Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Plasenta previa merupakan komplikasi obstetri yang terjadi pada trimester
kedua dan ketiga kehamilan.1 Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau
sebagian dari ostium uteri internum.2 Kondisi ini merupakan salah satu penyebab
perdarahan dari vagina pada periode trimester kedua dan ketiga kehamilan.
Plasenta previa dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang serius baik
untuk janin dan juga ibunya.1
Kejadian paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan yang tidak
nyeri, yang biasanya belum terjadi sampai menjelang akhir trimester kedua atau
sesudahnya.3 Perdarahan awal umumnya jarang terjadi sangat hebat sehingga
tidak fatal. Perdarahan ini biasanya berhenti spontan, tetapi kemudian dapat
berulang. Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan
yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan
yang berat, dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat bisa
mendatangkan syok yang fatal.2
Insiden plasenta previa dilaporkan berkisar 1,7-2,9% pada beberapa
Rumah Sakit Umum Pemerintah. Insiden pada negara maju lebih rendah yakni
kurang dari 1%.2 Amerika Serikat, contohnya, insidennya hanya 0,30,5% dari
semua kehamilan.1 Kejadian ini meningkat pada kehamilan dengan paritas tinggi,
usia di atas 30 tahun, kehamilan ganda, dan wanita dengan riwayat operasi sesar.1,2
Pada laporan kasus ini akan dipaparkan mengenai wanita hamil yang datang
dengan perdarahan pada trimester ketiga yang disebabkan oleh plasenta previa.

BAB II
1

LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi
Nama

: Ny. S

Rekam Medik/Register : 0000832550


Usia

: 34 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Nama Suami

: Tn. H

Pekerjaan Suami

: Buruh

Alamat

: Lingukngan III No. 16 Betung, Banyuasin

MRS

: 13 Juli 2013

2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Hamil kurang bulan dengan perdarahan dari kemaluan.
Riwayat Perjalanan Penyakit
+ 1 hari SMRS, parturient mengeluh keluar darah dari kemaluan, warna
merah segar (+), banyaknya 3x ganti pembalut. Riwayat perut mulas yang
yang menjalar ke pinggang (-). Riwayat keluar darah lendir (-). Riwayat
keluar air-air (-). Riwayat perut diurut-urut (-), minum jamu-jamuan (-), post
coital (-), trauma (-). Riwayat demam (-). Parturient mengaku hamil kurang
bulan dan gerakan janin masih dirasakan. Parturient kemudian memeriksakan
diri ke spesialis obstetri dan ginekologi dan kemudian di rujuk ke Rumah
Sakit Muhammad Hoesin Palembang.

Riwayat Penyakit Dahulu


2

Parturient mengaku pertama kali keluar darah dari kemaluan saat usia
kandungan + 4 bulan, warna merah segar, banyaknya 1x ganti celana dalam.
Keluhan yang sama juga dirasakan saat usia kandungan + 6 bulan, warna
merah segar, banyaknya 2x ganti pembalut. Sejak perdarahan pertama,
parturient rutin memeriksakan diri ke spesialis obstetri dan ginekologi.
Riwayat Perkawinan: 1 x lamanya 12 tahun
Riwayat Reproduksi: Menarch umur 15 tahun, haid teratur, lamanya 4-5 hari,
siklus 28 hari, nyeri saat haid (-)
Riwayat Obstetri:G4P2A1

1.

Tempat
Bersalin
Bidan

2002

2.

Bidan

2005

3.

SpOG

2011

4.

Hamil ini

No

Tahun

Hasil
Kehamilan
1
orang
hidup
1
orang
hidup
Abortus,
usia
kandungan
+ 3 bulan

Jenis
Persalinan
Normal
Normal
Kuretase

Penyulit
Tidak
ada
Tidak
ada
-

Nifas
Baik
Baik
-

Sex
Lakilaki
Lakilaki
-

Anak
BB
3000
kg
3500
kg
-

KU
Baik
Baik
-

Haid pertama hari terakhir: 5 Desember 2013


Taksiran persalinan

: 12 September 2014

Riwayat kontrol kehamilan: 1x dengan bidan, 5x dengan Sp.OG


Riwayat sosial ekonomi : Sedang
Riwayat gizi: Baik
Riwayat penyakit yang pernah diderita:
R/ Diabetes melitus disangkal
R/ Hipertensi disangkal
R/ Penyakit jantung disangkal
2.3 Pemeriksaan Fisik
Status Present
3

