I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pewarisan sifat pada tingkat populasi dipelajari pada cabang genetika yang
disebut genetika populasi. Ruang lingkup genetika populasi secara garis besar
oleh beberapa penulis dikatakan terdiri atas dua bagian, yaitu deduksi prinsipprinsip Mendel pada tingkat populasi dan mekanisme pewarisan sifat kuantitatif.
Analisis genetik sifat-sifat kuantitatif hanya dapat dilakukan pada tingkat populasi
karena individu tidak informatif.
Untuk mempelajari pola pewarisan sifat pada tingkat populasi, terlebih
dahulu dipahami pengertian populasi dalam arti genetika atau lazim disebut juga
populasi mendelian. Populasi mendelian adalah suatu kelompok individu suatu
spesies yang berproduksi secara seksual, hidup di tempat tertentu pada saat yang
sama dan diantara mereka terjadi perkawinan (interbreeding) sehingga masingmasing akan memberikan kontribusi genetik ke dalam lungkang gen (gene pool),
yaitu sekumpulan informasi genetik yang dibawa oleh semua individu dalam
populasi.
Deskripsi susunan genetik suatu populasi mendelian dapat diperoleh apabila
kita mengetahui macam genotipe yang ada dan juga banyaknya masing-masing
genotipe tersebut. Sebagai contoh, di dalam populasi tertentu terdapat tiga macam
genotipe, yaitu AA, Aa dan aa. Maka, proporsi atau persentase genotipe AA, Aa
dan aa akan menggambarkan susunan genetik populasi tempat mereka berada.
Adapun nilai proporsi genotipe tersebut dikena dengan istilah frekuensi genotipe.
Jadi, frekuensi genotip dapat diartikan sebagai proporsi atau persentase genotip
tertentu di dalam suatu populasi. Susunan genetik suatu populasi ditinjau dari gen-
107
gen yang ada dinyatakan sebagai frekuensi gen atau disebut juga frekuensi alel,
yaitu proporsi atau persentase alel tertentu pada suatu lokus.
Jika individu-individu dalam populasi mengadakan persilangan secara acak
dan beberapa asumsi dipenuhi, maka frekuensi alel dalam populasi akan tetap
dalam keseimbangan yang stabil, yaitu akan berubah dari generasi ke generasi
berikutnya. Tiap gamet yang berbeda akan terbentuk sebanding dengan frekuensi
masing-masing alelnya dan frekuensi tiap zigot akan sama hasil kali dari frekuensi
gamet-gametnya. Keadaan demikian disebut dengan keseimbangan HardyWeinberg.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menghitung frekuensi alel dan frekuensi
genotip, membuktikan hukum Hardy-Weinberg serta mengukur sifat-sifat
kualitatif dan kuantitatif.
108
tingkat populasi. Adapun populasi yaitu suatu kelompok dari satu macam
organisme. Dari situ dapat diambil cuplikan (Suryo, 1991).
Suatu populasi terdiri atas inividu-individu sejenis yang saling berinteraksi.
Dalam suatu populasi menurut hukum Hardy Weinberg adalah tetap. Menurut
hukum Hardy-Weinberg jika individu-individu dalam populasi melakukan atau
mengadakan persilangan secara acak dan beberapa asumsi terpenuhi, maka
frekuensi alel dalam populasi akan tetap dalam keseimbangan yang stabil, yaitu
tidak berubah dari generasi ke generasi berikutnya. Tiap gamet yang terbentuk
akan sebanding dengan frekuensi masing-masing alelnya dan frekuensi tiap tipe
zigot akan sama dengan hasil kali dari frekuensi gamet-gametnya (Stanfield,
1991).
Beberapa asumsi yang mendasari perolehan keseimbangan genetik seperti
diekspresikan dalam persamaan Hardy-Weinberg adalah :
1.
2.
Populasi itu tidak terbatas besarnya dan melakukan secara acak (panmikitis)
Tidak terdapat seleksi, yaitu setiap genotip yang dipersoalkan dapat bertahan
3.
4.
