Di susun oleh :
Nyoman Lusiawati
30.01.12.0033
Pembimbing Ruangan
Tiarma Kristin
Pembimbing Pendidikan
Veni Mayumi Gultom, S.Kep., Ners
KATA PENGANTAR
penulis.Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi
perbaikan laporan selanjutnya.Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dalam melakukan tindakan keperawatan.
Palembang,
Penulis
DAFTAR ISI
Juni 2015
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................
ii
DAFTAR ISI....................................................................................................
iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................
B. Tujuan Penulisan .......................................................................
1. Tujuan Umun...........................................................................
2. Tujuan Khusus.........................................................................
C. Metode Penulisan ......................................................................
D. Sistematika Penulisan .................................................................
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Medik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pengertian ............................................................................
Etiologi.................................................................................
Manifestasi Klinis ...............................................................
Patofisiologi.........................................................................
Patway..................................................................................
Pemeriksaan Penunjang.......................................................
Komplikasi ..........................................................................
Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan...........................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh
akumulasi udara dalam rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang bersifat
mengambarkan suatu keadaan baik secara subjektif maupun
objektif selama
mengamati pasien, mulai dari pengumpulan data sampai evaluasi yang disajikan
dalam bentuk naratif. Untuk mendapatkan data yang diperlukan penulis
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Wawancara
Dilakukan secara langsung kepada pasien dan keluarga pasien dengan mempermudah
mengetahui permasalahan pasien.
2. Observasi
Penulis secara langsung mengamati klien mulai dari respon atau keadaan pasien,
termasuk respon yang timbul selama diberikan Asuhan Keperawatn
3. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa langsung klien yang sedang dirawat secara sistematis dari ujung rambut
sampai ujung kaki, untuk mendapatkan tanda dan gejala serta kelainan pada klien.
4. Metode Dokumentasi
Kelengkapan data yang diperoleh dan melihat dokumentasi rumah sakit rekam medic,
catatan penunjang serta mendokumentasikan Asuhan Keperawatan yang sudah
dilakukan.
5. Metode Kepustakaan
Penulis menggunakan berbagai buku untuk mendapatkan teori pasti sesuai dengan
referansi.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 BAB yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I
BAB II
: Tinjauan pustaka terbagi dua sub bab, yaitu konsep dasar medik yang
membahas pengertian, etiologi, patofiologi, manifestasi klinis,patway,
komplikasi, dan penatalaksanaan. Konsep dasar keperawatan yang
membahas pengkajian (primery survey dan secondary survey),
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi keperawatan.
BAB III
BAB IV
: Pembahasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Medis
1.Pengertian
Pneumothorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Biasanya
pneumotorak hanya temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat dapat
ditemukan pneumotorak bilateral. (Halim danusantoso dalam Andra Saferi Wijaya
dan Yessie Mariza Putri, 2013).
Penumotorak hanya adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura
(Silvia. A Price, 2006).
Pneumotorak adalah keluarga udara dari paru yang cedera kedalam rongga
pleura (Dieae C Baughman,2000).
trauma tembus pada dada ( luka tembus atau tembak pada dada )
pemasangan kateter vena sentral
pembedahan dada
biopsi transbronkial
torakosentesis atau biopsi pleura tertutup
4.Patofiologi
Ruptur pada pleura viseralis atau parietalis dan dinding dada menyebabkan
penumpukan udara yang akan memisahkan kedua pleura tersebut. Tekanan negatif di
rusak dan gaya recoiling paru yang letur akan berpengaruh. Paru mengadakan
recoiling dengan cara mengalami kolaps arh hilus.
Pneumotoraks terbuka ( yang juga dinamakan luka dada yang mengisap atau
pneumotoraks komunikates ) terjadi kalau udara atmosfer ( tekanan positif ) mengalir
langsung ke dalam rongga pleura ( tekanan nrgatif ). Ketika tekanan udara dalam
rongga pleura menjadi postif, paru akan kolaps pada sisi yang terkena sehingga
terjadi penurunan kapasitas total paru, kapasitas vital, dan kelenturan paru.
Ketidakseimbangan ventilasi perfusi akan menimbulkan hipoksia.
Pneumotoraks tertutup terjadi ketika udara memasuki rongga pleura dari
dalam paru sehingga terjadi peningkatan tekanan pleura yang mencegah
pengembagan paru pada inspirasi normal.
