Anda di halaman 1dari 14

GLAUKOMA

I. PENDAHULUAN
Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan intraokular yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan
pandang. Glaukoma yang penyebabnya tidak di ketahui disebut glaucoma primer, sedangkan
glaucoma yang penyebabnya diketahui disebut glaucoma sekunder.
Diseluruh dunia, glaukoma merupakan salah satu penyebab utama kebutaan yang
ireversibel. Dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, 3 juta penduduk Indonesia buta,
glaukoma menempati urutan kedua (20%) setelah katarak sebagai penyebab kebutaan. Di
Amerika Serikat, diperkirakan terdapat 2 juta pengidap glaukoma.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma sudut
terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup).
Beberapa gejala umum glaukoma adalah penglihatan kabur, hilangnya lapang pandang
perifer, terlihat halo dan sakit kepala. Pada glaukoma sekunder, gejala spesifik tergantung
pada keadaan atau penyakit yang menyebabkannya.
Disamping anamnesa yang cermat dan teliti, perlu dilakukan pemeriksaan guna dapat
mendiagnosis suatu glaukoma, antara lain pemeriksaan tajam penglihatan, lapang pandang,
tekanan bola mata, gonioskopi. Tonografi dan tes provokasi dilakukan bila memungkinkan.
Pengobatan pada glaucoma hanya ditujukan untuk mempertahankan visus dan lapang
pandang yang ada dengan menurunkan tekanan intraokular dan apabila mungkin,
memperbaiki patogenesis yang mendasarinya.

II. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu neurophaty optic yang disertai dengan penyempitan lapang
pandang khas glaucomatosa dan ekskavasio diskus optikus, dimana peningkatan tekanan
intra okuler merupakan salah satu faktor resikonya. Glaukoma berasal dari kata yunani
glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil
penderita glaucoma.

III.

FAKTOR RESIKO
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Tekanan darah rendah atau tinggi


Fenomena autoimun
Degenerasi primer sel ganglion
Usia di atas 45 tahun
Keluarga mempunyai riwayat glaukoma
Miopia atau hipermetropia
Pasca bedah dengan hifema atau infeksi

IV.KLASIFIKASI GLAUKOMA
Glaukoma diklasifikasikan sebagai glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Jika penyebab
glaukoma diketahui, disebut sebagai glaukoma sekunder, tapi jika penyebabnya tidak
diketahui disebut sebagai glaukoma primer. Lebih jelasnya glaukoma dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer
i. Glaukoma simpleks (sudut terbuka)
- glaucoma sudut terbuka primer (glaucoma sudut terbuka kronik,
glaucoma sederhana kronik)
- glaucoma tekanan normal (glaucoma tekanan normal)
1. Peningkatan TIO.
2. Perubahan lapangan pandang
3. Mata terasa sakit pada pagi hari
ii. Glaukoma sudut sempit
- akut
- subakut
- kronik

- iris plateau
1.
2.
3.
4.
5.

Peningkatan TIO.
Bilik mata depan dangkal.
Edema kornea
Dilatasi pupil
Kemerahan di badan silier.

Gambar. Glaukoma Sudut Tertutup dan Glaukoma Sudut Terbuka


2. Glaukoma Congenital
i. Primer atau infantile : epifora, fotofobia, mata besar, kornea buram.
ii. Glaukoma yang menyertai perkembangan mata lainnya
- Sindrom Pembelahan Kamera Okuli Anterior (sindrom axenfeld,
sindrom weiger, sindrom peter)
- aniridia
iii. Glaukoma

Yang

Berkaitan

Ekstraokuler
- Sindrom Sturge-Weber
- Sindrom Marfan
- Neurofibromatosis
- Rubella congenital

Dengan

Kelainan

Perkembangan

- Sindrom Luwe
3. Glaukoma Sekunder
i. Perubahan lensa (dislokasi, intumesensi, fakolitik)
ii. Kelainan uvea (uveitis, sinekia posterior, tumor)
iii. Trauma (hifema, kontusio, sinekia anterior perifer)
iv. Bedah
v. Rubeosis
vi. Steroid, dll
4. Glaukoma Absolut
Glaucoma absolut merupakan stadium akhir glaucoma (sempit atau
terbuka)dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata
memerika gangguan fungsi lanjut. Kornea terlihat keruh, bilik mata depan
dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu
dan dengan rasa sakit.

V.PATOFISIOLOGI
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada keadaan
fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan
sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,sclera spur, garis Schwalbe dan
jonjot iris. Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior oleh badan
siliar, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui
trabekula meshwork ke canalis schlemm.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma sudut
terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup).

Pada
terbuka

kelainan

jaringan
sedangkan sudut bilik mata

glaucoma

sudut

terjadi

pada

trabekular,
terbuka

lebar.

Jadi

tekanan intra okuler meningkat karena adanya hambatan outflow humor akuos akibat
kelainan pada jaringan trabekular.
Pada glaucoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan tekanan
intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata,
sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan
seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yan sempit (tertutup).

VI.

