Anda di halaman 1dari 4

Meningkatkan Volume Oxygen Maximal Untuk Prestasi (Atlet) Yang Maksimal

Oleh : dr. Agoes Kooshartoro, Sp.PD, dr. Danarto Hari Adhimukti


Rumah Sakit Olahraga Nasional

Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk sebesar 237.641.326 jiwa menurut
data resmi sensus penduduk 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik sebenarnya sangat
berpotensi menghasilkan atlet atlet yang dapat berprestasi di kawasan Regional maupun
Internasional. Kondisi yang terjadi saat ini, prestasi atlet atlet Indonesia di kawasan regional
maupun internasional belum maksimal. Salah satu hal yang membuat belum maksimalnya
prestasi mereka adalah kurang baiknya endurance (daya tahan tubuh) saat bertanding. Untuk
mengukur endurance atlet saat bertanding, dapat menggunakan pengukuran Volume Oxygen
Maximal (VO2Max).
Ballady dkk tahun 2010 didalam Tesis A Comparison of Two Protocols in Measuring
Maximal Oxygen Consumption in Highly Trained Distance Runners mengatakan bahwa
Pemeriksaan konsumsi oksigen maksimal oleh tubuh atau yang biasa disebut VO2Max dengan
menggunakan treadmill test adalah suatu prosedur yang sudah popular untuk menilai fungsi
kardiopulmoner individu dan dapat memberikan informasi lebih lanjut yang berguna dalam
membuat resep program latihan. Basset dan Howley dalam judul tesis yang sama mengatakan
bahwa prosedur tes VO2Max dapat digunakan untuk membantu menentukan kemampuan atlet
untuk menghasilkan energi secara aerobik, suatu komponen yang dibutuhkan untuk meraih
kesuksesan pada cabang olahraga yang memerlukan endurance.
Metode pengukuran VO2Max sendiri terdiri dari dua cara, yakni metode pengukuran
langsung atau direct VO2 Max Test dan metode pengukuran tidak langsung atau indirect VO2 Max
Test. Direct VO2Max dilakukan pada alat tes ergometrik dengan beban yang meningkat progresif
dan menganalisa oksigen serta karbondioksida yang dikeluarkan saat proses pernapasan selama
latihan melalui sungkup yang terpasang pada atlet, sehingga disebut metode pengukuran secara
langsung. Pada indirect VO2Max, tes dilakukan untuk memprediksi nilai VO2Max dengan
menggunakan beberapa protokol di lapangan seperti Balke, Bleep Test, Astrand Test dengan
menggunakan sepeda dll. Dari dua metode pengukuran VO2Max tersebut, memang idealnya

dilakukan di laboratorium dengan menganalisa gas ekspirasi menggunakan instrumen komputer


(Direct VO2Max).
Hasil pengukuran Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai dari VO2Max,
yaitu genetik, usia, jenis kelamin, komposisi tubuh, metode pemeriksaan dan juga ketinggian
Genetik
Faktor genetik diperkirakan dapat mempengaruhi 20 30% dari nilai VO2Max seseorang.
Usia
Faktor usia akan mempengaruhi nilai dari VO2Max. Pada anak anak nilai VO2Max akan
sama pada jenis kelamin laki laki maupun perempuan sampai usia 12 Tahun, kemudian pada
usia 14 Tahun Nilai VO2Max laki laki lebih besar 25% daripada perempuan. Pada usia diatas 16
Tahun nilai VO2Max laki laki dapat lebih besar hingga 50% daripada perempuan. Pada usia
diatas 25 Tahun jika tidak terlatih, VO2Max akan menurun bertahap sebesar 1%/Tahun.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga dapat mempengaruhi nilai dari VO2Max. Secara umum nilai VO2Max
pada wanita 15 30% lebih rendah jika dibandingkan dengan pria.
Metode Pengukuran
Metode pengukuran dengan menggunakan treadmill memiliki nilai yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan menggunakan ergocycle. Tapi perlu diperhatikan juga spesifisitas tes
berdasarkan cabang olahraga atlet tersebut, jika atlet sepeda dilakukan tes dengan menggunakan
ergocycle atau jika atlet lari dilakukan tes menggunakan treadmill.
Ketinggian (Altitude)
Semakin tinggi lokasi seseorang berada, maka akan mempengaruhi nilai dari VO2Max.
Setiap 1000 m pada ketinggian diatas 1600 m, nilai VO2Max diperkirakan akan berkurang
sebesar 8 11%. Hal itu terjadi karena semakin tinggi suatu lokasi akan membuat tekanan pasial
O2 di atmosfer berkurang yang membuat

tekanan parsial O2 pada darah arteri berkurang

sehingga saturasi hemoglobin terhadap O2 berkurang.


Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh seseorang mempengaruhi nilai dari VO2Max, sebagai contoh semakin
meningkat persentase lemak tubuh, maka nilai VO2Max semakin berkurang.

Shannan E dkk di dalam kesimpulan penelitian yang berjudul Effect of Intensity of


Aerobic Training on VO2Max menyatakan bahwa ketika volume exercise dikontrol, vigorousintensity exercise lebih efektif untuk meningkatkan VO2Max jika dibandingkan dengan
moderate-intensity exercise. Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan
vigorous-intensity exercise adalah latihan yang membutuhkan > 6 Mets seperti jogging, lari,
bersepeda dengan kecepatan > 10 mph, berenang dengan cepat, membawa beban sebesar > 20
kg. Sedangkan yang dimaksud dengan moderate intensity exercise adalah latihan yang
membutuhkan 3 6 Mets seperti berjalan kaki, bersepeda dengan kecepatan < 10 mph,
membawa beban sebesar < 20 kg.
Pemeriksaan VO2Max memiliki beberapa resiko khususnya pada populasi yang beresiko
tinggi, seperti sudden death, infark miokard, abnormalitas tekanan darah dan aritmia, sehingga
butuh pengawasan dari dokter dan sebaiknya dilakukan pemeriksaan fungsi kardiovaskular
sebelum dilakukan pemeriksaan VO2Max.
Endurance pada atlet sangat penting ketika bertanding untuk mencapai prestasi
maksimal, meningkatkan VO2Max atlet adalah salah satu cara agar atlet memiliki endurance
yang baik. Untuk menghasilkan atlet Indonesia yang berprestasi di kawasan Regional dan
Internasional memang bukan hal yang mudah, butuh dukungan dan kekompakkan dari berbagai
pihak untuk mewujudkannya.

Tips Kebutuhan Nutrisi dan Cairan Saat Latihan Bagi Atlet


1. Sebelum latihan
a. Makan 300 600 kalori, yang terdiri dari karbohidrat 2-3 gram per kilogram berat
badan, rendah lemak dan protein sedang.
b. Kurangi serat agar mencegah rasa tidak nyaman pada perut.
c. 3 4 jam sebelum latihan minum 2-4 gelas air dan 1 jam sebelum latihan minum 1-2
gelas air.
2. Saat Latihan
a. Minum 6 12 oz (1 2 gelas) air mineral atau minuman khsusu olahraga setiap
jamnya.

b. Makanan saat latihan yang dibutuhkan yaitu madu, pisang, jeruk atau minuman
berenergi yang mengandung elektrolit.
3. Setelah Latihan
a. Minum 2 gelas air setiap pound kehilangan berat badan setelah latihan.
b. Dalam setiap 30 menit latihan, seorang atlet membutuhkan 300 400 kalori yang
terdiri dari 75 100 gram karbohidrat dan 6 gram protein.
(Sumber American College of Sport Medicine)

Anda mungkin juga menyukai