Anda di halaman 1dari 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN KAMERA GAMMA ANALOG

MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS KOMPUTER PC DAN


PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAHAN CITRA
M. Syamsa Ardisasmita *

ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN KAMERA GAMMA ANALOG MENGGUNAKAN
SISTEM BERBASIS KOMPUTER PC DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK
PENGOLAHAN CITRA. Kamera sintilasi gamma adalah peralatan pencitraan yang paling banyak
digunakan pada saat ini di kedokteran nuklir. Telah direalisasikan kartu antarmuka untuk
menghubungkan kamera gamma analog ke sistem bus komputer PC. Kartu akuisisi data gamma ini
dapat diatur untuk berbagai kamera gamma yang berbeda sesuai dengan amplitudo, bentuk sinyal dan
timing. Perangkat lunak khusus untuk mengatur offset dan penguatan secara otomatis telah dirancang
dengan menggunakan umpan balik elektronik untuk memperoleh pengaturan sinyal-sinyal masukan
yang cepat dan akurat. Telah dirancang juga perangkat lunak untuk akuisisi dan pengolahan untuk studistudi yang statis, dinamis, penggerbangan, dan kombinasi studi statis-dinamis untuk seluruh jenis
kamera gamma, termasuk perangkat lunak untuk koreksi keseragaman dan energi citra secara on-line.
Perangkat lunak aplikasi dapat diperkaya dengan sistem pengolah citra medis, penampilan citra dalam
3D, dan editor laporan basis data pasien.

ABSTRACT
UPGRADING THE ANALOG GAMMA CAMERAS WITH PC COMPUTER BASED
SISTEM AND THE DEVELOPMENT OF IMAGE PROCESSING SOFTWARE. Gamma
scintillation camera is the most widely utilized imaging device at the moment in nuclear . The
interface card to connect an analog gamma camera to the PC computer bus system has been realised.
This gamma data acquisition card can be adjusted to different gamma camera signals concerning their
amplitudes, shapes and timings. Special gain-and-offset-auto-adjustment software was designed with an
electronic feedback loop to achieve a fast and accurate set-up of input signals. The acquisition and
processing software also was designed for static, dynamic, gated and combined dynamic-static studies
for all types of gamma cameras, include on-line uniformity and energy correction of images software.
The application software is enriched with medical image processing system, 3D image viewer, and
patient database report editor.
Keywords: medical instrument, gamma camera, interface card, image processing.

Pusat Pengembangan Teknologi Informasi dan Komputasi, BATAN.

PENDAHULUAN
Seperti disebagian besar negara berkembang, di Indonesia masih terdapat
kamera gamma analog dari berbagai jenis dan merek. Mahalnya harga peralatan
kamera gamma yang baru menyebabkan kamera gamma analog yang sudah tua, yang
berumur sekitar 20 tahun atau lebih, masih ada yang digunakan. Sedangkan ada
sebagian kamera gamma digital yang menggunakan komputer jenis lama ternyata
tidak dapat dioperasikan lagi karena komputernya rusak dan sulit dicari suku cadang
pengganti. Tidak berfungsinya peralatan-peralatan tersebut sangat menghambat
pelayanan di kedokteran nuklir dan dapat menyebabkan ditutupnya pelayanan
kedokteran nuklir di rumah sakit. Untuk merevitalisasi kamera gamma analog maupun
kamera gamma digital dengan sistem komputer lama, maka perlu dimutakhirkan
kedalam sistem berbasis komputer pribadi (PC) yang sekarang ini mempunyai kinerja
tinggi dengan harganya relatif murah agar keandalan kamera gamma dapat lebih
ditingkatkan dan dapat mendukung penerapan metoda kedokteran nuklir, radio
farmaka dan teknologi informasi yang baru.
Ide dasarnya adalah membuat kartu antarmuka (interface) yang menerima
sinyal-sinyal keluaran dari kamera gamma dan mengubahnya menjadi data-data digital
yang dapat direkam dan siap diolah oleh komputer. Dengan menggunakan sistem
pengolah komputer maka dapat dilakukan koreksi energi dan keseragaman pola
(uniformity) secara on-line. Demikian juga pengaturan penguatan sinyal dan offset
dari kamera gamma dapat dilakukan secara otomatis dengan suatu program komputer.
Dikembangkan juga perangkat lunak untuk akuisisi dan pengolahan data untuk studistudi yang statis, dinamis, penggerbangan (gates), dan kombinasi studi statis-dinamis
untuk seluruh jenis kamera gamma. Perangkat lunak dapat melakukan pembesaran
citra (zoom) sebesar 100%, 150%, 200% dan 500% dan pengaturan orientasi citra.
Kamera gamma yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera sintilasi
gamma jenis Anger yang menggunakan kristal NaI(Tl) buatan General Electric.
Komputer yang digunakan untuk akusisi, rekonstruksi citra dan pengolahan data
adalah komputer PC minimum menggunakan prosesor Pentium III 300 MHz dengan
memori utama 64 MB. Ukuran matriks citra yang dihasilkan adalah 64x64, 128x128,
256x256 dan 512x512 piksel dalam 8-bit data, yang tergantung dari resolusi kamera
gamma. Karena berbasis komputer maka dapat dilakukan pengolahan dan analisis
yang lebih kompleks pada citra yang dihasilkan dari kamera gamma, misalnya filter
digital atau transformasi histogram untuk peningkatan kualitas tampilan citra,
penampilan citra organ dalam tiga dimensi (3D), pengukuran luas atau volume obyek
pada citra, dan juga basis data pasien serta editor untuk pelaporan data pasien.

METODOLOGI DAN PRINSIP KERJA PERALATAN

Kamera gamma digunakan untuk membentuk citra dari distribusi radionuklida


pemancar sinar gamma intensitas rendah yang tersebar dalam organ tubuh pasien
setelah disuntik dengan suatu zat radiofarmaka. Komponen dasar dari sistem kamera
sintilasi gamma analog adalah (Gambar 1): (1) Kolimator; (2) Kristal sintilator
(NaI(Tl)); (3) Susunan tabung-tabung pengganda foton (PMT photomultiplier
tubes); (4) penganalisis tinggi pulsa (PHA pulse height analyzer); (5) Tabung sinar
katoda untuk peralatan penampil gambar (display device) dan (6) Konsol pengendali.

Gambar 1. Skema kerja Kamera Gamma


Sinar gamma yang dipancarkan dari tubuh pasien ditangkap oleh kristal-kristal
sintilasi berdiameter besar (NaI(Tl)) setelah melalui suatu kolimator. Guna kolimator
adalah untuk memberikan penajaman pada citra karena hanya melewatkan sinar
gamma yang searah dengan orientasi lubang kolimator dan menahan gamma
hamburan. Sedangkan rumah timbal menjamin hanya sinar gamma yang datang dari
tubuh pasien saja yang dideteksi. Ketika suatu photon gamma berinteraksi dengan
kristal sodium iodida yang diaktivasi oleh Thallium (NaI(Tl)) maka dihasilkan pulsa
pancaran cahaya (fluorescent light) pada titik interaksi yang intensitasnya sebanding
dengan energi sinar gamma. Pulsa pancaran cahaya tersebut kemudian dideteksi dan
dikuatkan oleh setiap PMT sepanjang permukaan belakang kristal, dimana tabung

dengan jarak terjauh menerima cahaya lebih kecil dari pada tabung yang terdekat.
Efisiensi kristal ini untuk mendeteksi sinar gamma dari xenon 133 (81 keV) dan
technetium 99m (140 keV) adalah mendekati 90%, artinya hanya 10% dari foton
gamma yang melalui kristal yang tidak menghasilkan suatu pulsa cahaya.
PMT mengubah pulsa cahaya menjadi suatu sinyal listrik dengan besaran yang
dapat diukur. Kejadian sintilasi pada kristal direkam oleh lebih dari satu tabungtabung PMT. Koordinat X dan Y dari interaksi ditentukan oleh suatu lirik tahanantahanan yang memberikan pembobotan sinyal keluaran dari setiap PMT menurut
posisi geometrinya dibelakang detektor. Secara bersamaan seluruh sinyal keluaran dari
setiap PMT dijumlahkan dan diberi pembobotan. Sinyal tersebut mempunyai tiga
komponen yaitu koordinat spasial sumbu X dan sumbu Y serta suatu sinyal (Z) yang
berhubungan dengan intensitas, dimana amplitudonya sebanding dengan jumlah total
energi yang diterima dalam kristal. Sinyal koordinat X dan Y dapat langsung dikirim
ke peralatan penampil gambar atau direkam oleh komputer, sedangkan sinyal Z diolah
oleh penganalisis tinggi pulsa (PHA). Titik cahaya dapat dimunculkan pada layar
monitor hanya apabila pulsa energinya ada pada daerah jendela yang diatur
sebelumnya (preset window) dari PHA dengan koordinat titik cahaya ditentukan oleh
sumbu X dan Y.
Prinsip Penganalisis Tinggi Pulsa (PHA).
Prinsip dasar dari PHA adalah untuk memisahkan sinyal dari latar belakang,
radiasi hamburan atau radiasi akibat interferensi isotop. Jadi hanya foton yang
energinya disekitar photopeak isotop saja yang direkam untuk pencitraan. Jadi PHA
bertindak sebagai penyeleksi apakah kejadian pada kristal akan ditayangkan atau
diabaikan saja. PHA dapat melakukan pemisahan tersebut karena energi yang
dihasilkan oleh suatu interaksi pada kristal atau kejadian sebanding dengan tegangan
sinyal yang keluar dari PMT. Gambar 2 memperlihatkan spektrum energi yang khas
dari technetium yang dihasilkan oleh suatu PHA. Dalam kasus ini, PHA hanya
mencacah kejadian pada daerah sekitar 20% dari jendela simetrik energi photopeak
sebesar 140 keV yaitu 140 14 keV. Tegangan sinyal yang lebih kecil atau lebih
besar dari daerah ini, khususnya yang datang dari hamburan radiasi akan diabaikan.

Gambar 2. Spektrum energi Technetium 99m

Kartu Antarmuka
Kartu antarmuka (Gambar 3) berfungsi memproses tiga keluaran dari kamera
gamma analog yaitu: X, Y dan PHA (strobe signal) agar dapat direkam dan diolah
lebih lanjut oleh komputer. Selama proses akuisisi citra, sinyal-sinyal analog posisi X
dan Y diubah menjadi angka-angka digital oleh suatu alat pengubah Analog-ke-Digital
(DAC digital-to-analog converter) yang terdapat pada kartu antarmuka. Kemudian
kombinasi kedua angka tersebut digunakan sebagai penunjuk lokasi memori komputer
yang berfungsi sebagai pencacah kejadian. Setiap interaksi yang terjadi pada suatu
daerah tertentu pada detektor menyebabkan penambahan jumlah pencacahan pada
memori yang berhubungan dengan lokasi daerah tersebut. Sinyal dari PHA digunakan
untuk memvalidasi yaitu mengatakan pada komputer apakah kejadian dapat diterima
atau tidak untuk diproses. Jika dapat diterima maka isi dari memori yang lokasi
koordinatnya sesuai dengan kejadian tersebut ditambah satu. Maka terbentuk citra
organ pada monitor komputer dengan intensitas dari titik-titik gambar (piksel)
sebanding dengan jumlah pencacahan. Metoda akuisisi ini disebut sebagai model
frame atau histogram tingkat keabuan
x+

xDETEKTOR

y+

KONSOL

PHA

y-

KARTU
ANTARMUKA

Gambar 3. Skema dasar peralatan kartu antarmuka


X, Y input

+
OPAMP

X, Y output

_
Offset voltage

dari I/O port PC

DAC

D0
.
.

Gambar 4. Skema rangkaian offset dan penguat otomatis

Pengaturan penguatan dan offset dapat dilakukan secara manual atau


menggunakan program komputer. Agar dapat dilakukan secara otomatis
menggunakan program komputer maka diperlukan alat pengubah dari digitalke-analog (DAC digital-to-analog converter) dan penguat operasional
(operational-amplifier) sebagai pembanding antara nilai sinyal masukkan X,Y
dari kamera gamma dengan tegangan offset dan penguatan dari komputer.
Gambar 4 memperlihatkan bagaimana nilai digital dari komputer dikirim ke
DAC pada kartu antarmuka melalui alamat pintu keluaran/masukkan (I/O Port)
8-bit (D0-D7) untuk dibandingkan dengan nilai aktual. Penguatan-penguatan dan
offset dapat dilakukan secara manual atau menggunakan program komputer. Agar
dapat dilakukan secara otomatis menggunakan program komputer maka diperlukan
alat pengubah dari digital-ke-analog (DAC digital-to-analog converter) dan penguat
operasional (operational-amplifier) sebagai pembanding antara nilai sinyal masukkan
X,Y dari kamera gamma dengan tegangan offset dan penguatan dari komputer.
Gambar 4 memperlihatkan bagaimana nilai digital dari komputer dikirim ke DAC
pada kartu antarmuka melalui alamat pintu keluaran/masukkan (I/O Port) 8-bit (D0D7) untuk dibandingkan dengan nilai aktual.

Matriks

Penguatan=200

2r
Penguatan=50
Offset=128

Gambar 5. Sistem pengaturan offset dan penguatan sinyal-sinyal posisi

PERANGKAT LUNAK PENDUKUNG


Masalah yang paling penting dari sistem komputer kamera gamma adalah
perangkat lunak pendukung. Dengan menggunakan program komputer, kamera
gamma menjadi lebih luwes, mudah dikembangkan dan dapat dikomunikasikan
melalui jaringan komputer. Fungsi dari penggunaan perangkat lunak dapat dibagi
menjadi tiga elemen: (1) Akuisisi dan analisis citra; (2) Sistem pengoperasian
peralatan; dan (3) Paket aplikasi klinik. Sistem akuisisi dan analisis memungkinkan
akuisisi penggerbangan, statik dan dinamik dan analisis seperti ROI (region of
interest), penghalusan dan pengkayaan, peningkatan kontras, dll. Sistem
pengoperasian mengendalikan komputer dan memungkinkan paket-paket aplikasi
klinik memberikan informasi tambahan dari suatu studi yang telah dilakukan.
Kamera sintilasi gamma menggunakan sejumlah detektor dan rangkaian
elektronik yang dapat menimbulkan masalah yang menyebabkan gangguan pada citra.
Ada tiga parameter yang harus diuji terlebih dahulu untuk menjamin kualitas peralatan
yang dapat diperbaiki oleh perangkat lunak, yaitu: (1) Resolusi spasial atau
kemampuan untuk menampilkan pola -pola ruang yang berdekatan; (2) Linieritas citra
dan distorsi yaitu kemampuan untuk menghasilkan suatu garis lurus; dan (3)
Keseragaman medan yaitu kemampuan sistem pencitraan untuk menghasilkan citra
dengan latar belakang seragam dari seluruh permukaan kristal. Umumnya
pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa kolimator dan kemudian membuat
program koreksinya.
Koreksi Linieritas Ruang

Ketidak linieran spasial pada kamera gamma disebabkan oleh kesalahan


penentuan posisi dari kejadian-kejadian yang tidak acak. Kesalahan ini disebabkan
terjadi pergeseran pendeteksian posisi interaksi dimana posisi citra yang dihasilkan
cenderung menuju ke pusat PMT terdekat oleh rangkaian posisi kamera. Dengan
menggunakan komputer dapat dibuat tabel faktor-faktor koreksi untuk mengoreksi
setiap pasangan pulsa posisi X dan Y yang mengalami ketidak linieran ruang. Tabel
acuan (lookup tables) berisi koreksi posisi X dan Y untuk setiap bagian dari kristal.

Gambar 6. Rangkaian koreksi linier ruang dari suatu kamera sintilasi gamma
Setiap pasangan pulsa yang belum terkoreksi tersebut sebelumnya diubah
dahulu menjadi bentuk digital oleh rangkaian ADC. Pasangan sinyal digital tersebut
kemudian digunakan sebagai masukan ke tabel untuk memperoleh nilai-nilai koreksi.
Nilai koreksi tersebut kemudian ditambahkan kesinyal X dan Y menjadi X dan Y
(Gambar 6) yang kemudian dikirim ke komputer atau ke peralatan penampil dengan
pengubah DAC ke pulsa bentuk analog kembali.

Koreksi Keseragaman Medan dan Energi


Kamera gamma jenis Anger menggunakan peta koreksi arus medan tersimpan
(flood-field stored correction). Diasumsikan bahwa efisiensi deteksi photon adalah
konstan sepanjang permukaan detektor dan kolimator. Koreksi energi diperoleh
dengan menerima energi arus piksel kemudian membuat tabel acuan yang
menunjukkan batas-batas puncak tertinggi dan terendah dari energi photon. Tabel
acuan tersebut digunakan sebagai peta untuk mengoreksi berbagai variasi dari
sensitivitas sepanjang medan pandang (FOV - field of view) sebelum rekonstruksi.
Analisis keseragaman dilakukan dengan 3 juta arus pencacahan untuk medan pandang
citra berupa matriks 64x64 menggunakan sumber solid-sheet 99mTC atau 201 Tl. Jika
menggunakan matriks dengan ukuran lebih besar maka dibutuhkan pencacahan lebih

banyak untuk mengoreksi keseragaman. Jadi koreksi keseragaman diperoleh dengan


menggunakan suatu matriks koreksi yang dihitung berdasarkan anggapan bahwa
efisiensi detektor adalah konstan sepanjang permukaan detektor.

Gambar 7. Prinsip koreksi keseragaman medan atau energi


Keseragaman arus medan (flood field uniformity) dapat dinyatakan dengan
"integral uniformity" yaitu untuk mengukur suatu penyimpangan terbesar dan
"differential uniformity" yaitu untuk mengukur kecepatan perubahan terbesar dalam
jarak tertentu dari suatu lengkungan yang tidak teratur.

Integral uniformity = 100 (Max Min) / (Max + Min)


dengan Max dan Min adalah jumlah pencacahan maksimum dan minimun dari pikselpiksel. Sedangkan differential uniformity digunakan untuk menentukan perubahan
terbesar dari kerapatan pencacahan sepanjang lima piksel kolom dan baris.
differential uniformity = 100 (Hi Low) / (Hi + Low)
dengan Hi dan Low diambil dari irisan penyimpangan terbesar.

Gambar 8. Rangkaian koreksi pulsa Z kamera sintilasi gamma


Gambar 8 memperlihatkan prinsip rangkaian koreksi Z. Pertama, pulsa-pulsa
analog X, Y dan Z diubah menjadi bentuk digital. Nilai digital pasangan X dan Y
digunakan untuk masukan pada tabel acuan untuk memperoleh faktor koreksi.
Kemudian nilai Z yang belum terkoreksi dikalikan dengan faktor koreksi menjadi Z.
Akhirnya nilai Z yang sudah terkoreksi diubah kembali menjadi bentuk analog dan
ditransmisikan ke rangkaian PHA.
Peningkatan Kontras Citra
Zat radioaktif yang dipergunakan pada kamera sintilasi gamma umumnya
mempunyai aktivitasnya rendah (1000 sampai 10.000 cps) agar tidak merusak jaringan
yang diperiksa, misalnya Techetium 99m dengan aktivitas 200 Ci, yang
menghasilkan jumlah pencacahan sekitar 3000 cps. Akibatnya untuk memperoleh citra
dengan kontras gambar yang baik diperlukan waktu pengambilan yang cukup lama.
Selain itu pada waktu akuisisi, organ yang diperiksa bergerak seirama dengan gerak
pernafasan pada pasien. Perubahan diafragma pernafasan menyebabkan gerak dari
organ tubuh lain yaitu berkisar antara 2 sampai 3 cm. Ini mengakibatkan kualitas citra
mengalami degradasi akibat superposisi dari sejumlah organ bergerak.
Untuk memperbaiki kualitas penampilan citra, misalnya terlampau gelap atau
kontras gambar kurang baik maka repartisi tingkat keabuan dapat dimodifikasi dengan
transformasi histogram yaitu untuk memperoleh kualitas citra yang lebih baik tanpa
merubah bentuk geometri citra organ. Transformasi histogram dilakukan untuk
memperlebar batas dinamis tingkat keabuan citra. Fungsi tingkat keabuan dari citra
digital 8-bit dapat dinyatakan sebagai variabel acak dalam interval [0,255].

Dengan pendekatan statistik dapat dilakukan modifikasi bentuk distribusi histogram


tingkat keabuan tersebut. Jika citra terdiri atas N pixel yang masing-masing
mempunyai nilai tingkat keabuan r, maka fungsi probabilitas dinyatakan dengan :
p(r) =

dengan nr adalah jumlah seluruh pixel yang mempunyai nilai tingkat keabuan r. Oleh
karena itu kita dapat membuat estimasi fungsi probabilitas dari citra yang
ditransformasikan pg(s) dari fungsi probabilitas mula -mula pf(r), yaitu:
p (s) = p (r)
g

dr
1
=
ds C

dimana nilai tingkat keabuan citra yang ditransformasikan:


k

s = T(r) = 255 F(r) , dengan : F(k) =

pf ( j) , 0 k 255

j=0

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengujian pertama adalah melihat kualitas akuisisi dan perangkat lunak
koreksi keseragaman yaitu kamera diberikan paparan arus photon yang seragam dan
melihat apakah citra yang dihasilkan mempunyai juga intensitas yang seragam.
Sumber yang digunakan adalah sumber titik Tc-99m (200 Ci) dan diletakkan pada
jarak minimum lima kali diameter detektor (UFOV - useful field of view). PHA diset
pada 20% lebar daerah pita energi dengan pusatnya pada energi 140 keV. Akuisisi
dijalankan untuk memperoleh citra 64x64 piksel dengan 3 juta pencacahan dan
kecepatan pencacahannya jangan sampai melampaui 30.000 cps.

Gambar 9. Citra sumber dan bar phantom sebelum (kiri) dan sesudah dilakukan
koreksi (kanan)
Setelah itu dilakukan koreksi dengan program komputer menggunakan peta
koreksi arus medan tersimpan (flood-field stored correction). Hasilnya diperlihatkan
pada gambar 9 yaitu menggunakan sumber titik dan bar phantom. Terlihat adanya
ketidak seragaman medan latar belakang citra yang cukup mengganggu pada gambar
sebelah kiri dapat dikoreksi keseragaman medannya pada gambar sebelah kanan.

Gambar 10. Citra awal (atas) dan hasil koreksi linieritas ruang (bawah)

Gambar 10 memperlihatkan sepasang citra sintigrafi gamma, yang pertama lead


sheet dengan celah-celah tipis dan yang kedua lead sheet dengan lubang-lubang segiempat. Gambar atas adala h tahap awal sebelum dilakukan koreksi dimana terlihat
adanya lengkungan-lengkungan pada garis dan gambar bawah setelah dilakukan
koreksi linieritas ruang yang menghilangkan lengkungan-lengkungan pada garis
menjadi garis-garis lurus.

Gambar 11. Citra awal (kiri) dan hasil ekualisasi histogram (kanan)
Peningkatan kualitas citra dengan memperbesar kontras dilakukan dengan
transformasi histogram. Gambar 11 sebelah kiri memperlihatkan citra awal yang agak
kabur dengan kontras rendah dan distribusi histogram tingkat keabuan pada citra
tersebut yang rapat memenuhi seluruh tingkat. Setelah dilakukan ekualisasi histogram
pada gambar sebelah kanan terlihat terjadi penajaman kontras dengan distribusi
histogram yang lebih renggang dan terkelompok.

KESIMPULAN
Proyek penelitian untuk meningkatkan kemampuan kamera sintilasi gamma
analog maupun kamera gamma digital tua yang masih menggunakan komputer
generasi lama dengan menggunakan sistem akuisisi dan pengolahan berbasis
komputer PC, selain dapat memperpanjang waktu hidup kamera dan meningkatkan
keandalannya, juga dapat merevitalisasi dan memberikan darah segar kepada
kedokteran nuklir, apalagi pada masa-masa krisis keuangan seperti sekarang ini.
Penggunaan prosedur jaminan kualitas dan program aplikasi klinik yang
didukung perangkat lunak yang mudah pakai untuk mengatur ukuran citra, offset, dan
pengaturan energi dengan harga relatif murah dan mudah pengembangannya,
membantu staf kedokteran nuklir dalam pengoperasian dan perawatan peralatan.
Selain itu transfer pengetahuan dan teknologi dapat dilakukan dengan mudah

DAFTAR PUSTAKA
1. LINKS J.M., Advances in nuclear medicine instrumentation: consideration in the
design and selection of an imaging system, Eur J of Nucl Med; 10 (25) (1998)
1453-66
2. FIDLER V., PREPADNIK M., FETTICH J., HOJKER S., Nuclear Medicine
IBM-GAMMA-PF Computer System, Radiol Oncol 31 (1997) 27-32
3. BUSHBERG J.T., SEIBERT J.A., LEIDHOLDT E.M., BOONE J.M., The
Essential Physics of Medical Imaging, Williams & Wilkins, Maryland (1994)
4. ARDISASMITA M.S., Rangkaian Elektronik untuk Mengoreksi Superposisi
Citra Sintigrafi pada Kamera Gamma Akibat dari Gerak Pernafasan, Prosiding
Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar IPTEK Nuklir, (1993)
266-272,
5. KRESTEL E., Imaging Systems for Medical Diagnostics, Siemens Aktienges,
Berlin-Munich (1990)

6. METTLER F.A.., GUIBERTEAU M.J., Essential of Nuclear Medicine Imaging,


Grune & Stratton, Florida (1983)
7. FIDLE V., Validation of IBM PC interfacing with gamma camera and
appropriate application software for data processing of clinical software,
Coordinated research program. IAEA Report for 1995-1998 (1998)

DISKUSI

MOHAMAD AMIN
Mohon penjelasan Bapak Syamsa tentang cara kerja kartu interface kamera gamma
untuk proses digitasi.
M. SYAMSA ARDISASMITA:
Proses digitasi dilakukan oleh rangkaian ADC (Analog-to-Digital Converter) yaitu
terhadap tiga sinyal keluaran dari kamera Gamma analog yaitu pasangan pulsa posisi
spasial X dan Y, dan pulsa strobe Z yang digunakan sebagai pembawa informasi
intensitas citra di titik posisi tersebut. Citra dibentuk oleh kumpulan titik-titik gambar
(pixels) yang alamat posisi koordinatnya ditentukan oleh pulsa-pulsa X dan Y,
sedangkan intensitas atau kecerahan titik tersebut ditentukan oleh pulsa Z. Selain
berfungsi mendigitasi sinyal, kartu interface berfungsi juga sebagai sistem

pengaturan offset dan penguatan sinyal-sinyal posisi secara otomatis, sehingga


dapat mempusatkan dan mengoptimalkan penampilan obyek citra.

HOME

KOMPUTASI DALAM SAINS DAN TEKNOLOGI NUKLIR XIII

Anda mungkin juga menyukai