GEJALA DAN TANDA


Glaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena berkembang tanpa ditandai
dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak menyadari
bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya diketahui disaat penyakitnya sudah
lanjut dan telah kehilangan penglihatan.
Pada fase lanjut glaukoma, gejala-gejala berikut mungkin timbul:
-

Hilangnya lapang pandang perifer

Sakit kepala

Penglihatan kabur

Melihat pelangi bila melihat sumber cahaya.

Pada glaukoma sudut terbuka akan terjadi penglihatan yang kabur dan penurunan
persepsi warna dan cahaya. Terjadi penurunan luas lapang pandang yang progresif. Yang
pertama hilang adalah lapang pandang perifer yang pada akhirnya hanya akan menyisakan
penglihatan

yang

seperti

terowongan

(tunnel

vision).

Penderita

biasanya

tidak

memperhatikan kehilangan lapang pandang perifer ini karena lapang pandang sentralnya
masih utuh.
Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi gejala nyeri, sakit kepala, nausea, mata
merah, penglihatan kabur dan kehilangan penglihatan.

VII. DIAGNOSIS
1.

Funduskopi.
Untuk melihat gambaran dan menilai keadaan bagian dalam bola mata terutama saraf
optik.
2. Tonometri.
Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak menyentuh
bola mata ) maupun non kontak.
3. Gonioskopi.
Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah hambatan
pengaliran humor aquos.
4. Perimetri.
Pemeriksaan lapang pandangan dengan komputer, untuk mendeteksi atau menilai
hilangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf penglihatan. Pemeriksaan lengkap
ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita glaukoma saja.

VIII. PENATALAKSANAAN
1.

Terapi obat-obatan
Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang
diberikan adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan
metipranolol) atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk mencegah efek
samping obat diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi pemberiannya tidak
boleh terlalu sering. Miotikum (pilocarpine dan carbachol) meski merupakan
antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan karena efek sampingnya. Jika
pengobatan belum efektif maka dapat dilakukan peningkatan konsentrasi obat,
mengganti jenis obat atau menambah dengan obat lain. 2

2.

Terapi bedah
Trabekuloplasti jika TIO tetap tidak bisa terkontrol dengan pengobatan

medikamentosa yang maksimal.


Iridectomy ataupun Trabekulotomi (bedah drainase) jika trabekuloplasti gagal,
atau kontraindikasi dengan trabekuloplasti atau diperlukan TIO yang lebih rendah
lagi. Dapat juga dilakukan cryotherapi (altrnatif terakhir) pada mata yang
prognosanya sudah sangat jelek

IX.

KOMPLIKASI
Glaukoma dapat menyebabkan hilang penglihatan sebagian atau seluruhnya

X.

PROGNOSIS
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan
kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata,
tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah
kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma maka
akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.

KATARAK
A. DEFINISI
Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh.Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun.
Asalkata ini mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti
tertutupoleh air terjun di depan matanya akibat. Seorang dengan katarak akan melihat
benda seperti ditutupi kabut. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau keduanya
(Ilyas, 2009).
B. KLASIFIKASI KATARAK
Berdasarkan waktu perkembangannya

katarak

diklasifikasikan

menjadi

katarak kongenital, katarak juvenil dan katarak senilis.


1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal
dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang
sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali
mengakibatkan keruhnya seluruh lensa
2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah
lahir.Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat
lensa.Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft cataract.
Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan penyakit keturunan lain.
3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui
bahwa katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan dengan
proses penuaan lensa.
Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium
1.

imatur,stadium matur, dan stadium hipermatur.


Stadium insipien. Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus.
Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jarijari roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih.

2.

Gambaran ini disebut spokes of a wheel yang nyata bila pupil dilebarkan.
Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama
terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada
kekeruhan di lensa, maka inar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan.

Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian
yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada
daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan
daerah yang gelap,akibat bayangan iris pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut
shadow test (+)

3. Stadium matur . Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga
semua sinar yangmelalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak
ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow
test membedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih
lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat
shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil,
akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadangkadang, walaupun masih stadium imatur, dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya
dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga,
hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belumkeruh seluruhnya. Keadaan ini
disebut vera matur.

4.

Stadium hipermatur. Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair,
sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada
daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah,
dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium
ini juga terjadikerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi
korteks yang cair dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat
nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.
Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang disebut
intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga lensa menjadi
cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal. Hal ini tidak
selalu terjadi. Pada umumnya terjadi pada stadium II.

C. PATOFISIOLOGI
Lensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu :
Nukleus zone sentral
Korteks perifer
Kapsul anterior dan posterior
Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan perubahan kimia
pada protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh.Perubahan fisik
(perubahan pada serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar lensa) menyebabkan hilangnya transparansi lensa.
Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi progresif
sehingga nukleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi penurunan konsentrasi

glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium serta peningkatan
hidrasi lensa. Perubahan ini dapat terjadi karena meningkatnya usia sehingga terjadi
penurunan enzim yang menyebabkan proses degenerasi pada lensa.
Penyebab pada katarak senilis belum diketahui pasti, namun diduga terjadi karena:
a. Proses pada nukleus
Oleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke arah
tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus),
mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium dan sklerosis. Pada nukleus ini
kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih
hipermetrop. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya berwarna putih
menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitamhitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen atau katarak nigra.
b. Proses pada korteks
Timbulnya celah-celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan
penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan
membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi ke arah
miopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru
untuk melihat dekat pada usia yang bertambah (Wijana, 1983).
D. GEJALA DAN TANDA
1. Pengurangan ketajaman penglihatan secara bertahap
2. Pandangan seperti ada kabut atau air terjun
3. Silau, sehingga penglihatan di malam hari lebih nyaman dibandingkan siang hari
4. Miopia
5. Kesulitan membaca bila tidak cukup cahaya
6. Sering berganti kacamata
(Ilyas, 2009)
E. DIAGNOSIS
ANAMNESIS :
Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak)
Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah
Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :
1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
2. Perubahan daya lihat warna
3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat
menyilaukan mata
4. Lampu dan matahari sangat mengganggu

5. Sering meminta resep ganti kacamata


6. Penglihatan ganda (diplopia)
PEMERIKSAAN FISIK MATA
1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
2. Melihat lensa dengan penlight dan loop
Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan
lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris
shadow).Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedangkan
bayangan dekat dan kecil dengan pupil terjadi katarak matur.
3. Slit lamp
4. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)
(Wijana, 1983)
F. DIAGNOSA BANDING
1.
2.
3.
4.

Leukokoria
Oklusi pupil
Ablasi retina
Retinoblastoma

(Wijana, 1983)

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk katarak adalah pembedahan (operasi).Medikamentosa
diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh penyulit misalnya, silau
maka pasien dapat menggunakan kacamata.Untuk mengurangi inflamasi dapat diberikan
steroid ringan. Dapat pula dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi
vitamin A,C,E, serta antioksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat membantu
memperlambat progresifitas katarak.
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang katarak.
Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa dengan isi kapsul lensa
atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus) melalui kapsul
anterior yang dirobek dengan meninggalkan kapsul posterior.
a. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks
lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi
lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan
presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah
penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit
yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder.
Tindakan ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang terencana dilakukan apabila:
1. Kita ragu apakah nukleus lentis sudah terbentuk atau belum.
2. Kita mengira badan kaca mencair, misalnya pada miopia tinggi, setelah
menderita uveitis.
3. Telah terjadi perlengketan luas antara iris dan lensa.
4. Pada operasi mata yang lainnya, telah terjadi ablasi atau prolaps badan kaca.
5. Setelah operasi mata yang lainnya, timbul penempelan badan kaca pada kornea
yang menyebabkan distrofi kornea.
6. Terkandung maksud untuk memasang lensa intraokuler buatan.
b. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.Dapat dilakukan pada
zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi da mudah diputus. Pada tindakan ini tidak
akan terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2009).
Indikasi ekstraksi katarak:
1. Pada bayi: kurang dari 1 tahun
Bila fundus tak terlihat. Bila masih dapat dilihat, katarak dibiarkan saja.
2. Pada umur lanjut
a. Indikasi klinis : kalau katarak menimbulkan penyulit uveitis atau
glaukoma, meskipun visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi
juga, setelah keadaan menjadi tenang.
b. Indikasi visuil : tergantung dari katarak monokuler atau binokuler
3. Katarak monokuler
a. Bila sudah masuk dalam stadium matur
b. Bila visus pasca bedah sebelum dikoreksi, lebih baik daripada sebelum
operasi
4. Katarak binokuler
a. Bila sudah masuk dalam stadium matur

b. Bila visus meskipun telah dikoreksi tidak cukup untuk melakukan pekerjaan
sehari-hari.
Macam-macam ekstraksi katarak sesuai konsistensi dari kataraknya:
1. Katarak cair
: umur kurang dari 1 tahun, dilakukan disisi lensa
2. Katarak lembek : umur 1-35 tahun, dilakukan ekstraksi linier/ekstraksi katarak
ekstrakapsuler
3. Katarak keras : umur lebih dari 35 tahun, dilakukan ekstraksi katarak
ekstrakapsuler
H. KOMPLIKASI
- Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersamaan dengan katarak traumatic.
- Komplikasi lain yang dapat berhubungan, seperti blok pupil,glaukoma sudut tertutup,
uveitis,retinal detachment , rupture koroid, hifema,perdarahan retrobulbar, neuropati
optik traumatic
I. PROGNOSIS
Prognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak
sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena adanya ambliopia dan kadangkadang anomali saraf optikus atau retina.Prognosis untuk perbaikan ketajaman
pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling
baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.Prognosis
penglihatan pasien dikatakan baik apabila:

Fungsi media refrakta baik


Dilakukan dengan melihat kejernihan serta keadaan media refrakta mulai dari
kornea, iris, pupil dan lensa melalui lampu sentolop maupun slit lamp.
Fungsi makula atau retina baik
Dilakukan dengan pemeriksaan retpersepsi warna, dengan cara menyorotkan
cahaya merah dan hijau di depan mata yang kemudian dengan sentolop

cahaya diarahkan ke mata.


Fungsi N. Opticus (N.II) baik
Fungsi serebral baik

Anda mungkin juga menyukai