan ketrampilan tersebut
serta melalui petugas kesehatan (Depkes RI, 1995).
Menurut Wiknjosastro (2002), dukun masih menjadi pilihan persalinan
sejak dulu kala sampai sekarang. Dalam lingkungannya dukun bayi
merupakan tenaga terpercaya dalam segala hal yang bersangkutan dengan
reproduksi.

Ia

mendampingi

diminta

wanita

pertimbangannya

yang

bersalin

pada

sampai

masa

persalinan

kehamilan,
selesai

dan

mengurus ibu serta bayinya dalam masa nifas.


Dukun

bayi

sebagai

penolong

persalinan

mempunyai

kekuatan

karena merupakan bagian dari kehidupan sosial masyarakat. Sebaliknya


dukun memiliki kelemahan karena tidak dapat mmenolong pasien yang
dalam keadaan bahaya, kurang mampu mengidentifikasi dan menangani
kehamilan risiko tinggi serta

praktek pertolongan persalinan kurang

higienis.
Masih
pelayanan

banyaknya
dukun

jasa

oleh

dukun

disebabkan

masyarakat, baik

lebih

terjangkaunya

jangkau fisik,

jangkauan

ekonomi, maupun jangkauan psikologi. Beberapa kelebihan dukun bayi

19

ialah bersikap akrab, biaya murah, bersedia merawat ibu sampai 40 hari
setelah melahirkan, bersedia membantu keluarga dalam berbagai pekerjaan
rumah tangga, lebih dikenal, dan berperan sebagai penasehat dalam
melaksanakan sebagai tata upacara selamatan (Handayani dkk,1997).
Tugas dukun bayi adalah mengidentifikasi atau menganalisa ibu- ibu
risiko tinggi sedini mungkin dan merujukkan pada waktu yang tepat.
Melaksanakan pertolongan persalinan dengan aman dan benar, mampu
meningkatkan motivasi ibu agar melakukan kunjungan ke Puskesmas
untuk perawatan kehamilan, imunisasi TT 2 kali selama hamil, bayi
memperoleh imunisasi secara lengkap serta meningkatkan gizi ibu dan
bayi melalui program perbaikan gizi (Depkes, 1995). Meskipun demikian
dalam pelaksanaan pertolongan persalinan masih ditemukan berbagai
hambatan antara lain Dukun bayi terlatih kurang menyadari manfaat
penggunaan dukun kit, dukun bayi kurang menghiraukan cara pertolongan
persalinan yang bersih dan aman, kurangnya kemampuan dukun bayi
dalam mengenali resiko tinggi persalinan,dukun bayi kurang menyadari
bahaya akibat keterlambatan

2.2.5. Faktor Risiko Ibu Hamil, Bersalin dan Nifas


Kehamilan, persalinan dan nifas yang berisiko adalah kehamilan,

20

persalinan atau nifas dengan anemia, hipertensi, riwayat obstetrik yang


buruk, perdarahan, umur ibu <20 tahun atau >35 tahun, ukuran lingkar
lengan atas (Lila) <23.5 cm, tinggi ibu <145 cm (Sulistiyowati dkk, 2001),
oleh

karena

itu

semua

kehamilan berisiko bagi ibu, maka untuk

mengantisipasi risiko tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan dan pengawasan


selama hamil. Kehamilan dan persalinan pertama (primigravida) pada umur
di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun, banyak pengamat dikategorikan
sebagai kehamilan berisiko tinggi. Usia terbaik untuk melahirkan adalah
antara 20

sampai

30 tahun. Keadaan ini berkaitan dengan proses

pematangan organ-organ reproduksi dan kesiapan lain, termasuk kesiapan


mental sang ibu (Sulistiyowati dkk, 2001).
Selama kehamilan seorang ibu mengalami perubahan fisik yang
menyebabkan ketidak nyamanan yang normal, dan merupakan bagian dari
perubahan yang terjadi pada tubuh ibu selama kehamilannya. Diperlukan
kunjungan ke tenaga kesehatan agar ibu mendapat banyak informasi tentang
kondisi normal ibu hamil ataupun ketidak nyamanan yang merupakan tanda
bahaya dalam kehamilan. Tanda bahaya kehamilan merupakan suatu kondisi
yang dialami oleh wanita hamil, dimana wanita dengan beberapa masalah
tersebut bisa terancam kehamilannya dan persalinan yang berbahaya (Burns,
dkk. 2000 ). Ada 9 tanda bahaya dalam kehamilan yaitu, mual muntah yang
berlebihan, sakit kepala yang berat, pecah ketuban sebelum waktunya, bengkak
pada kaki, tangan dan mungka, penglihatan kabur, demam tinggi, gerakan janin

21

tidak terasa dan berat badan tidak naik (Depkes RI, 2001).
Aspek

penting

pelayanan antenatal

dalam

pelayanan

termasuk

kesehatan

konseling

dalam

bagi

ibu

pelayanan

adalah

kebidanan.

Pemerintah menjamin setiap waita hamil dan menyusui dapat memelihara dan
meningkatkan serajd kesehatannya baik fisik maupun mental selama hamil
bersalin

dan

nifas

karena

ibu

hamil

termasuk

golongan

yang

memerlukan perhatian dan perlindungan khusus (Depkes RI, 2004).


Dengan perawatan dan pelayanan antenatal kepada ibu selama hamil,
akan memberikan kontribusi efektif untuk memantau lebih jauh tentang
kehamilan berisiko, karena semua kehamilan dianggap berisiko, walaupun
pelaksanaan program KIA di puskesmas terutama daerah terpencil masih
menggunakan cara sederhana untuk memantau kehamilan yang berisiko, tetapi
manfaatnya

masih

bisa

dirasakan

(Depkes

RI,

2004).

Dengan

permasalahan yang dikemukakan diatas maka selama ibu diketahui hamil ibu
hamil

dan

keluarganya

harus

mengetahui

tanda-tanda

bahaya

pada

kehamilan, persalinan, nifas dan harus punya akses terhadap pelayanan


pertolongan

persalinan

oleh

tenaga

kesehatan

dengan

pelayanan

kegawatdaruratan kebidanan yang berkualitas sehingga peristiwa yang tidak


diinginkan baik langsung maupun tidak langsung sebagai salah satu faktor
risiko bagi ibu dapat diatasi secara dini.
Pemahaman bahwa kehamilan dan persalinan merupakan suatu hal

22

yang harus diterima secara wajar dan dipandang sebagai kodrat dan alamiah
dan jika terjadi suatu yang tidak diinginkan dipandang sebagai kehendak
Allah Yang Maha Kuasa yang dikemukkan oleh Kumara dkk, (2005) tidak
perlu terjadi bila permasalah ini disampaikan secara baik dan benar dengan
pesan-pesan yang dapat dimengerti dengan menggunakan bahasa setempat saat
memberikan konseling.

2.2.6. Fasilitas Kesehatan


Fasilitas kesehatan adalah sarana yang disediakan oleh pemerintah
untuk mendekatkan

pelayanan

kesehatan

kepada masyarakat. Akses

pelayanan kesehatan ibu hamil bisa melalui polindes, puskesmas pembantu,


puskemas dan rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan

seperti

puskesmas, rumah sakit, poliklinik, balai pengobatan dantempat

praktek

dokter adalah tempat paling strategi untuk memberikan informasi kesehatan


(Notoatmojo, 2004).
Secara nasional pelayanan kesehatan masyarakat telah meningkat. sarana
pelayanan kesehatan sudah sampai ketingkat desa

tetapi menurut Menurut

Blum sarana pelayanan kesehatan tidaklah selalu diikuti dengan peningkatan


pemanfaatan pelayanan sarana tersebut (Ministry of Health,1987; Rasyid,
dkk, 1988; Sihotang & Adi, 1989). Ini menjadi tugas dan tanggung jawab
bidan yang menjadi ujung tombak pelaksanaan pelayanan kesehatan di

23

tingkat desa untuk menyakinkan ibu hamil dapat memanfaatkan


kesehatan yang

ada.

Maka konseling

menjadi sangat

penting

fasilitas
untuk

dilakukan baik di puskesmas maupun polindes karena melalui konseling


diharapkan ibu hamil dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan sebagai tempat
persalinannya.

2.2.7. Tinjauan Variabel


2.2.7.1. Pengetahuan
Menurut Drs. Sidi Gazalba, yang dikutip oleh Bakhtiar (2010), pengetahuan
adalah yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah
hasil kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2010).
Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek indera penglihatan, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga
(Notoamodjo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang bersifat spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima oleh karena itu, Tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.

