Anda di halaman 1dari 6

FEBRUARI 2014, VOLUME 6 NOMOR 1

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA


BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN
Noorhidayah, Widya Sari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes.) Sari Mulia
Jln. Pramuka no. 2 Banjarmasin
Abstract: This study aims to determine Exclusive Breastfeeding Relationship with
an acute respiratory tract for the infants at health center of Pekauman Banjarmasin. The method used is an analytic survey with cross sectional approach using
primary data and secondary data. The sampling technique is purposive sampling
as many as 188 respondents. The study found that infants who were breastfed
exclusively is 65 infants (34.6%), while not giving exclusively breastfed is 123
infants (65.4%), and respiratory disease is 121 people (64.4%) and an acute respiratory tract is 67 people (35.6%). Suggestions from the research that is for
health workers in order to give an explanation to the public the importance of exclusive breastfeeding and content provided for toddlers and increase the professionalism of health care.
Kata kunci: ASI ekslusif, ISPA pada balita

PENDAHULUAN
Insidensi Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) di Negara berkembang dengan
angka kematian bayi di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% per tahun.
Berdasarkan data di Indonesia penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sering terjadi pada
anak. Kunjungan pasien di sarana kesehatan
sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di
puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat
di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah
sakit disebabkan oleh ISPA (Depkes RI,
2002).
Beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk mencegah ISPA adalah mengusahakan
agar anak mempunyai gizi yang baik, mengusahakan kekebalan anak dengan imunisasi,
menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan serta pengobatan segera apabila anak
sudah positif terserang ISPA. Sedangkan
menurut Prabu (2009), secara umum terdapat

tiga faktor risiko terjadinya ISPA yaitu faktor


lingkungan, faktor individu anak, serta perilaku. Pada faktor individu anak, yaitu terdiri
dari umur anak, berat badan lahir, status gizi,
status imunisasi dan Air Susu Ibu (ASI)
ekslusif.
Berdasarkan laporan tahunan Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kota Banjarmasin di peroleh cakupan penderita ISPA pada awal
tahun 20102012 hingga mencapai 94.134
penderita pada Balita. Menurut data Dinkes
tahun 2012 dari 26 puskesmas di wilayah
Kota Banjarmasin, Puskesmas Pekauman merupakan Puskesmas dengan angka kejadian
ISPA tertinggi di Kota Banjarmasin. Informasi yang di peroleh dari data Dinkes
Kota Banjarmasin menyebutkan bahwa frekuensi Kejadian ISPA di Puskesmas Pekauman adalah 2.978 kasus. Balita yang mengalami ISPA di daerah tersebut paling
banyak berada pada kisaran umur 1-5 tahun.

45

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

Hal ini menunjukan bahwa angka kesakitan


balita dengan ISPA cukup tinggi.
Data cakupan ASI Ekslusif di Puskesmas Pekauman Banjarmasin Tahun 2012
yaitu dari jumlah bayi sebesar 851 bayi hanya
407 bayi yang lulus ASI Eksklusif selama 6
bulan. Hal ini yang mendasarkan Pemberian
ASI Ekslusif sangat berpengaruh pada tingginya angka kejadian ISPA pada balita di
Puskesmas Pekauman Banjarmasin.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekauman Banjarmasin karena
da-ri data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin wilayah ini termasuk salah satu wilayah dengan jumlah balita yang terkena ISPA
masih tinggi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian (survey) analitik sedangkan rancangan yang diguna-kan
dalam penelitian ini adalah cross sec-tional.
Cross sectional ialah penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktorfaktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).
Variabel dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu Pemberian ASI
Ekslusif dan Kejadian ISPA. Variabel independen adalah Pemberian ASI Ekslusif dan
Variabel dependen adalah Kejadian ISPA
pada balita. Populasi dalam penelitian ini
adalah ibu dengan bayi atau balita umur > 6
bulan5 tahun yang berkunjung ke Puskesmas Pekauman Banjarmasin pada bulan April
Tahun 2013 dan dalam satu bulan berjumlah
355 orang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode purposive sampling, dima-na
didasarkan pada suatu pertimbangan ter-tentu
yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya.

46

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 188 orang dengan menggunakan kriteria
inklusi yaitu karakteristik sampel yang dapat
dimasukkan atau layak untuk di teliti. Kriteria
inklusi dari penelitian ini adalah: (1) Ibu yang
memiliki balita dengan Aterm, (2) Ibu yang
mempunyai balita dengan imunisasi dasar
lengkap, (3) Ibu yang memberikan ASI tanpa
makanan tambahan, (4) Ibu yang bersedia
menjadi responden.
Jenis data yang di ambil adalah data
primer yang di gali dari data hasil penelitian
dengan cara hasil observasi di lapangan.
Sumber data adalah responden yang terpilih
dari populasi berdasarkan jumlah sampel
yang di dapat untuk mengetahui hubungan
pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian
ISPA pada balita di Puskesmas Pekauman.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian adalah dengan memberikan
check list kepada sasaran penelitian untuk
memperoleh Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian ISPA pada Balita
Analisis data menggunakan Analisis
Univariat dan Analisis Bivariat, Analisis Univariat adalah analisis persentasi dari tiap
variabel yang dilakukan pada tiap variabel
hasil penelitian, yakni variabel Pemberian
ASI ekslusif dengan kejadian ISPA pada
balita, umumnya dalam analisis ini dalam
bentuk distribusi frekuensi dan presentasi dari
tiap variabel, Sedangkan analisa bivariat
adalah analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang di duga berhubungan atau
berkorelasi. Analisis ini menggunakan uji Chi
Square bila =0,05 dan tingkat kepercayaan
95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil checklist yang diberikan kepada responden yaitu mengenai hubungan pemberian ASI ekslusif dengan
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas
Pekauman Banjarmasin Tahun 2013, maka

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS
PEKAUMAN BANJARMASIN
Noorhidayah, Widya Sari

FEBRUARI 2014, VOLUME 6 NOMOR 1

data yang diperoleh dan diolah kemudian di


analisis secara univariat dan analisis bivariat
sebagai berikut:
Analisis univariat untuk melihat distribusi
frekuensi dari variabel bebas dan terikat.
Pemberian ASI Ekslusif
Berdasarkan hasil penelitian, distribusi
responden Pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas Pekauman Banjarmasin Tahun 2013.
Tabel 1. Distribusi Pemberian ASI Ekslusif di
Puskesmas Pekauman Tahun 2013
No.
Pemberian ASI
N
%
Ekslusif
1 Ya
65
34,6
2 Tidak
123
65,4
Jumlah
188
100,0
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013
Dari data Tabel 1 di atas dapat di lihat Balita
yang diberikan ASI ekslusif sebanyak 65
balita atau 34,6%, sedangkan yang tidak
memberikan ASI ekslusif sebanyak 123 balita
atau 65,4%.

Kejadian ISPA pada Balita


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
distribusi responden tentang Kejadian ISPA
pada balita.
Tabel 2. Distribusi Kejadian ISPA pada
Balita Tahun 2013
No.
ISPA
N
%
1
Ya
121
64,4
2
Tidak
67
35,6
Jumlah
188
100,0
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013
Dari data Tabel 2 di atas dapat di lihat
bahwa Kejadian ISPA pada Balita yaitu ISPA
sebanyak 121 orang (64,4%) dan tidak ISPA
sebanyak 67 orang (35,6%).
Analisis Bivariat
Analisis Bivariat untuk melihat apakah
ada hubungan yang bermakna antara variabel
bebas yaitu Pemberian ASI Ekslusif dengan
variabel terikat yaitu Kejadian ISPA Pada
Balita dengan Uji Chi Square dengan nilai
=0,05

Tabel 3. Distribusi Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian ISPA pada Balita di
Puskesmas Pekauman Banjarmasin Tahun 2013
ISPA
Jumlah
Ya
Tidak
Pemberian ASI Ekslusif
N
%
N
%
N
%
ASI Ekslusif
32
49,23
33
50,77
65
100,0
Non Ekslusif
89
72,36
34
27,64
123
100,0
Jumlah
188
100,0
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2013
Berdasarkan data Tabel 3 menunjukan
bahwa dari 65 responden yang memberikan
ASI Ekslusif yang tidak penyakit ISPA
sebanyak 33 balita (50,77%), namun yang
penyakit ISPA sebanyak 32 balita (49,23%),
sedangkan dari 123 responden yang tidak
memberikan ASI Ekslusif yang tidak
penyakit ISPA sebanyak 34 balita (27,64%)

sedangkan yang penyakit ISPA sebanyak 89


balita (72,36%). Hasil uji Chi-Square dengan
tingkat kepercayaan 95 % (=0,05) yang
didapatkan hasil p=0,002 lebih kecil dari 0,05
(p<) hal ini menunjukan ada Hubungan
antara Pemberian ASI Ekslusif dengan
Kejadian ISPA pada Balita.

47

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

Pemberian ASI Ekslusif


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 188 sampel di Puskesmas
Pekauman Banjarmasin tahun 2013 menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASI
ekslusif sebanyak 34,6%, sedangkan non
ekslusif sebanyak 65,4%. Penelitian menunjukan balita lebih banyak non ekslusif, kenyataan ini adanya perubahan-perubahan
yang mempengaruhi alasan ibu tidak memberikan ASI Ekslusif kepada balitanya antara
lain ibu bekerja atau memiliki kesibukan
sosial lainnya. Selain itu yang paling banyak
juga karena rendahnya produksi ASI, kurangnya pengetahuan ibu dalam memelihara
payudara dan penggunaan kontrasepsi,
sehingga ibu memberikan susu formula dan
makanan tambahan sebelum 6 bulan yang
mengakibatkan anak sering sakit (demam
disertai batuk-pilek) dan mengakibatkan
penyakit ISPA pada balita. Hal ini sesuai
menurut Kritiyansari (2009) yaitu faktorfaktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI Ekslusif dipengaruhi oleh
makanan, psikologis, istirahat, penggunaan
kontrasepsi, dan perawatan payudara.
Kejadian ISPA
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 188 responden di Puskesmas Pekauman Banjarmasin tahun 2013
menunjukkan bahwa Kejadian ISPA pada
Balita yaitu sebanyak 64,4% dan tidak ISPA
sebanyak 35,6%. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kejadian ISPA di Puskesmas
Pekauman cukup tinggi, dibandingkan dengan hasil data berdasarkan Insidensi ISPA di
Negara berkembang dengan angka kematian
bayi di atas 40 per 1000 kelahiran hidup
adalah 15%-20% per tahun terutama terjadi
pada usia balita dan Sebanyak 40%-60%
kunjungan berobat di puskesmas dan 15%30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan
dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh
ISPA.

48

Balita disana sangat rentan terhadap


ISPA, hal ini terbukti dengan hasil observasi
menunjukkan bahwa faktor terjadinya ISPA
tersebut yaitu ibu tidak memberikan ASI
Ekslusif terhadap balitanya pada saat usia
bayi 0-6 bulan karena ibu masih memberikan
susu formula sebagai tambahan. Hal lain juga
berpengaruh bahwa wilayah ini merupakan
salah satu wilayah padat huni, di wilayah
pekauman ini termasuk kepadatan hunian
yang cukup tinggi dan dampak tersebut juga
mempengaruhi kejadian ISPA. Hal ini
sependapat menurut IDAI (2008) terdapat
dari faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas akibat ISPA, yaitu
umur anak yang di bawah 5 tahun, Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang
adekuat, malnutrisi, pendidikan orang tua
yang kurang, status sosial ekonomi yang rendah, dan lingkungan yang kurang memadai.
Hubungan Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian ISPA pada Balita
Hasil penelitian menunjukan dari 188
responden bahwa dari 65 responden yang
memberikan ASI Ekslusif yang tidak penyakit ISPA sebanyak 50,77%, namun yang
penyakit ISPA sebanyak 49,23%, sedangkan
dari 123 responden yang tidak memberikan
ASI Ekslusif yang tidak penyakit ISPA
sebanyak 27,64% tetapi yang penyakit ISPA
sebanyak 72,36%. Hasil uji Chi-Square
dengan tingkat kepercayaan 95% (=0,05)
yang didapatkan hasil p=0,002 lebih kecil
dari 0,05 (p< ) hal ini menunjukan ada
Hubungan antara Pemberian ASI Ekslusif
dengan Kejadian ISPA pada Balita.
Hal ini jelas bahwa balita yang diberikan ASI Ekslusif dibandingkan dengan
Non Ekslusif, lebih baik ASI Ekslusif karena
mempunyai pengaruh yang baik dalam
pencegahan Kejadian ISPA di bandingkan
Non Ekslusif, sehingga mendapatkan antibody dari ASI tersebut terhadap kejadian

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS
PEKAUMAN BANJARMASIN
Noorhidayah, Widya Sari

