Rp7.500,-
Jogiyanto H.M
Universitas Gadjah Mada
Arief Suadi
Universitas Gadjah Mada
Mardiasmo
Universitas Gadjah Mada
Soeratno
Universitas Gadjah Mada
Djoko Susanto
STIE YKPN Yogyakarta
Suad Husnan
Universitas Gadjah Mada
Enny Pudjiastuti
STIE YKPN Yogyakarta
Suwardjono
Universitas Gadjah Mada
Gudono
Universitas Gadjah Mada
Tandelilin Eduardus
Universitas Gadjah Mada
Harsono
Universitas Gadjah Mada
Zaki Baridwan
Universitas Gadjah Mada
Editorial Secretary
Rudy Badrudin
STIE YKPN Yogyakarta
Editorial Office
Pusat Penelitian STIE YKPN Yogyakarta
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telpon (0274) 486160, 486321 Fax. (0274) 486081
(http://v2.stieykpn.ac.id/jurnal)
DARI REDAKSI
DAFTAR ISI
55
AUDIT VALUE FOR MONEY MENUJU AKUNTABILITAS PUBLIK
Julianto Agung Saputro, SE., S.Kom., M.Si.
67
PENGARUH KELOMPOK INDUSTRI,
BASIS PERUSAHAAN, DAN TINGKAT RETURN
TERHADAPKUALITAS PENGUNGKAPAN SUKARELA DALAM LAPORAN TAHUNAN:
STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK JAKARTA
Inge Gunawan, SE., M.Si. dan Dr. Djoko Susanto, MSA., Akuntan
75
ABSTRACT
Small businesses in Indonesia have already proved
that
SPLIT
SIGNAL
ANALISIS STOCK
ANALISIS
PENGARUH
TEKANANPERUSAHAAN
KETAATAN
PADA
FUTURE
PROFITABILITY
TERHADAP JUDGMENT
YANG TERDAFTAR
DI BURSA AUDITOR
EFEK JAKARTA
Hansiadi Yuli Hartanto1)
*)
P. Sari
Indra Asih
Wijaya
Kusuma2)
Djoko Susanto **)
*)
**)
Asih P. Sari, SE., M.Si., adalah alumni Magister Akuntansi Program Pascasarjana STIE YKPN Yogyakarta.
Dr. Djoko Susanto, MSA., Akuntan adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta.
4.
5.
6.
7.
8.
Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh
perusahaan publik yang sahamnya terdaftar di Bursa
Efek Jakarta dan melakukan pemecahan saham dalam
periode antara tahun 1993 hingga 1998. Metode
pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan kriteria
tertentu yang telah ditetapkan, sebagai berikut:
1. Mempunyai split factor kurang dari atau sama
dengan 0,5.
2. Data harga saham, jumlah lembar beredar dan return tersedia dari satu tahun sebelum dan lima hari
di sekitar tanggal pengumuman stock split.
3. Data dividen sebelum dan sesudah tahun stock
split.
4. Tersedia data laporan keuangan satu tahun sebelum
dan tiga tahun sesudah stock split.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari berbagai sumber diantaranya Bursa Efek
Jakarta, Indonesian Capital Market Directory, Indonesia Security Market Data Base, Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) dan website www.bi.go.id.
Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu data mengenai tanggal pengumuman
stock split, data mengenai pembayaran dividen, data
harga saham dan data laporan keuangan tahunan
seluruh perusahaan go public yang sahamnya terdaftar
di Bursa Efek Jakarta.
Periode penelitian mencakup tahun 1993 hingga
tahun 1998. Periode ini relatif panjang karena jumlah
perusahaan yang melakukan stock split untuk masingmasing tahun sangat sedikit dan untuk menghindari
kekurangan data pada saat analisis. Dipilihnya Bursa
Efek Jakarta sebagai sumber perolehan data karena
Bursa Efek Jakarta merupakan pasar saham terbesar
dan paling representatif di Indonesia.
Model Analisis dan Uji Hipotesis
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi berganda. Karena penelitian ini dilakukan
untuk menguji dua variabel dependen yang berbeda,
maka terdapat dua persamaan regresi, yaitu:
1. Hipotesis pertama, yang menyatakan bahwa split
factor signal berpengaruh terhadap perubahan laba
masa depan, diuji dengan persamaan regresi:
(Et - Et-1)/B-1 = a0 + a1spfac0 +
a2ROEt-1 + et ..(2)
ROE dimasukkan sebagai variabel kontrol
karena dapat menjelaskan perubahan laba (Freeman,
Ohlson, and Penman, 1982 dalam Huang et al., 2002);
spfac merupakan proksi untuk split factor signal yang
diperoleh dari persamaan (1), karena dalam signaling
hypothesis manajer menggunakan stock split untuk
mengungkap informasi privat yang menyenangkan (favorable) mengenai peningkatan laba perusahaan di
masa depan. Model tersebut memasukkan faktor-faktor
yang diduga berpengaruh terhadap keputusan
perusahaan dalam melakukan stock split dan untuk
membuktikan apakah stock split memiliki kandungan
informasi mengenai laba perusahaan di masa depan,
Jumlah
Perusahaan
0
0
4
15
16
3
38
Persentasi
(%)
0
0
10,53
39,47
42,11
7,89
100
Tabel 2
Klasifikasi Perusahaan Berdasarkan Ukuran Split
Tahun
Split
<0,25
= 0,25
>0,25 dan <0,50
= 0,50
Jumlah
Jumlah
Perusahaan
0
0
0
38
38
Persentasi
(%)
0
0
0
100
100
Tabel 3
Klasifikasi Perusahaan Berdasarkan Jenis Usaha
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Jenis Industri
Keuangan
Perdagangan, Jasa dan Investasi
Infrastruktur, Utulitas dan Transportasi
Industri dasar dan Kimia
Industri barang konsumsi
Aneka industri
Properti dan Real Estate
Pertanian
Jumlah
10
Jumlah
8
9
2
7
1
8
2
1
38
Persentase (%)
21,05
23,69
5,27
18,42
2,63
21,05
5,27
18,42
100
Tabel 4
Klasifikasi Perusahaan Berdasarkan Pembagian Dividen
Keterangan
Kenaikan > 100%
Kenaikan = 100%
Kenaikan < 100%
Tidak ada kenaikan (tetap)
Penurunan = 100%
Penurunan < 100%
Tidak membagikan dividen
Jumlah
Jumlah
2
2
8
4
5
16
1
38
Persentasi (%)
5,26
5,26
21,05
10,53
13,16
42,11
2,63
100
Tabel 5
Ringkasan Statistik Deskriptif
Variabel
EC1
EC2
EC3
Spfac
ROE
E1
E2
E3
E0
B0
P0
DC
Maksimum
1,0248
1,0482
1,6112
0,0270
25,05000
96.806.000.000
140.156.000.000
192.924.000.000
60.213.000.000
310.315.000.000
7,200
1,9375
Minimum
-0,7972
-0,8454
-1,0026
-0,0008
-2,0500
-115.231.000.000
-123.380.000.000
-112.748.000.000
-35.046.000.000
23.845.000.000
425
-1,0000
Rata-rata
-0,0609
-0,0265
0,1086
0,0086
1,7616
4.147.736.842
2.752.000.000
22.543.552.632
16.271.473.684
124.826.315.789
