PENDAHULUAN
Keberadaan sumber air yang bersih dan sehat merupakan salah satu
permasalahan terbesar dewasa ini. Sedangkan air yang tersedia tidak selalu sejalan
kebutuhannya menurut tempat, waktu dan mutunya. Keadaan ini sering
mengakibatkan timbulnya masalah karena tidak seimbangnya ketersediaan dan
kebutuhan air pada tempat dan waktu tertentu. Hal ini menyebabkan sumberdaya air
dapat menjadi barang yang langka. Meskipun kebutuhan tersebut tercukupi untuk
saat ini, namun untuk masa mendatang ketersedian air menjadi faktor penentu dalam
pendistribusian air dan dapat berakibat terjadinya krisis air. Air baku merupakan air
yang dibutuhkan dalam proses produksi maupun air untuk kebutuhan sehari-hari
yang pada umumnya berasal dari air hujan, air danau, air tanah, dan air sungai.
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang dibatasi punggung gunung di
mana air hujan yang jatuh akan ditampung dan dialirkan melalui sungai kecil
menuju sungai utama. DAS memberikan pengaruh yang besar terhadap kebutuhan air
baku suatu daerah, sehingga dalam pengelolaannya dibutuhkan perencanaan yang
sebaik mungkin.
PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) merupakan salah satu perusahaan di
Kawasan Cilegon yang menyediakan air bersih dengan kapasitas terpasang sebesar
2,000 liter/detik. Pasokan air diperoleh dari Sungai Cidanau yang mengalir pada
DAS Cidanau, yang kemudian ditampung di Waduk Krenceng. Waduk ini berfungsi
dalam menampung air, untuk kemudian diambil dan diolah oleh PT. KTI. Sebagai
salah satu perusahaan penyedia air baku, PT. KTI memiliki kontribusi yang besar
dalam penyediaan air di seluruh wilayah Cilegon, termasuk untuk kebutuhan
domestik. Selain permintaan jumlah air yang besar pada kawasan non-industri,
permintaan pasokan air baku dari sektor industri juga terus meningkat. Saat ini telah
dibangun berbagai industri baru di kawasan industri Cilegon seperti PT. Cerestar,
PT. Indoferro dan industri lainnya di Kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon
(KIEC), yang akan membutuhkan pasokan air bersih tambahan. Selain itu, PT.
Krakatau Steel merencanakan pembangunan fasilitas baru berupa Blast Furnace
Complex dengan kapasitas 1.2 juta ton/tahun, dan pembangunan pabrik baru serta
Integrated Steel Mill (ISM), bekerja sama dengan Pohang Iron Steel Corporation
(POSCO). Seluruh proyek pembangunan dan pengembangan ini akan membutuhkan
pasokan air, listrik, dan kegiatan logistik yang besar. Kapasitas produksi air baku PT.
KTI sebesar 2,000 liter/detik belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air
bersih seluruh sektor di Cilegon.
Pada musim kering debit yang dihasilkan Sungai Cidanau dan Waduk
Krenceng sebanyak 1,515 liter/detik, sehingga untuk menangulangi kekurangan air
baku sebesar 600 liter/detik PT. KTI perlu mencari pengganti sumber air baku lain
diantaranya yaitu pemanfaatan sumber air baku dari DAS Cipasauran. Hal ini
mengingat lokasinya yang tidak terlalu jauh dari rumah pompa pengambilan air baku
dari Sungai Cidanau sehingga air baku dari Sungai Cipasauran dapat disuplai ke
Rumah Pompa Cidanau baru dipompakan lagi ke instalasi pengolahan air PT. KTI di
Cilegon (Nashir, 2011).
Jumlah air yang tersedia menggambarkan kemampuan sumber air dalam
memenuhi kebutuhan sehingga perlu dilakukan analisis ketersediaan dan kebutuhan
air. Analisis ketersediaan air menggunakan data debit. Kendala keterbatasan data
debit didekati melalui suatu model hidrologi. Model yang digunakan yaitu model
tangki. Model tersebut menggambarkan hubungan antara besar curah hujan dan
evapotranspirasi berdasarkan beberapa parameter fisik DAS. Kelebihan dari model
tangki yaitu dapat menjelaskan kehilangan awal curah hujan dan hubungannya
dengan distribusi waktu curah hujan, serta menggambarkan beberapa komponen
pembentuk aliran limpasan. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk membuat model
ketersediaan air berbasis DAS Cipasauran dengan pendekatan model tangki.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang berjudul Analisis Debit Air DAS Cipasauran dilaksanakan
sejak bulan Maret hingga bulan Juni tahun 2013 bertempat di Kampus IPB Dramaga,
Bogor dengan melakukan pengolahan data sekunder. Bahan bahan yang
diperlukan meliputi peta topografi DAS Cipasauran, peta TGL (Tata Guna Lahan)
DAS Cipasauran, data klimatologi (data curah hujan dan data evaporasi), serta data
debit sungai Cipasauran harian. Sedangkan alat alat yang diperlukan seperti mistar,
alat menghitung (kalkulator), alat tulis menulis, beberapa software, dan alat
pendukung lainnya. Adapun tahap tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Penyusunan model hujan limpasan sebagai bejana berhubungan. Bejana
berhubungan yang mencakup tanah permukaan dan yang di dalamnya
digambarkan sebagai suatu persegi panjang ke dalam tanah dan dibagi menjadi
beberapa lapisan yang mewakili lapisan-lapisan (horizon) tanah. Suatu bejana
dapat merupakan suatu tata guna lahan.
2. Pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data yang dilakukan mencakup
data klimatologi, tata guna lahan, dan debit sungai.
3. Analisis. Tahap tahap analisis data yang dilakukan sebagai berikut:
Penentuan curah hujan wilayah
Penentuan curah hujan wilayah dilakukan dengan metode rerata aritmatik.
Penentuan evapotranspirasi acuan (ETo)
Penentuan evapotranspirasi acuan (ETo) dengan menggunakan metode Penman
Modifikasi seperti pada persamaan 1.
) ((
) (
) ( )))
((
(1)
Keterangan:
ETo
= Nilai evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
W
= Faktor pemberat yang berhubungan dengan temperatur
Rn
= Radiasi netto dalam ekuivalen evaporasi (mm/hari)
f(U)
= Fungsi hubungan angin
(ea-ed) = Perbedaan antara tekanan uap jenuh pada suhu udara rata-rata
dengan tekanan uap aktual rata-rata udara (mBar)
C
= Faktor koreksi
Pembuatan program tank model
( )
( )
(2)
( )
(6)
( )
( )
(7)
( )
( )
(8)
dimana Ya, Yb, Yc, dan Yd komponen aliran horizontal setiap tank (A, B, C,
dan D) dan Ya0, Yb0, dan Yc0 aliran vertikal (infiltrasi) setiap tank (A, B, dan
C).
Berdasarkan karakteristik model tangki, outflow pada masing-masing tank
dapat dituliskan dalam persamaan berikut :
Tank A
( )
( )
( )
(9)
( )
(10)
dengan syarat :
( ( )
)
( )
( ) {
(11)
( )
( )
( )
( )
Tank B
( )
( )
( )
( )
( )
(12)
(13)
( )
( )
(14)
Tank C
( )
( )
( )
{
Tank D
( )
( )
(15)
)
( )
( )
( )
(16)
(17)
(18)
Keterangan:
Qci = aliran total simulasi ke i
Qoi = aliran total observasi ke-i
= aliran total observasi rata-rata ke-i
Kalibrasi model
Kalibrasi model dilakukan dengan membandingkan debit model dengan debit
aktual harian. Kalibrasi dilakukan secara berulang-ulang dengan metode trial
and error terhadap parameter model sehingga didapat nilai debit model yang
mendekati debit aktual.
Validasi model (Uji keabsahan)
Validasi model (uji keabsahan) dilakukan dengan melakukan simulasi
pendugaan debit dengan menggunakan model yang telah dikalibrasi
menggunakan data curah hujan, data debit, dan data evapotranspirasi harian
dalam proses kalibrasi model.
100.0
90.0
80.0
74.6
70.0
Hutan Sekunder
60.0
Semak Belukar
50.0
Perumahan
40.0
Pertanian
30.0
Jalan
Lahan Terbuka
20.0
13.3
10.0
9.5
2.1
0.4
0.1
0.0
Presentase Tutupan Lahan (%)
20
40
60
80
100
120
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0
20
40
60
80
100
120
mm/bulan
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
JAN PEB MAR APR MEI JUN
120.00
100.00
100
80.00
200
60.00
300
40.00
R*(mm)
ET*(mm/bulan)
400
20.00
-
500
0.0
450
0.5
400
1.0
350
1.5
300
2.0
250
2.5
Qmean*(m3/s)
200
3.0
R*(mm)
150
3.5
100
4.0
50
4.5
5.0
JAN
MAR
MEI
JUL
SEP
NOP
Gambar 6. Hubungan Antara Debit Rata Rata dengan Curah Hujan Tahun 2003
Besarnya nilai evapotranspirasi total pada DAS Cipasauran dapat dilihat pada
gambar 4. Gambar 5 menunjukkan hubungan antara evapotranspirasi dengan curah
hujan pada tahun 2003, sehubungan antara debit rata rata dengan curah hujan tahun
2003 ditunjukkan seperti gambar 6.
Penelitian yang dilakukan sudah sampai pada tahap analisis khususnya pada
tahap pembuatan program tank model. Cuplikan program tank model yang dibuat
dengan Visual Basic Application (VBA) for Microsoft Excel dapat dilihat seperti pada
gambar 7.
Gambar 7. Program Tank Model yang Dibuat dengan Visual Basic Application
(VBA) for Microsoft Excel
Tahap selanjutnya adalah melakukan perbaikan dan running program yang
telah dibuat. Program ini terdiri dari persamaan-persamaan matematik yang
menggambarkan proses komponen limpasan hujan yang jatuh di atas tanah pada
suatu DAS (Sutoyo, 1999). Program dijalankan (running) setelah memasukkan
parameter yang dilakukan secara coba ulang. Namun, program yang telah dibuat
belum bisa dijalankan karena adanya kekurangan data yang dibutuhkan sebagai
parameter input dalam tank model. Jika running sudah dilakukan, langkah
selanjutnya adalah melakukan kalibrasi model dan yang terakhir adalah melakukan
validasi model.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dalam membuat
model ketersediaan air berbasis DAS Cipasauran dengan pendekatan model tangki,
sejauh ini sudah mencapai tahapan pengumpulan data debit harian tahun 2000
2010, data curah hujan harian stasiun Padarincang 2007 2010, data curah hujan
bulanan stasiun Ciomas dan Padarincang tahun 1996 2006, dan nilai
evapotranspirasi total. Untuk melanjutkan penelitian masih diperlukan data curah
hujan harian Ciomas 2007 2010, dan nilai evapotranspirasi harian tahun 1996
2006. Pemrograman model tangki sudah sampai pada tahap pembuatan program tank
model, running dapat dilakukan apabila perbaikan program dan data yang
dibutuhkan sebagai parameter input dalam tank model sudah lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Harmailis. 2001. Modifikasi Model Tangki untuk Mempelajari Pengaruh Perubahan
Tata Guna Lahan terhadap Limpasan. Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Nashir M. 2011. Potensi DAS Cipasauran. Cilegon: PT Krakatau Tirta Industri. p. 1 2.
Setiawan, B. I., T. Fukuda and Y. Nakano. 2003. Developing Procedures of
Optimization of Tank Models Parameters. Agricultural Engineering
10