FEBRUARI 2014, VOLUME 6 NOMOR 1

ISPA pada balita. Pemberian ASI terbukti


efektif dalam mencegah infeksi pada pernapasan dan pencernaan.
Menurut Abdullah (2003) pemberian
ASI terbukti efektif bagi perkembangan dan
imunitas anak. Pemberian ASI cukup memberikan efek protektif terhadap ISPA pada
balita, sedangkan balita juga banyak terkena
ISPA, hal ini menunjukan balita masih rentan
terhadap penyakit ISPA karena ASI yang
tidak diberikan sesuai kebutuhan 0-6 bulan,
makanan pendamping yang di-berikan belum
memenuhi gizi yang baik serta kurangnya
menjaga kebersihan individu dan lingkungan.
Hal ini membuktikan keadaan di lapangan
masih kurang baik dalam peme-nuhan gizi
yang sesuai kebutuhanya dalam pecegahan
ISPA.
PENUTUP
Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini ke-jadian
ISPA pada Balita yaitu sebanyak 121 orang
(64,4%) dan tidak ISPA sebanyak 67 orang
(35,6%). Pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas Pekauman dari 188 balita adalah
menjawab Ya (diberikan ASI Ekslusif)
sebanyak 65 balita (34,6%), sedangkan yang
menjawab Tidak (tidak memberikan ASI
Ekslusif) sebanyak 123 balita (65,4%). Hasil
analisis p=0,002 lebih kecil dari 0,05 (p<)
hal ini menunjukan ada hubungan antara
pemberian ASI ekslusif dengan kejadian
ISPA pada balita di Puskesmas Pekauman
Banjarmasin tahun 2013.
Saran
Penelitian ini yaitu diharapkan bagi
Institusi pelayanan kesehatan untuk bisa
memberikan penyuluhan atau promosi kesehatan kepada para ibu terutama yang
memiliki bayi, balita dan anak dan lebih
meningkatkan pelayanan yang berkualitas
dan diharapkan kepada masyarakat untuk
mengetahui masalah kesehatan khususnya

mengenai Penyakit ISPA pada Balita, serta


menambah pengetahuan wawasan ilmu kesehatan untuk lebih memperhatikan gizi
anak-anaknya dimasa yang akan datang.
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi
bahan referensi bagi peneliti lain dalam
pembuatan penelitian selanjutnya yang
mengkaji tentang kejadian ISPA pada balita.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nasrullah, 2003. Ilmu Gizi Anak.
EGC, Jakarta.
Baskoro, Anton, 2008. ASI Panduan Praktis
Ibu Menyusui, EGC, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Pedoman
Pemberantasan Penyakit ISPA Untuk
Penanggulangan Pneumonia pada
Balita dalam Pelita IV. Depkes,
Jakarta.
Dinas Kesehatan Bagian P2M, 2012.
Laporan Tahunan Program P2 ISPA,
Dinkes Banjarmasin.
Dinkes DKI, 2003. Penanganan ISPA Pada
Anak di Rumah Sakit Kecil Negara
Berkembang, EGC, Jakarta.
Ernawati, 2010. Faktor Risiko Terjadinya
ISPA pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Salam Babaris Kecamatan
Salam Babaris Kabupaten Tapin,
Politeknik Kesehatan Jurusan Keperawatan Banjarmasin.
Hartono, S. dan Rahmawati, Dwi, 2012. ISPA
Gangguan Pernafasan pada Anak,
Nuha Medika, Yogyakarta.
Hastono, S.P. dan Sabri, Lukas, 2006.
Statistika Kesehatan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hidayat, A.A.A., 2007. Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisis Data,
Salemba Medika, Jakarta.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008. Buku
Ajar Respirologi Anak, Badan
Penerbit IDAI, Jakarta.

49

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

Indah, 2005. Ilmu Gizi dan Penanggulangan


Gizi Buruk, Papas Sinar Sinanti, Jakarta.
Indiarti, 2008. ASI, Susu Formula dan
Makanan Bayi. Plmatera Publishing,
Jakarta.
Kristiyansari, Wenny, 2009. ASI, Menyusui &
Sedari. EGC, Jakarta.
Novianti, Ratih, 2009. Menyusui itu Indah.
Octopus, Yogyakarta.
Prabu, 2009. Mengatasi Gangguan Kesehatan pada Anak-anak 5, PT Gramedia,
Jakarta.

50

Purwanti, 2004. ASI dan Inisiasi Menyusui


Dini. Nuha Medika, Jakarta.
Suyudi, 2002. Infeksi Saluran Nafas Anak,
PT Arkans, Jakarta.
Vina, Nor, 2011. Hubungan Konsumsi ASI
Ekslusif dengan Ketahanan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
Teluk Tiram. Akademi Kebidanan Sari
Mulia Banjarmasin
WHO, 2003. Penanganan ISPA pada Anak di
Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS
PEKAUMAN BANJARMASIN
Noorhidayah, Widya Sari

Anda mungkin juga menyukai