Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TUTORIAL 12

MODUL OBGYN
TRIGGER 2

OLEH :
Fasilitator : dr. Chandra Adilla, Sp.M
Anggota

: Maharani E. Savitri (12-111)


Fisca Syofi Arrasyi (12-112)
Hilda Yatullah (12-113)
Jennica Astari (12-114)
Ridho Rahmatiqah (12-115)
Feby Ernis (12-116)
M. Arif Munandar (12-117)
Yolance Pratiwi (12-118)
Harry Sudjana (12-119)
Bainatul Mauwah (12-120)

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan hidayahNya
kami dapat menyelesaikan laporan ini. Serta shalawat beriring salam kita hadiahkan untuk
nabi Muhammad SAW.
Laporan ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi syarat sebagai bahan kuliah.
Ucapan terimakasih kepada :
*orang tua dan keluarga tercinta
*para fasilitator
*semua bantuan yang kami terima baik secara langsung ataupun tidak langsung
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
kami menerima kritik dan saran pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan pada masa
yang akan datang.
Demikianlah laporan ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis khususnya

Padang, 18 MEI 2015

penulis

Step 1
1. HPP: (hemorraghic postpartum) perdarahan pasca kelahiran melebihi 500cc
2. Plasenta lahir: organ yang tumbuh didalam rahim selama kehamilan yang
menhubungkan jalur pasokan darah dari ibu ke bayi

Step 2
1.
2.
3.
4.
5.

Anamnesa trigger?
Pemeriksaan fisik?
Pemeriksaaan dalam?
Diagnosa banding?
Apa penatalaksanaan dini?
6. Apa pencegahan yang dapat dilakukan?

Step 3
1. Anamnesa
Nama:Umur:JK: perempuan
KU: perdarahan postpartum
Riwayat penyakit: gangguan pembuluh darah?
Apakah pernah mengalami perdarahan sebelumnya?
Bagaimana riwayat kehamilan?
Ini hamil keberapa?
Bagaimana proses persalinan sebelumnya?
Apakah ada pemakaian obat-obatan?
Pemeriksaan fisik:
Vital sign: normal
Pemeriksaan dalam:
Inspekulo: untuk menilai keadaan jalan lahir
Pemeriksaan lab:
o Hb
o COT
o PTT
Diagnosa banding:
Atonia uteri
Retensio plasenta
Laserasi jalan lahir
Penatalaksanaan:
Bila pada atonia uteri: berikan oksitoksin

Pada retensio plasenta: berikan oksitoksin 20 IU dalam 500ml, tf darah, berikan


antibiotik profilaksis
Pada laserasi jalan lahir: eksplorasi untuk identifikasi luka, irigasi pada tempat luka,
berikan larutan antiseptic
Pencegahan:
Pada antenatal care: pemeriksaan anemia dan pemeriksaan koagulasi
Pada intrapartum: berikan oksitoksin setelah persalinan, masase fundus uteri, traksi
tali pusat, lakukan pencegahan infeksi

Step 4
Ibu melahirkan bayi BB: 4000gr hidup, plasenta lahir BB 600gr (-) dicek

HPP

Penatalaksanaan

Step 5
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Anamnesa trigger
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dalam
Diagnosa banding trigger
Penatalaksanaan
Pencegahan

Step 6
Belajar mandiri

Step 7
1.

Anamnesa:
Nama: ibu hamil
Umur: Jenis kelamin: perempuan

Keluhan utama: pendarahan pasca kehamilan


Riwayat penyakit:
Apakah anda pernah mengalami pendarahan sebelumnya ?
Ibu hamil keberapa?
Adakan ibu pemakaian obat-obatan yang dapat menekan pembuluh darah?
Apakan ada keluarga dengan kelainan seperti ini ?
Bagaimana proses persalinan sebelumnya ?
Apakah ada gangguan pembuluh darah ?

Pemeriksaan fisik:
Vital Sign
Keadaan umum: baik
Kesadaran: compos mentis
Conjungtiva : tidak anemis
Tekanan darah : normal
HR : normal
RR : normal
Suhu : normal
Kontraksi uterus.

Kontraksi rahim dikatakan baik dan ideal apabila :


Kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
Kekuatan terbesar (dominasi) di daerah fundus
Terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi
Terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
Serviks uteri yang banyak mengandung kolagen dan kurang mengandung serabut
otot,akan tertarik ke atas oleh retraksi otot-otot korpus, kemudian terbuka secara pasif
dan mendatar (cervical effacement). Ostium uteri eksternum dan internum pun akan
terbuka.
Hal yang penting dinilai mengenai kontraksi rahim adalah :
Amplitudo : intensitas kontraksi otot polos : bagian pertama peningkatan agak
cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit)
Satuan his : unit Montevide (intensitas tekanan / mmHg terhadap frekuensi).

Periksa frekuensi dan durasi kontraksi uterus


Letakkan telapak tangan pada dinding depan abdomen ibu dan rasakan kontraksi
uterus yang terjadi . Catat awal dan akhir kontraksi uterus.
Kontraksi uterus juga dapat diperiksa dengan menggunakan kardiotokografi
Pemeriksaan lab:
Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar Hb <10
gr/dl berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk

Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi


Pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan
DD HPP:
1. Atonia uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah
persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak
mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah
terjadinya perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah
yang terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas
keseluruhan (Faisal, 2008).
Etio:
1. Partus lama
2. Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil, seperti pada hamil kembar,
atau janin besar
3. Multiparitas
4. Anestesi yang dalam
5. Anestesi lumbal
Gejala klinis:
1. Perdarahan pervaginam masif
2. Kontraksi uterus lemah
3. Anemia
4. Konsistensi rahim lunak
2. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir setengah jam
setelah janin lahir. Hal tersebut disebabkan (Wiknjosastro, 2005) :
1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus
2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus disebabkan :
1. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
2. Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus
sampai miometrium (plasenta akreta)
3. Plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi korialis menembus
sampai di bawah peritoneum (plasenta perkreta).
Gejala klinis:
1. Perdarahan pervagina
2. Plasenta belum keluar setelah 30 menit kelahiran bayi
3. Uterus berkontraksi dan kuat
3. Laserasi jalan lahir
Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
pasca persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robekan serviks atau vagina (Saifuddin, 2002). Setelah persalinan harus selalu
dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan serviks dengan
spekulum juga perlu dilakukan setelah persalinan.
Gejala klinis:

1.
2.
3.
4.

Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir


Uterus berkontraksi dan keras
Plasenta lengkap
Pucat dan lemah
Penatalaksanaan
a. Jika atonia uteri
suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil sesudah
janin keluar dari rahim.
pencegahan atonia uteri
pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
postpartum lebih dari 40% dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut
sbg terapi. menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam
persalinan, anemia, dan kebutuhan darah.
management atonia uteri:
1. Resusitasi
apabila terjadi perdarahan post partum banyak maka penangan awal yaitu
resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda
vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen.
2. Masase dan kompresi bimanual
teknik : basuh genitalia eksterna dengan larutan desinfektan; dalam
kedaruratan tidak diperlukan
1. eksplorasi dengan tangan kiri, sisipkan tinju ke dalam forniks anterior
vagina.
2. tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen di atas fundus uteri dan
menangkap uterus dari belakang atas.
3. tangan dalam menekan uterus ke atas terhadap tangan luar.
3. Uterotonika
Oksitosin
Metilergonovin maleat
Prostaglandin
Misoprostol
4. Uterine Lavage dan uterine packing
Indikasi: menghentikan dan mengurangi perdarahan, bila terjadi kegagalan
menghentikan perdarahan pasca persalinan setelah penatalaksanaan massage
uterus, kompresi bimanual, pemberian uterotonik, dan kuretase sisa plasenta atau
repair laserasi jalan lahir.
5. Operatif
Ligasi arteri uterina dan ligasi arteri iliaca interna.
b. Jika retensio plasenta
Laksanakan pemeriksaan umum.
Ukur vital sign,suhu,nadi,tensi,pernafasan
Laksanakan emeriksaan kebidanan
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Pemeriksaan dalam

Gunakan sarung tangan steril untuk melakukan vulva hygiene


Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta
Bila plasenta tidak lahhir dalam 30 menit sesudah kelahiran atau terjadi perdarahan
sementara plasenta belum lahir,maka berikan oxytosin IM
Pastikan bahwa kandung kemih kosong dan tunggu terjadi kontraksi kemudian coba
melahirkan plasenta dengan menggunakan peregangan tali pusat terkendali.
Bila dengan tindakan tersebut placenta belum lahir dan terjadi perdarahan banyak
maka placenta harus dilahirkan secara manual
Berikan cairan infus NACL atau RL secara guyur untuk mengganti cairan.
c. Jika laserasi jalan lahir:
Tindakan yang dilakukan untuk robekan jalan lahir adalah sebagai berikut :
a. Memasang kateter ke dalam kandung kencing untuk mencegah trauma terhadap
uretra saat penjahitan robekan jalan lahir.
b. Memperbaiki robekan jalan lahir.
c. Jika perdarahan tidak berhenti, tekan luka dengan kasa secara kuat kira-kira
selama beberapa menit. Jika perdarahan masih berlangsung, tambahkan satu atau
lebih jahitan untuk menghentikan perdarahan.
d. Jika perdarahan sudah berhenti, dan ibu merasa nyaman dapat diberikan
makanan dan minuman pada ibu..

1.
2.

Pencegahan:
Saat antenatal care:
Deteksi anemia
Pemeriksaan koagulasi
Pemberian oksitosin setelah bayi lahir
Traksi tali pusat terkontrol
Masase fundus uteri
Lakukan pencegahan infeksi

Anda mungkin juga menyukai