Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pola makan yang buruk menjadi pemicu timbulnya berbagai penyakit


degeneratif, seperti hypertensi, diabetes mellitus, hyper lipid dengan penyakit
turunannya seperti penyakit jantung koroner (PJK), stroke, gagal ginjal, obesitas
dan lain-lainnya. Pola makan pada masa remaja harus diwaspadai untuk meredam
kasus obesitas dikalangan remaja, karena pada saat ini terjadi perubahan banyak
ragam gaya hidup, perilaku, juga pola makan. Pada remaja, masalah pemilihan
makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizinya tetapi lebih banyak
sekedar sosialisasi dengan teman sebaya, untuk kesenangan dan agar tidak
kehilangan status.
Pada masa remaja pengaruh teman sebaya lebih menonjol dari pada peran
keluarga (Khomsan, 2003). Remaja lebih mudah menerima pengaruh globalisasi,
pengaruh pola makan kebarat-baratan (eropa) dengan tinggi lemak, tinggi kalori
dan rendah serat menjadi makanan yang menarik misalnya seperti fast food atau
junk food. Menurut Mujianto (1994), 15-20% remaja Indonesia biasa
mengkonsumsi ayam goreng dan burger produk luar negeri. Sekitar 87% remaja
suka makan diluar, seperti es campur, bakso dan jajanan lainya (Gunawan, 1996).
Pola hidup pasif dan pola makanan yang tinggi lemak, rendah serat, seperti diatas
dapat sebagai pemicu peningkatan prevalensi obesitas.

Universitas Sumatera Utara

Obesitas adalah simpanan energi yang berlebihan dalam bentuk lemak


yang berdampak buruk pada kesehatan dan perpanjangan usia (Fathoni, 2009).
Menurut Arora (2008), obesitas merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya
penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Berdasarkan estimasi WHO (2006), faktor obesitas dan kurang
aktivitas fisik menyumbangkan 30% risiko terjadinya penyakit kanker. Saat ini,
1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih
(overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas.
Pada tahun 2015, 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweight dan 700
juta di antaranya obesitas. Sedangkan Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia 15 tahun
adalah 19,1%, dengan prevalensi pada laki-laki 13,9%, sedangkan pada
perempuan 23,8% serta prevalensi obesitas berdasarkan IMT (10,3%). Sedangkan
prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan
pada perempuan 6,4%, yang hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10%
pada anak usia 5-17 tahun (Depkes, 2007). Di SMA Negeri 1 Sei Bingai terdapat
sekitar 38 siswi yang mengalami obesitas dari 296 jumlah siswi keseluruhan.
Remaja yaitu periode perkembangan selama dimana individu
mengalami perubahan diri masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya
antara usia 13 dan 20 tahun (Potter & Perry, 2005). Fokus remaja terhadap fisik
lebih menonjol dari periode atau proses kehidupan yang lain. Kecenderungan
menjadi gemuk atau obesitas, dapat mengganggu sebagian remaja dengan obesitas
dan menjadi masalah selama tahun-tahun awal remaja.

Universitas Sumatera Utara

Hal yang umum secara psikologis muncul bersamaan dengan


kegemukan dalah gangguan gambaran tubuh atau Body Image Dispragment yaitu
seorang yang kegemukan merasa bahwa tubuhnya aneh sekali dan tidak disukai
sehingga orang lain memandangnya dengan jijik dan permusuhan (Stunkard &
Medelson, 1990). Remaja bermain atau teman sekolahnya karena remaja dengan
obesitas biasanya tidak mampu untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan
terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan akibat obesitas yang di
derita. Hal ini dapat

menyebabkan remaja mengalami gangguan psikososial,

depresif, menarik diri dari lingkungan, serta harga diri rendah.


Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat
diartikan bahwa harga diri menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai
dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan
kompeten. Remaja yang obesitas cenderung memiliki kepercayaan diri yang
rendah dari pada orang-orang

yang

memiliki tubuh ideal (Stuart &

Sundeen, 1991).
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa tokoh mengenai remaja
dengan obesitas, didapat hasil bahwa beberapa remaja yang obesitas dipandang
sebagai orang yang memiliki keterampilan sosial yang rendah, memiliki control
diri yang rendah, memiliki kepercayaan diri yang rendah dari pada orang-orang
yang memiliki tubuh ideal. Remaja dengan obesitas biasanya lamban dalam
melakukan suatu kegiatan yang berhubungan dengan gerak tubuh, sehingga

Universitas Sumatera Utara

diasumsikan bahwa orang yang obesitas cenderung kurang terampil dan tidak
cekatan dalam melakukan sesuatu (Marlina, 1997)
Remaja putri dengan obesitas yang memiliki harga diri rendah akan
mengalami kecemasan dan perasaan tidak nyaman terhadap penampilan fisiknya,
namun jika remaja putri tersebut memiliki harga diri yang tinggi maka
penerimaan terhadap dirinya akan sangat dihargai tanpa harus merasa cemas dan
bersalah terhadap keadaan fisiknya sehingga dapat bersosialisasi dengan teman
sebaya dan mengaktualisasikan diri.
Aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi dalam
hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow. Aktualisasi diri merupakan
kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan
kemampuan untuk menjadi diri sendiri sesuai dengan tingkat kemampuannya.
Menurut Marsh (1990), seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung
menunjukkan keberhasilan yang diraihnya sebagai kualitas dan upaya pribadi,
serta merupakan cara individu tersebut untuk mengaktualisasikan dirinya. Orangorang yang mengaktualisasikan diri mampu menerima diri sendiri, baik kelebihan
maupun kelemahan tanpa keluhan atau kesusahan. Mereka mampu menerima diri
sendiri apa adanya, sehingga mereka tidak harus mengubah atau memalsukan diri
mereka. Pada remaja dengan obesitas yang mempunyai harga tinggi akan mampu
mengaktualisasikan dirinya dan bersosialisasi dengan teman sebaya serta
masyarakat, sebaliknya harga diri yang rendah pada remaja dengan obesitas akan
menyebabkan mereka putus asa, pesimis dan tidak percaya diri. Oleh sebab inilah

Universitas Sumatera Utara

peneliti melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan harga diri dengan
kemampuan aktualisasi diri pada remaja putri dengan obesitas.
1.2.

Pertanyaan Penelitian

Bagaimana hubungan harga diri dengan kemampuan aktualisasi diri pada remaja
putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai?

1.3

Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui hubungan harga diri remaja dengan kemampuan aktualisasi
diri pada remaja putri yang mengalami obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai Kab.
Langkat.
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran harga diri siswi dengan obesitas di SMA Negeri 1


Sei Bingai Kab. Langkat
2. Mengetahui kemampuan aktualisasi siswi SMA Negeri 1 Sei Bingai Kab.
Langkat.
3. Mengetahui hubungan antara harga diri dengan kemampuan aktualisasi
diri pada remaja putri dengan obesitas di SMA Negeri 1 Sei Bingai Kab.
Langkat
1.4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian bermanfaat bagi hal-hal berikut :

Universitas Sumatera Utara

1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan


Hasil penelitian ini menyediakan informasi tentang obesitas dengan
harga

diri

remaja

serta

bagaimana

mengaktualisasikan diri sehingga dapat

kemampuan
menjadi

remaja

putri

masukan untuk

melakukan asuhan keperawatan komunitas pada remaja putri dengan


obesitas.
1.4.2 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian lebih
lanjut berkaitan dengan harga diri dan kemampuan aktualisasi diri pada
remaja putri yang mengalami obesitas pada siswi SMA Negeri 1 Sei
Bingai Kab.Langkat.
1.4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian keperawatan dapat dijadikan sebagai bekal pada


mahasiswa nantinya dalam melakukan penyuluhan dan pendidikan
kesehatan tentang obesitas.

1.4.4 Bagi Sekolah SMA Negeri 1 Sei Bingai


Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk membantu guru BP
(Bimbingan Penyuluhan) dan siswi dengan obesitas mengetahui dampak
buruk obesitas serta menumbuhkan rasa percaya diri sehingga mampu
mengaktualisasikan dirinya.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai