Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan merupakan suatu jenis kegiatan produksi yang mengelola
sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan kebutuhan barang dan jasa bagi
masyarakat yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Hal tersebut juga
sejalan dengan tujuan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu PT.
Telkom Indonesia, Tbk.
PT Telkom Indonesia, Tbk. adalah perusahaan informasi dan komunikasi
serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap di Indonesia.
Telkom menyediakan layanan InfoComm, telepon kabel tidak bergerak (fixed
wireline) dan telepon nirkabel tidak bergerak (fixed wireless), layangan telepon
seluler, data dan internet, serta jaringan dan interkoneksi, baik secara langsung
maupun melalui anak perusahaan. Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih
besar maka pada tahun 1995 PT Telkom Indonesia, Tbk. Mengeluarkan saham di
BEI (Bursa Efek Indonesia). Perkembangan saham PT Telkom Indonesia, Tbk. ini
terhitung sangat bagus karena seperti yang dituliskan di website resminya bahwa
dalam kurun waktu 11 tahun setelah dikeluarkannya saham tersebut, PT Telkom
mampu menaikan nilai kapitalisasi pasarnya dari 20,5 Triliun menjadi 184,5
Triliun di tahun 2006 (www.telkom.co.id).
Saham PT Telkom sampai saat ini pun masih tetap mengalami
perkembangan yang masih bagus, hal tersebut dapat terlihat dari tabel harga
saham yang tercatat di BEI (Bursa Efek Indonesia) selama tahun 2013 - 2014.
Tabel 1.1
1

Harga saham PT. Telkom Indonesia, Tbk. Tahun 2013


Bulan

Nilai
Nomin
al (Rp)

Open
Price
(Rp)

Nilai Pasar
Close
High
Price
Price
(Rp)
(Rp)

Volume
Low
Price
(Rp)

Januari

250

1.930

1.940

1.940

1.910

Februari

250

2.080

2.150

2.190

2.060

Maret

250

2.150

2.200

2.200

2.140

April

250

2.290

2.340

2.350

2.290

Mei

250

2.360

2.210

2.380

2.210

Juni

250

2.180

2.250

2.250

2.180

Juli

250

2.360

2.380

2.380

2.330

Agustus

50

2.200

2.200

2.250

2.150

Septem
ber

50

2.125

2.100

2.150

2.075

Oktober

50

2.275

2.350

2.350

2.225

50

2.125

2.175

2.175

2.125

50

2.150

2.150

2.150

2.125

Novemb
er
Desemb
er

155.020.0
00
191.622.5
00
79.535.00
0
187.220.0
00
486.750.0
00
182.437.5
00
86.822.50
0
109.446.5
00
137.816.5
00
175.641.0
00
50.601.00
0
52.862.00
0

Sumber : BEI(2013)
Tabel 1.2
Harga saham PT. Telkom Indonesia, Tbk. Tahun 2014
Bulan

Nilai
Nomin
al (Rp)

Open
Price
(Rp)

Nilai Pasar
Close
High
Price
Price
(Rp)
(Rp)

Low
Price
(Rp)

Volume

Januari

50

2.195

2.275

2.275

2.185

Februari

50

2.285

2.325

2.325

2.285

Maret

50

2.190

2.215

2.225

2.190

April

50

2.270

2.265

2.305

2.265

Mei

50

2.550

2.575

2.575

2.420

Juni

50

2.430

2.465

2.465

2.430

137.604.7
00
77.853.60
0
66.329.60
0
127.117.4
00
373.786.2
00
90.405.80

Juli

50

2.660

2.650

2.680

2.630

Agustus

50

2.700

2.665

2.715

2.665

Septemb
er

50

2.915

2.915

2.960

2.900

Oktober

50

2.780

2.750

2.790

2.735

50

2.830

2.825

2.830

2.800

50

2.830

2.865

2.870

2.830

Novemb
er
Desemb
er

0
79.928.30
0
120.072.3
00
94.734.30
0
103.439.8
00
43.622.40
0
65.397.60
0

Sumber : BEI (2014)

Gambar 1.1 Grafik harga dan volume saham PT. Telkom Indonesia, Tbk.
Tahun 2013 & 2014

Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat bahwa harga dan volume saham
PT. Telkom Indonesia, Tbk ini sangat fluktuatif. Pada beberapa titik di grafik yang
menunjukan merosotnya harga saham yang diiringi dengan naiknya volume
saham, hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah kinerja PT Telkom ini sudah
terbilang bagus atau tidak. Untuk menilai kinerja suatu perusahaan biasanya para
investor meneliti dari laporan keuangan dalam kurun waktu tertentu. Menurut
Zaki Baridwan (2010: 17), Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan perusahaan. Sesuai dengan keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor:
Kep- /BL/2011, bulan Juni 2011, menyatakan bahwa Perusahaan emiten dan
perusahaan publik berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan berkala
kepada para pemegang saham pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Terbukanya informasi tersebut dapat memberikan informasi kepada investor
maupun calon investor sehingga mereka dapat menganalisis kinerja perusahaan
emiten. Informasi tersebut bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi sehingga para investor dapat melakukan
pengukuran kinerja perusahaan melalui analisis terhadap laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan.
Analisis yang sering digunakan oleh perusahaan dalam pengukuran
kinerjanya adalah analisis rasio keuangan. Menurut Van Horne (2007: 234) Rasio
keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan. Meskipun analisis rasio keuangan digunakan oleh investor
sebagai alat pengukur konvensional, analisis rasio tersebut mempunyai kelemahan

utama, yaitu mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui
apakah suatu perusahaan telah berhasil menciptakan suatu nilai atau belum. Oleh
karena itu, pada tahun 1989, Konsultan Stern Steward Management Service di
Amerika Serikat memperkenalkan konsep Economic Value Added (EVA) dan
Market Value Added (MVA) sebagai alat ukur kinerja keuangan dan pasar untuk
mengatasi kelemahan dari rasio keuangan (Nunik Setyarini, 2010:3)
EVA dan MVA adalah suatu alat pengukuran dengan memperhatikan
secara tepat semua faktor-faktor yang berhubungan dengan penciptaan nilai
(value). EVA disebut sebagai metrik kinerja (performance metric) yang
menggambarkan efisiensi perusahaan dalam periode tertentu, sedangkan MVA
disebut sebagai metrik kekayaan (Wealth Metric) yang menggambarkan beberapa
kekayaan yang bisa diciptakan atau dihilangkan sampai saat ini.
Menurut Young dan OByrne (2001:26) EVA merupakan indikator tentang
adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA yang bernilai positif
menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai bagi pemilik modal,
hal tersebut terjadi karena perusahaan mampu menghasilkan tingkat pengembalian
yang melebihi tingkat biaya modal. Kekuatan terbesar yang dimiliki oleh EVA
adalah kaitan langsungnya terhadap harga saham. Menurut beberapa peneliti
seperti S. David Young & Stephen F. OByrne, EVA dianggap mempunyai
kemampuan yang lebih baik daripada pengukur kinerja yang baik seperti ROA,
ROE, ROCE, EPS, Residual Income dan indikator-indikator lainnya.
Menurut Young dan OByrne (2001:26) MVA adalah perbedaan nilai
perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dan modal keseluruhan yang

diinvestasikan dalam perusahaan. Pendekatan MVA untuk menilai perusahaan


dapat dibilang lebih komperehensif dan lebih objektif. Sebagai contoh,
perusahaan yang agresif dalam melakukan investasi akan memiliki EVA yang
negatif, karena investasi yang dilakukan perusahaan tersebut belum tentu
membuahkan hasil. Hal tersebut belum tentu dapat membuktikan bahwa
perusahaan dapat dikatakan jelek, karena jika para investor menilai investasi yang
dialakukan perusahaan tersebut dapat membuat perusahaan semakin bagus dimasa
yang akan datang maka para investor akan menghargai saham perusahaan tersebut
lebih tinggi sehingga nilai dan MVA perusahaan semakin tinggi juga.
Pada dasarnya secara teoritis Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA) ini berpengaruh terhadap harga saham, akan tetapi ada
beberapa penelitian tentang Economic Value Added (EVA) yang menyatakan
bahwa Economic Value Added (EVA) tidak pengaruh pada harga saham seperti
yang ada pada hasil penelitian A.Sakir (2009) dan Adriana Lopi (2014), ada pula
penelitian tentang Market Value Added (MVA) yang menyatakan bahwa Market
Value Added (MVA) tidak pengaruh pada harga saham seperti yang ada pada hasil
penelitian Herry Mardianto (2013). Berbeda dengan hasil penelitian Raja Lambas
(2005) dan M. Fajar Wahyudi (2009) menemukan bahwa EVA dan MVA memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Karena adanya kesenjangan antara teori dengan beberapa hasil penelitian
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) maka dilakukan
penelitian mengenai PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN
MARKET VALUE ADDED (MVA) TERHADAP HARGA SAHAM.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang bisa
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana nilai EVA dan MVA PT. Telkom Indonesia, Tbk.
2. Bagaimana signifikansi dan hubungan Economic Value Added (EVA)
dan Market Value Added (MVA) secara partial dan simultan terhadap
harga saham PT. Telkom Indonesia, Tbk.
3. Seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market
Value Added (MVA) secara partial dan simultan terhadap harga saham
PT. Telkom Indonesia, Tbk.
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang efektivitas
metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added dalam menilai
kinerja perusahaan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Menjelaskan nilai EVA dan MVA PT. Telkom Indonesia, Tbk.
2. Menguji dan menjelaskan mengenai signifikansi dan hubungan
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)
terhadap harga saham PT. Telkom Indonesia, Tbk.
3. Menguji dan menjelaskan mengenai seberapa besar pengaruh
Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) secara
partial dan simultan terhadap harga saham PT. Telkom Indonesia, Tbk.

1.4 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. Aspek Pengembangan Ilmu, yaitu :
a. Penulis, penelitian ini diharapkan menambah wawasan mengenai
masalah-masalah yang terjadi dalam praktek kegiatan bisnis
khususnya investasi.
b. Peneliti lain, penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi
untuk penelitian sejenis yang lebih dalam.
2. Aspek Guna Laksana, yaitu :
a. Perusahaan, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan
dalam perbaikan atau peningkatan kinerja keuangan perusahaan
serta menjadi alat ukur kinerja keuangan perusahaan yang dapat
mencerminkan nilai perusahaan.
b. Investor, penelitian ini diharapkan memberikan masukan pada para
investor untuk berinvestasi di PT. Telkom Indonesia, Tbk.

Anda mungkin juga menyukai