24

2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasi materi tersebut
dengan benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yabg telah dipejari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sabagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumusan metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesisitu suatu kemampuan untuk menyusun formulasiformulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket, yamg menyatakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

25

2.2.7.2. Sikap
Sikap adalah respon tertutup sesorang terhadap stimulus atau objek tertentu,
yang mudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senangtidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Jadi jelas,
disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatiaan, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010).
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaktsi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi merupakan `pre-disposisi` tindakan atau perilaku. Sikap itu
masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku
yang terbuka (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007) seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini
terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1) Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
2) Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3) Menghargai (Valuing)

26

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang


lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya
seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya, dan
sebagainya),

untuk

pergi

menimbang

anaknya

ke

Posyandu,

atau

mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah
mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau
menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang
tuanya sendri.
Ciri-ciri sikap sebagaimana yang dikemukakan para ahli menurut Sunaryo
(2006), yaitu :
1) Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari (learnability) dan dibentuk
berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam
hubungan dengan objek.
2) Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu
sehingga dapat dipelajari.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap.
4) Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada
sekumpulan/banyak objek.
5) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.
Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan
dengan pengetahuan.

27

2.2.7.3. DUKUNGAN
1). Pengertian Dukungan
Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang
lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi
atau semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat keputusan
(Chaplin, 2006).
Pengertian dari dukungan adalah informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan, yang nyata atau tingkah laku diberikan oleh orang-orang yang akrab
dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan
hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada
tingkah laku penerimanya atau dukungan adalah keberadaan, kesediaan,
kepedulian dari orang-orang yang diandalkan, menghargai dan menyayangi kita
(Kuntjoro, 2002).

2). Dukungan Keluarga


Ayah-ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan ini, ayahibu kandung maupun mertua sering berkunjung dalam periode itu, seluruh
keluarga berdoa untuk keselamatan ibu dan bayi, walapun ayah-ibu kandung dan
mertua ada didaerah lain, sangat didambakan dukungan melalui telepon, surat
ataupun doa dari kejauhan ( Ai Yeyeh,dkk 2013 )
Menurut Friedman (1998) dalam Setiadi (2008) dukungan keluarga dibagi
menjadi 2 yaitu

28

(1)Dukungan keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga,


sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah,
praktisi kesehatan.
(2)Dukungan keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari
saudara kandung, atau dukungan dari anak.
3). Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
Menurut Purnawan ( 2008 ) Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga adalah:
1) Faktor Internal
(1) Tahap perkembangan
Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah
pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia
( bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan
kesehatan yang berubah-ubah.
(2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel
intelektual yang terdiri dari pengalaman,latar belakang pendidikan dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara
berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor
yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan
tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya
(3) Faktor emosi

29

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya


dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon
stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap
berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan
bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang
secara umum terlihat sangat tenang mempunyai respon emosional yang
sangat kecil saat ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan
koping secara emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan
menyangkal adanya penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani
pengobatan.
(4) Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,
hubungan dengan keluarga dan teman, dan kemampuan mencari harapan
dan arti dalam hidup
2) Faktor Eksternal
(1)Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi
penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya : klien juga
kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarga
nya melakukan hal yang sama. Misalnya anak yang selalu diajak orang

30

tuanya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan rutin, maka ketika punya


ia akan melakukan hal yang sama.
(2) Faktor sosio ekonomi
Faktor sosial dan psikologis dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefiniskan dan berekasi
terhadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup : stabilitas
perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja. Seseorang biasanya akan
mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan
mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaanya. Semakin
tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap penyakitnya yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari
pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
(3) Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan
individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan
kesehatan pribadi.
2.3.
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara dan bersifaat teoritis.
Ha
: Ada Hubungan Pengetahuan dalam memilih tempat persalinan di Wilayah
H0

Kerja UPT Pelkesmas Rantau Selamat Kab.Aceh Timur


: Tidak Ada Hubungan Pengetahuan dalam memilih tempat persalinan di
Wilayah Kerja UPT Pelkesmas Rantau Selamat Kab.Aceh Timur

31

Ha

: Ada Hubungan Sikap dalam memilih tempat persalinan di Wilayah Kerja

H0

UPT Pelkesmas Rantau Selamat Kab.Aceh Timur


: Tidak Ada Hubungan Sikap dalam memilih tempat persalinan di Wilayah

Ha

Kerja UPT Pelkesmas Rantau Selamat Kab.Aceh Timur


: Ada Hubungan Dukungan Keluarga dalam memilih tempat persalinan di

H0

Wilayah Kerja UPT Pelkesmas Rantau Selamat Kab.Aceh Timur


: Tidak Ada Hubungan Dukungan Keluarga dalam memilih tempat persalinan
di Wilayah Kerja UPT Pelkesmas Rantau Selamat Kab.Aceh Timur

Anda mungkin juga menyukai