Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perdarahan penyebab paling banyak ditemui di antara ketiga trias klasik tersebut.
Perdarahan yang menyebabkan kematian ibu dikategorikan dalam dua penyebab
utama (Royston dan Amstrong, 1989), yaitu perdarahan antepartum, yaitu perdarahan
melalui vagina, sebagaimana dapat terjadi selama kehamilan, sebelum bayi dilahirkan
dan perdarahan postpartum, yaitu perdarahan dari jalan lahir yang terjadi lebih dari
biasanya dan dapat pula terjadi setelah bayi dilahirkan hingga dengan 42 hari setelah
masa persalinan. Persoalan kematian ibu yang terjadi, secara langsung disebabkan
indikasi yang lazim muncul, yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai
kejang-kejang, aborsi, dan infeksi.
Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan
oleh pendarahan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena
terlalu banyak mengeluarkan darah; proporsinya berkisar antara kurang dari 10%
sampai hampir 60%. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah
mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan
darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan (Profil Kesehatan Indonesia, 2008). Di beberapa negara berkembang
angka kematian maternal melebihi 1000 wanita tiap 100.000 kelahiran hidup, dan
data WHO menunjukkan bahwa 25% dari kematian maternal disebabkan oleh
perdarahan postpartum dan diperkirakan 100.000 kematian maternal tiap tahunnya
(Setiawan, 2008).

Menurut Kesga Dinkes Kepri tahun 2010, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) AKI di Indonesia mengalami penurunan yang cukup tinggi, dari
390 pada tahun 1994 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2002/2003, angka ini masih termasuk tinggi diantara negara-negara ASEAN. Jika
dibandingkan dengan negara-negara lain, maka Angka Kematian Ibu di Indonesia
adalah 15 kali Angka Kematian Ibu di Malaysia, 10 kali lebih tinggi dari pada
Thailand atau 5 kali lebih tinggi dari pada Filipina (Abdul Bari Saifuddin dkk, 2006).
Perdarahan pascapartum dapat terjadi tiba-tiba dan bahkan sangat masif. Perdarahan
sedang tetapi menetap dapat berlanjut selama beberapa hari atau minggu. Perdarahan
postpartum dapat terjadi dini atau lambat. (Jensen, Bobak, Lawdermilk. 2004).
Kebijakan pemerintah dalam upaya menurunkan AKI dilakukan dengan mengadakan
pendekatan antar ibu dengan pelayanan kesehatan atau dengan tenaga kesehatan yang
kompeten. Menurut departemen kesehatan RI, kematian ibu akibat perdarahan
postpartum dapat dicegah melalui deteksi dini adanya faktor resiko. Beberapa faktor
yang mempengaruhi terjadinya perdarahan postpartum adalah usia, paritas, antenatal
care, kadar hemoglobin, dan lain-lain (Risma, 2007). Mengutip data hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Melengkapi hal tersebut, data
laporan dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa
jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun 2013 adalah
sebanyak 5019 orang.
Kematian ibu yang disebabkan perdarahan postpartum , 17 % adalah pada ibu yang
melahirkan untuk pertama kalinya dibandingkan dengan 44 % dari ibu yang telah
melahirkan empat kali atau lebih. (Royston, Erica. 2001). Perdarahan pascapartum
dapat terjadi tiba-tiba dan bahkan sangat masif. Perdarahan sedang tetapi menetap
dapat berlanjut selama beberapa hari atau minggu. Perdarahan postpartum dapat
terjadi dini atau lambat. Perdarahan postpartum dini atau primer dapat terjadi dalam

24 jam pertama setelah melahirkan yang merupakan kehilangan 500ml darah atau
lebih (Jensen, Bobak, Lawdermilk. 2004).
Perdarahan dalam lingkup obstetri merupakan perdarahan pervaginam yang
dihubungkan dengan kehamilan intrauteri. Perdarahan tersebut diklasifikasikan
menjadi beberapa bagian, yaitu perdarahan abortus, perdarahan antepartum,
perdarahan intrapartum, dan perdarahan postpartum atau disebut juga perdarahan
pasca persalinan (PPP) (Magowan dkk, 2009). Perdarahan Pasca Persalinan yang
dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi
lahir (PPP primer) (Saifuddin, 2008). Hal ini didukung fakta yang menyatakan
bahwa seperempat kematian maternal di seluruh dunia disebabkan oleh
komplikasi kala III persalinan sehingga terjadilah perdarahan segera setelahnya
atau dalam 24 jam pasca persalinan (Mousa dan Alfirevic, 2007). Proporsi kematian
maternal yang disebabkan oleh perdarahan pascapartum primer berbeda-beda antara
negara maju dan negara berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa kematian akibat
perdarahan postpartum primer sebenarnya dapat dicegah (Fawole dkk, 2010).
Seorang ibu yang mengalami perdarahan primer dapat meninggal dengan cepat
(biasanya dalam dua jam) kecuali jika penanganan segera dan tepat dilakukan
(Family Care International, Inc. dan Gynuity Health Projects, 2006). Ditambah lagi,
ibu yang mengalami perdarahan yang parah dan bertahan hidup (near misses) secara
signifikan lebih berpotensi meninggal dalam jangka waktu satu tahun setelah
persalinan.
Ketika memasuki masa nifas, atau lebih tepatnya setelah lahirnya plasenta, dapat
terjadi gangguan atau kelainan patologis dalam bentuk perdarahan postpartum.
(Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998). Kematian ibu dapat disebabkan faktor penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung. Salah satu faktor penyebab langsung
kematian ibu adalah perdarahan (Kemenkes RI, 2011). World Health

Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 150.000 ibu meninggal setiap


tahunnya karena perdarahan saat melahirkan (Family Care International, Inc. dan
Gynuity Health Projects, 2006). Di Indonesia kematian ibu yang disebabkan oleh
perdarahan yaitu sebesar 30% (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007).
Faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum tersebut sudah dapat diketahui
dalam kehamilan, setelah beberapa hari baru timbul dalam persalinan dan sebagian
baru diketahui pada masa nifas. Beberapa faktor yang mempengaruhi resiko
terjadinya perdarahan diantaranya adalah faktor biologis seperti umur, paritas, jarak
kehamilan, faktor non kesehatan seperti faktor pendidikan, faktor sosial ekonomi,
faktor lingkungan, faktor status gizi seperti malnutrisi dan anemia, faktor kesehatan
seperti perdarahan dan kelainan letak janin, faktor pelayanan kesehatan yang dalam
hal ini adalah pelayanan antenatal dan pengelolaan persalinan. Sebagaimana faktorfaktor penyebab perdarahan postpartum diatas merupakan sebuah mata rantai yang
berhubungan satu dengan yang lainnya, sudah tentu bahwa beberapa faktor resiko
terdapat pada seorang ibu, sehingga kehamilannya menjadi suatu kehamilan yang
beresiko tinggi (Djajadilaga, 1989).
Faktor risiko perdarahan postpartum primer dibagi menjadi faktor risiko antenatal
dan intrapartum. Faktor risiko antenatal antara lain umur, ras, Indeks Massa
Tubuh (IMT), paritas, penyakit medis, kehamilan postterm, makrosomia, kehamilan
kembar, fibroid, perdarahan antepartum, riwayat perdarahan postpartum sebelumnya
dan sesar. Faktor risiko intrapartum antara lain induksi persalinan, durasi persalinan,
pemberian analgesik, metode persalinan, episiotomi, dan korioamnionitis.
Mengutip dari karya tulis ilmiah Wulandari (2012), memaparkan bahwa faktor
paritas atau riwayat persalinan bayi yang viabel sering dikaitkan dengan
peningkatan risiko terjadinya perdarahan postpartum. Hal ini dikarenakan ibu
primipara berisiko mengalami trauma jalan lahir, sedangkan ibu dengan status
paritas yang tinggi (multiparitas) cenderung mengalami peregangan uterus yang

berlebihan, kelelahan otot uterus, perlukaan jalan lahir, dan retensi produk
kehamilan sehingga lebih banyak mengalami kejadian atonia uteri. Padahal, hampir
semua penyebab komplikasi PPP dapat dicegah atau ditangani dengan upaya
preventif seperti perbaikan keadaan umum dan anemia, pertolongan persalinan
dengan tenaga terlatih, serta upaya kuratif seperti pemberian cairan intravena, dan
pemberian uterotonika (Saifuddin, 2008).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Pasar Rebo didapatkan
bahwa jumlah pasien yang mengalami perdarahan postpartum sebanyak 11,1% di
tahun 2012, 4% di tahun 2013, dan 12,5% di tahun 2014, diantaranya mengalami
vaginal bleeding dan abnormal uterine. Dari beberapa pernyataan yang terdeskripsi
pada latar belakang, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian perdarahan postpartum di RSUD Pasar
Rebo.
1.2.Rumusan Masalah
Menurut laporan WHO (2008) bahwa kematian ibu di dunia disebabkan oleh
perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang
tidak aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8% dan penyebab lain 7%.
Perdarahan postpartum merupakan penyebab utama morbiditas maternal. (Jensen,
Bobak, Lawdermilk. 2004, dalam Dian Milaraswati, 2008). Di berbagai negara,
paling sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh perdarahan.
Proporsinya berkisar antara kurang dari 10 % sampai hampir 60%. Kematian
maternal di Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara. Dan kematian
maternal tersebut lebih banyak terjadi setelah persalinan, tepatnya dalam 24 jam
pertama postpartum yang penyebab utamanya adalah perdarahan. (Rukmini, LK
Wiludjeng. 2007). Di Indonesia kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan yaitu
sebesar 30% (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007).

Secara garis besar dampak yang terjadi akibat dari perdarahan postpartum yang
paling ditakuti adalah kematian yang sebelumnya mengalami resiko bahaya pada
masa kehamilan seperti, faktor biologis seperti umur, paritas, jarak kehamilan, faktor
non kesehatan seperti faktor pendidikan, faktor sosial ekonomi, faktor lingkungan,
faktor status gizi seperti malnutrisi dan anemia, faktor kesehatan seperti perdarahan
dan kelainan letak janin, faktor pelayanan kesehatan yang dalam hal ini adalah
pelayanan antenatal dan pengelolaan persalinan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukaan Shane di RSUD Dr.Pirngadi Medan
tahun 2007-2009 dapat diketahui bahwa penyebab utama perdarahan post partum
adalah retensio placenta yaitu sebesar 53,7% diikuti laserasi jalan lahir sebesar
29,3%, atona uteri 14,6 % dan inversio uteri sebesar 2,4%.Begitu pula penelitian
yang dilakukan Ajenifuji (2010) di Obufeni Awolowo University Teaching Hospital
Nigeria, yang menemukan bahwa penyabab utama perdarahan post partum primer
adalah retensio placenta (71,05%).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Pasar Rebo didapatkan
bahwa jumlah pasien yang mengalami perdarahan postpartum sebanyak 12,5% di
tahun 2014, 4% di tahun 2013, dan 11,1% di tahun 2012, diantaranya mengalami
vaginal bleeding dan abnormal uterine. Dari beberapa pernyataan yang terdeskripsi
pada latar belakang, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian perdarahan postpartum di RSUD Pasar
Rebo.

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum


Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian perdarahan post
partum di RSUD Pasar Rebo tahun 2015.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran distribusi frekuensi kejadian perdarahan postpartum di
RSUD Pasar Rebo tahun 2015
b. Diketahuinya gambaran distribusi frekuensi kejadian perdarahan postpartum
berdasarkan umur, pendidikan, paritas, jarak kelahiran, dan riwayat persalinan di
RSUD Pasar Rebo tahun 2015
c. Diketahui antara hubungan umur dengan kejadian perdarahan postpartum di
RSUD Pasar Rebo tahun 2015
d. Diketahui antara hubungan pendidikan dengan kejadian perdarahan postpartum di
RSUD Pasar Rebo tahun 2015
e. Diketahui antara hubungan paritas dengan kejadian perdarahan postpartum di
RSUD Pasar Rebo tahun 2015
f. Diketahui antara hubungan jarak kelahiran dengan kejadian perdarahan postpartum
di RSUD Pasar Rebo tahun 2015
g. Diketahui antara hubungan riwayat persalinan dengan kejadian perdarahan
postpartum di RSUD Pasar Rebo tahun 2015
1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1 RSUD Pasar Rebo


Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan gambaran yang jelas
tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian perdarahan postpartum,
sehingga dapat dilakukan antisipasi atau pencegahan terhadap terjadinya perdarahan
postpartum.

1.4.2 Bagi Peneliti


Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman
belajar, khususnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
perdarahan postpartum. Memberikan pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian, sehingga peneliti memiliki pengalaman dan pengetahuan yang sangat
berharga dan bermanfaat untuk meningkat kemampuan peneliti dalam menyajikan
data dengan sebaik-sebaiknya.
1.4.3 Bagi Institusi
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana kepustakaan dan menambah informasi
mahasiswa dalam melaksanakan asuhan kebidanan dan asuhan keperawatan dalam
pembelajaran, serta sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dalam bidang postpartum,
khususnya perdarahan dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional
yang bertujuan untuk memperoleh perilaku ibu hamil penyebab kejadian perdarahan
postpartum, dengan data sekunder yang akan diambil dari data rekam medis (Medical
Record) persalinan dengan perdarahan post partum dan membagikan lembar
kuisioner, dengan objek penelitian yaitu ibu postpartum yang mengalami perdarahan
postpartum di Kamar Bersalin RSUD Pasar Rebo. Antara lain hal-hal yang akan
diteliti yaitu perilaku ibu hamil penyebab kejadian perdarahan postpartum sebagai
variable dependen, sedangkan pengetahuan ibu hamil terhadap faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perdarahan postpartum sebagai variable independen.

Anda mungkin juga menyukai