Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KELOMPOK C1
102009011
102011028
Epifania Fitri A
102011107
Elly Sonny
102011253
102011193
Hendra Sucipta
102011403
Alexsandra
102011389
Samantha
102011399
Tujuan Percobaan
-
Untuk mengetahui aktivitas kapiler pada kulit ketika terdapat pembuluh darah yang
terhambat.
Sfigmomanometer
2 buah waskom:
- Berisi air panas (42 45oC)
- Berisi air es
Jarum suntik yang steril (suci hama)
Mistar
Cara Kerja
1. Sambil berdiri angkatlah lengan kanan saudara setinggi-tingginya dengan sikap lurus
ke atas sedangkan lengan kiri dibiarkan menggantung lurus ke bawah.
2. Sesudah 1 menit, gerakkanlah kedua lengan dalam keadaan tetap lurus ke suatu
tempat setinggi jantung dan bandingkanlah warna kulit kedua telapak tangan saudara.
3. Ulangilah percobaan itu dan bandingkanlah sekarang pengembangan vena kedua
punggung tangan tersebut.
Catatlah hasil pengamatan saudara.
C. Waktu pengisian pembuluh darah vena
1. Pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan atas kanan orang percobaan yang
berbaring telentang.
2. Angkatlah lengan ini dengan sikap lurus sehingga lebih tinggi dari jantung dan
pompalah manset dengan cepat sehingga tekanan di dalam manset sedikit di bawah
tekanan diastolik (50-60 mmHg) untuk membendung vena.
3. Catatlah lama waktu pengisian vena mulai dari akhir pemompaan manset sampai
tampak dengan jelas pengembangan salah satu vena pada punggung tangan orang
percobaan.
4. Ulangilah sub 2 tetapi setelah melakukan pemompaan, gerakkanlah otot-otot lengan
bawah dengan jalan membuka dan mengepalkan tangan sekuat-kuatnya sebanyak 10
atau 20 kali.
5. Catatlah lama waktu pengisian vena sampai tampak derajat pengembangan vena
seperti pada sub 3.
D. Pengukuran tekanan darah vena dengan cara tak langsung (Cara Gartner)
1. Orang percobaan berbaring telentang di meja praktikum dengan menggantungkan
salah satu lengannya lurus ke bawah sehingga vena di punggung tangan tersebut terisi
dan mengembang.
2. Angkatlah lengan orang percobaan tetap dalam keadaan lurus perlahan-lahan ke atas
sehingga vena di punggung tangannya tepat mengosong.
3. Ukurlah jarak vertikal (dalam cm) antara vena yang mengosong di punggung tangan
dan katup trikuspidalis jantung. Jarak ini menunjukkan besar tekanan darah vena
punggung tangan dalam cm darah.
Letak katup trikuspidalis jantung :
Pada orang yang berbaring telentang kira-kira dipertengahan jarak antara meja
dan sternum.
Pada orang yang berdiri kurang lebih pada sternum di ruang interkostal ke 4.
4. Ulangilah sub 1 sampai dengan kedua tungkai orang percobaan diangkat setinggitingginya.
5. ulangilah sub 1 sampai dengan 3 pada orang percobaan melakukan tindakan valsalva.
6. ulangilah sub 1 sampai dengan 3 pada orang percobaan yang sama tetapi pada sikap
berdiri dengan kedua lengan tergantung ke bawah.
7. Terangkanlah hal-hal yang menyebabkan perbedaan hasil pelbagai pengukuran
tekanan darah vena di atas.
Hasil Percobaan
penekanan
Didorong ke
perifer
Didorong ke
pembuluh vena
Tangan Kiri
Volar Manus
Dorsal Manus
Tangan Kanan
Tidak mengembang putih
(pucat)
Tidak mengembang putih
(pucat)
Waktu (detik)
45,28
48,21
D. Pengukuran tekanan darah vena dengan cara tak langsung (cara Gartner)
Perlakuan
Tekanan (cmH2O)
Berbaring terlentang
30
36
Valsava
23
Posisi berdiri
11
: merah cerah
Landasan Teori
: merah cerah
Kapiler Darah
Pembuluh darah arteri berakhir di jaringan perifer sebagai pembuluh darah kapiler.
Pembuluh darah kapiler menjadi sarana untuk pertukaran zat antara pembuluh darah dengan
jaringan. Kapiler darah mampu untuk berkontriksi maupun berdilatasi sesuai dengan
kebutuhan jaringan tubuh.
Bila perfusi ke organ atau jaringan menurun terdapat juga respon lokal, yang meliputi
pembukaan kapiler yang sebelumnya tertutup, yang bekerja memaksimalkan ekstraksi
oksigen dan nutrisi dari darah arteri. Jika metabolisme oksidatif tidak dapat dipertahankan,
jaringan menghasilkan H+ dan laktat berlebihan, laju metabolik menurun, dan fungsi jaringan
tersebut menurun. Jadi, bila terdapat gangguan perfusi jaringan seperti kulit, akan di dapatkan
suhu kulit yang lebih dingin, pemanjangan waktu pengisian kembali kapiler, kebiruan atau
perubahan warna sianotik akibat kenaikan ekstraksi oksigen dan lebih rendahnya saturasi
oksigen kapiler dan vena, serta penurunan pulsasi arteri yang menuju jaringan tersebut.
Jaringan kulit juga mengandung reseptor temperatur yang memberikan informasi ke
hipotalamus mengenai suhu lingkungan. Jalinan kapiler pembuluh darah dermis juga
berfungsi penting dalam kontrol temperatur. Vasokonstriksi dan vasodilatasi pembuluh darah
dapat mengubah kecepatan aliran darah pada kulit.
Percobaan I.A dilakukan dengan menekan salah satu pembuluh vena dari OP yang
terletak di dekat siku. Hasil yang didapatkan dari perlakuan ini adalah terdapat
pengembangan pembuluh vena yang terdapat di bagian yang lebih perifer. Penahanan
pembuluh vena pada bagian siku ini menahan aliran balik vena menuju jantung sehingga
darah-darah yang berada pada pembuluh darah yang lebih perifer sulit untuk menghantarkan
kembali darah-darah tersebut ke jantung.
Sifat pembuluh vena yang memiliki daya regang yang tinggi membuat pembuluh vena
mampu untuk menampung darah, namun kemampuan recoilnya tidak sebaik kemampuan
arteri sehingga vena tidak memiliki gaya dorong yang kuat dari dirinya sendiri untuk
mendorong darah ke sentral.
Vena yang menampung darah akan mudah untuk mengembang sebagai akibat dari
kemampuan regangnya yang tinggi. Pembuluh darah vena memiliki katup-katup yang
menyebabkan aliran darahnya hanya dapat berjalan satu arah yaitu menuju jantung. Penahan
pembuluh vena di bagian siku menghambat aliran balik vena namun tidak akan menyebabkan
darah-darah yang sudah mencapai pembuluh darah pada bagian yang lebih mendekati jantung
kembali lagi ke perifer.
Dengan keberadaan katup ini apabila dilakukan pendorongan vena ke arah perifer tidak
akan menyebabkan terjadinya pengosongan pembuluh darah di bagian yang lebih mendekati
jantung atau pengembangan pembuluh vena perifer, karena seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa katup vena menghambat darah untuk kembali ke arah perifer. Namun
sebaliknya, apabila pendorongan dilakukan pendorongan ke arah sentral maka akan terlihat
pembuluh darah vena yang awalnya mengembang sedikit mengempis dibanding sebelumnya.
Pendorongan ini membantu aliran balik vena sehingga vena-vena yang berada di perifer akan
sedikit mengalami kekosongan walaupun sebenarnya tidak akan kosong seutuhnya karena
aliran darah terus dihantarkan ke perifer oleh pembuluh darah arteri.
Keberadaan katup-katup vena ini dapat dilihat pada bagian pembuluh vena yang lebih
mengembang. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, katup vena berjarak kira-kira 2 cm
antara satu katup dengan katup lainnya. Hal ini menyatakan bahwa vena memiliki katup yang
cukup banyak sepanjang perjalanannya menuju jantung sehingga kemungkinan darah untuk
bergerak kembali ke perifer akan sangat kecil.
Dari percobaan I.B didapatkan hasil tidak adanya pengembangan di pembuluh vena
pada tangan kanan baik pada volar manus maupun pada dorsum manus. Seperti yang kita
ketahui bahwa aliran balik vena mengalir dari perifer menuju ke jantung. Berbeda halnya
dengan aliran darah arteri yang mengalir dari jantung menuju perifer. Gaya gravitasi yang
menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aliran balik vena akan semakin besar
efeknya saat pembuluh darah vena mendekati gaya gravitasi dan arahnya berlawanan dengan
gaya gravitasi. Dengan adanya gaya gravitasi, darah vena yang berlawanan dengan arah
gravitasi (vena dari bawah jantung) akan tertahan di perifer. Pembuluh vena di tangan kanan
OP tidak mengalami pengembangan dikarenakan keberadaan tangan kanan yang jauh dari
pengaruh gravitasi dan searah dengan gaya gravitasi menyebabkan tidak ada darah yang
terkumpul di vena bagian perifer sehingga pembuluh darah vena tidak mengembang seperti
yang terjadi pada tangan kiri OP yang mendapat pengaruh gravitasi yang cukup besar
daripada pada tangan kanan OP. Tangan kanan OP tidak terlihat lebih biru karena aliran balik
vena berjalan dengan baik tanpa pengaruh besar dari gaya gravitasi namun ada sedikit
hambatan pada peredaran darah arteri menuju perifer sehinga walaupun aliran balik vena baik
hambatan aliran arteri akan sedikit menyebabkan tangan terlihat pucat. Sedangkan tangan kiri
OP cukup pucat karena adanya warna kebiruan akibat penumpukan darah vena di bagian
perifer sebagai pengaruh gaya gravitasi di perifer. Pucatnya tangan kiri OP masih dapat
diimbangi dengan hantaran darah arteri yang lebih baik dibandingkan dengan tangan kanan
OP.
Percobaan I.C dilakukan dengan memberikan tahanan pada aliran balik vena yaitu
dengan pemompaan manset di bawah tekanan diastolik untuk membendung vena (obstruksi).
Dengan adanya tahanan ini menyebabkan darah vena akan mengambil waktu yang sedikit
lebih lama dibandingkan dengan aliran tanpa tahanan untuk kembali ke jantung. Tahanan
yang diberikan ini akan menyebabkan darah mengisi pembuluh vena di bagian perifer dan
menyebabkan pembuluh vena mengembang. Tanpa perlakuan apapun saat aliran darah vena
OP ditahan dengan tekanan dibawah tekanan diastol, pembuluh vena mengembang kira-kira
membutuhkan waktu sekitar 45, 28 detik. Waktu ini menandakan waktu pengisian vena di
bagian perifer akibat tertahannya aliran baliknya menuju jantung. Pada percobaan dengan
meminta OP untuk mengepalkan dan membuka tangannya, waktu yang dibutuhkan untuk
mengisi pembuluh vena di bagian perifer seharusnya berlangsung lebih cepat. Karena dengan
adanya kontraksi otot rangka, maka pengembalian vena akan lebih cepat dan sampai pada
tahanan oleh tekanan manset lebih cepat. Namun, pada percobaan bisa saja yang terjadi
adalah tekanan tersebut tidak mampu menutupi pembuluh vena secara total (karena saat
kontraksi otot rangkapun tekanan pada vena meningkat) sehingga aliran darah vena dapat
mengalir yang kemudian menghasilkan waktu lebih lama.
Percobaan I.D dilakukan 4 perlakuan. Kita akan mengurutkannya dari yang seharusnya
membutuhkan pengangkatan tangan tertinggi dari katub tricuspid. Perlakuan Valsava
seharusnya membutuhkan elevasi yang paling tinggi. Usaha ekspirasi yang ditahan oleh
menutupnya epiglottis menyebabkan tekanan intrapulmo meningkat (diatas atmosfer). Hal
tersebut membuat aliran balik vena melambat akibat tidak adanya daya tarik dari perbedaan
tekanan tersebut. Dengan demikian sangat tergantung pada gaya gravitasi untuk
mengembalikan aliran balik vena. Perlakuan kedua tertinggi adalah tangan normal tanpa
perlakuan. Perlakuan ini mendapat posisi kedua karena adanya dua perlakuan lagi yang
membutuhkan ketinggian tangan di bawah 2 perlakuan sisanya. Perlakuan ketiga tertinggi,
yaitu elevasi kaki. Dengan elevasi kaki, maka aliran arteri ke kaki terhambat dan aliran balik
vena mengalir dengan cepatnya karena adanya pengaruh gravitasi yang lebih dari biasanya
(dibandingkan dengan terlentang). Berarti darah yang seharusnya disupply ke arteri yang
menuju ke kaki, sedikit dialokasikan kepada arteri lainnya pada tubuh. Begitu juga dengan
aliran balik vena yang cepat berarti memberikan darah pada ventrikel lebih banyak dari yang
seharusnya, hal ini akan mempengaruhi cardiac output semakin besar. Berarti tekanan darah
arteri pada tangan akan semakin meningkat yang juga mempermudah aliran balik vena,
sehingga tidak terlalu memputuhkan bantuan gravitasi lebih banyak. Perlakuan keempat,
yaitu dengan berdiri. Perngaruh gravitasi sangat memegang peranan penting dan memiliki
pengaruh cukup kuat dalam mempengaruhi aliran darah baik arteri maupun vena. Oleh
karena itu, hanya memerlukan elevasi lebih sedikit untuk mengembalikan aliran vena. Pada
percobaan yang kami lakukan, terjadi kesalahan pada proses pengukurannya karena kurang
ketelitian dan keseriusan sehingga data yang didapat tidak sesuai dengan teori yang ada.
Pada percobaan kedua, perlakuan yang diberikan pada OP dengan mengoklusi aliran
darah menyebabkan jaringan perifer tidak mendapatkan oksigen melalui aliran dari arteri
yang sesuai dengan kebutuhannya dan hambatan ini menghambat aliran balik vena juga. Pada
awalnya warna kulit adalah putih karena kurangnya asupan darah segar dari arteri. Lama
kelamaan warna kulit berubah menjadi kebiruan karena menumpuknya darah kotor setelah
pertukaran oksigen karbondioksida dengan jaringan. Namun saat tekanan pada lengan OP
dihilangkan, aliran darah menuju perifer menjadi sangat lancar dan dengan kondisi
sebelumnya dimana jaringan perifer yang kekurangan oksigen mengakibatkan vasodilatasi
pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan penyampaian darah arteri menuju perifer yang
kekurangan oksigen. Jaringan perifer yang mendapatkan aliran darah yang sesuai
menunjukkan perubahan warna pada kulit tangan OP yang menjadi merah cerah.
Perlakuan kedua yang dilakukan dengan memberikan tahanan pada aliran balik vena
tidak menghambat hantaran aliran darah arteri sehingga warna kulit dari tangan OP tidak
berubah menjadi putih seluruhnya seperti perlakuan pertama. Kondisi ini disebabkan karena
masih tercukupinya oksigen pada jaringan perifer, arteri masih dapat mengalirkan darah ke
prifer. Kemudian darah yang tiba diperifer harus dikembalikan ke jantung, namun dengan
terhambatnya aliran balik vena, darah-darah tersebut terpaksa harus tertahan diperifer dan
memberikan sedikit perubahan warna pada kulit OP dengan munculnya sedikit warna biru
yang mengakibatkan tangan terlihat lebih gelap dibandingkan dengan tangan satunya lagi.
Tekanan manset yang dihilangkan segera setelah berlalu 3 menit lamanya, memberikan
perubahan warna pada kulit permukaan tangan OP yang menjadi merah cerah. Perubahan
warna ini disebabkan karena hilangnya tahanan pada aliran balik vena yang menyebabkan
darah yang semula sempat menumpuk di perifer dihantarkan kembali ke jantung.
Kesimpulan
1. Aliran balik vena berjalan satu arah dengan keberadaan katup vena, sehingga darah vena
yang menuju sentral tidak akan membalik ke perifer.
2. Banyak hal yang mempengaruhi aliran balik vena, seperti gravitasi, tekanan intrapulmo,
dan kontraksi otot rangka.
3. Pembuluh darah memiliki mekanisme yang baik untuk mempertahankan kehidupan setiap
sel yang menjadi tanggung jawabnya.
Daftar Pustaka
1. Burnside JW. Adams Diagnosis Fisik. 17th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
1995. h. 69-70
2. Ganong WF. Buku Ajar Fisiolgi Kedokteran. 20 th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2003. h. 565
3. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9 th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1997. 317-320
4. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2 nd ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2001. h. 299-333