5.Patway
Trauma pada dada
Fraktur iga
multiple
Kebocoran /laserasi pleura
viseral & pariental
Penatalaksanaan :
Udara masuk dalam rongga
pleura
Pemeriksaan
penunjang :
1.foto rotgen toraks
2.AGD
1.tirah baring
2.pemantauan ttv
3.pemberian 02
PNEUMOTORAK
S
4.tindakan dekompresi
5.tindakan bedah
pemasangan pipa WSD
Peningkatan tekanan
pleura
Kolaps paru
2.gerakan dada
asimetris
Gangguan
oksigenasi
Penurunan aliran darah
sentral
3.peingkatan sekresi
sekret
4.penurunan reflek
batuk
Penurunan O2 dalam
darah
MK:
Hipoksia arterial
1.Nyeri
Penurunan curah
jantung
2.pucat,sianosis
3.hipotensi & haus
MK : kekurangan
volume cairan
6.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ini membantu penegakan dignosis pneumotoraks :
a. foto rotgen toraks memastikan dignosis dengan memperhatikan keberadaan
udara di dalam rongga pleura dan mungkin pula pergeseran mediastinum.
b. Analisa gas darah arteri dapat mengungkapkan hipoksemia, yang mungkin
disertai asidosis rspiratorik dan hiperkapni. Tekanan parsial oksigen arteri
dapat menurun pada awalnya, tetapi secara khas akan kembali normal dalam
waktu 24 jam.
7.komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pneumotorkas meliputi :
a. Penurunan curah jantung
b. Hipoksemia
c. Henti jantung
8.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumothoraks tergantung dari jenis pneumothoraks antara
lain dengan melakukan :
a. Tindakan medis
Tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan intra pleura menghisap
udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan pada
pneumothoraks tertutup atau terbuka,sedangkan untuk pneumothoraks ventil tindakan
utama yang harus dilakukan dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi
tersebut yaitu dengan membuat hubungan udara ke luar.
b. Tindakan dekompresi
Membuat hubungan rongga pleura dengan dunia luar dengan cara :
1) Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan
demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi
negatif kerena udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena udara yang keluar melalui jarum tersebut.
2) Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ven il.
Dapat memakai infus set khususnya niddle
Jarum abbocath
Pipa WSD ( Water Sealed Drainage )
Pipa khusus ( thoraks kateter ) steril, dimasukan kerongga pleura
dengan perantara thoakar atau dengan bantuan klem penjepit ( pean ).
Pemasukan pipa plastik( thoraks kateter ) dapat juga dilakukan melalui celah
yang telah dibuat dengan insisi kulit dari sela iga ke 4 pada baris aksila tengah
atau pada garis aksila belakang. Selain itu data pula melalui sela iga ke 2 dari
garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela plastik didada dan pipa kaca
WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainya,posisi ujung pipa kaca yang
berada dibotol sebaiknya berada 2 cm dibawahpermukaan air supaya
gelembung udara dapat dengan mudah keluar melalui tekanan tersebut.
Penghisapan terus menerus ( continous suction ).Penghisapan dilakukan
terus menerus apabial tekanan intra pleura tetap positif, penghisapan ini
dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10 20 cm H2O dengan
tujuan agar paru cepat mengembang dan segera teryjadi perlekatan antara
pleura viseralis dan pleura parentalis.Apabila paru telah mengembang
maksimal dan tekanan intrapleura sudah negative lagi, drain drain dapat
dicabut, sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau ditekuk selama
24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.
c. Tindakan bedah
1) Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari lubang yang
menyebabkan pneumothoraks dan dijahit.
2) Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang
menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan
atau dekortisasi.
3) Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau ada
fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak
dapat dipertahankan kembali.
4) Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura
ditempat fistel.
b ) Management:
3. Circulation
a ) Assesment
b ) Management
b. Secondary Survey
Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode SAMPLE, yaitu
sebagai berikut :
3.Diagnosa Keperawatan
a. ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal
b. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret
dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik
e. Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme
sekunder terhadap trauma.
4.Intervensi Keperawatan
DX 1 : ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal
Tujuan : Pola pernapasan efektif.
Kriteria hasil :
Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab
Intervensi :
1) Pantau kecepatan,irama, dan upaya pernapasan
2) Perhatikan pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu
serta retraksi otot supraklavikular dan interkosta
3) Auskultasi suara napas, perhatikan area penurunan atau tidak adanya ventilasi
dan adanya suara naps tambhan
4) Pantau adanya pucat dan sianosis
5) Atur posis pasien untuk mengoptimalkan pernapasan , seperti posisi semi
fowler
6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi O2
DX 2 : Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan
Tujuan : Jalan napas lancar/normal
Kriteria hasil :
Menunjukkan batuk yang efektif.
Tidak ada lagi penumpukan sekret di saluran pernapasan.
Klien nyaman.
Intervensi :
1) Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat
penumpukan sekret di sal. pernapasan.
2) Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
3) Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
DX 3 : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.
Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/ menurunkan nyeri.
Pasien tidak gelisah.
Intervensi :
1) Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan
non invasif.
2) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka,
yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
3) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
4) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang
nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.
5) Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan
berapa lama nyeri akan berlangsung.
6) Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.
DX 4 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
5.Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk tindakan perawatan klien. Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan
keterampilan interpersonal, intelektual. Tekhnikal yang dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis.