5.
tersebut,
maka
terjadi
pelanggaran
hukum
Hardy-Weinberg
dan
akan
109
110
B. Prosedur Kerja
Percobaan 1
Misal suatu populasi yang sudah dalam keadaan seimbang, tersusun dari individuindividu dengan warna merah (GG), putih (gg) dan merah muda (Gg).
1. Sebanyak 200 individu diambil secara acak
2. Warna individu yang terpilih dicatat
3. Frekuensi genotip dan frekuensi alel G dan alel g dihitung
Percobaan 2
Siapkan 2 kantong yang sama ukurannya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
banyak
Kancing dari setiap kantong diambil secara acak dan dicatat warna keduanya
Pengambilan diulang sebanyak 100 kali
Frekuensi genotip dan frekuensi alelnya dihitung
Data dimasukkan dalam tabel yang tersedia
Dianalisis dengan X2
Percobaan 3
Pengamatan karakter kuantitatif dan kualitatif menggunakan kacang tanah.
1.
Individu diambil secara acak dari populasi kacang tanah yang tersedia dan
2.
3.
ditimbang
Pekerjaan tersebut diulang sebanyak 100 kali
Bobot diamati dan dibuat grafiknya
111
= 1 0,47= 0,53
2. Frekuensi Genotipe
a. PP = (p2) 100%
= (0,53)2 100%
= 28,09%
b. 2pq = 2 (p) (q) 100%
= 2(0,53)(0,47) 100%
= 49,82%
c. qq = (0,47)2 100%
= (0,47)2 100%
= 22,09%
= pp + 2pq + qq
= 28,09+49,82 +22,09%
= 100%
Maka q2 =
0,47
112
Observasi (O)
Harapan (E)
GG
51
x 200 =50
Karakteristik
|O yang
E|2 diamati
Gg
103
x 200
X2
=1
0,02
=9
0,09
=
0
0,32
0,32
113
Percobaan 2
1. Frekuensi Alel
p2 + 2pq + q2 = 1
p +q =1
Jumlah hh = 45
Maka q2 =
0,67
= 1 0,67 = 0,33
1. Frekuensi Genotipe
a. PP = (p2) 100%
= (0,33)2 100%
= 10,89 %
c. 2pq = 2 (p) (q) 100%
= 2(0,33)(0,67) 100%
= 44,22%
d. qq = (q)2 100%
= (0,67) 2 100%
= 44,89 %
= pp + 2pq + qq
=10,89+ 44,22 +44,89%
= 100%
HH
Observasi (O)
Harapan (E)
26
29
x 100 = 25
|O E|2
Jumlah total
45
x 100 = 50
100
x 100 = 25
=1
=441
=400
0,04
8,82
16
100
842
24,86
X2
0,04
8,82
16
24,86
2
2
Kesimpulan : X hit > X tab = 24,86 > 5,99
Maka hasil pengujian tidak signifikan dan tidak sesuai dengan teori
Percobaan 3
Tabel 27. Bobot dan Jumlah Kacang Tanah
Bobot (gr)
Jumlah
0,1
-
0,2
-
0,3
11
0,4
28
0,5
32
0,6
24
0,7
1
0,8
4
0,9
-
1,0
-
B. Pembahasan
Tahun 1908 G.H. Hardy dan W. Weinberg secara terpisah menemukan dasardasar yang ada hubungannya dengan frekuensi gen dalam populasi. Dasar-dasar
tersebut kemudian dikenal sebgai hukum Hardy Weinberg. Hukum tersebut
menyatakan bahwa dalam populasi yang seimbang, maka frekuensi gen dan
genotipe akan tetap sama dari satu generasi ke generasi berikutnya. Asumsi yang
digunakan dalam menentukan hukum tersebut adalah apabila terjadi populasi yang
besar, terjadi perkawinan secara acak, tanpa mutasi atau migrasi, tanpa seleksi,
frekuensi gen dan genotip tetap dan frekuensi alel jantan sama dengan frekuensi
alel betina (Sinnot, E.W, 1958).