2884,215
-0,0696
11
Tabel 6
Hasil Pengujian Normalitas
Variabel Penelitian
Perubahan Laba tahun ke-1 (EC1)
Perubahan Laba tahun ke-2 (EC2)
Perubahan Laba tahun ke-3 (EC3)
Split Factor (Spfac)
Return On Equity (ROE)
Laba tahun pertama (E1)
Laba tahun kedua (E2)
Laba tahun 3 (E3)
Laba pada awal tahun Split (E0)
Nilai buku ekuitas pada awal tahun split (B0)
Harga saham awal tahun split (P0)
Perubahan Dividen (DC)
Rasio Skewnes
1,18
1,26
0,85
1,99
0,41
-1,80
-0,40
0,55
-0,52
1,14
1,67
2,63
Rasio Kurtosis
1,33
1,72
-0,27
-0,23
0,20
1,30
0,59
1,01
0,84
-1,03
-0,52
1,17
12
Keterangan
Normalitas
Normalitas
Normalitas
Normalitas
Normalitas
Normalitas
Normalitas
Normalitas
Normalitas
Normalitas
Normalitas
Normalitas
Variabel Independen
Spfac
ROE
Spfac
E0
B0
P0
DC
Nilai VIF
1.008
1.008
1.605
1.159
1.935
1.020
1.024
Gambar 1
Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Regresi I
Positive
Autocorelation
Indecision
No
Autocorelation
Indecision
Negative
Autocorelation
dl = 1.28
du = 1.50
4-du = 2.50
4-dl = 2.72
s DW = 1.955
s DW = 1.768
DW = 1.642
Gambar 2
Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Regresi II
Positive
Autocorelation
Indecision
No
Autocorelation
Indecision
Negative
Autocorelation
dl = 1.12
du = 1.64
4-du = 2.36
4-dl = 2.88
s DW = 2.358
s DW = 1.946
DW = 1.673
13
14
(4)
(5)
(6)
Tabel 8
Hasil Pengujian Split Factor Terhadap Perubahan Laba
Variabel Independe
Variabel
Dependen
Spfac
Adjusted
R2
Sig
Keterangan
EC1
0,093
2,087
0,044
H1 terima
EC2
0,005
-0,297
0,769
EC3
0,072
-2,000
0,053
15
Tabel 9
Hasil Pengujian Split Factor terhadap
Laba Masa Depan
Variabel
Dependen
16
Variabel Independen
E0
Spfac
Adjusted
2
R
t
(sig)
E1
0,116
E2
E3
Keterangan
2,563
(0,015)
H2 diterima
1,602
(0,119)
0,075
2,271
(0,030)
H2 diterima
-1,491
(0,146)
0,021
-1,028
(0,312)
H2 tidak dapat
diterima
0,973
(0,338)
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Admati, A. R. and P. Pfleiderer (1988), A Theory
of Intraday Patterns: Volume and Price
Variability, Review of Financial Studies 1, 3-40.
Anggraini, W. (1999), Penelitian Tentang
Informasi Laba dan Dividen Kas yang
Dibawa oleh Pengumuman Pemecahan
Saham, Tests, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta. Asquith,
Asquith, O., P. Healy, dan K. Palepu (1989),
Earnings and Stock Split, Accounting
review 64, 387-403.
Baker, H. K. dan P. L. Gallagher (1980),
Managements View of Stock Split,
Financial Management 9, 73-77.
Baker, H. K. dan Powel, G. E. (1993), Futher
Evidence on Managerial Motive for
Stock Splits, Quarterly Journal of Business & Economics 32, 20-23.
Boehme, D. R. dan S. M. Sorescu (2002), Reexamining the Long-run Stock Split
Anomaly Puzzle.
Brennan, M. J. dan T.E. Copeland (1988), Stock
Split, Stock Prices, and Transaction
Costs, Journal of Finance Economics
22, 83-101.
Brennan, M. J. dan P. J. Hughes (1991), Stock
Price and The Supply of Information,
Journal of Finance 46, 1665-1691.
Brigham, E. F. dan L. C. Gapensiki (1994), Financial Management: Theory and Practice, Orlando, The Dryden Press.
19
20
21
22
ABSTRACT
Small businesses in Indonesia have already proved
that TERHADAP
KEPUASAN
PERSEPSI
ANALISIS
PENGARUH KARIR
TEKANAN
KETAATAN
KESUKSESAN
DOSEN
TERHADAP TINGGI
JUDGMENT
AUDITOR
PERGURUAN
SWASTA
(PTS)
DI KOPERTIS WILAYAH 1)V DIY
Hansiadi Yuli Hartanto
Indra Wijaya Kusuma2)
Ani Muttaqiyathun, SE., M.Si. *)
ABSTRACT
Everyone wants to be successful in his or her career.
To get that, they usually develop some plans and try
to reach them by improving their job performance that
is appropriate for global markets. Every member organization needs to improve their readiness for the ideal
position by upgrading their skill needed to reach their
success. This objective research is to know how their
perception satisfaction about career successfully..
This research involves 117 male and female lecturers in 6 private universities located in Yogyakarta.
This research proves that: there is no any career satisfaction difference between lecturers of their institution
,there is no any career satisfaction difference between
male and female lecturers, but there are difference between senior and yunior lecturers in their career satisfaction.
Keywords: career, satisfaction.
PENDAHULUAN
Pekerjaan seorang dosen ternyata bukan merupakan
hal yang mudah. Dosen tidak hanya sekedar
mentransfer ilmu yang telah dimiliki kepada
mahasiswanya, tetapi juga harus secara produktif
*)
Ani Muttaqiyathun, SE., M.Si adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
23
24
25
26
27
28
29
30
DAFTAR PUSTAKA
31
32
ABSTRACT
Small businesses in Indonesia have already proved
that TENAGA KERJA
TANTANGAN
PELUANG DAN
PENGARUH
TEKANAN
DIANALISIS
KABUPATEN
SLEMAN
DALAM KETAATAN
PERPEKTIF
TERHADAP
JUDGMENT
AUDITOR
SEKTORAL
DAN SPASIAL
Hansiadi Yuli Hartanto1)
*)
2)
Dra.Indra
Mufidhatul
Khasanah,
M.Si.
Wijaya
Kusuma
ABSTRAK
Pengangguran yang terjadi di berbagai wilayah
termasuk Kabupaten Sleman disebabkan oleh adanya
penurunan kesempatan kerja. Agar pengangguran
yang terjadi di Kabupaten Sleman dapat dikendalikan
maka Pemerintah Kabupaten Sleman perlu memberikan
fasilitas kepada pelaku ekonomi sehingga pelaku
ekonomi dapat memanfaatkan peluang yang dimiliki dan
tantangan yang dihadapi tenaga kerja. Oleh karena
pengertian kesempatan kerja dalam perspektif spasial
menurut paradigma baru adalah perusahaan harus
mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan
kondisi penduduk daerah sedangkan pada sisi lain
ditunjukkan bagaimana peranan desa sebagai penyedia
tenaga kerja bagi kota, maka pembahasan tentang
tantangan dan peluang tenaga kerja di Kabupaten
Sleman dapat pula dilakukan melalui pendekatan
sektoral dan spasial.
Kata Kunci: Tenaga kerja, sektoral, dan spasial.
PENDAHULUAN
Ketidakmerataan pembangunan di Indonesia yang
berlangsung selama ini terwujud dalam berbagai bentuk,
aspek, atau dimensi (Dumairy, 1996: 62).
*)
Dra. Mufidhatul Khasanah, M.Si., adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Wangsa Manggala.
33
Catatan:
r
: pertumbuhan ekonomi
sk
: MPS kelompok kapitalis
sb
: MPS kelompok buruh
K/Q : profit share atau bagian pendapatan nasional
yang diterima kelompok kapitalis atau pola
distribusi pendapatan antarkelompok
masyarakat
h
: output capital ratio atau efisiensi
pengeluaran investasi
Berdasarkan persamaan terakhir tersebut, maka
dapat dihitung pertumbuhan ekonomi r yang nilainya
tergantung nilai K/Q yang menunjukkan profit share
atau distribusi pendapatan antar-kelompok masyarakat.
Apabila nilai K/Q semakin mendekati angka 1 maka
pertumbuhan ekonomi makin meningkat dan apabila
nilai K/Q semakin mendekati angka 0 maka
per-tum-buhan ekonomi makin menurun. Nilai K/Q yang
semakin mendekati angka 0 artinya hampir seluruh
pendapatan nasional diterima oleh kelompok buruh dan
Tabel 1
Paradigma Baru Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Komponen
Konsep Lama
Konsep Baru
Kesempatan Kerja
Basis Pembangunan
Pengembangan lembaga-lembaga
ekonomi baru
Aset-Aset Lokasi
Sumberdaya Pengetahuan
Pengetahuan sebagai
pembangkit ekonomi
Sumber: Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan, Ed. 4, BP STIE YKPN., Yogyakarta, 1999, hal. 302.
Dasar pemikiran pewilayahan (regionalisasi)
sebenarnya merupakan sesuatu yang nyata, yaitu
setiap kegiatan itu pasti terjadi dan mempunyai efek
dalam sebuah ruang dan bukan dalam sebuah titik yang
statis (Budiono Sri Handoko, 1984, hal. 1). Misalnya,
sebidang lahan yang diusahakan untuk sawah, maka
kegiatan produksi padi itu tidak terbatas pada lahan itu
saja, tetapi ber-dasarkan pemikiran bahwa tata ruang
34
Tabel 2
Hubungan Timbal-Balik antara Desa-Kota
Desa
Produksi pangan
Konsumen input
Sumber tenaga kerja
Pasar untuk hasil industri
Sumber investasi dalam artian teoritik
Kota
Pasar bagi hasil produksi pa-ngan
Produsen input untuk industri pa-ngan
Pusat layanan kota (sekolah, ru-mah sakit,
bank dan sebagai-nya)
Sumber penemuan teknologi
Pusat kegiatan industri
Sumber: Budiono Sri Handoko, Interaksi antara Desa dan Kota, PPE FE UGM dan Biro
Perencanaan Deptan. RI, 1985, hal. 1.
Berdasarkan tabel 2 dapat diinterpretasikan
berbagai macam hubungan antara kegiatan-kegiatan
yang berada di desa dan kota, di antaranya ada yang
menyamakan hu-bungan antara desa dan kota dengan
hubungan antara pertanian dan industri. Hubungan
tim-bal balik itulah yang mengakibatkan munculnya
fungsi kota, yaitu antara lain sebagai tempat
pengumpulan hasil pro-duksi dari daerah-daerah di
belakangnya atau desa-desa di sekitarnya (hinterland),
sebagai tempat pengumpulan input yang diperlukan
pedesaan (pupuk, bibit, obat-obatan dan sebagainya)
dan se-buah pusat administrastif (Kadariah, 1989, hal.
67). Kota tidak dapat tumbuh untuk dirinya sendiri,
tetapi juga tumbuh untuk desa-desa di seki-tarnya.
Dalam pandangan ekonomi regional, pembangunan
perkotaan tanpa meng-kaitkan dengan pembangunan
pedesaan adalah tidak mungkin terjadi, demikian pula
se-baliknya.
Nampak tabel 1 menunjukkan bagaimana
tentang ketenagakerjaan dalam perspektif spasial
menurut paradigma baru, yaitu pengertian kesempatan
kerja yang diartikan bahwa perusahaan harus
mengembangkan pekerjaan yang sesuai dengan
kondisi penduduk daerah. Sedangkan pada tabel 2
35
Tabel 3
Indeks Gravity dan Interaksi Antarruang
Propinsi DIY, Tahun 1991-1996
Tahun
Yogyakarta
Sleman
Yogyakarta
Bantul
Yogyakarta
Gunungkidul
Yogyakarta
Kulon Progo
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1.568,1
2.197,9
2.980,7
3.980,7
3.904,2
6.935,3
932,2
1.272,8
1.768,2
2.372,0
3.239,2
4.422,6
103,8
123,8
169,5
224,2
301,6
405,7
103,2
132,1
166,8
204,6
254,5
316,4
Sumber: Biro Pusat Statistik. Propinsi DIY Dalam Angka Tahun 1997.
Data diolah.
36
Tabel 4
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sleman
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 1998-2001 (Ribuan Rupiah)
NO.
LAPANGAN USAHA
PERTANIAN
a. Tanaman Bahan Makanan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan dan hasilhasilnya
d. Kehutanan
e. Perikanan
PERTAMBANGAN dan
PENGGALIAN
a. Minyak dan Gas Bumi
(Migas)
b. Pertambangan Tanpa
Migas
c. Penggalian
INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Industri Migas
b. Industri Tanpa Migas
LISTRIK, GAS, & AIR BERSIH
a. Listrik
b. Gas
c. Air Minum
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL,
dan RESTORAN
a. Perdagangan Besar dan
Eceran
b. Hotel
c. Restoran
PENGANGKUTAN dan
KOMUNIKASI
a. Pengangkutan
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
3. Angkutan Laut
5
6
1998
1999
2000
2001
478,540,000
408,605,000
9,286,000
47,536,000
599,661,000
522,379,000
10,074,000
51,337,000
704,858,000
610,138,000
15,921,000
58,503,000
784,699,000
638,764,000
30,943,000
85,770,000
3,674,000
9,439,000
11,075,000
4,511,000
11,360,000
13,301,000
3,924,000
16,372,000
14,793,000
4,347,000
24,875,000
17,179,000
11,075,000
407,319,000
407,319,000
24,228,000
23,201,000
1,027,000
251,927,000
519,002,000
13,301,000
469,529,000
469,529,000
24,891,000
23,752,000
1,139,000
279,037,000
621,673,000
14,793,000
546,511,000
546,511,000
28,667,000
27,429,000
1,238,000
328,170,000
708,549,000
17,179,000
642,310,000
642,310,000
32,671,000
31,035,000
1,636,000
370,996,000
850,109,000
152,990,000
180,597,000
213,193,000
255,102,000
67,638,000
298,374,000
258,264,000
76,690,000
364,386,000
284,986,000
90,812,000
404,544,000
307,520,000
113,972,000
481,035,000
355,902,000
244,091,000
239,832,000
-
266,408,000
261,679,000
-
286,725,000
281,572,000
-
329,124,000
323,428,000
-
37
KEUANGAN, PERSEWAAN,
dan JASA PERUSAHAAN
a. Bank
b. Lembaga Keuangan Tanpa
Bank
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Sewa Bangunan
e. Jasa Perusahaan
JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
1. Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan
2. Jasa Pemerintahan
b. Swasta
1. Sosial Kemasyarakatan
2. Hiburan dan Rekreasi
3. Perorangan dan
Rumahtangga
PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO
287,939,000
331,826,000
324,290,000
384,869,000
32,851,000
24,629,000
42,568,000
30,555,000
11,121,000
33,200,000
10,028,000
49,037,000
339,000
224,141,000
5,979,000
453,435,000
277,608,000
277,608,000
390,000
252,069,000
6,244,000
550,408,000
362,200,000
362,200,000
361,000
272,816,000
6,792,000
597,627,000
384,013,000
384,013,000
408,000
317,442,000
7,954,000
681,053,000
437,544,000
437,544,000
175,827,000
36,812,000
6,043,000
132,972,000
188,208,000
42,609,000
6,630,000
138,969,000
213,614,000
50,084,000
7,275,000
156,255,000
243,509,000
57,691,000
8,653,000
177,165,000
2,691,729,000
3,175,312,000
3,560,985,000 4,119,788,000
38
Tabel 5
Kontribusi Sektor dan Subsektor PDRB Kabupaten Sleman
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 1998-2001
NO.
