Tabel IV-1
Hubungan antara Sistem Fluida dan Sistem Listrik
(Crichlow, H.B, 1977)
Model R-C biasa digunakan pada grid reservoir 2D, seperti terlihat pada
gambar 4.1., 4.2. dan 4.3. Gambar-gambar tersebut merupakan
pemodelan reservoir Woodbine Basin menggunakan model R-C.
Persamaan (4-1) sampai (4-4) menggambarkan hubungan satu-satu
sebagai berikut :
q i .......................................................................................................
(4-5)
.............................................................................................(4-6)
P E ..........(4-7)
Hambatan (resistan) dalam suatu model wilayah tertentu dapat
dihitung dari permeabilitas batuan pada wilayah tersebut. Nilai beda
potensial (E) dan arus (i) bervariasi dalam suatu sirkuit listrik.
Gambar 4.1.
Reservoir Woodbine Basin
(Crichlow, H.B.,1977.)
Gambar 4.2.
Lapangan East Texas
(Crichlow, H.B.,1977)
Gambar 4.3.
Jaringan Resistor
(Crichlow, H.B.,1977)
B. Model Electrolytic
Model electrolitic steady-state dikembangkan oleh Botset, Wyckoff dan
Muskat untuk menganalisa pergerakan front fluida di reservoir. Model
ini didasarkan pada analogi hukum Ohm dengan hukum Darcy untuk
aliran fluida dalam media berpori. Model electrolitic steady state dapat
dibuat pada kertas filter atau agar gelatin untuk menganalisa distribusi
Gambar 4.4.
Model Electrolitic
(Crichlow, H.B.,1977)
Elektroda tembaga merupakan lokasi sumur sedangkan pergerakan
front fluida dimodelkan dengan pergerakan ion tembaga amonium
berwarna yang bergerak dari elektroda negatif ke elektroda positif.
Media yang digunakan mengandung ion seng amonium yang tidak
berwarna. Ion tembaga bergerak pada sudut yang tepat sesuai dengan
garis isopotensial. Gambar 4.4. menggambarkan model electrolitic.
C. Model Potentiometric
Model potentiometric merupakan model steady-state yang
menggunakan wadah tertentu sesuai dengan batas reservoir,
permeabilitas dan ketebalan reservoir yang dimodelkan. Sumur-sumur
diwakili dengan elektroda tembaga yang diletakkan dalam suatu
medium. Medium ini terdiri atas elektrolit seperti kalium klorida (KCl).
Laju injeksi dan laju produksi dimodelkan dengan arus bolak-balik
tertentu. Tujuan penggunaan model potentiometric adalah untuk
menentukan distribusi potensial steady state. Garis gelombang (stream
line) dapat ditentukan dengan memplot sejumlah titik potensial dalam
sudut yang tepat terhadap garis isopotensialnya. Stream line dapat
digunakan untuk menentukan lokasi front pendesakan dengan
memperhitungkan jarak yang ditempuh stream line yang berasal dari
suatu sumber. Model potentiometric diperlihatkan pada gambar 4.5.
Gambar 4.5.
Model Potentiometric
(Crichlow, H.B.,1977)
4.2.2. Model Fisik
Model ini dibangun dengan menggunakan sampel batuan reservoir
atau membuat bentuk reservoir dimana model ini mempunyai sifatsifat yang sama dengan reservoir sebenarnya. Beberapa contoh model
fisik adalah :
a. Model Elemental
Model elemental menggunakan contoh batuan (core) sebagai model
reservoir yang diambil melalui coring. Core tersebut digunakan untuk
mengukur sifat fisik batuan reservoir, seperti porositas, saturasi fluida,
permeabilitas dan mempelajari perilaku metode pendesakan (flood
test).
b. Model Scale
Model ini dilakukan dengan membuat skala kecil dari reservoir,
sehingga proses aliran dalam reservoir dapat dipelajari. Model scale
dapat diketahui pada proses injeksi air dengan pola sumur yang
teratur, contohnya five spot.
4.2.3. Model Matematika
Model matematika menggambarkan aliran fluida reservoir dalam
bentuk persamaan-persamaan matematika. Persamaan matematik ini
berbentuk persamaan differensial parsial yang diturunkan dari
persamaan konservasi massa, hukum Darcy dan persamaan keadaan.
Persamaan differensial tersebut merupakan persamaan non-linear
(kontinu) dan kompleks sehingga sukar dipecahkan secara analitik dan
memerlukan pemecahan secara numerik. Untuk itu maka diperlukan
suatu program komputer untuk pemecahannya.
Hal-hal baru yang dapat dikemukakan dari model matematik ini adalah
bahwa bentuk dan kondisi reservoir secara detail dapat dimasukkan di
dalam perhitungan, heterogenitas dari batuan reservoir akan
berpengaruh dalam model, performance dari sumur-sumur dapat
diketahui.
Reservoir dibagi dalam blok-blok atau grid dalam sistem numerik
dimana bentuk blok dapat disesuaikan dengan heterogenitas dari
reservoir, akan tetapi pada prinsipnya makin kecil blok-blok tersebut
makin baik. Dengan adanya pembagian ini maka tergantung dari
keadaan reservoir, model dapat merupakan model satu dimensi, dua
dimensi atau tiga dimensi.