Keadaan umum : Baik


Kesadaran

: Kompos mentis

Berat badan

: 64 kg

Tinggi badan

: 155 cm

Tekanan darah

: 130/80 mmHg

Nadi

: 89 x/menit

Pernafasan

: 22 x/menit

Suhu

: 36,5C

Anemia

: -/-

Gizi

: Sedang

Jantung

: Murmur (-); Gallop (-)

Paru

: Vesikuler (+) N; Wheezing (-/-); Ronkhi (-/-)

Hati/limfa

: Sulit dinilai

Refleks fisiologis : Biseps (N/N), Triseps (N/N), Patella (N/N), Achilles


(N/N)
Refleks patologis : Babinsky (-/-) Chaddock (-/-)
BAK

: Biasa

BAB

: Biasa

Turgor kulit

: Biasa

Mata cekung

: -/-

Edema pretibial : -/Status Obstetri


Pemeriksaan luar:
Tinggi fundus uteri pada pertengahan prosesus xiphoideus-pusat (28 cm),
detak jantung janin 140 kali/menit, teratur, letak janin memanjang, punggung
kanan, terbawah kepala, penurunan 3/5, his 2x/10'/10", taksiran berat janin
2325 gram.
Pemeriksaan Dalam Vagina :

Inspekulo : Porsio livide, OUE terbuka, fluor (-), fluxus (+), darah tak aktif,
E/L/P (-).
2.4 Pemeriksaan Penunjang
USG
Tampak Janin Tunggal Hidup presentasi kepala
Biparietal Diameter

: 84

Head Circumference

: 325

Abdominal Circumference

: 248

Femur Length

: 65

Estimated Fetal Weight

: 2310 g

Plasenta di korpus anterior meluas menutupi seluruh ostium uteri internum


Ketuban cukup
Kesan: Hamil 34 minggu, janin tunggal hidup, presentasi kepala dengan
plasenta previa totalis
2.5 Diagnosis Kerja
G4P2A1 hamil 34 minggu belum inpartu dengan hemmorhagic antepartum e.c
plasenta previa totalis janin tunggal hidup presentasi kepala
2.6 Prognosis
Ibu dan Janin: Dubia
2.7 Penatalaksanaan
Rencana terminasi perabdominam
Observasi tanda vital, his, perdarahan, dan denyut jantung janin
IVFD Ringer Laktat gtt XX/m
Injeksi Seftriakson 2x1 gr IV
Injeksi Deksametason 2x6 gr IV
Kosongkan kandung kemih

Pemeriksaan laboratorium darah rutin, urin rutin, kimia darah dan cross
match
2.8 Laporan Operasi
Tanggal: 14 Juli 2014
Pukul 05.55 WIB: Operasi dimulai
Parturient dalam posisi terlentang dengan anestesi spinal
Dilakukan insisi pfannenstiel 2 jari diatas simfisis
Pukul 06.00 WIB: Lahir janin neonatus hidup, jenis kelamin laki-laki, BB
2600 gr, PB 46 cm, AS 8/9
Pukul 06.03 WIB: Plasenta lahir lengkap, BP: 450 gram, PTP: 50 cm,
ukuran: 19x20 cm.
Pukul 06.55 WIB: Operasi selesai.
2.9 Evaluasi
14 Juli 2014 pukul 07.00
Instruksi Post Operatif
1. Observasi tanda vital ibu dan perdarahan
- tiap 15 s/d 1 jam post op
- tiap 30 s/d 4 jam post op
- tiap 60 s/d 24 jam post op
2. IVFD RL + Oksitosin 2 ampul gtt XX/menit
3. Cek hemoglobin post op -> jika Hb <10 g/dl tranfusi s/d Hb 10 g/dl
4. Kateter menetap 24 jam post op, catat intake dan output
5. Immobilisasi 24 jam
6. Diet biasa
7. ASI on demand
8. Obat-obatan:
- Inj. Seftriakson 2x1g IV
- Inj. Metronidazol 3x500 mg
- Inj. Tramadol 3x1
6

- Inj. Alinamin 3x1


- Inj. Vit. C 3x1 ampul IV
14 Juli 2014, pukul 10.00
Keluhan : nyeri pada luka operasi
Status present:
KU : sedang

Sense : CM

TD

: 120/70 mmHg

: 82 x/menit

: 36,5oC

RR

: 18 x/menit

Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar:
Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan (-),
lokia rubra (+), luka bekas operasi tertutup opsite.
Diagnosis:
P3A1 post SSTP a/i plasenta previa totalis, neonatus laki-laki, BB=2600
gram, PB= 46 cm, AS 8/9
Terapi:
- Observasi tanda vital dan perdarahan
- IVFD RL + 20 IU Oksitosin gtt XX/menit
- Kateter menetap 24 jam post op
- Inj. Ceftriaxone 2x1g IV (skin test)
- Metronidazol flash 3x1
- Inj. Transamin 3x1
- Inj. Tramadol 3x1
- Imobilisasi 24 jam
- Diet biasa
- Vitamin C 1x1 tab

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Plasenta Previa
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan
yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan
yang berat, dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat bisa
mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabnya adalah plasenta previa. Pada
umumnya penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa
perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan
terjadi pada waktu yang tidak tertentu, tanpa trauma. Sering disertai oleh kelainan
letak janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk ke dalam
panggul, tetapi masih mengambang di atas pintu atas panggul.2
Definisi2,3
Plasenta previa adalah
plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim
demikian

rupa

menutupi

sehingga

seluruh

atau

sebagian dari ostium uteri


internum.

Sejalan

bertambah

dengan

membesarnya

rahim dan meluasnya segmen


bawah

rahim

ke

arah

proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim


ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi.

Klasifikasi2
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal.
Insiden1,2
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda
daripada kehamilan tunggal. Uterus bercacat ikut mempertinggi angka
kejadiannya. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidennya lebih
rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil
paritas tinggi.
Faktor Risiko1
Faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa adalah umur
penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun dan pada umur > 35 tahun,
paritas yaitu pada multipara, endometrium yang cacat seperti: bekas operasi,
bekas kuretase atau manual plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri
atau polip, dan pada keadaan malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat
implantasi yang lebih subur, serta bekas persalinan berulang dengan jarak
kehamilan < 2 tahun dan kehamilan 2 tahun.
Faktor faktor predisposisi plasenta previa yaitu: 1) Umur dan paritas.
Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah. 2) Endometrium yang cacat.
9

Endometrium yang hipoplastis pada hamil muda, endometrium bekas persalinan


berulang ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi, kuretase,
dan manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena endometrium
belum siap menerima hasil konsepsi. 3) Hipoplasia endometrium : bila menikah
dan hamil pada umur muda.
Etiologi2,4
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum
diketahui secara pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa
desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang yang mungkin. Teori
lain mengemukakan salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang
tidak memadai mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas
tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kuret, miomektomi,
dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di
endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor risiko terjadinya
plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan insiden dua sampai
tiga kali. Pada perempuan perokok dijumpai insiden plasenta previa lebih tinggi 2
kali lipat. Hipoksemia akibat karbon monoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta
yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa
menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Patofisiologi2
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah
rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak
plasenta terbentuknya dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang
tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya istmus uteri menjadi segmen
bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya. Demikian pula pada waktu
10

servik mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang lepas. Pada tempat
laserasi itu akn terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruang
intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada plasenta previa
betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim senantiasa
terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran
segmen bawah uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
Gambaran Klinik2,3
Kejadian paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan yang tidak
nyeri, yang biasanya belum terjadi sampai menjelang akhir trimester kedua atau
sesudahnya. Perdarahan awal umumnya jarang terjadi sangat hebat sehingga tidak
fatal. Perdarahan ini biasanya berhenti spontan, tetapi kemudian dapat berulang.
Darah berwarna merah segar, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi
perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya, timbulnya
penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin dapat menimbulkan
asfiksia sampai kematian janin dalam rahim, bagian terbawah janin belum masuk
pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan letak oleh karena letak
plasenta previa berada di bawah janin.
Diagnosis2,4
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan sebagai berikut :
a. Anamnesis plasenta previa, antara lain: terjadinya perdarahan pada
kehamilan 28 minggu berlangsung tanpa nyeri, dapat berulang, tanpa
alasan terutama pada multigravida.
b. Pada inspeksi dijumpai, antara lain: perdarahan pervaginam encer sampai
bergumpal dan pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
11

c. Pemeriksaan fisik ibu, antara lain dijumpai keadaan bervariasi dari


keadaan normal sampai syok, kesadaran penderita bervariasi dari
kesadaran baik sampai koma. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tekanan
darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal, tekanan darah turun, nadi
dan pernafasan meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin, serta tampak
anemis.
d. Pemeriksaan Khusus Kebidanan : i) Pemeriksaan palpasi abdomen, antara
lain: janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
hamil, karena letak plasenta di segmen bawah lahir, maka dapat dijumpai
kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi. ii)
Denyut jantung janin bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian
dalam rahim. ii). Pemeriksaan dalam, yaitu pemeriksaan dalam dilakukan
di atas meja operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan. Tujuan
pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosa pasti, mempersiapkan
tindakan untuk melakukan operasi persalinan, hasil pemeriksaan dalam
teraba plasenta sekitar ostium uteri internum.
Komplikasi3,4
Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin.
Komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu:
a. Komplikasi pada ibu
Perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta dengan inersio di
depan., infeksi karena anemia, robekan implantasi plasenta di bagian
belakang segmen bawah rahim, terjadinya ruptura uteri karena susunan
jaringan rapuh dan sulit diketahui.
b. Komplikasi pada janin
Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, mudah infeksi
karena anemia disertai daya tahan rendah, asfiksia intrauterin sampai
dengan kematian. Ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin
antara lain:

12

1) Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan


tapak plasenta dari insersi sehingga terjadilah perdarahan yang tidak dapat
dicegah berulang kali, penderita anemia dan syok.
2) Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga
dengan mudah jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam miometrium
bahkan ke parametrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta akreta
dan mungkin inkerta.
3) Servik dan segmen bawah raim yang rapuh dan kaya akan pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak
menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal.
Penatalaksanaan4
Terdapat 2 macam terapi, yaitu :
Terapi Ekspektatif
Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar
baginya kecil sekali. Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu
baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ini
adalah keadaan ibu masih baik (Hb-normal) dan perdarahan tidak banyak,
besarnya pembukaan, dan tingkat plasenta previa.
Terapi Aktif
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan, adapun caranya: 1)
Cara vaginal Untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan demikian
menutup pembuluh pembuluh darah yang terbuka (tamponade plasenta). 2) Cara
Sectio caesarea dengan maksud untuk mengosongkan rahim sehingga dapat
mengadakan retraksi dan menghentikan perdarahan dan juga untuk mencegah
terjadinya robekan serviks yang agak sering dengan usaha persalinan pervaginam
pada plasenta previa. Prinsip dasar penanganan plasenta previa yaitu, setiap ibu
dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas transfusi darah dan operasi. Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang
sekali atau boleh dikatakan tidak pernah menyebabkan kematian, asal sebelumnya
13

tidak diperiksa dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan
penderita ke rumah sakit, sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir
selalu akan lebih banyak daripada sebelumnya, jangan sekali kali melakukan
pemeriksaan dalam keadaan siap operasi. Apabila dengan penilaian yang tenang
dan jujur ternyata perdarahan yang telah berlangsung, atau yang akan berlangsung
tidak akan membahayakan ibu dan janin (yang masih hidup) dan kehamilannya
belum cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan
persalinan belum mulai, dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai
janindapat hidup di luar kandungan lebih baik lagi (Penanganan Pasif) sebaliknya,
kalau perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung akan
membahayakan ibu dan atau janinnya, kehamilannya telah cukup 36 minggu, atau
taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram, atau persalinan telah mulai, maka
penanganan pasif harus ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif. Dalam hal
ini pemeriksaan dalam dilakukan di meja operasi dalam keadaan siap operasi.

14

BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang wanita, 34 tahun, G4P2A1 datang dengan keluhan hamil kurang
bulan dengan keluar darah dari kemaluan. Darah yang keluar berwarna merah
segar sebanyak 3x ganti pembalut. Riwayat perut mulas yang menjalar ke
pinggang, keluar darah lendir, dan keluar air-air tidak ditemui. Perturient juga
mengaku tidak ada riwayat perut diurut-urut, minum jamu, post koitus, dan
trauma sebelumnya. Parturient mengaku pernah mengalami keluhan yang sama
saat usia kandungan 4 dan 6 bulan, meskipun darah yang keluar saat itu lebih
sedikit. Parturient pernah melahirkan sebanyak 2 kali dan abortus sebanyak 1x
yang dilakukan tindakan kuretase oleh spesialis obstetri dan ginekologi.
Salah satu penyebab perdarahan pada ibu hamil trimester kedua dan ketiga
adalah plasenta previa. Dari hasil anamnesis diatas dapat dipikirkan bahwa ibu
tersebut mengalami plasenta previa dilihat dari keluhan utama yang dirasakan
yakni keluar darah pada usia kehamilan kurang bulan. Keluar darah tidak nyeri
dan tidak adanya riwayat trauma juga mendukung diagnosa tersebut. Pada
plasenta previa, keluar darah

mulai terjadi pada akhir trimester kedua dan

seterusnya dan semakin lama semakin banyak, hal ini juga yang dirasakan pada
ibu ini. Dari usia dapat dilihat bahwa ibu ini berusia 34 tahun yang juga
merupakan faktor risiko terjadinya plasenta previa, yakni pada ibu dengan usia
diatas 30 tahun. Ibu ini juga merupakan multipara dan terdapat riwayat kuretase
sebelumnya. Keduanya merupakan faktor risiko terjadinya plasenta previa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri pada pertengahan
prosesus xiphoideus dan pusat, setinggi 28 cm, sehingga dapat diperkirakan berat
janin sebesar 2325 gram, yang berarti janin masih belum aterm. Dari pemeriksaan
leopold dapat diambil kesimpulan bahwa letak janin memanjang dengan
punggung disebelah kanan ibu dan presentasi kepala. His masih belum adekuat
dan janin juga baru masuk sepenuhnya ke dalam pintu atas panggul. Dari
pemeriksaan dalam ditemukan portio livide yang berarti ibu dalam keadaan hamil,
terdapat fluxus berupa darah, tetapi tidak aktif yang mendukung diagnosis
15

plasenta previa. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan kesan ibu tersebut hamil
34 minggu, janin tunggal hidup, presentasi kepala dengan plasenta previa totalis.
Untuk

penatalaksanaan

pada

parturient

ini

dilakukan

terminasi

secara

perabdominam dengan sebelumnya diberikan antibiotik berupa seftriakson dan


deksametason untuk pematangan paru bayi. Penatalaksaan ini dapat dikatakan
tepat karena kemungkinan perdarahan ibu, jika berlanjut, dapat membahayakan
nyawa ibu dan juga janinnya. Tatalaksana juga dipilih perabdominam karena
plasenta sudah menutupi seluruh jalan lahir sehingga risiko perdarahan lebih besar
jika dilakukan secara pervaginam. Deksametason diberikan sebagai pematangan
paru karena pada kasus ini janin masih belum cukup bulan untuk dilahirkan.
Penyebab dari terjadinya plasenta previa secara umum masih belum
diketahui secara pasti. Akan tetapi, pada kasus ini terdapat beberapa risiko yang
meningkatkan kejadian plasenta previa tersebut, yakni diantaranya usia ibu diatas
30 tahun, multiparitas, dan juga adanya riwayat pernah dikuretase sebelumnya.

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Joy, Saju. 2014. Placenta Previa. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/262063-overview#showall
2. Chalik, T.M.A., Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam
: Prawirohardjo, Sarwono., 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan I.
Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Leveno, Kenneth J, Cunningham, F. Gary, et al. 2003. Obstetri Williams.
Jakarta: EGC.
4. Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I & II Edisi 2. EGC, Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai