Anda di halaman 1dari 3

Dewi Ashari Ciptaningrum

114105019

Subsidi Partai
1. Analisa Artikel, Artikel itu menceritakan tentang apa?
Artikel ini menceritakan tentang wacana yang disampaikan oleh Mendagri Tjahjho
Kumolo mengenai Subsidi Negara sebesar Rp 1 Triliun untuk Partai Politik di
Indonesia. Namun terkait dengan wacana tersebut, muncul banyak kritik dari
masyarakat yang memperdebatkan apakah partai layak menerima subsidi dari
Negara, mengingat perannya yang kini minim memperjuangkan kesejahteraan
rakyat. Partai Politik saat ini dianggap identik dengan kepentingan elite politik,
banyaknya perseteruan antar elite yang melanda partai, semakin memperlihatkan
orientasi partai pada kekuasaan oleh segelintir orang. Belum lagi banyaknya kasus
korupsi yang melibatkan petinggi partai, membuat publik khawatir nantinya dana
subsidi dari Negara tersebut hanya dijadikan bancakan politik bagi partai,
khususnya elite-elite tertentu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan partai politik sangat besar untuk
menghidupi roda organisasi, dari mulai operasional kesekretariatan, pendidikan
politik dan kaderisasi, unjuk publik (survey, iklan, ulang tahun, seminar, dll),
hingga perjalanan dinas, semua itu tentunya memakan uang yang tidak sedikit.
Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) pernah menghitung secara
kasar bahwa pengeluaran partai politik untuk semua itu, mencapai angka Rp 51,2
miliar per tahun, sungguh angka yang sangat besar bukan?
Besarnya pengeluaran partai tersebut tidak sebanding dengan sumber pendanaan
resmi partai. Partai-partai yang ada saat ini, banyak yang tidak menjalankan iuran
anggota, sehingga pemasukannya nol rupiah, sumbangan perseorangan anggota
juga tidak seberapa besar, dan subsidi yang diberikan Negara berupa Rp 108 per
suara tidak seberapa dibanding jumlah pengeluaran partai. Jika diakumulasi,
artinya pendanaan yang berasal dari sumber terang benderang partai tidak lebih
dari 3 persen dari seluruh kebutuhan partai, selebihnya 97 persen belum diketahui
dari mana asalnya. Pendanaan itu bisa berasal dari elite partai yang menanam
modal besar.

Penguasaan oleh pemodal besar akan membuat partai tidak lagi pro rakyat,
melainkan bergantungan dengan para penanam modal. Hal tersebut tentu akan
berdampak pada pembentukan karakter dan kebijakan yang dihasilkan oleh partai,
serta proses regenerasi partai yang tidak berjalan fair. Partai tidak lagi menjadi
pilar demokratis yang menyuarakan kepentingan rakyat, melainkan hanya kan
menjadi kuda tunggangan kepentingan dengan pendati dan kendali uang dari elite
dan pemilik modal.
Oleh karena itu, keberadaan subsidi dari Negara untuk pendanaan partai dianggap
penting, agar dapat mengimbangi sumber keuangan partai politik sehingga menjadi
partainya publik. Memang nilai tersebut dianggap sangat besar, melihat masih
tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, sehingga dana tersebut dianggap lebih
layak disalurkan untuk kebutuhan masyarakat lainnya.
Namun, pemberian subsidi sebesar Rp 1 triliun tersebut juga bukan hanya untuk
satu partai, melainkan dibagi berdasarkan perolehan suara. Kecemasan publik
akan potensi bancakan juga dapat dihindari, karena sudah terdapat aturan yang
mengatur mekanisme pencairan subsidi tersebut,sehingga partai tidak dapat
menggunakannya sembarangan
2. Kenapa artikel itu menarik? Setuju tidak dengan artikel tersebut?
Artikel itu menarik karena membicarakan mengenai subsidi untuk partai yang
jumlahnya bisa dibilang sangat besar, yaitu Rp 1 triliun. Di jaman sekarang, tentu
publik banyak menuai kritik akan kah jumlah yang sangat besar itu dapat
digunakan secara benar, atau justru masuk ke kantong para anggota partai? Belum
lagi kepercayaan public terhadap partai sudah menurun. Beberapa survey
membuktikan bahwa public tidak lagi merasa dekat dengan partai, dan public
merasa bahwa aspirasinya tidak terwakili. Padahal, fungsi partai politik adalah
sebagai pilar demokratis untuk menyuarakan kepentingan rakyat, namun yang ada
sekarang malahan partai sibuk dengan perseteruan internal antar elite partai.

Saya setuju dengan artikel tersebut karena artikel tersebut menarik. Artikel itu
menjelaskan secara rinci pada masyarakat, mengapa subsidi tersebut perlu
diberikan untuk partai. Artikel ini tidak secara langsung pro terhadap subsidi untuk
partai, melainkan mencoba menjelaskan beberapa alasan yang dapat mendukung
pemberian subsidi partai. Seperti ketidakseimbangan antara besarnya pengeluaran
partai dengan sumber pendanaan resmi partai, sehingga diperlukan subsidi dari
Negara untuk mengimbangi sumber keuangan partai politik agar menjadi partainya
publik.
Selain itu, artikel ini juga menjawab ketakutan publik akan potensi bancakan yang
akan dilakukan partai, artikel ini menerangkan bahwa partai tidak bisa
sembarangan mencairkan subsidi dari Negara melainkan ada aturan-aturan yang
berlaku.
Di akhir artikel, penulis juga memberikan saran kepada Mendagri agar
membangun konsep yang matang sehingga tidak menimbulkan kegaduhan dan
perdebatan publik lagi.

Anda mungkin juga menyukai