1
5
6
LAPANGAN USAHA
PERTANIAN
a. Tanaman Bahan Makanan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan dan hasil-hasilnya
d. Kehutanan
e. Perikanan
PERTAMBANGAN dan PENGGALIAN
a. Minyak dan Gas Bumi (Migas)
b. Pertambangan Tanpa Migas
c. Penggalian
INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Industri Migas
b. Industri Tanpa Migas
LISTRIK, GAS, dan AIR BERSIH
a. Listrik
b. Gas
c. Air Minum
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL, dan RESTORAN
a. Perdagangan Besar dan Eceran
b. Hotel
c. Restoran
PENGANGKUTAN dan KOMUNIKASI
a. Pengangkutan
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
3. Angkutan Laut
4. Angkutan Sungai, Danau, dan
Penyeberangan
5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan
b. Komunikasi
1. Pos dan Telekomunikasi
2. Jasa Penunjang Komunikasi
1998
1999
2000
2001
17.78%
85.39%
1.94%
9.93%
0.77%
1.97%
0.41%
0.00%
0.00%
100.00%
15.13%
0.00%
100.00%
0.90%
95.76%
0.00%
4.24%
9.36%
19.28%
29.48%
13.03%
57.49%
9.59%
94.51%
0.00%
92.86%
0.00%
0.00%
18.89%
87.11%
1.68%
8.56%
0.75%
1.89%
0.42%
0.00%
0.00%
100.00%
14.79%
0.00%
100.00%
0.78%
95.42%
0.00%
4.58%
8.79%
19.58%
29.05%
12.34%
58.61%
8.98%
93.48%
0.00%
91.82%
0.00%
0.00%
19.79%
86.56%
2.26%
8.30%
0.56%
2.32%
0.42%
0.00%
0.00%
100.00%
15.35%
0.00%
100.00%
0.81%
95.68%
0.00%
4.32%
9.22%
19.90%
30.09%
12.82%
57.09%
8.64%
93.24%
0.00%
91.56%
0.00%
0.00%
19.05%
81.40%
3.94%
10.93%
0.55%
3.17%
0.42%
0.00%
0.00%
100.00%
15.59%
0.00%
100.00%
0.79%
94.99%
0.00%
5.01%
9.01%
20.63%
30.01%
13.41%
56.59%
8.64%
92.48%
0.00%
90.88%
0.00%
0.00%
0.00%
1.65%
5.49%
4.48%
1.00%
0.00%
1.66%
6.52%
5.48%
1.03%
0.00%
1.68%
6.76%
5.58%
1.19%
0.00%
1.60%
7.52%
6.16%
1.36%
39
10.70%
10.45%
9.11%
9.34%
11.41%
8.55%
0.12%
77.84%
2.08%
16.85%
61.22%
61.22%
12.83%
9.21%
0.12%
75.96%
1.88%
17.33%
65.81%
65.81%
3.43%
10.24%
0.11%
84.13%
2.09%
16.78%
64.26%
64.26%
2.61%
12.74%
0.11%
82.48%
2.07%
16.53%
64.25%
64.25%
0.00%
38.78%
8.12%
1.33%
29.33%
0.00%
34.19%
7.74%
1.20%
25.25%
0.00%
35.74%
8.38%
1.22%
26.15%
0.00%
35.75%
8.47%
1.27%
26.01%
100.00%
100.00%
100.00%
100.00%
40
Tabel 6
Perkembangan Kontribusi Lima Sektor Besar PDRB Kabupaten Sleman
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 1998-2001
No.
1
Lapangan Usaha
Perdagangan, Hotel,
1998
1999
2000
2001
19.28%
19.58%
19.90%
20.63%
Dan Restoran
2
Pertanian
17.78%
18.89%
19.79%
19.05%
Jasa-jasa
16.85%
17.33%
16.78%
16.53%
Industri Pengolahan
15.13%
14.79%
15.35%
15.59%
Keuangan, Persewaan,
10.70%
10.45%
9.11%
9.34%
Tabel 7
Perkembangan Kontribusi Subsektor PDRB Kabupaten Sleman
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 1998-2001
NO.
1
LAPANGAN USAHA
1998
1999
2001
2001
19.28%
19.58%
19.90%
20.63%
29.48%
29.05%
30.09%
30.01%
b. Hotel
13.03%
12.34%
12.82%
13.41%
c. Restoran
57.49%
58.61%
57.09%
56.59%
PERTANIAN
17.78%
18.89%
19.79%
19.05%
85.39%
87.11%
86.56%
81.40%
b. Tanaman Perkebunan
1.94%
1.68%
2.26%
3.94%
9.93%
8.56%
8.30%
10.93%
d. Kehutanan
0.77%
0.75%
0.56%
0.55%
e. Perikanan
1.97%
1.89%
2.32%
3.17%
15.13%
14.79%
15.35%
15.59%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
100.00%
100.00%
100.00%
100.00%
INDUSTRI PENGOLAHAN
a. Industri Migas
b. Industri Tanpa Migas
41
Tabel 8
Perkembangan Laju Pertumbuhan Lima Sektor Besar PDRB Kabupaten Sleman
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993
Tahun 1999-2001
NO.
LAPANGAN USAHA
1
2
3
4
5
1998
1999
2000
2,06%
3,57%
2,01%
1,22%
1,37%
4,37%
9,58%
2,42%
5,08%
-4,28%
4,83%
3,08%
3,32%
5,39%
4,31%
Sumber: Kabupaten Sleman Dalam Angka Berbagai Tahun. BPS Sleman. Data diolah.
Berdasarkan tabel 8 nampak bahwa di antara
kelima sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap
PDRB kabupaten Sleman dalam kurun waktu yang sama,
sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor jasajasa, dan sektor industri pengolahan memiliki laju
pertumbuhan sektor semakin meningkat, sedangkan
sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan, dan
42
Tabel 9
Perkembangan Laju Pertumbuhan Subsektor PDRB Kabupaten Sleman
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993
Tahun 1999-2001
NO.
LAPANGAN USAHA
1999
2000
2001
2,06%
1,19%
3,48%
2,21%
2,01%
1,40%
1,40%
0%
3,44%
9,30%
4,23%
1,40%
1,22%
0%
1,22%
4,37%
7,32%
-2,74%
4,52%
2,42%
2,14%
2,14%
0%
3,08%
3,05%
2,30%
3,16%
5,08%
0%
5,08%
4,83%
3,89%
5,25%
5,30%
3,32%
2,56%
2,56%
0%
5,06%
3,85%
6,43%
5,39%
5,39%
0%
5,39%
Sumber: Kabupaten Sleman Dalam Angka Berbagai Tahun. BPS Sleman. Data diolah.
Berdasarkan tabel 9 nampak bahwa subsektor
sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki
kecenderungan laju pertumbuhan semakin meningkat
dalam kurun waktu 1998-2001 adalah subsektor restoran,
sedangkan subsektor perdagangan besar dan eceran
dan subsektor hotel memiliki kecenderungan laju
pertumbuhan yang fluktuaktif. Pada subsektor sektor
jasa-jasa yang memiliki kecenderungan laju
pertumbuhan semakin meningkat dalam kurun waktu
1998-2001 adalah subsektor administrasi pemerintahan
dan pertahanan (pemerintahan umum) dan subsektor
perorangan dan rumahtangga (swasta), sedangkan
subsektor lainnya pada sektor jasa-jasa memiliki
kecenderungan laju pertumbuhan semakin menurun.
Pada sektor industri pengolahan, semuanya merupakan
43
Tabel 10
Location Quotient (LQ)
Kabupaten Sleman, Tahun 1999
NO.
LAPANGAN USAHA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
LQ
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan, dan Jasa perusahaan
Jasa-Jasa
0.8661
0.2747
0.8796
1.1481
1.1867
1.0020
0.9066
1.3451
1.1326
Sumber: Diolah dari Buku Propinsi DIY Dalam Angka tahun 2000.
Tabel 11
Location Quotient (LQ) > 1 Per Kecamatan Se Kabupaten Sleman,
Tahun 1999
Kecamatan
Sektor A
Sektor B
Sektor C
Sektor D
Sektor E
Se
Berbah
Cangkringan
Depok
Gamping
Godean
Kalasan
Minggir
Mlati
Moyudan
Ngaglik
Ngemplak
Pakem
Prambanan
Seyegan
Sleman
Tempel
Turi
Sumber: Data diolah dari Buku PDRB Kabupaten Sleman Tahun 1999 dan 2000 dan PDRB per Kecamatan
se-kabupaten Sleman Tahun 1999.
44
Tabel 12
Lima Sektor Teratas Berdasarkan LQ Per KecamatanSe Kabupaten Sleman,Tahun 1999
NO.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
KECAMATAN
Berbah
Cangkringan
Depok
Gamping
Godean
Kalasan
Minggir
Mlati
Moyudan
Ngaglik
Ngemplak
Pakem
Prambanan
Seyegan
Sleman
Tempel
Turi
I
Listrik, ...
Pertamb. ...
Jasa-jasa
Pengang. ...
Pertamb. ...
Keu., ...
Industri P.
Perdag., ...
Pengang. ...
Bangunan
Pertamb. ...
Pertanian
Pertanian
Pertanian
Jasa-jasa
Pertamb. ...
Pertanian
Urutan Berdasa
II
III
Pertanian
Pertamb
Pertanian
Listrik, ..
Perdag., ...
Pengang
Bangunan
Listrik, ..
Pengang. ...
Industri P
Listrik, ...
Pertania
Pertanian
Listrik, ..
Keu., ...
Pengang
Industri P.
Pertania
Industri P.
Listrik, ..
Pertanian
Pengang
Bangunan
Listrik, ..
Perdag., ...
Banguna
Industri P.
Keu., ...
Industri P.
Banguna
Pertanian
Industri P
Listrik, ...
Banguna
Sumber: Data diolah dari Buku PDRB per Kecamatan se kabupaten Sleman Tahun 1999.
45
Berdasarkan tabel 10, 11, dan 12 nampak sektorsektor di kabupaten Sleman dan kecamatan se
kabupaten Sleman yang berpotensi untuk
dikembangkan. Apabila berpotensi untuk
dikembangkan maka sektor-sektor tersebut diasumsikan
membutuhkan input atau faktor produksi yang salah
satunya adalah tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja
di masing-masing sektor tentunya tergantung
bagaimana pembiayaan sektor-sektor tersebut, serta
kemampuan (ability) dan kemauan (willingness)
masing-masing tenaga kerja. Pembiayaan sektor
menjadi faktor penentu karena modal atau kapital yang
tersedia akan mempengaruhi langsung kuantitas dan
kualitas produk yang dihasilkan. Kemampuan dan
kemauan tenaga kerja mempengaruhi pilihan sektor
mana yang akan dimasuki sebagai tempat bekerja.
KONDISI KETENAGAKERJAAN KABUPATEN
SLEMAN
Interaksi antara kabupaten Sleman dengan
daerah-daerah lain yang makin meningkat yang disertai
dengan adanya pertumbuhan ekonomi di kabupaten
Sleman akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja.
Peningkatan penyediaan lapangan kerja akan
Tabel 13
Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Sleman
Tahun 1999-2001
No.
1
2
3
4
5
6
46
Uraian
Penduduk Usia Kerja (15 tahun ke atas)
Angkatan Kerja
a. Bekerja
b. Mencari Pekerjaaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) (%)
Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
Bekerja Kurang 35 jam seminggu (%)
Bekerja Menurut Lapangan Usaha (%)
a. Pertanian
b. Industri
c. Perdagangan
d. Jasa-jasa
e. Lainnya
1999
671.021
2000
735.291
2001
732.548
429.517
20.861
67,09
4,81
27,63
436.572
24.238
62,67
5,26
32,01
433.271
17.525
61,54
3,89
27,69
30.19
13.48
22.72
21.37
12.23
27,16
14.70
25.17
16,57
16,40
27.25
13.81
25.35
21.31
12.28
19,90
17,21
1,37
45.37
16,16
21,87
20.29
1.02
42.74
14.07
24.24
20.32
3.21
38.71
13.53
Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sleman Tahun 2001, hal. 29-34.
Nampak pada tabel 13 angka TPAK dari tahun
1999 sampai dengan tahun 2001 mengalami penurunan,
yaitu dari 67,09% , 62,67%, dan 61,54%. Penurunan
angka TPAK ini disebabkan jumlah angkatan kerja relatif
tetap sedangkan jumlah penduduk usia kerja mengalami
kenaikan. Untuk meningkatkan angka TPAK kabupaten
Sleman dapat dilakukan dengan menambah jumlah
penduduk yang bekerja atau penduduk yang mencari
pekerjaan. Di samping itu, dapat pula dilakukan dengan
menekan angka kelahiran sehingga akan mengurangi
jumlah penduduk pada akhirnya.
Apabila dilihat pada tabel 13, nampak tingkat
pengangguran terbuka memiliki arah trend yang
menurun. Hal ini berarti, secara relatif semakin banyak
penduduk kabupaten Sleman yang tidak menganggur
secara terbuka. Namun apabila dilihat dari jumlah
absolut, kemungkinan jumlah penduduk absolut
kabupaten Sleman yang menganggur secara terbuka
mengalami kenaikan karena terjadinya kenaikan jumlah
penduduk. Apabila dilihat pada tabel 13, nampak angka
bekerja kurang daripada 35 jam kerja seminggu relatif
konstan, yaitu dari 27,63%, 32,01%, dan 27,69%. Namun
. Namun apabila dilihat dari jumlah absolut,
kemungkinan jumlah penduduk absolut kabupaten
Sleman yang bekerja kurang daripada 35 jam kerja
seminggu mengalami kenaikan karena terjadinya
kenaikan jumlah penduduk yang bekerja. Apabila dilihat
pada tabel 13, nampak jumlah penduduk yang bekerja
menurut lapangan usaha dari tahun 1999 sampai
dengan 2001 terbesar tetap saja di sektor pertanian,
kemudian diikuti sektor perdagangan, dan jasa-jasa.
Apabila dilihat pada tabel 13, nampak penduduk yang
paling banyak bekerja menurut status adalah bekerja
sebagai pekerja/buruh, kemudian bekerja sebagai
berusaha sendiri, dan berusaha dengan buruh tidak
tetap/pekerja keluarga.
47
Gambar 1
Circular Flow Diagram
Faktor Produksi/Input
Pendapatan
s
s
Perusahaan
Masyarakat
s
s
Pengeluaran Konsumsi
Barang dan jasa
Tabungan
Investasi
48
49
Tabel 14
Penduduk 10 Tahun ke atas yang Mencari Pekerjaan
Menurut Jenjang Pendidikan yang Ditamatkan, Tahun 2001
Sumber:
BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat dan Standar Indikator Kesra, Kabupaten Sleman, Tahun
2001, hal. 35. Data diolah.
50
Laki-Laki
Perempuan
Jenjang Pendidikan
yang Ditamatkan
KEBIJAKAN
KETENAGAKERJAAN
DI KABU-Absolut
Absolut
Relatif
Re
PATEN SLEMAN
1. SLTP ke bawah
252
2,21%
751
12,
14,
6,1
D III
126
1,11% saing 1.502
1.4. Menyiapkan
tenaga kerja
yang berdaya
melalui dunia pendidikan
24,
2.602
42,
11.391 (Pusat
100,00%
Jumlah Menurut Mochtar Buchori
Data dan 6.134
100
5. D IV / S 1
2.127
18,67%
51
52
DAFTAR PUSTAKA
___________________.Indikator Kesejah
teraan Rakyat dan Standar Indikator
Kesra, Tahun 2001.
SIMPULAN
Agar peluang dapat dimanfaatkan dan
tantangan dapat diatasi maka perlu melakukan beberapa
tindakan sebagai berikut:
1. Menganalisis sektoral dan spasial sebagai
perspektif dalam pengambilan keputusan
(kebijakan) yang berkaitan dengan ketenagakerjaan
di kabupaten Sleman, baik kebijakan yang dilakukan
oleh swasta maupun pemerintah.
2. Membenahi kurikulum pendidikan menengah dan
tinggi agar mampu menyiapkan lulusannya siap
pakai.
3. Membangun tenaga kerja bersendikan penduduk.
4. Menciptakan pasar tenaga kerja sesuai kebutuhan
pasar.
5. Mengembangkan kursus ketenagakerjaan.
6. Mengembangkan jaminan sosial tenaga kerja.
53
http://www.detik.com
Kadariah (1989), Ekonomi Perencanaan, Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Lincolin Arsyad (1999), Ekonomi
Pembangunan, Edisi 4, Yogyakarta:
Bagian Penerbitan STIE YKPN
Yogyakarta.
Mahbub ul Haq (1983), Tirai Kemiskinan:
Tantangan-tantangan Untuk Dunia
Ketiga, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mudrajad Kuncoro (1997), Ekonomi
Pembangunan: Teori, Masalah, dan
Kebijakan, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Payaman J. Simanjuntak, (1985), Pengantar
Ekonomi Sumberdaya Manusia,
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Prijono Tjiptoherijanto (2003), Jaminan Sosial
Tenaga Kerja di Indonesia, Fakultas
Ekonomi Unicversitas Indonesia.
Pusat Data dan Informasi Pendidikan. 2003
Pusat Informasi Keluarga Berencana. 2003.
Rudy Badrudin (1999), Pengembangan
Wilayah Propinsi DIY (Pendekatan
Teoritis),
54
ABSTRACT
Small businesses in Indonesia have already proved
that
FAKTOR-FAKTOR
ANALISIS
ANALISIS
PENGARUH TINGKAT
TEKANAN PENDAPATAN
KETAATAN
YANG
MEMPENGARUHI
TERHADAP PASAR
JUDGMENT
AUDITOR
PEDAGANG
TRADISIONAL
DI KOTA YOGYAKARTA
1)
Hansiadi Yuli Hartanto
Indra
Wijaya
Kusuma*)2)
Salamatun
Asakdiyah
Tina Sulistyani **)
ABSTRACT
This research was to know income level of traditional market sellers in city of Yogyakarta, analyzing factors that influence toward level of income of
the sellers, and knowing about dominant factor that
influence toward the sellers incomein city of
Yogyakarta. Sample was taken by purposive sampling method of 100 respondents. This research was
conducted in four traditional markets that located at
city of Yogyakarta, that is Demangan, Kranggan,
Sentul, and Prawirotaman market. This research used
multiple regression analysis method. This research
showed that level of income of the traditional sellers
was influenced by some factors including working
capital, working hours, number of workers, and length
of business. Working capital was the most influencing factor toward level of income. Result of test on
regression coefficient individually showed that working capital, number of workers, ,and length of business variables positively and significantly influenced
toward level of income of the sellers. Meanwhile working hours variable did not influenced significantly
toward level of income of the traditional sellers in
city of Yogyakarta. Working capital, working hours,
number of work, and length of business variables can
*) Dra. Salamatun Asakdiyah, M.Si. dan **) Tina Sulistiyani, SE., MM., adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas
Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
55
56
57
Gambar 1
Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Pasar
Jumlah Tenaga Kerja
Jam Kerja
s
Modal Usaha
Lama Usaha
58
Tingkat Pendapatan
Jumlah
(orang)
Persentase
Demangan
Kranggan
Sentul
Prawirotaman
Jumlah
25
25
25
25
100
25%
25%
25%
25%
100%
n =
Metode Pengumpulan Data
E
1,96
n =
0,20
n =
100
59
60
X4
= Lama Usaha
ei
= Kesalahan Pengganggu
b0
= Intersep
b1, b2, b3, b4 = Koefisien Regresi X1, X2, X3, X4
Untuk menguji hipotesis yang dikemukakan,
maka digunakan uji t dan uji F. Uji t dimaksudkan untuk
mengetahui variabel bebas yang berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel tidak bebas (terikat) secara
individual. Sedangkan uji F digunakan untuk
mengetahui apakah secara bersama-sama variabelvariabel bebas tersebut dapat menjelaskan variabel
terikat.
Model regresi berganda dapat digunakan
apabila tidak terjadi penyimpangan asumsi-asumsi
klasik. Guna mengetahui ada tidaknya penyimpangan
atau pelanggaran asumsi klasik, model regresi berganda
ini akan diuji dengan tiga asumsi klasik, yaitu: uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi (Gujarati, 1995; Sumodiningrat, 1995).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Variabel Analisis
Untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar
tradisional di Kota Yogyakarta digunakan variabel
analisis yang terdiri dari variabel terikat dan variabel
bebas. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan
digunakan sebagai variabel terikat, sedangkan jumlah
modal usaha, jumlah jam kerja, jumlah tenaga kerja, dan
lama usaha digunakan sebagai variabel bebas.
Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
pendapatan pedagang pasar dapat dicari dengan cara
menghitung rata-rata tingkat pendapatan dari ketiga
kelompok pedagang pasar di Kota Yogyakarta yang
meliputi: Pasar Demangan, Pasar Kranggan, Pasar
Sentul, dan Pasar Prawirotaman. Demikian pula untuk
mengetahui seberapa jauh jumlah modal usaha yang
digunakan, jam kerja yang dijalankan, jumlah tenaga
kerja yang digunakan, serta lama usaha yang telah
ditekuni pedagang pasar. Hal ini dapat dicari dengan
cara menghitung rata-rata dari masing-masing variabel.
Adapun hasil perhitungan masing-masing
variabel analisis dapat dijelaskan sebagai berikut:
61
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Berganda
Variabel
Koefisien
Nilai T
Probabilitas
Konstanta
-112.531,4
-1,146
0,255
0,084
7,96
0,00
1.009,57
0,51
0,609
79.302,76
3,35
0,001
13.017,40
2,37
0,020
62
63
64
65
66
ABSTRACT
Small businesses in Indonesia have already proved
that
AUDIT
VALUE TEKANAN
FOR MONEY
ANALISIS
PENGARUH
KETAATAN
MENUJU
AKUNTABILITAS
PUBLIK
TERHADAP JUDGMENT AUDITOR
Julianto Agung
Saputro *)1)
Hansiadi
Yuli Hartanto
Indra Wijaya Kusuma2)
ABSTRACT
Government auditors should consider how they can
best bring about improved quality of reporting so as to
enhance public accountability, which is the obligation
to answer publicly for discharge of responsibilities that
affect the public in important ways. When auditors
understand what type of information the governing
bodies need most for their accountability role, they
will know what needs to be audited. Value for money
audit is an expanding and exciting area for auditor, who
are naturally well placed to provide this service. The
auditor should consider value-for money points in all
work. Auditor should carry out reviews of individual
services to ensure that there are proper arrangenments
for ensuring value for money.
Keyword: audit, value for money, akuntabilitas.
PENDAHULUAN
Pemerintah sebagai penerima wewenang untuk
mengelola dana publik dalam bentuk penyediaan
fasilitas dan layanan, jasa publik, serta pengelolaan
berbagai sumber daya negara harus dapat
mempertanggungjawabkan pengelolaannya kepada
publik. Berbagai aktivitas serta alokasi dan pemakaian
*)
Julianto Agung Saputro, SE., S.Kom., M.Si., adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta.
67
Ekonomi
(hemat)
68
Input
Proses
Output
Efisiensi
(berdaya guna)
Outcome
Efektivitas
(berhasil guna)
Tujuan
69
70
71
Auditor
Fungsi atestasi
Pihak yang
menuntut adanya
akuntabilitas
Fungsi audit
Fungsi akuntabilitas
PENUTUP
VFM bagi sektor publik merupakan suatu keharusan
sebagai bentuk akuntabilitas publik, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kepercayaan dan
transparansi penyelenggaraan pemerintahan yang
profesional. Kepercayaan publik terhadap pemerintah
merupakan modal yang sangat berharga, karena publik
tidak akan pernah ragu untuk membantu dan
72
Entitas yang
diaudit
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pemeriksa Keuangan (1995). Standar
Audit Pemerintahan. BPK Jakarta.
Buchman, Thomas A., Philip E. Tetlock, dan
Ronald O. Reed (1996). Accountability and Auditors Judgments about
Contigent Events. Journal of Business
Finance and Accounting. Vol. 23. April:
379-398.
Elliott, Robert K dan Peter D. Jacobson (1997).
Adding Value Auditing. CA
Magazine.Vol. 130, November: 35-37.
Fischer, Michael J., dan John P. McAllister
(1993). Enhancing Auditing Efficiency
With New Technologies. CPA Journal.
Vol. 63. November:58-62.
Jones, P.C. dan J.G. Bates (1990). Public Sector Auditing: Practical Techniques For
An Integrated Approach. Chapman And
Hall. Hongkong.
Jones, Rowan dan Maurice Pendlebury (1996).
Public Sector Accounting. Pitman Publishing. London.
Keenan, Joy (1992). Adding Value to VFM Audits. CA Magazine. Vol. 125. November:
53-55.
Kirk, Donald J., dan Arthur Siegel (1996).
How Directors and Auditors Can Improve Corporate Governance. Journal
of Accountancy. Vol. 181., Januari: 5357.
Mackenzie, Craig (1998). Ethical Auditing
and Ethical Knowledge. Journal of Business Ethics. Vol. 17. Oktober: 13951402.
73
74
ABSTRACT
Small businesses in Indonesia have already proved
PENDAHULUAN
Laporan tahunan adalah media utama untuk
mengkomunikasikan informasi keuangan dan informasi
lainnya dari pihak manajemen kepada pihak-pihak di
luar perusahaan. Laporan tersebut menjadi alat utama
manajemen untuk menunjukkan efektivitas kinerja dan
pelaksanaan fungsi pertanggungjawaban dalam
perusahaan. Pengungkapan dalam laporan tahunan
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, pengungkapan
wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib
merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan
dalam laporan keuangan yang diatur oleh suatu
peraturan pasar modal yang berlaku. Sedangkan
pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan
informasi yang tidak diwajibkan atau sukarela, karena
dipandang relevan dengan kebutuhan pemakai laporan
keuangan (Meek, Roberts, dan Gray, 1995).
Keuntungan perusahaan dalam memberikan
pengungkapan sukarela sampai saat ini masih
merupakan isu yang kontroversial. Tidak adanya bukti
empiris mengenai hal itu membuat terjadinya
perdebatan di antara para praktisi berkaitan dengan
pembuatan dan pengembangan pengungkapan
sukarela. The Special Committee on Financial Reporting of the American Institute of Certified Public Ac-
*)
Inge Gunawan, SE., M.Si. dan **) Dr. Djoko Susanto, MSA., Akuntan adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta.
75
76
77
78
79
80
H3:
MODEL PENELITIAN
Model regresi yang digunakan untuk menguji
hubungan antara Pengungkapan Sukarela (variabel
dependen) dengan variabel Kelompok Industri, Basis
Perusahaan, Tingkat Return, Size Perusahaan, dan
Rasio Leverage (variabel independen) di atas
dirumuskan dengan bentuk persamaan sebagai berikut:
INDEKSi = 0 + 1KEL + 2BAS + 1RETURN +
2SIZE + 3LEV + e
Keterangan:
INDEKS : indeks skor pengungkapan
KEL
: dummy kelompok industri
BAS
: dummy basis asing/domestik
RETURN: tingkat return
SIZE
: size perusahaan
LEV
: rasio leverage
a
: konstanta atau parameter variabel dummy
b
: konstanta atau parameter variabel kontinyu
e
: error
Hubungan fungsional antara variabel dependen
dan variabel-variabel independen serta variabelvariabel kontrol dapat dinyatakan dalam rumus
matematik sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, , X5)
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Menurut Basis Perusahaan
Basis Perusahaan
Jumlah
Asing
Domestik
15
72
Indeks Pengungkapan
Rerata
0,33
0,30
Min.
0,16
0,12
Mak.
0,73
0,63
81
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Menurut Kelompok Industri
Kelompok Industri
Jumlah
Sektor Jasa
Sektor Riil
Total
36
51
87
Indeks Pengungkapan
Rerata
Min.
Mak.
0,36
0,15
0,73
0,26
0,12
0,5
0,30
0,12
0,73
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Return
Kelompok Industri
-0,7550
-0,0900
0,0100
0,0920
s.d -0,1000
s.d 0,0099
s.d 0,0900
s.d 1,0200
82
Jumlah
22
21
22
22
Indeks Pengungkapan
Rerata
Min.
Mak.
-0,25
-0,76
-0,099
-0,027 -0,086 0,0096
0,041
0,01
0,09
0,224
0,092
1,018
Tabel 4
Hasil Analisis Regresi
Model Summary
Model
R
.582
R Square
.338
Adjusted R Square
.297
Durbin-Watson
1.908
ANOVA
Model
1
Sum of
Mean
df
F
Squares
Square
1 Regression
.416
5
8.326E-02
8.277
Standardized Residual
.815
81
1.006E-02
t
Sig.
Coefficients
Total
1.231
86
Beta
9.936
.000 SIZE, BASIS, SEKTOR, RETURN
Predictors: (Constant),
LEVERAGE,
Dependent .394
Variable:4.207
INDEKS .000
.210
2.282
.025
.376
4.095
.000
-.026
-.268
.790
-.067
-.670
.505
Model
Coefficients
(Constant)
SEKTOR
BASIS
SIZE
RETURN
LEVERAGE
Unstandardized
Coefficients
B
.252
9.510E-02
6.622E-02
2.606E-09
-1.422E-02
-1.564E-02
Std. Error
.025
a
.023
b
.029
.000
.053
.023
83
84
DAFTAR PUSTAKA
Alford, Andrew, Jennifer Jones, Richard
Leftwich dan Mark Zmijewski, 1993, The
Relative Informativeness of Accounting
Disclosure in Different Countries, Journal of Accounting Research, 31, Supplement, pp. 183-223.
Buzby, S.L., 1975, Company Size, Listed versus Unlisted Stocks and the Extent of
Financial Disclosure, Journal of Accounting Research, 13, Spring, pp. 1637.
Choi, Frderick D.S. dan Gerhard G. Mueller, 1992,
International Accounting, Second Edition, London: Prentice-Hall, Inc.
Chow, C. W. dan A. Wong-Boren, 1987, Voluntary Financial Disclosure by Mexican
Corporation, Accounting Review, 62,
July, pp. 533-541.
Cooke, T. E., 1989, Disclosure in the Corporate
Annual Reports of Swedish Companies,
Accounting and Business Research, 19,
Spring, pp. 113-124.
__________, 1992, The Impact of Size, Stock
Market Listing and Industry Type on
Disclosure in the Annual Reports of Japanese Listed Corporations, Accounting
an Business Research, 22, Summer, pp.
229-237.
__________, 1993, Disclosure in Japanese
Corporate Annual Reports, Journal of
Business Finance and Accounting, 20,
June, pp. 521-535.
Hutami, Yuanti Adi, 1999, Pengaruh
Karakteristik Perusahaan terhadap
Tingkat Pengungkapan Laporan
Tahunan, Skripsi S1, UKSW, Salatiga.
85
86
KEBIJAKAN EDITORIAL
Jurnal Akuntansi & Manajemen
Format Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Naskah adalah hasil karya penulis yang belum pernah dipublikasikan di media lain.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar.
Naskah diketik di atas kertas ukuran kwarto (8.5 x 11 inch.) dengan jarak 2 spasi pada satu permukaan dan
diberi nomor untuk setiap halaman.
Naskah ditulis dengan menggunakan batas margin minimal 1 inch untuk margin atas, bawah, dan kedua sisi.
Halaman pertama harus memuat judul, nama penulis (lengkap dengan gelar kesarjanaan yang disandang),
dan beberapa keterangan mengenai naskah dan penulis yang perlu disampaikan (dianjurkan dalam bentuk
footnote).
Naskah sebaiknya diawali dengan penulisan abstraksi berbahasa Indonesia untuk naskah berbahasa Inggris,
dan abstraksi berbahasa Inggris untuk naskah berbahasa Indonesia. Abstraksi berisi keyword mengenai
topik bahasan, metode, dan penemuan.
Penulisan yang mengacu pada suatu referensi tertentu diharuskan mencantumkan bodynote dalam tanda
kurung dengan urutan penulis (nama belakang), tahun, dan nomor halaman. Contoh penulisan:
a Satu referensi:
(Kotler 1997, 125)
b. Dua referensi atau lebih:
(Kotler & Armstrong 1994, 120; Stanton 1993, 321)
c. Lebih dari satu referensi untuk penulis yang sama pada tahun terbitan yang sama:
(Jones 1995a, 225) atau (Jones 1995b, 336; Freeman 1992a, 235)
d. Nama pengarang telah disebutkan dalam naskah:
(Kotler (1997, 125) menyatakan bahwa .......
e. Referensi institusi:
(AICPA Cohen Commission Report, 1995) atau (BPS Statistik Indonesia, 1995)
Daftar pustaka disusun menurut abjad nama penulis tanpa nomor urut. Contoh penulisan daftar pustaka:
Kotler, Philip and Gary Armstrong, Principles of Marketing, Seventh Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.,
1996
Indriantoro, Nur. Sistem Informasi Strategik; Dampak Teknologi Informasi terhadap Organisasi dan Keunggulan
Kompetitif.KOMPAK No. 9, Februari 1996; 12-27.
Yetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig.Computer-Aided Architects: A Case Study of IT and
Strategic Change.Sloan Management Review (Summer 1994): 57-67.
Paliwoda, Stan. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince., 1994.
Prosedur Penerbitan
1.
2.
3.
4.
5.
Naskah dikirim dalam bentuk print-out untuk direview oleh Editors JAM.
Editing terhadap naskah hanya akan dilakukan apabila penulis mengikuti kebijakan editorial di atas.
Naskah yang sudah diterima/disetujui akan dimintakan file naskah dalam bentuk disket kepada penulis
untuk dimasukkan dalam penerbitan JAM.
Koresponden mengenai proses editing dilakukan dengan Managing Editor
Pendapat yang dinyatakan dalam jurnal ini sepenuhnya pendapat pribadi, tidak mencerminkan pendapat
redaksi atau penerbit.Surat menyurat mengenai permohonan ijin untuk menerbitkan kembali atau
menterjemahkan artikel dan sebagainya dapat dialamatkan ke Editorial Secretary.