Kesalahan dari metoda ini dengan sendirinya ada yaitu dengan
dipakainya pendekatan-pendekatan dari bentuk persamaan differensial
menjadi bentuk persamaan finite difference, akan tetapi kesalahankesalahan ini dapat dibatasi atau dibuat sekecil mungkin dengan
mengadakan analisa terlebih dahulu terhadap metoda penyelesaian
yang akan digunakan.
4.3. Persamaan Dasar Simulasi Reservoir
Aliran fluida dalam media berpori merupakan suatu fenomena yang
sangat kompleks, yang tidak dapat dideskripsikan secara analistis.
Dasar untuk mempelajari aliran fluida dalam media berpori dibutuhkan
pemahaman mengenai beberapa sistem persamaan matematik yang
berpengaruh terhadap kelakuan fluida. Aliran fluida dalam media
berpori dapat direpresentasikan secara matematis berdasarkan hukum
konservasi massa, hukum darcy dan persamaan keadaan. Persamaan
aliran di dalam media berpori dapat diturunkan yaitu dengan
Gambar 4.6.
Keseimbangan Massa
(Crichlow, H.B.,1977)
Persamaan (4-8) dibagi dengan x,y,z akan diperoleh persamaan
berikut :
................................................(4-9)
Persamaan (4-9) dengan menggunakan limit x dan t mendekati nol ,
maka persamaannya menjadi :
....................................................................................(4-10)
Persamaan (4-10) untuk aliran tiga dimensi dapat dinyatakan berikut :
.........................................................(4-11)
dimana:
= kecepatan pada saat masuk
= kecepatan pada saat keluar
x = densitas saat masuk
x + x = densitas saat keluar
x, y, z = jarak ke x, y, dan z
4.3.2. Hukum Darcy
Kemampuan untuk memperkirakan kelakuan dari reservoir tergantung
pada kemampuan seorang engineer untuk memperkirakan
karakteristik aliran fluida didalam reservoir. Setelah semua perhitungan
tentang porositas dan saturasi fluida telah dilakukan, maka masih ada
satu hal yang harus diperhitungkan yaitu kecepatan fluida reservoir
untuk diproduksikan.
Dikenalkan suatu konsep untuk mendefinisikan kemampuan dari
batuan untuk melewatkan fluida,. Konsep ini adalah permeabilitas dari
batuan, yang dinyatakan oleh Darcy :
Laju aliran fluida homogen melalui media berpori berbanding lurus
dengan gradient tekanan dan arah normal terhadap luas penampang
lintang dari arah aliran serta berbanding terbalik dengan viskositas.
..............................................................(4-14)
Turunan persamaan 4-14 dapat ditulis dengan mengganti harga dan
harga menghasilkan persamaan berikut:
......................................(4-15)
......................................(4-16)
Harga bisa dihilangkan, karena gradien tekanan diasumsikan kecil.
Persamaan 4-16 dikalikan 1 akan didapatkan persamaan :
..............................................................(4-17)
Kedua ruas pada persamaan 4-17 dibagi dengan , sehingga didapat
persamaan sebagai berikut :
..............................................................(4-18)
Kompresibilitas dapat dinyatakan sebagai hubungan antara densitas
dan tekanan , yaitu :
c = ......................................................................................(4-19)
Persamaan 4-19 disubstitusikan pada persamaan 4-18. sehingga
didapat persamaan:
..........................................................................(4-20)
Harga bila dipindah ke ruas kanan akan di dapat persamaan berikut :
..........................................................................(4-21)
Persamaan yang menyatakan harga merupakan fungsi dari dimensi
ruang adalah
..........................................................................(4-22)
Persamaan 4-21 dan 4-22 biasanya disebut sebagai persamaanpersamaan diffusivitas karena menyerupai persamaan diffusivitas
untuk perpindahan panas seperti persaman berikut:
......................................................................................(4-23)
Persamaan untuk aliran radial ialah :
..............................................................(4-24)
Persamaan untuk aliran dua dimensi dapat dinyatakan berikut :
..............................................................(4-25)
dimana :
k = permeabilitas, mD
P = tekanan, psia
= porositas, fraksi
= viskositas, cp
4.3.4. Persamaan Aliran Multifasa pada Aliran Fluida Media Berpori
Aliran fluida dalam media berpori merupakan hal yang sangat
kompleks dan tidak dapat digambarkan dengan mudah secara eksplisit
seperti halnya aliran di dalam pipa. Aliran dalam media berpori adalah
suatu konsep yang harus diuraikan dan dimengerti sebelum kita
memformulasikannya kedalam simulasi. Konsep ini meliputi
permeabilitas, aliran fluida satu fasa dan multifasa, permeabilitas
= mobilitas
= variabel fungsi dari PVT ( pressure-volume-temperature )
= variabel produksi
4.3.5. Kondisi Batas
Aliran masuk dan keluar sistem pada simulasi reservoir terjadi pada
batas terluar dari reservoir dan batas dari sumur. Kondisi batas pada
suatu reservoir yang diwakili suatu sumur radial simetris dengan jarijari sumur terbatas dan jari-jari terluar terbatas dapat dilihat pada
gambar 4.7. Kondisi batas suatu reservoir terdiri dari :
Gambar 4.7.
Sistem Sumur Radial
(Crichlow, H.B.,1977)
Kondisi Awal
Kondisi awal dari suatu reservoir dan interaksi reservoir dengan
sekitarnya harus diketahui sebelum kita membuat suatu model
reservoir. Kondisi awal merupakan keadaan awal reservoir pada saat
waktu nol. Semua sistem pada posisi setimbang pada saat waktu nol
akan tetap kecuali jika ada gangguan dalam sistem tersebut. Sebagai
contoh suatu reservoir minyak tidak mengalami gangguan dalam posisi
diam kemudian dilakukan pemboran hal ini menyebabkan suatu
gangguan kesetimbangan normal dimana reservoir mulai bereaksi
dengan pengaturan kembali pola alir dan tekanannya pada reservoir
tersebut. Tergantung pada sifat gangguan alamiah, sistem reservoir
mungkin atau tidak mungkin pada kondisi steady state. Kondisi yang
mungkin adalah:
Kondisi batas dalam reservoir meliputi:
1. Tekanan konstan pada lubang sumur, atau dapat dinyatakan P(rw,t)
adalah konstan
2. Laju alir konstan, atau dapat dinyatakan bahwa r = konstan
3. Variabel tekanan lubang sumur, dapat dinyatakan bahwa P(rw ,t) =
f1(t)
4. Variabel laju alir, dapat dinyatakan bahwa r = g1 (t)
5. Penutupan sumur, dapat dinyatakan bahwa r = 0
Kondisi batas luar reservoir meliputi :
1. Tekanan konstan, yaitu P( re , t ) adalah konstan
2. Influx untuk semua batas adalah konstan ,atau = konstan
3. Variabel laju influx, dapat dinyatakan bahwa = f2 (t)
4. Closed outer boundary , dapat dinyatakan = 0
Gambar 4.8.
Profil Tekanan Radial
(Crichlow, H.B.,1977)
Gambar 4.9.
Kondisi Batas
(Crichlow, H.B.,1977)
4.4. Pendekatan Finite Difference
Persamaan differensial parsial non-linear yang menghubungkan
Gambar 4.10.
Sistem Diskrit
(Crichlow, H.B.,1977)
4.4.1. Proses Pemisahan (Discretization)
Proses penyelesaian sistem persamaan aliran pada umumnya
melibatkan penentuan variabel-variabel yang tergantung terhadap
waktu dan ruang. Penyelesaiannya dilakukan dengan membuat titiktitik diskrit dalam waktu dan ruang. Domain ruang akan dipisahkan
menjadi sejumlah cell, grid atau blok yang terdiri atas beberapa grid.
Grid ini pada umumnya berbentuk rectangular. Gambar 4.10.
menggambarkan penggunaan grid dua dimensi.
Gambar 4.11.
Diskritisasi Waktu (Time Discretization)
(Crichlow, H.B.,1977)
Domain waktu juga dipisahkan menjadi sejumlah time step. Lamanya
setiap time step tergantung dari persoalan yang akan diselesaikan,
pada umumnya semakin kecil setiap time step maka penyelesaiannya
akan semakin akurat. Contoh dari time discretization ditunjukkan oleh
gambar 4.11. Persamaan finite difference digunakan untuk
mendapatkan beberapa parameter dalam grid-grid yang telah dibuat.
4.4.2. Finite Difference
Gambar 4.12.
Kurva Derivatif Pertama
(Crichlow, H.B.,1977)
B. Derivatif Kedua
Kombinasi persamaan 4-62 dan persamaan 4-63 akan menghasilkan
persamaan sebagai berikut :
P(x + x) + P(x x) = 2P(x) + x2 P(x) + 0(x4) ..........................(467)
P = + 0(x2) ..........................(4-68)
Gambar 4.13.
Kurva Derivatif Kedua
(Crichlow, H.B.,1977)
Derivative kedua pada suatu finite difference dapat dinyatakan dengan
menggunakan gambar 4.13.
Kesalahan dalam derivatif kedua dinyatakan dalam bentuk x2
berdasarkan persamaan 4-68. Persamaan-persamaan yang dapat
disimpulkan dari persamaan derivatif pertama dan derivatif kedua
adalah sebagai berikut :
;
;
4.4.3. Penyelesaian Eksplisit Dan Implisit
Pembentukan persamaan kelakuan temperatur akan mengikuti tipe
dari kondisi batas, jika memperhatikan proses sederhana seperti timedependent yaitu pemecahan berbagai fungsi waktu dan
memperhatikan pembagian temperatur pada batang satu dimensi.
Persamaan kelakuan yang sesuai dengan kondisi batas dapat
dinyatakan berikut :
.........................(4-69)
Gambar 4.14.
Grafik Distribusi Temperatur
(Crichlow, H.B.,1977)
Penyelesaian sistem ini akan diperoleh fungsi T(x,t) yang mana kita
dapat menentukan distribusi temparatur pada berbagai lokasi x dan
lokasi waktu t. Perhitungan secara analitik dapat memperoleh
penyelesaian dimana waktu dan jarak adalah kontinyu, dalam
penyelesaian secara numerik kita akan memperoleh harga temparatur
pada lokasi x yang tetap dan titik diskrit waktu. Penyelesaiannya dapat
ditunjukkan oleh grafik yang terlihat pada gambar 4.14.
Harga waktu 0, 1, 2, 3, . . . berhubungan dengan level waktu yang
berbeda dan semakin besar sesuai dengan kemajuan proses. Informasi
yang didapat pada level waktu misal ; t = 1 digunakan untuk
menghitung pada tingkat yang lebih besar yaitu t = 2.
Terdapat dua metoda dalam pengubahan dari nilai level waktu yang
lama ke level waktu yang baru. Nilai yang baru dapat dihitung masing-
masing untuk setiap lokasi dalam jarak x dimana proses dimulai dari x
= 0 dan berakhir pada x = L untuk nilai waktu yang diberikan. Metode
yang digunakan untuk menghitung satu nilai baru pada waktu tertentu
adalah metoda eksplisit. Metode ini melibatkan satu persamaan
dengan satu parameter yang tidak diketahui. Semua nilai baru antara x
= 0 dan x = L dapat dihitung secara simultan untuk setiap nilai waktu
yang diberikan. Metode untuk menghitung nilai-nilai baru secara
simultan disebut metode implisit. Metode ini melibatkan penyelesaian
sistem N N untuk persamaan linear yang simultan.
4.4.3.1. Penyelesaian Eksplisit
Metoda eksplisit meliputi penyelesaian yang berurutan dari satu
persamaan dengan satu harga yang tidak diketahui dimana variabel
pada waktu n+1 dihitung berdasarkan variabel pada waktu n yang
sudah diketahui. Seperti terlihat pada gambar 4.15. Persamaannya
untuk sistem dua dimensi adalah sebagai berikut :
..........................................................................(4-70)
Bentuk finite differencenya dapat dituliskan
.....................(4-71)
dimana :
i,j = lokasi cell dalam grid
n = level waktu lama
n + 1 = level waktu baru
Persamaan 4-48 hanya mempunyai satu parameter tak diketahui, yaitu
tekanan baru pada saat (n + 1). Nilainya melibatkan derivatif waktu.
Persamaan 4-71 dapat diubah untuk mendapatkan tekanan yang baru
secara eksplisit dimana tekanan tersebut berbatasan dengan tekanan
sebelumnya, dapat dituliskan :
..............(4-72)
Gambar 4.15.
Formula Eksplisit untuk Satu Dimensi
(Crichlow, H.B.,1977)
Parameter yang terletak di sisi kanan diketahui sedangkan satu
parameter yang terletak di sisi kiri tidak diketahui. Nilai-nilai pada
waktu yang baru diselesaikan dengan menggerakkan lokasi (i,j) dalam
suatu model dengan aturan yang sistematik. Gambar 4.16.
menunjukkan susunan grid dalam bentuk dua dimensi.
Gambar 4.16.
Susunan Grid Dua Dimensi
(Crichlow, H.B.,1977)
Persamaan 4-72 dapat disederhanakan menjadi :
.......................(4-73)
dimana :
;
Metode eksplisit tidak umum digunakan dalam simulasi reservoir
karena adanya pembatasan dalam ukuran time step. Program untuk
membentuk simulator berdasarkan metode eksplisit membutuhkan
waktu yang lebih sedikit.
4.4.3.2. Penyelesaian Implisit
Penyelesaian metode implisit menggunakan cara simultan untuk
semua nilai yang tidak diketahui. Gambar 4.17 meperlihatkan skema
implisit untuk satu dimensi. Persamaan differensial parsial yang
menyatakan pengaruh tekanan pada sistem satu dimensi adalah
......................................................................................(4-74)
Persamaan finite difference adalah sebagai berikut :
..............................................................(4-75)
Terdapat parametr yang tidak diketahui pada persamaan 4-75.
Persamaan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan ketiga nilai Pi.
Persamaannya menjadi :
..................................................(4-76)
Persamaan ini mempunyai seluruh tekanan yang tak diketahui pada
level waktu yang baru seperti terlihat dalam gambar 4.18. Persamaan
4-76 dapat disederhanakan menjadi
......................................(4-77)
Gambar 4.17.
Formula Implisit untuk Satu Dimensi
(Crichlow, H.B.,1977)
Gambar 4.18.
Gambar 4.19.
Grid Dua Dimensi
(Crichlow, H.B.,1977)
Persamaan 4-83 menjelaskan respon tekanan dalam sistem dua
dimensi. Persamaan finite differencenya secara implisit dapat
dituliskan :
......................(4-84)
Persamaan diatas dimana semua variabel tekanan pada level waktu
yang baru, tidak diketahui. Terdapat lima variabel tekanan yang tidak
diketahui.
Persamaan ini kemudian disederhanakan dengan mengasumsikan x
= y, sehingga menjadi :
........................(4-85)
Persamaan diatas kemudian menjadi
......................(4-86)
Persamaan 4-86 mempunyai bentuk umum sebagai berikut :
....................................(4-87)
dimana koefisien ei, ai, bi, ci, fi merupakan variabel tak diketahui
sedangkan di merupakan variabel yang dketahui.
Tipe persamaan untuk semua cell dalam suatu model menghasilkan N
persamaan dengan N variabel tak diketahui. Sistem ini merupakan
sistem lima diagonal yang ditunjukkan sebagai berikut :
AP = d, dimana :
= ......................................(4-88)
Sistem ini, penyelesaiannya tidak ada algoritma yang efesien dalam
pemecahannya. Sistem ini dapat dipecahkan dengan suatu algoritma
khusus untuk grid dua dimensi. Algoritma ini dibuat untuk mengurangi
pekerjaan pada penentuan vektor P. Metode implisit ini tidak
dikondisikan stabil untuk semua nilai t/x2.
C. Penyelesaian Crank-Nicholson
Skema Crank - Nicholson melibatkan kombinasi dari nilai baru dan nilai
lama setiap time step untuk variabel tertentu, dapat dilihat pada
gambar 4.20. Persamaan yang digunakan
......................................................................................(4-89)
Persamaan differensialnya dapat ditulis :
......(4-90)
dimana :
0<1
jika : = 0 berarti metode yang digunakan adalah eksplisit
= berarti metode yang digunakan adalah Crank-Nicholson
= 1 berarti metode yang digunakan adalah implicit
Gambar 4.20.
Bentuk Penyelesaian Crank-Nicholson
(Crichlow, H.B.,1977)
4.5. Pemilihan Simulator
Simulator merupakan program komputer yang sangat kompleks dan
terdiri dari tiga komponen utama diantaranya formula matematis,
operasional serta software dan hardware. Proses secara fisik dan kimia
dijelaskan dengan persamaan matematis. Simulator secara umum
terbagi atas black oil, compositional, thermal dan chemical.
Pembagiannya berdasarkan aliran fluidanya, perpindahan panas dan
massa. Pemilihan simulator dapat ditunjukkan dalam diagram alir
seperti yang terlihat dalam Gambar 4.21.
Gambar 4.21.
Pemilihan Simulator
(Crichlow, H.B.,1977)
4.5.1. Black Oil Simulator
Model black oil adalah simulator konvensional yang digunakan untuk
kondisi isothermal, aliran simultan dari minyak, gas, dan air yang
melibatkan gaya kapilaritas, gravitasi dan viskositas. Black oil
digunakan untuk menunjukkan bahwa jenis cairan adalah homogen,
tidak ditinjau dari komposisi kimiawinya walaupun kelarutan gas dalam
minyak dan air diperhitungkan.
Simulator black oil dapat dibedakan berdasarkan fasa fluida yang
mengalir, arah aliran dan tipe penyelesaian persamaan finite
difference. Simulator ini berdasarkan fasa fluida yang mengalir dapat
dibedakan menjadi :
Single phase
Simulator ini digunakan apabila hanya gas atau minyak yang mengalir.
Two phase
Simulator ini digunakan apabila minyak-air, minyak-gas atau gas-air
yang mengalir.
Three phase
Simulator ini digunakan apabila gas-minyak-air yang mengalir.
Simulator ini juga dapat dibedakan berdasarkan arah alirannya, yaitu :
1-Dimensional Linear atau Radial
Simulator ini digunakan apabila fluida hanya mengalir dalam satu arah.
2-Dimensional Areal atau Cross-Sectional
Simulator ini digunakan apabila fluida mengalir dalam arah x-y, x-z dan
r-z.
3-Dimensional
Simulator ini digunakan apabila fluida yang mengalir dalam arah x-y-z.
4.5.2. Compositional Simulator
Model compositional memperhitungkan variasi komposisi fasa
berdasarkan tekanan dalam hubungannya dengan aliran berbagai fasa
tersebut. Model ini sering digunakan untuk reservoir minyak volatil dan
gas kondensat.
4.5.3. Thermal Simulator
Simulasi ini banyak digunakan untuk studi aliran fluida, perpindahan
panas maupun reaksi kimia. Simulasi ini banyak digunakan untuk studi
injeksi uap panas dan pada proses perolehan minyak tahap lanjut
(Thertiary Oil Recovery). Simulator ini digunakan untuk
mensimulasikan steam-flood dan in-situ combustion.
2. Tekanan gas
3. Tekanan air
4. Saturasi minyak
5. Saturasi air
6. Saturasi gas
Parameter yang dapat diperoleh dari variabel diatas :
1. Laju produksi minyak
2. Laju produksi gas
3. Produksi air
Terdapat dua persamaan dasar untuk menyelesaikan persamaan
simulator yang dapat ditunjukkan pada gambar 4.22.
Proses penyelesaian tergantung seberapa besar sistem yang
dimodelkan. Ada dua penyelasaian persamaan simulator yaitu :
1. Metode Implicit Pressure Explicit Saturation (IMPES)
2. Metode Implicit Pressure Implicit Saturation
Gambar 4.22.
Penyelesaian Persamaan dalam Simulasi Reservoir
(Crichlow, H.B.,1977)
4.6.1. Metode Implicit Pressure Explicit Saturation (IMPES)
Metode ini terdiri dari 3 persamaan: minyak, air dan gas
dikombinasikan menjadi satu persamaan dengan satu variabel tekanan
(misalnya tekanan minyak). Dari persamaan ini secara implicit
kemudian dihitung harga-harga tekanan minyak pada setiap waktu.
Kemudian disusul secara explicit harga saturasi dihitung dengan
persamaan semula dengan menggunakan harga-harga tekanan yang
telah diketahui. Tahap awal metode IMPES dapat dilihat pada Gambar
4.23, dan tahap akhir metode IMPES dapat dilihat pada Gambar 4.24.
Gambar 4.23.
Tahap Awal Metode IMPES
(Crichlow, H.B.,1977)
Gambar 4.24.
Tahap Akhir Metode IMPES
(Crichlow, H.B.,1977)
Proses perumusan IMPES dimulai dengan persamaan single-phase
dalam satu dimensi yaitu :
..........................................(4-91)
.......................................(4-92)
.................................(4-93)
Persamaan tersebut kemudian ditambahkan parameter potensial aliran
dan tekanan kapiler, yaitu:
Potensial aliran : - Minyak : = Po + ogh
- Gas : = Pg + ggh
- Air : = Pw + wgh
Tekanan Kapiler : - Air/Minyak : Pcw = Po - Pw
-Gas/Minyak : Pcg = Pg - Po
Persamaan satu fasa dengan parameter potensial aliran dan tekanan
kapiler dapat dinyatakan berikut :
.........(4-94)
dimana adalah mobilitas, yang merupakan fungsi dari saturasi dan
tekanan, persamaannya dapat dinyatakan :
i = o, g, w ....................................................(4-95)
B1 dan B2 merupakan penggabungan dari bentuk saturasi, bentuk PVT,
dan bentuk produksi. Persamaan ini umumnya digunakan untuk
memperoleh penyelesaian tekanan minyak untuk setiap titik di
reservoir, sehingga fasa saturasi dan produksi dapat ditentukan. Suatu
masalah kemudian muncul, bagaimana mungkin kita dapat
mengevaluasi tekanan jika penyelesaian persamaannya tergantung
pada perrhitungan mobilitas yang mana mobilitas itu sendiri
tergantung dari tekanan. Terdapat dua cara untuk menyelesaikannya.
Pertama, dengan mengevaluasi , Pog dan Pow pada harga saturasi dan
tekanan sebelumnya, sehingga pendekatan ini diharapkan tidak
merubah harga saturasi dan tekanan dengan cepat. Pendekatan ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
(Mobility, data kapiler)n(Pressure)n+1 = ruas kanann+1 .......................
(4-96)
Parameter mobilitas dan data kapiler dievaluasi pada level waktu n
sedangkan tekanan dan ruas kanan yang merupakan persamaa 4-94
diformulasikan pada level waktu (n+1). Level waktu n+1 ini kemudian
Gambar 4.25.
Tahap Metode Implicit Pressure-Implicit Saturation (Simultaneous
Solution)
(Crichlow, H.B.,1977)
Gambar 4.26.
Penentuan Saturasi Berdasarkan Tekanan Kapiler
(Crichlow, H.B.,1977)
4.6.3. Analisa Simultaneous Solution dan IMPES
Karakteristik yang digunakan untuk analisa ini meliputi :
1. Stability
Suatu algoritma numerik dikatakan stabil bila kesalahan yang
dihasilkan pada beberapa tahap perhitungan tidak bertambah besar
selama perhitungan berikutnya. Sistem dikatakan stabil bila , sistem
dikatakan tidak stabil bila , dimana adalah kesalahan antara true
solution dengan computed solution pada sembarang waktu n.
Variabel yang merupakan fungsi dari lokasi ialah panjang, lebar, tebal,
porositas, permeabilitas, elevasi, tekanan dan saturasi.
2. Variabel Sebagai Fungsi Tekanan
Variabel yang merupakan fungsi tekanan adalah kelarutan gas dalam
minyak/air, faktor volume formasi minyak/air/gas, viskositas
minyak/air/gas, densitas minyak/air/gas serta kompressibilitas formasi.
3. Variabel Sebagai Fungsi Saturasi
Variabel yang merupakan fungsi saturasi adalah permeabilitas relatif
dan tekanan kapiler.
4. Data Sumur
Variabel yang merupakan data sumur meliputi laju alir produksi dan
laju alir injeksi, lokasi sumur serta limitasi produksi.
a) Laju produksi dan Laju alir injeksi
Laju produksi atau laju injeksi diperlukan untuk setiap sumur yang akan
dimodelkan. Besarnya laju produksi liquid biasanya dalam STB/day,
dan untuk gas dalam MCF/day.
b) Lokasi sumur
Lokasi sumur pada sistem grid juga dibutuhkan, untuk itu perlu
diketahui letak sumur tersebut terletak pada cell keberapa dari arah
sumbu x, dari arah sumbu y dan dari arah sumbu z. Secara umum
untuk model areal dan model 3D, sumur harus terletak ditengah
tengah cell bila diperlukan.
c) Limitasi Produksi
Limitasi produksi dapat dikenakan pada sumur, seperti tekanan dasar
sumur (bottom hole pressure), faktor skin, maksimum GOR atau GOR
limit, dan efek coning.
4.7.3 Pembuatan Grid
4.7.3.1. Definisi Grid
Penyelesaian persamaan diferensial secara numerik memerlukan
pembagian daerah yang di dalam boundary menjadi kotak-kotak
(daerah-daerah) yang lebih kecil atau sering disebut blok atau grid,
dimana untuk blok - blok atau grid-grid ini variabel-variabel ditentukan
sehingga harga variabel yang dihitung adalah harga rata-rata di dalam
blok. Di dalam simulasi reservoir dikenal dua macam grid sistem, yaitu
blok centered dan point lattice. Pemakaian dari grid dan type koordinat
disesuaikan dengan problem yang akan dikerjakan, misalnya type
boundary, bentuk reservoir dan sebagainya.
Dua tipe grid yang sering digunakan antara lain :
1. Block-Centered Grid
Parameter-parameter dihitung di tengah cell atau blok, dimana tidak
Gambar 4.29.
Jenis-Jenis Grid
(Crichlow, H.B.,1977)
(a) Block-Centered Grid (b) Lattice Grid
Penggunaan kedua type grid itu tergantung pada type boundary kondsi
dari reservoir. Block centerd system pada umumnya digunakan untuk
kondisi batas Neumann, kondisi batas ini dapat ditunjukkan dengan
gambar 4.30a. Sedangkan untuk Lattice grid sistem pada umumnya
cocok digunakan pada kondisi batas Dirichlet. seperti terlihat pada
gambar 4.30b.
Gambar 4.30.
Konfigurasi Grid
(Crichlow, H.B.,1977)
(a) Batas Neumann (b) Batas Dirichlet
Bentuk grid yang lain adalah irregular grid. Irregular grid mempunyai
jarak yang tidak sama dalam arah x dan y. Grid ini digunakan agar
kondisi suatu area yang perlu dikontrol menjadi lebih jelas. Irregular
grid ditunjukkan pada gambar 4.31.
Gambar 4.31.
Nonuniform Grid
(Crichlow, H.B.,1977)
Lokasi sumur dalam sistem grid diidentifikasikan dengan koordinat i,j
dan k, dimana i menunjukkan lokasi sumur pada arah x, j menunjukkan
lokasi sumur pada arah y dan k menunjukkan ketebalan zona yang
diperforasi.
Ukuran grid sangat memperngaruhi tingkat ketelitian perhitungan
cadangan dan pergerakan fluida reservoir yang dilakukan simulator.
Ukuran sel yang semakin kecil akan menghasilkan perhitungan yang
dilakukan simulator semakin teliti dan akan menambah jumlah sel
keseluruhan, sehingga akan membutuhkan waktu yang lebih lama
pada saat dijalankan karena kerja simulator semakin berat.
4.7.3.2 Pemilihan Model Grid
Parameter-parameter yang berpengaruh dalam pemilihan model
adalah :
1. Geometri dan dimensi reservoir
2. Jenis Reservoir
3. Data yang tersedia
4. Jenis proses secondery atau tertiary recovery yang akan dimodelkan
5. Kemampuan teknologi komputer
6. Biaya yang diperlukan
7. Sumber daya manusia
A. Model 1-Dimensi (1D)
Model 1-D dapat digunakan untuk menentukan batas kontak fluida,
menyelidiki sensitivitas perilaku reservoir terhadap berbagai variasi
parameter reservoir dimana pada studi ini diperhitungkan efek dari
permeabilitas secara vertikal dan juga untuk aplikasi pilot project atau
bagian linear yang sederhana dari suatu reservoir.
Model 1-D untuk studi reservoir secara luas jarang sekali digunakan
karena tidak dapat memodelkan pengurasan areal dan vertikal selain
itu juga model ini tidak dapat menghitung efesiensi pendesakan secara
nyata dalam zona pendesakan karena tidak dapat menghadirkan efek
gravitasi tegak lurus pada arah aliran.
Gambar 4.32.
Model Horizontal 1-D
(Crichlow, H.B.,1977)
Model 1-D dapat diputar secara vertikal, horizontal atau curvilinear
Gambar 4.33.
Model Miring 1-D
(Crichlow, H.B.,1977)
B. Model Areal 2-Dimensi (2-D)
Model areal 2-D merupakan pilihan terbaik untuk simulasi dengan
cakupan yang luas dan dipengaruhi oleh perubahan parameter areal.
Model ini secara umum dapat ditunjukkan pada gambar 4.34. Model
reservoir 2-dimensi horizontal digunakan dalam simulasi struktur multiwell dalam skala besar. Model ini menangani variasi yang luas dari sifat
batuan dan sifat fluida secara areal, tetapi berasumsi bahwa tidak ada
variasi yang besar dari sifat tersebut ke arah vertikal. Oleh karena
areal yang dimodelkan sangat luas, engineer dapat mengamati migrasi
fluida melewati lease line, efek dari interferensi aquifer dan juga
pengaruh dari luar dalam perilaku reservoir. Baru-baru ini, suatu model
diusulkan yang mana model dua dimensi ini dapat digunakan untuk
menirukan aliran 3 dimensi melalui pemilihan suatu set kurva
permeabilitas relative yang meliputi efek vetikal dari aliran dinamis.
Data permeabilitas pseudo-relative ini akan digunakan secara
ekonomis untuk memprediksikan perilaku tiga dimensi tanpa
penghalang masalah keuangan untuk suatu model tiga dimensi.
Gambar 4.34.
Model 2-Dimensi Horizontal
(Crichlow, H.B.,1977)
Model 2-dimensi horizontal ini dapat juga digunakan untuk mengamati
sifat heterogenitas batuan dan juga pemilihan rencana operasi yang
optimum dalam secondary recovery dan pressure maintenance.
C. Model Cross-Sectional dan Radial 2-D
Model Cross-Section disebut juga model x-z dimana dapat digunakan
untuk studi cross-section dari reservoir, menganalisa pemisahan secara
gravity dari fluida, mengetahui pengaruh crossflow dan anisotropy
dalam frontal placement misalnya studi coning. Selain itu dari model
Gambar 4.35.
Model Cross-Section 2D
(Crichlow, H.B.,1977)
Gambar 4.36.
Model Radial 2-D
(Crichlow, H.B.,1977)
D. Model 3-D
Model 3-D dapat digunakan dengan beberapa alasan sebagai berikut :
1. Geometri reservoir sangat kompleks untuk model cross-section dan
areal 2-D. Reservoir yang mempunyai jendela permeabilitas dimana
terjadi crossflow sulit dimodelkan hanya dengan 2 dimensi.
2. Mekanika fluida reservoir sangat kompleks dimana tampilan 2dimensi sulit untuk dianalisa. Reservoir dengan pengurasan tahap
lanjut termasuk dalam kategori ini. Reservoir ini memerlukan
pemodelan yang tepat untuk menggambarkan dengan jelas kinerja
yang dihasilkan oleh beberapa alternatif rencana pengurasan.
3. Pendesakan yang dipelajari didominasi oleh aliran vertikal seperti
cusping dan coning. Model areal dan vertikal secara detail sangat
diperlukan, hal ini hanya dapat dihasilkan dengan model 3-D.
4. Simulasi 2-D kadang-kadang mempunyai lebih banyak masalah dan
lebih mahal dibandingkan dengan model 3-D. Pemodelan reservoir
dengan 2-D untuk beberapa reservoir yang sangat kompleks
membutuhkan banyak pseudo-function.
5. Studi yang melibatkan sejumlah aplikasi pseudo-function yang
digunakan untuk menampilkan reservoir management kurang disukai
oleh manajemen.
Satu masalah yang terkait dengan penggunaan model 3-D adalah
model ini tidak mudah untuk dibuat. Model ini membutuhkan blok-blok
grid yang sangat banyak dimana pembuatan dan penggunaannya
membutuhkan waktu yang lama, sehingga waktu untuk mendapatkan
hasil terlalu lama dalam pembuatan keputusan. Rencana dibuat secara
hati-hati untuk menghindari hal tersebut. Gambar 4.37. dan 4.38.
Gambar 4.37.
Model 3-D
(Crichlow, H.B.,1977)
Gambar 4.38.
Model 3-D dengan Patahan (Fault)
(Crichlow, H.B.,1977)
4.7.4. Inisialisasi
Inisialisasi merupakan pengkajian ulang data yang dimasukkan ke
dalam simulator. Proses inisialisasi tidak akan berjalan jika terdapat
kekurangan data. Data yang harus dimasukkan dalam inisialisasi ini
adalah sistem grid reservoir, sifat fisik reservoir, seperti top struktur,
ketebalan gross dan net, permeabilitas serta data PVT.
Hasil keluaran dari inisialisasi ini berupa cadangan volumetrik mulamula reservoir, IOIP, IGIP, IWIP dan rata-rata tekanan awal reservoir.
Hasil inisialisasi ini dapat dibandingkan dengan hasil perhitungan
cadangan secara konvensional dengan tujuan untuk mengetahui
kebenaran proses inisialisasi. Perhitungan cadangan dengan
konvensional yang dimaksud adalah perhitungan dengan
menggunakan persamaan volumetrik pada keadaan reservoir awal.
Hasil inisiali
i yang jauh dari hasil perhitungan konvensional, maka proses
inisialisasi harus diulang dari awal. Pengulangan proses inisialisasi
tersebut dilakukan dengan mengatur parameter sifat fisik batuan yang
mempengaruhi besarnya cadangan awal hidrokarbon seperti Net to
Gross (NTG), porositas () dan tekanan kapiler (Pc). Penyesuaian
tekanan awal reservoir dilakukan dengan merubah harga tekanan pada
suatu kedalaman tertentu. Hasil inisialisasi yang diperoleh bila memiliki
selisih yang kecil kira-kira < 1 % maka proses inisialisai dianggap
selesai dan proses simulasi reservoir dapat dilanjutkan ketahap
selanjutnya.
4.7.5 Penyelarasan / History Matching
History matching merupakan tahap terpenting dari suatu studi simulasi
Gambar 4.39.
Contoh proses History Matching
(Satter, A. dan Ganesh C. Thakur)
Data-data aktual dari sejarah produksi yang sering digunakan adalah :
Water-Oil Ratio (WOR) dan Gas-Oil Ratio (GOR)
Tekanan alir dasar sumur
Tekanan shut-in
Laju produksi minyak digunakan apabila sumur diproduksikan dengan
withdrawal yang konstan atau tekanan yang konstan.
Proses history matching membutuhkan banyak waktu, kadangkala
membuat putus asa dan memerlukan biaya yang besar. History
matching biasanya dilakukan secara manual dengan mengatur data
melalui prosedur trial and error. Proses ini dapat dilakukan secara
otomatis melalui inverse simulation dengan penyelesaian persamaan
untuk setiap nilai parameter reservoir tertentu sehingga perbedaan
antara hasil komputasi dengan data aktual dapat dikurangi. Teknik ini
mempunyai keterbatasan dalam penggunaannya untuk kasus-kasus
praktis di lapangan, kecuali untuk kasus yang sederhana seperti
reservoir gas satu fasa.
Aturan utama dalam history matching secara manual adalah untuk
mengubah berbagai parameter yang mempunyai ketidakpastian tinggi
dan juga mempunyai pengaruh terbesar dalam suatu persamaan.
Sensitivitas persamaan untuk sejumlah parameter tertentu terbentuk
selama proses history matching. Tidak ada aturan baku dalam proses
history matching. Parameter-parameter tersebut dapat diatur secara
tunggal ataupun berkelompok untuk meminimalkan perbedaan antara
data sejarah produksi dengan data perhitungan simulator. Modifikasi
parameter yang umum antara lain :
1. Modifikasi data batuan
a. Permeabilitas
b. Porositas
c. Ketebalan
d. Saturasi
Gambar 4.40.
Prediksi untuk Tekanan Reservoir vs Produksi Kumulatif Minyak
(Satter, A. dan Ganesh C. Thakur)
Sumber : http://gede-siddiarta.blogspot.com/2011/10/simulasireservoir.html
https://iatmismmigas.wordpress.com/2012/06/07/pengantarstudi-water-flood/