Setelah
selesai
implementasi
dilakukan
evaluasi
kemudian
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis membahs tentang kesamaan dan kesenjangan yang
ditemukan antara Asuhan Keperawatan secara teoritis dan yang penulis terapkan
secara langsung pada pasien Tn.M sesuai dengan urutan fase dari proses
keperawatan. Pada Bab II dan Bab III telah diuraikan mengenai landasan teori
penyakit Pneumotoraks dan Asuhan Keperawatn pada pasien Tn.M Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan : Pneumotoraks di Unit Gawat Darurat RS Myria
Palembang, yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, rencana keperawatan,
pelaksanaan keperawatan dan evaluasi. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian Keperawatan
Dari pengkajian tanda dan gejala yang ada pada teori adalah : Nyeri pleuritik
ketika pasien menggerakkan dada, bernapas dan batuk,gerakan dinding dada yang
asimetris, sesak napas, sianosis, gawat pernapasan, penurunan fremitus vokal bunyi
napas yang tidak terdengar pada sisi yang terkena, takikardia, bunyi krepitasi pada
kulit saat dilakukan palpasi.Sedangkan tanda dan gejala yang ada pada pasien
diantaranya yaitu : nyeri dada, sesak napas, pucat atau sianosis, takikardi, dispneu,
gerakan dada asimetris. Nyeri dada dengan skla 8(N) terjadi akibat taruma pada dada
patahnya ICS 2 dan 3 serta adanya udara yang memasuki dan terkumpul di rongga
pleura sehingga makin lama terjadi peningkatan tekanan pleura yang mencegah
pengembagan paru pada inspirasi normal.
Kemudian pucat,takikardi,sianosis dan sesak napas terjadi akibat dari hipoksia
karena paru-paru tidak dapat melakukan fungsi difusinya atau karena terjadinya
penurunan ekspansi paru,ketidakseimbangan ventilasi- perfusi sehingga kebutuhan
tubuh akan O2 tidak dapat terpenuhi dengan baik,hal ini akan membuat napas cepat
dan dangkal(dispnue), sedangkan terjadinya gerakan dada yang asimetris akibat dari
kolpas paru karena udara yang memasuki dan terkumpul rongga pleura pariental dan
viseral sehingga terjadi peningkatan tekanan pleura yang mencegah pengembagan
paru pada inspirasi normal terjadilah kolaps paru.
Pada saat pengkajian, penulis melakukan pengkajian terhadap luka robek dan
lecet yang ada pada bagian-bagian tubuh pasien seperti adanya luka robek pada bahu
kiri pasien yang cukup dalam , serta luka pada dada yang memerlukan perawatan luka
dengan segera. Namun pada pengkajian ini juga ada kekurangan penulis yaitu penulis
tidak melakukan pengukuran langsung tanda-tanda vital pada pasien saat baru masuk
ruang UGD, tapi penulis mengukut tanda-tanda vital pasien setelah kurang lebih 1
jam pasien ada di ruang observasi karena mengintat penulis merupakan seorang
mahasiswa keperawatan yang ada di tingkat 3 dan baru pertama terjun di lapangan di
unit gawat darurat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang ada pada teori tidak selalu sama dengan diagnosa yang di
tegakkan pada pasien. Pada kasus ini, diagnosa yang muncul meliputi:
ketidakefektifan pola napas, Nyeri akut,kekurangan volume cairan dan Kerusakan
integritas kulit.Penulis menganggkat diagnosa pola napas tidak efektif karena napas
merupakan bagian yang vital dan harus di tanggani paling utama, untuk
menyelamatkan hidup pasien. Ketidakefektifan pola napas terjadi akibat kolaps paru
yang telah di jelaskan pada pengkajian, kemudian nyeri akut di anggkat karena skala
nyeri yang di dapat 8 numerik,nyeri di akibatkan karena peningkatan tekanan pada
pleura
pada
aparu-paru
sehingga
paru
tidak
dapat
mengembang
secara
5. Evaluasi Keperawatan
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh
akumulasi udara dalam rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau
cedera. Pneumotoraks dibagi menjadi Tension Pneumothorax dan non-tension
pneumathoraks. Semakin lama tekanan udara di dalam rongga pleura akan
meningkatkan dan melibihi tekanan atmosfir. Udara yang terkumpul dalam rongga
pleura ini dapat menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal nafas.
B. Saran
Dalam usaha peningkatan mutu dan kualitas sumber daya perawat dalam
usaha pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat, maka hendaknya mahasiswa
calon perawat dapat melakukan pemenuhan pembelajaran. Khususnya dalam
pembuatan asuhan keparawatan dan dalam melakukan tindakan keperawatan
hendaknya dapat dilakukan dengan baik dan benar dengan memperhatikan aspek
biopsikosoial dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA