PENDAHULUAN
Plasenta previa merupakan komplikasi obstetri yang terjadi pada trimester
kedua dan ketiga kehamilan.1 Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau
sebagian dari ostium uteri internum.2 Kondisi ini merupakan salah satu penyebab
perdarahan dari vagina pada periode trimester kedua dan ketiga kehamilan.
Plasenta previa dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang serius baik
untuk janin dan juga ibunya.1
Kejadian paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan yang tidak
nyeri, yang biasanya belum terjadi sampai menjelang akhir trimester kedua atau
sesudahnya.3 Perdarahan awal umumnya jarang terjadi sangat hebat sehingga
tidak fatal. Perdarahan ini biasanya berhenti spontan, tetapi kemudian dapat
berulang. Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan
yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan
yang berat, dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat bisa
mendatangkan syok yang fatal.2
Insiden plasenta previa dilaporkan berkisar 1,7-2,9% pada beberapa
Rumah Sakit Umum Pemerintah. Insiden pada negara maju lebih rendah yakni
kurang dari 1%.2 Amerika Serikat, contohnya, insidennya hanya 0,30,5% dari
semua kehamilan.1 Kejadian ini meningkat pada kehamilan dengan paritas tinggi,
usia di atas 30 tahun, kehamilan ganda, dan wanita dengan riwayat operasi sesar.1,2
Pada laporan kasus ini akan dipaparkan mengenai wanita hamil yang datang
dengan perdarahan pada trimester ketiga yang disebabkan oleh plasenta previa.
BAB II
1
LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi
Nama
: Ny. S
: 34 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
Nama Suami
: Tn. H
Pekerjaan Suami
: Buruh
Alamat
MRS
: 13 Juli 2013
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Hamil kurang bulan dengan perdarahan dari kemaluan.
Riwayat Perjalanan Penyakit
+ 1 hari SMRS, parturient mengeluh keluar darah dari kemaluan, warna
merah segar (+), banyaknya 3x ganti pembalut. Riwayat perut mulas yang
yang menjalar ke pinggang (-). Riwayat keluar darah lendir (-). Riwayat
keluar air-air (-). Riwayat perut diurut-urut (-), minum jamu-jamuan (-), post
coital (-), trauma (-). Riwayat demam (-). Parturient mengaku hamil kurang
bulan dan gerakan janin masih dirasakan. Parturient kemudian memeriksakan
diri ke spesialis obstetri dan ginekologi dan kemudian di rujuk ke Rumah
Sakit Muhammad Hoesin Palembang.
Parturient mengaku pertama kali keluar darah dari kemaluan saat usia
kandungan + 4 bulan, warna merah segar, banyaknya 1x ganti celana dalam.
Keluhan yang sama juga dirasakan saat usia kandungan + 6 bulan, warna
merah segar, banyaknya 2x ganti pembalut. Sejak perdarahan pertama,
parturient rutin memeriksakan diri ke spesialis obstetri dan ginekologi.
Riwayat Perkawinan: 1 x lamanya 12 tahun
Riwayat Reproduksi: Menarch umur 15 tahun, haid teratur, lamanya 4-5 hari,
siklus 28 hari, nyeri saat haid (-)
Riwayat Obstetri:G4P2A1
1.
Tempat
Bersalin
Bidan
2002
2.
Bidan
2005
3.
SpOG
2011
4.
Hamil ini
No
Tahun
Hasil
Kehamilan
1
orang
hidup
1
orang
hidup
Abortus,
usia
kandungan
+ 3 bulan
Jenis
Persalinan
Normal
Normal
Kuretase
Penyulit
Tidak
ada
Tidak
ada
-
Nifas
Baik
Baik
-
Sex
Lakilaki
Lakilaki
-
Anak
BB
3000
kg
3500
kg
-
KU
Baik
Baik
-
: 12 September 2014
: Kompos mentis
Berat badan
: 64 kg
Tinggi badan
: 155 cm
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 89 x/menit
Pernafasan
: 22 x/menit
Suhu
: 36,5C
Anemia
: -/-
Gizi
: Sedang
Jantung
Paru
Hati/limfa
: Sulit dinilai
: Biasa
BAB
: Biasa
Turgor kulit
: Biasa
Mata cekung
: -/-
Inspekulo : Porsio livide, OUE terbuka, fluor (-), fluxus (+), darah tak aktif,
E/L/P (-).
2.4 Pemeriksaan Penunjang
USG
Tampak Janin Tunggal Hidup presentasi kepala
Biparietal Diameter
: 84
Head Circumference
: 325
Abdominal Circumference
: 248
Femur Length
: 65
: 2310 g
Pemeriksaan laboratorium darah rutin, urin rutin, kimia darah dan cross
match
2.8 Laporan Operasi
Tanggal: 14 Juli 2014
Pukul 05.55 WIB: Operasi dimulai
Parturient dalam posisi terlentang dengan anestesi spinal
Dilakukan insisi pfannenstiel 2 jari diatas simfisis
Pukul 06.00 WIB: Lahir janin neonatus hidup, jenis kelamin laki-laki, BB
2600 gr, PB 46 cm, AS 8/9
Pukul 06.03 WIB: Plasenta lahir lengkap, BP: 450 gram, PTP: 50 cm,
ukuran: 19x20 cm.
Pukul 06.55 WIB: Operasi selesai.
2.9 Evaluasi
14 Juli 2014 pukul 07.00
Instruksi Post Operatif
1. Observasi tanda vital ibu dan perdarahan
- tiap 15 s/d 1 jam post op
- tiap 30 s/d 4 jam post op
- tiap 60 s/d 24 jam post op
2. IVFD RL + Oksitosin 2 ampul gtt XX/menit
3. Cek hemoglobin post op -> jika Hb <10 g/dl tranfusi s/d Hb 10 g/dl
4. Kateter menetap 24 jam post op, catat intake dan output
5. Immobilisasi 24 jam
6. Diet biasa
7. ASI on demand
8. Obat-obatan:
- Inj. Seftriakson 2x1g IV
- Inj. Metronidazol 3x500 mg
- Inj. Tramadol 3x1
6
Sense : CM
TD
: 120/70 mmHg
: 82 x/menit
: 36,5oC
RR
: 18 x/menit
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar:
Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan (-),
lokia rubra (+), luka bekas operasi tertutup opsite.
Diagnosis:
P3A1 post SSTP a/i plasenta previa totalis, neonatus laki-laki, BB=2600
gram, PB= 46 cm, AS 8/9
Terapi:
- Observasi tanda vital dan perdarahan
- IVFD RL + 20 IU Oksitosin gtt XX/menit
- Kateter menetap 24 jam post op
- Inj. Ceftriaxone 2x1g IV (skin test)
- Metronidazol flash 3x1
- Inj. Transamin 3x1
- Inj. Tramadol 3x1
- Imobilisasi 24 jam
- Diet biasa
- Vitamin C 1x1 tab
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Plasenta Previa
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan
yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan
yang berat, dan jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat bisa
mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabnya adalah plasenta previa. Pada
umumnya penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa
perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan
terjadi pada waktu yang tidak tertentu, tanpa trauma. Sering disertai oleh kelainan
letak janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk ke dalam
panggul, tetapi masih mengambang di atas pintu atas panggul.2
Definisi2,3
Plasenta previa adalah
plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim
demikian
rupa
menutupi
sehingga
seluruh
atau
Sejalan
bertambah
dengan
membesarnya
rahim
ke
arah
Klasifikasi2
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap plasenta letak normal.
Insiden1,2
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda
daripada kehamilan tunggal. Uterus bercacat ikut mempertinggi angka
kejadiannya. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidennya lebih
rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil
paritas tinggi.
Faktor Risiko1
Faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa adalah umur
penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun dan pada umur > 35 tahun,
paritas yaitu pada multipara, endometrium yang cacat seperti: bekas operasi,
bekas kuretase atau manual plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri
atau polip, dan pada keadaan malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat
implantasi yang lebih subur, serta bekas persalinan berulang dengan jarak
kehamilan < 2 tahun dan kehamilan 2 tahun.
Faktor faktor predisposisi plasenta previa yaitu: 1) Umur dan paritas.
Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah. 2) Endometrium yang cacat.
9
servik mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang lepas. Pada tempat
laserasi itu akn terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruang
intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada plasenta previa
betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim senantiasa
terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran
segmen bawah uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.
Gambaran Klinik2,3
Kejadian paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan yang tidak
nyeri, yang biasanya belum terjadi sampai menjelang akhir trimester kedua atau
sesudahnya. Perdarahan awal umumnya jarang terjadi sangat hebat sehingga tidak
fatal. Perdarahan ini biasanya berhenti spontan, tetapi kemudian dapat berulang.
Darah berwarna merah segar, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi
perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya, timbulnya
penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin dapat menimbulkan
asfiksia sampai kematian janin dalam rahim, bagian terbawah janin belum masuk
pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan letak oleh karena letak
plasenta previa berada di bawah janin.
Diagnosis2,4
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan sebagai berikut :
a. Anamnesis plasenta previa, antara lain: terjadinya perdarahan pada
kehamilan 28 minggu berlangsung tanpa nyeri, dapat berulang, tanpa
alasan terutama pada multigravida.
b. Pada inspeksi dijumpai, antara lain: perdarahan pervaginam encer sampai
bergumpal dan pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
11
12
tidak diperiksa dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan
penderita ke rumah sakit, sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir
selalu akan lebih banyak daripada sebelumnya, jangan sekali kali melakukan
pemeriksaan dalam keadaan siap operasi. Apabila dengan penilaian yang tenang
dan jujur ternyata perdarahan yang telah berlangsung, atau yang akan berlangsung
tidak akan membahayakan ibu dan janin (yang masih hidup) dan kehamilannya
belum cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan
persalinan belum mulai, dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai
janindapat hidup di luar kandungan lebih baik lagi (Penanganan Pasif) sebaliknya,
kalau perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung akan
membahayakan ibu dan atau janinnya, kehamilannya telah cukup 36 minggu, atau
taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram, atau persalinan telah mulai, maka
penanganan pasif harus ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif. Dalam hal
ini pemeriksaan dalam dilakukan di meja operasi dalam keadaan siap operasi.
14
BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang wanita, 34 tahun, G4P2A1 datang dengan keluhan hamil kurang
bulan dengan keluar darah dari kemaluan. Darah yang keluar berwarna merah
segar sebanyak 3x ganti pembalut. Riwayat perut mulas yang menjalar ke
pinggang, keluar darah lendir, dan keluar air-air tidak ditemui. Perturient juga
mengaku tidak ada riwayat perut diurut-urut, minum jamu, post koitus, dan
trauma sebelumnya. Parturient mengaku pernah mengalami keluhan yang sama
saat usia kandungan 4 dan 6 bulan, meskipun darah yang keluar saat itu lebih
sedikit. Parturient pernah melahirkan sebanyak 2 kali dan abortus sebanyak 1x
yang dilakukan tindakan kuretase oleh spesialis obstetri dan ginekologi.
Salah satu penyebab perdarahan pada ibu hamil trimester kedua dan ketiga
adalah plasenta previa. Dari hasil anamnesis diatas dapat dipikirkan bahwa ibu
tersebut mengalami plasenta previa dilihat dari keluhan utama yang dirasakan
yakni keluar darah pada usia kehamilan kurang bulan. Keluar darah tidak nyeri
dan tidak adanya riwayat trauma juga mendukung diagnosa tersebut. Pada
plasenta previa, keluar darah
seterusnya dan semakin lama semakin banyak, hal ini juga yang dirasakan pada
ibu ini. Dari usia dapat dilihat bahwa ibu ini berusia 34 tahun yang juga
merupakan faktor risiko terjadinya plasenta previa, yakni pada ibu dengan usia
diatas 30 tahun. Ibu ini juga merupakan multipara dan terdapat riwayat kuretase
sebelumnya. Keduanya merupakan faktor risiko terjadinya plasenta previa.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri pada pertengahan
prosesus xiphoideus dan pusat, setinggi 28 cm, sehingga dapat diperkirakan berat
janin sebesar 2325 gram, yang berarti janin masih belum aterm. Dari pemeriksaan
leopold dapat diambil kesimpulan bahwa letak janin memanjang dengan
punggung disebelah kanan ibu dan presentasi kepala. His masih belum adekuat
dan janin juga baru masuk sepenuhnya ke dalam pintu atas panggul. Dari
pemeriksaan dalam ditemukan portio livide yang berarti ibu dalam keadaan hamil,
terdapat fluxus berupa darah, tetapi tidak aktif yang mendukung diagnosis
15
plasenta previa. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan kesan ibu tersebut hamil
34 minggu, janin tunggal hidup, presentasi kepala dengan plasenta previa totalis.
Untuk
penatalaksanaan
pada
parturient
ini
dilakukan
terminasi
secara
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Joy, Saju. 2014. Placenta Previa. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/262063-overview#showall
2. Chalik, T.M.A., Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam
: Prawirohardjo, Sarwono., 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan I.
Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Leveno, Kenneth J, Cunningham, F. Gary, et al. 2003. Obstetri Williams.
Jakarta: EGC.
4. Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I & II Edisi 2. EGC, Jakarta.
17