62
63
64
65
Sejalan
dengan
perkembangan
PT
Pupuk
Kujang
berupaya
2. Filosofi Perusahaan
Maksud dan tujuan di dirikan PT Pupuk Kujang adalah :
a. Mengelola bahan mentah menjadi bahan-bahan pokok yang diperlukan
untuk pembuatan Urea dan bahan-bahan kimia lain nya.
b. Memproduksi Pupuk Urea untuk kebutuhan dalam Negeri sehingga
tujuan utama tercapai, yaitu memenuhi kebutuhan Pupuk didaerah Jawa
Barat khususnya dan untuk ekspor apabila kebutuhan dalam negeri telah
dapat terpenuhi, sehingga dapat menambah penghasilan baik untuk
perusahaan maupun untuk Negara.
66
PT. Pupuk Kujang telah menetapkan suatu visi atau suatu pandangan
kedepan yang hendak dicapai. Visi tersebut adalah Menjadi perusahaan
pupuk dan petrokimia yang efisien dan kompetitif di Pasar Global,
Misi dari PT. Pupuk Kujang adalah Memberikan kontribusi kepada
pembangunan atau pertumbuhan ekonomi nasiaonal demi kemakmuran serta
kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan industri kimia berbasis
sumber daya alam yang ramah lingkungan dengan melaksanakan etika bisnis
secara konsisten.
PT. Pupuk Kujang
67
68
kegiatan
pengelolaan
perusahaan
Direktur
utama
A. Deskripsi Jabatan
69
70
71
d. Unsur Penunjang:
1) Biro Pengawasan Proses
2) Biro Inspeksi
3) Biro Keselamatan dan Lingkungan Hidup
4) Biro Material
5) Biro Sistem Manajemen
6) Biro Pengadaan
7) Biro pengembangan
8) Kantor Pupuk Kujang Jakarta
9) Biro Ketenagakerjaan
10) Biro Kemitraan
11) Biro Hukum dan Tata Usaha
12) Biro Komunikasi
13) Biro Pengamanan
e. Unsur Pengawasan:
1) Satuan Pengawasan Intern;
a. Biro Pengawasan Keuangan
B. Eselon Jabatan dan golongan jabatan di PT Pupuk Kujang Cikampek.
Selain dibagi lima unsur tersebut, karyawan PT. Pupuk Kujang dibagi
dalam eselon jabatan dan golongan jabatan. Klasifikasi dari eselon jabatan
tersebut adalah;
72
a. Eselon Jabatan:
1) Eselon I (satu) Manager Utama;
2) Eselon II (dua) Manager Madya;
3) Eselon III (tiga) Manager Muda;
4) Eselon VI (empat) Manager Pertama;
5) Eselon V (lima) Manager Pelaksana;
b. Golongan Jabatan:
1. Jabatan Struktual;
1) Kepala Kompartemen
2) Kepala Divisi / Biro
3) Kepala Dinas / Bagian
4) Asisten Kepala Dinas
5) Kepala Seksi / Bidang
2. Jabatan Fungsional (Staff Biasa / Generalis);
1) Staf I dan II setingkat kepala kompartemen
2) Staf Madya I dan II setingkat kepala Divisi / Biro
3) Staf Madya III setingkat Kadis / Bagian
4) Staf Muda I setingkat kepala Dinas / bagian
5) Staf muda tingkat II dan III setingkat kasi / kabid
3. Jabatan Fungsional (Teknis / Specialis);
1) Ahli Utama I dan II setingkat Kepala Kompartemen
2) Ahli Madya I dan II setingkat Kepala Divisi / Biro
3) Staf Madya III setingkat Kepala Dinas / Bagian
73
74
75
Biro Manajemen Risiko. 2009. Standar Penilaian Kemungkinan dan Dampak suatu bahaya,
PT Pupuk Kujang, Cikampek.
76
3. Bagian Kesehatan
4. Bagian Pemeliharaan dan Lapangan
5. Bagian Ekologi
6. Bagian Perbendaharaan dan Asuransi
Selain kelompok kerja di atas, sangat penting juga adanya kesadaran dari
seluruh karyawan untuk mencegah serta menghindari adanya bahaya yang
dapat merugikan diri sendiri, orang lain maupun bagi perusahaan.
a. Bagian Keselamatan dan Pemadam Kebakaran
Bagian ini berkedudukan dibawah Divisi Inspeksi dan Keselamatan
dengan jumlah anggota sekitar 33 orang yang dibagi menjadi dua seksi,
yaitu seksi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan ataupun
kebakaran.
Bagian ini dilengkapi sarana kebakaran seperti:
1. Kotak PPPK
2. Poster poster keselamatan kerja
3. Mengumandangkan safety talk yang berisi pesan pesan keselamatan
kerja.
4. Memberikan pendidikan dan latihan penanggulangan secara berkala
seluruh karyawan.
5. Kendaraan pemadam kebakaran, fire truck multi purpose dan fire jeep
precur car.
6. Jaringan fire hydrant dari kawasan pabrik sampai perumahan.
7. Unit pengisian udara tekan.
77
78
di
tangani
oleh
PT.
Pupuk
Sriwijaya
(PUSRI),
dimana
79
2. Pabrik Gasket
Pabrik Gasket yang dikelola oleh PT. Kunisel Nusantara ini
menghasilkan Gasket dengan kapasitas 2.260 ton / tahun untuk
keperluan industri automotif, industri kimia, industri perkapalan dan
lain lain. 70% dari produk yang dihasilkan dieksport ke luar negeri,
terutama ke Jepang. Jenis Gasket yang diproduksi adalah join sheet,
steel bestos dan spiral wound. Pabrik ini mulai berproduksi pada bulan
April 1989. eksport perdana Gasket/Sealing Material ke Jepang telah
dilakukan pada tanggal 2 Agustus 1989 dengan disaksikan oleh Mentri
Perindustrian.
3. Pabrik Katalis
Katalis ini sangat diperlukan oleh industri kimia, antara lain
industri pupuk dan pengolahan minyak. Kapasitas produksi 1.100 ton /
tahun. Pabrik ini dikelola oleh PT. Pupuk Kujang United Catalyst.
Jenis katalis yang diproduksi adalah katalis HTS ( C 12 ), Zn
oxideaabvsorbent ( C 7 ), katalis Primary Reformer ( C 11 ) dan
Katalis Secondery Reformer ( C 14 ).
4. Pabrik Kemasan Plastik
Pabrik ini menghasilkan jerrycan yang dibutuhkan oleh pabrik
Asam formiat, Hidrogenperoksida, Asam nitrat dan keperluan lain.
Pabrik ini mulai berproduksi pada bulan Januari 1990 dengan kapasitas
terpasang 554.400 ton jerrycan / tahun. Pabrik ini dikelola oleh PT.
Megayaku Kemasan Perdana.
80
81
poliklinik, olah raga dan bank. Kawasan industri ini dikelola oleh PT.
Kawasan Industri Kujang Cikampek (PT. KIKC).
8. Pupuk Kujang IB
Proyek ini bertujuan membangun pabrik ammonia dan urea sebagai
perluasan dari pabrik ammonia dan unsur yang ada, yang telah
beroperasi sejak akhir Tahun 1978. kapasitas pabrik sama seperti
pabrik yang ada yaitu pabrik ammonia sebesar 330.000 ton / tahun dan
pabrik urea sebesar 570.000 ton / tahun. Proses yang digunakan adalah
proses hemat energi.
82
jika
paling
tidak
berpotensi
menciptakan
pencemaran.
Meskipun
83
84
85
86
3) Ammonia Removal
Merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan ammonia yang
terkandung dalam limbah cair yang berasal dari pabrik ammonia dan
pabrik urea, proses pemisahan NH3 dalam ammonia removal: Air
buangan yang mengandung ammonia dialirkan dari bagian atas turun
ke bawah melalui packing pall ring untuk memperluas permukaan,
air limbah yang mengandung ammonia akan kontak langsung dengan
sistem tekanan rendah akibatnya ammonia akan terikat oleh steam
dan terpisah dari air limbahnya. Berdasarkan dari analisis
laboratorium ammonia removal ini memiliki efisiensi rata-rata 99%.
4) 150 E (Stripper)
Pada dasarnya fungsi dari stripper ini sama dengan ammonia
removal yaitu untuk memisahkan ammonia dari air buangan. Proses
pemisahan ammonia dalam stripper: Air buangan yang mengandung
ammonia dilewatkan bagian atas stripper dan dari bagian bawah
dialirkan steam. Kontak yang terjadi akan menyebabkan ammonia
terpisah dari air dan terbawa steam.
5) Kolam Stabilisasi
Air limbah dari blow down water dan sludge flock treator dialirkan
ke kolam pengendap lumpur kemudian mengalami proses biologis di
kolam aerasi yang selanjutnya di endapkan kembali di kolan
pengendap lumpur dan selanjutnya dialirkan sebagian irigasi ke
87
88
kemungkinan limbah B3 ini mencemari air, udara dan tanah, sehingga dapat
mengurangi daya dukung lingkungan, akhirnya akan mengganggu kesehatan
makhluk hidup. Untuk menghindari hal tersebut di atas telah didirikan suatu
perusahaan yang menyediakan sarana untuk mengolah limbah B3. Dalam kaitan
ini peneliti akan mengambil contoh dari PT PPLI (Prasadha Pamunah Limbah
Industri) sebagai bahan acuan perusahaan yang mengolah limbah B3. Waste
Management atau sarana pengolah limbah B3 merupakan suatu pengolahan
limbah B3 yang mencakup penelitian limbah B3 dan minimisasi limbah B3.
Pengolahan limbah B3 terdiri tahap penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, penimbunan. Sedangkan minimisasi limbah B3 terdiri dari
pengurangan limbah B3 terdiri dari pengurangan limbah pada sumbernya dan
pemanfaatan kembali yang ditentukan dengan syarat-syarat tertentu.
Semua tahapan ini menjadi suatu rangkaian yang tidak boleh putus dan
sebaiknya berada dalam suatu wadah kegiatan Waste Management masing-masing
dari tahap tersebut mengandung arti:
1. Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan
limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil dan/atau
pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah
dan/atau penimbunan limbah B3 dengan maksud
menyimpan sementara.
2. Pengumpulan
limbah
B3
adalah
kegiatan
mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah B3
dengan maksud menyimpan sementara sebelum
diserahkan kepada pemanfaat dan/atau pengolah
dan/atau penimbunan limbah B3.
3. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan
pemindahan limbah B3 dari penghasil dan/atau dari
pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau dari
89
Makalah tentang Pusat Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, PT PPLI,
Cileungsi Bogor, 1997. hlm. 12.
90
bencana, diluar kawasan lindung dan sesuai dengan rencana tata ruang.
Selain itu bangunan tempat penyimpanan disesuaikan dengan jumlah dan
karakteristik limbah B3.
2) Pengumpulan limbah B3 dilakukan oleh badan usaha dan dapat
menyimpan limbah B3 yang dikumpulkannya paling lama 90 hari sebelum
diserahkan ke pengolah. Beberapa hal yang harus dilakukan di dalam
pengumpulan limbah antara lain:
a. Mendeteksi karakteristik limbah B3 melalui laboratorium
b. Memiliki konstruksi bangunan kedap air dan bahan bangunan
disesuaikan dengan karakteristik limbah B3
c. Mempunyai lokasi pengumpulan yang bebas banjir memiliki
perlengkapan untuk penanggulangan terjadinya kecelakaan.
3) Pengangkutan limbah B3 memerlukan sistem pengangkutan khusus yang
menjamin keamanan pengangkutan limbah B3, terdiri dari perwadahan,
kendaraan pengangkutan, perlengkapan tanggap darurat dan sumber daya
manusia. Perjalanan kendaraan pengangkutan limbah B3 ini akan terus
dipantau dengan memasang alat hubodometer dan telepon. Selain itu
diperlukan dokumen limbah B3 yang ditetapkan oleh instansi yang
bertanggung jawab.
4) Pengolahan limbah B3 harus dilakukan dilokasi yang bebas dari banjir,
tidak rawan bencana, bukan kawasan lindung serta ditetapkan sebagai
kawasan peruntukan industri berdasarkan rencana tata ruang. Pengolahan
limbah B3 dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
91
92
93
94
95
96
Penimbunan.
97
3) Kegiatan pengumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c hanya dapat
diberikan izin apabila:
a. Telah tersedia teknologi pemanfaatan limbah B3; dan/atau
b. Telah memiliki kontrak kerja sama dengan pihak pengolah dan/atau penimbun
limbah B3.
4) Kontak kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b wajib memuat
tanggunga jawab masing-masing pihak bila terdapat pencemaran lingkungan.
5) Kegiatan pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dapat berupa:
a. Kegiatan utama; atau
b. Bukan kegiatan utama.
Pasal 3 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009
tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
adalah :
1) Kegiatan pengangkutan limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
huruf a wajib memeliki izin dari Menteri yang menyelenggarakan urusan di bidang
perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri
2) Kegiatan penyimpanan sementara limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1) huruf b wajib memiliki izin dari Bupati/Walikota.
3) Kegiatan pengumpulan limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
huruf c wajib memiliki izin dari:
a. Menteri untuk pengumpulan limbah B3 skala nasional setelah mendapat
rekomendasi dari gubernur;
b. Gubernur untuk pengumpulan limbah B3 skala provinsi; atau
c. Bupati/Walikota untuk mengumpulkan limbah B3 skala kabupateb/kota.
98
99
5) Sustainable
development,
berkelanjutan. 3)
yaitu
pembangunan
43)
17-18.
Makalah tentang Pusat Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, op, cit.. Hlm.
100
5) Pemakaian teknologi bersih dan waste excharge program atau yang disebut
waste minimization dalam upaya mengurangi kebutuhan areal untuk
penimbunan limbah B3.
6) Penanganan limbah B3 jangka pendek, untuk menanggulangi makin
bertambahnya limbah B3 yang dihasilkan sehingga harus dilakukan
penanganan yang intensif.
7) Mengembangkan dan meningkatkan jaringan informasi, khususnya mengenai
data-data kegiatan pengolahan limbah B3 sehingga dapat membantu
pengambilan keputusan.
8) Sistem tanggap darurat dikawasan industri, baik dalam mengembangkan
metode, maupun kerja sama antara instansi sehingga dapat meminimalisasikan
risiko yang timbul.
9) Yang terpenting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat, karena
lingkungan yang bersih dan sehat adalah kebutuhan setiap manusia.
101
pelaksannaan
Amdal
NHT, Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Edisi Kedua, Erlangga,
Jakarta, 2004, hlm. 288.
102
45)
Pasal 99, Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, ibid. hlm. 57.
103
Pada
dasarnya
kewenangan
untuk
pengelolaan
limbah
B3
yaitu
penyimpanan
sementara,
pengumpulan,
pengangkutan,
104
105
penanggulangan
kecelakaan
pengelolaan
limbah
B3
Kabupaten/Kota.
e. Pengawasan pelaksanaan sistem tanggap darurat skala Kabupaten/Kota.
f. Izin penyimpanan sementara limbah B3 di industri atau usaha suatu
kegiatan.
g. Izin lokasi pengolahan limbah B3.