Sedangkan
menurut
Passarge
(2007)
menyatakan
bahwa
prinsip
keseimbangan Hardy Weinberg dalam keadaan tertentu, frekuensi alel dalam satu
populasi akan tetap konstan dari generasi ke generasi lain. Hal ini menurut Willet
(2006), berlaku pada kondisi-kondisi tertentu seperti : populasi besar dan
perkawinan terjadi secara acak, hal ini untuk menghindari genetics drift,
perubahan frekuensi genetik dari deviasi kebetulan. Kedua tidak terlibat dalam
seleksi alam. Ketiga, populasi ditutup, artinya individu tidak melakukan migrasi.
Hal ini jarang terjadi di kehidupan nyata. Keempat, tidak adanya mutasi dan
terjadinya meiosis normal.
Manfaat hukum Hardy Weinberg dalam bidang pemuliaan tanaman adalah :
1.
dengan baik.
Untuk mengetahui frekuensi alel atau frekuensi gen berada dalam kondisi
3.
4.
5.
Sifat kualitatif adalah sifat yang secara kualitatif berbeda sehingga untuk
dikelompokkan dan biasanya dinyatakan dalam kategori.
Ciri-ciri kualitatif :
1.
2.
3.
4.
kuantitatif.
Ciri-ciri kuantitatif :
1.
2.
3.
4.
pengaruhnya sedikit
Dipengaruhi oleh lingkungan
Pengamatannya melalui pengukuran
Analisis menggunakan analisis varian
(Mangoendidjojo, 2003)
Praktikum kali ini dalam menghitung frekuensi alel dan frekuensi genotip,
2.
3.
4.
Tidak ada migrasi, yaitu tidak ada introduksi alel dari populasi lain
Tidak ada mutasi. Mutasi adalah proses yang lambat dan perubahan frekuensi
5.
6.
kancing dilakukan secara rambang atau acak, tidak ada seleksi, artinya semua
kancing mendapatkan kesempatan yang sama pada saat pengambilan dan tidak
ada migrasi, tidak ada kancing lain yang masuk dalam pengacakan dan
pengambilan kancing.
Jika kita memperhatikan sepasang alel (A dan a), kita akan menemukan
bahwa persentase gamet-gamet pada pusat gen yang mengandung A atau a akan
bergantung pada frekuensi-frekuensi genotipe dari generasi parental yang gametgametnya membentuk pusat gen ini. Misalnya, jika sebagian besar populasi itu
bergenotipe resesif aa, maka frekuensi alel resesif dalam pusat gen itu akan relatif
tinggi dan persentase gamet-gamet yang mengandung alele dominan A secara
bersesuaian akan rendah. Perkawinan antar anggota dalam suatu populasi yang
terjadi secara acak maka frekuensi zigotik yang diharapkan pada generasi
berikutnya dapat diramalkan dari pengetahuan tentang frekuensi gen (alelik)
dalam pusat gen dari populasi parental (Stanfield, 1991)
Bahwa p + q = 1, yaitu persentase gamet-gamet A dan a harus menjadi
100% untuk memperhitungkan semua gamet dalam pusat gen. Frekuensi-
Aa
aa
2.
Hasil pengukuran sifat kuantitatif dalam percobaan ketiga pada kacang tanah
memilki bobot dominan sebesar 0,5 gram.
B. Saran
Secara keseluruhan pada praktikum ini cukup baik akan tetapi materi yang
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W. 1960. Principles Of Plant Breeding. John Willey and Sons Inc, New
York
D.P. Doolittle. 1987. Population Genetics Basic Principles. Springer-Verlag,
Berlin Heidelberg
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius,
Yogyakarta
Passarge, E. 2007. Color Atlas Of Genetics. Thieme Stuttgart. New York
Sinnot, E.W. 1958. Principles Of Genetics 5th edition. McGraw-Hill Book
Company Inc, New York
Stanfield, W.D. 1991. Genetika Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta
Suryo. 1983. Genetika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
BIODATA PENULIS
Nama
Jenis Kelamin
: Perempuan
TTL
Alamat asal
Alamat kos
: oliviagusri@yahoo.com
: https://www.facebook.com/oliviagusri
: @olivilia
: oliviagusri
Ask.fm
: @OliviaHaritsaGusri