Anda di halaman 1dari 55

ANEMIA DEFISIENSI BESI

Oleh
Nadia Rahmah
0910313240
Preseptor :
dr. Eva Chundrayetti, Sp.A(K)

Tinjauan Pustaka

Definisi
Anemia defisiensi besi (ADB)
adalah anemia akibat
kekurangan zat besi untuk
sintesis hemoglobin.

Kadar Hb dan Ht normal


Umur
6 bln 5
th
5 11 th
12 13 th
Wanita
Wanita
hamil

Hb
11,0

Ht
33

11,5
12,0
12,0
11,0

34
36
36
33

Epidemiologi
Dari hasil SKRT 1992 diperoleh

prevalensADB pada anak balita di


Indonesia adalah 55,5%.
SKRT 2007 : angka kejadian ADB
pada anak balita 40 45%
Prevalens tertinggi ditemukan
pada akhir masa bayi, awal masa
anak, anak sekolah, dan masa
remaja.

Kriteriadiagnosis ADB menurut


WHO
1. Kadar Hb kurang dari normal

sesuai usia
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata
31% (N: 32-35%)
3. Kadar Fe serum <50 g/dL (N: 80180 g/dL)
4. Saturasi transferin <15% (N: 2050%)

Bila sarana terbatas, diagnosis


dapatditegakkan berdasarkan
Anemia tanpaperdarahan
Tanpa organomegali
Gambaran darah tepi:

mikrositik, hipokromik,
anisositosis, sel target
Respons terhadap pemberian
terapi besi

Etiologi
1. Bayi di bawah umur 1 tahun
Persediaan besi yang kurang karena berat badan lahir rendah
atau lahir kembar.
2. Anak berumur 1-2 tahun
- Masukan (intake) besi yang kurang karena tidak mendapat
makanan tambahan (hanya minum susu)
- Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun
- Malabsorbsi
- Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena
infestasi parasit dan divertikulum Meckeli.

3. Anak berumur 2-5 tahun


-Masukan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung

Fe-heme
Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun.
-Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena

infestasi parasit dan divertikulum Meckeli.


4. Anak berumur 5 tahun masa remaja
Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena

infestasi parasit dan poliposis.


5. Usia remaja dewasa
Pada wanita antara lain karena menstruasi berlebihan.

Patofisiologi
1. Stadium I: Hanya ditandai oleh
kekurangan persediaan besi di
dalam depot. Keadaan ini
dinamakan stadium deplesi besi.
Pada stadium ini baik kadar besi di
dalam serum maupun kadar
hemoglobin masih normal. Kadar
besi di dalam depot dapat
ditentukan dengan pemeriksaan
sitokimia jaringan hati atau
sumsum tulang. Disamping itu

Stadium II: Mulai timbul bila

persediaan besi hampir habis. Kadar


besi di dalam serum mulai menurun
tetapi kadar hemoglobin di dalam
darah masih normal. Keadaan ini
disebut stadium defisiensi besi.
Stadium III: Keadaan ini disebut
anemia defisiensi besi. Stadium ini
ditandai oleh penurunan kadar
hemoglobin MCV, MCH, MCHC
disamping penurunan kadar feritin

Gejala Klinis
Gejala dari keadaan deplesi besi maupun

defisiensi besi tidak spesifik.


Pada ADB gejala klinis terjadi secara
bertahap.
Kekurangan zat besi di dalam otot jantung
menyebabkan terjadinya gangguan
kontraktilitas otot organ tersebut.
Pasien ADB akan menunjukkan peninggian
ekskresi norepinefrin; biasanya disertai
dengan gangguan konversi tiroksin
menjadi triodotiroksin. Penemuan ini
dapat menerangkan terjadinya iritabilitas,

Dampak kekurangan besi tampak pula

pada kuku berupa permukaan yang


kasar, mudah terkelupas dan mudah
patah. Bentuk kuku seperti sendok
(spoon-shaped nails) yang juga disebut
sebagai kolonikia terdapat pada 5,5%
kasus ADB.
Pada saluran pencernaan, kekurangan
zat besi dapat menyebabkan gangguan
dalam proses epitialisasi. Papil lidah
mengalami atropi. Pada keadaan ADB
berat, lidah akan memperlihatkan

Diagnosis
Diagnosis anemia defisiensi besi

ditegakkan berdasarkan adanya


anemia dan penurunan kadar besi
di dalam serum.

Pada daerah dengan fasilitas laboratorium


yang terbatas, untuk menduga adanya
anemia defisiensi yaitu
Adanya riwayat faktor predisposisi dan
faktor etiologi,
Pada pemeriksaan fisis hanya terdapat
gejala pucat tanpa perdarahan atau
organomegali,
Adanya anemia hipokromik mikrositer,
dan
Adanya respons terhadap pemberian
senyawa besi

Anamnesis
Pucat yang berlangsung lamatanpa

manifestasi perdarahan
Mudah lelah, lemas, mudah marah,
tidak ada nafsu makan, daya tahan
tubuh terhadap-infeksi menurun, serta
gangguan perilaku dan prestasi belajar
Gemar memakan makanan yang tidak
biasa (pica) seperti es batu, kertas,
tanah,rambut

Memakan bahan makanan yang kurang

mengandung zat besi, bahan makanan


yang menghambat penyerapan zat
besi seperti kalsium dan fitat (beras,
gandum), serta konsumsi susu sebagai
sumber energi utama sejak bayi
sampai usia 2 tahun (milkaholics).
Infeksi malaria,infestasi parasit
sepertiankylostoma dan schistosoma.

Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis ADB sering terjadi perlahandan

tidakbegitu diperhatikan olehkeluarga.


Bila kadar Hb <5g/dL ditemukan gejala iritabel dan
anoreksia
Pucat ditemukanbila kadarHb <7g/dL
Tanpa organomegali
Dapat ditemukan koilonikia, glositis, stomatitis
angularis, takikardia, gagal jantung,proteinlosingenteropathy
Rentan terhadap infeksi
Gangguan pertumbuhan
Penurunan aktivitas kerja

Pemeriksaan Penunjang
Darahlengkapyang terdiridari :

hemoglobinrendah; MCV,MCH, dan MCHC


rendah. Red cell distribution width (RDW) yang
lebar dan MCVyang rendah merupakan salah
satu skrining defisiensi besi.
Nilai RDW tinggi >14.5% pada defisiensi besi, bila

RDW normal (<13%) pada talasemia trait


Ratio MCV/RBC (Mentzer index) 13 danbila RDW
index (MCV/RBC xRDW) 220, merupakan tanda anemia
defisiensi besi, sedangkan jika kurang dari 220
merupakan tanda talasemia trait
Apusan darah tepi: mikrositik, hipokromik, anisositosis,
dan poikilositosis.

Kadar besi serum yang rendah, TIBC, serum

ferritin <12 ng/mL dipertimbangkan sebagai


diagnostik defisiensi besi.
Nilai retikulosit: normal atau menurun,
menunjukkan produksi sel darah merah
yang tidak adekuat
Serum transferrin receptor(STfR): sensitif
untuk menentukan defisiensi besi,
mempunyainilai tinggi untuk membedakan
anemiadefisiensi besi dan anemia akibat
penyakit kronik

Kadar zinc protoporphyrin (ZPP) akan meningkat


Terapi besi (therapeutic trial) : respons

pemberian preparat besi dengan dosis 3


mg/kgBB/hari, ditandai dengan kenaikan jumlah
retikulosit antara 510 hari diikuti kenaikan
kadar hemoglobin 1 g/dL atau hematokrit 3%
setelah 1 bulan menyokong diagnosis anemia
defisiensi besi.
Kira-kira 6 bulan setelah terapi, Hemoglobin
dan hematokrit dinilai kembali untuk menilai
keberhasilan terapi.

Anak yang menderita ADB lebih mudah

terserang infeksi karena defisiensi besi


dapat menyebabkan gangguan fungsi
neutrofil dan berkurangnya sel limfosit T
yang penting untuk pertahanan tubuh
terhadap infeksi.
Perilaku yang aneh berupa pika, yaitu
gemar makan atau mengunyah benda
tertentu antara lain kertas, kotoran, alat
tulis, pasta gigi, es dan lain lain, timbul
sebagai akibat adanya rasa kurang nyaman
di mulut. Rasa kurang nyaman ini
disebabkan karena enzim sitokrom

Mean Corpuscular Volume :

Nilai Ht x 10 < 76 : mikrositik


eritrosit 76-96 : normositik
> 96 : makrositik
Mean Corpuscular Hb :
nilai Hb x 10 <27 : hipokrom
eritrosit > 27 : normokrom
Mean Corpuscular Hb Concentration :

nilai Hb x 100 < 32 hipokrom


nilai Ht >37 : normokrom

Pengobatan
Pemberian preparat besi secara oral berupa garam

fero (sulfat, glukonat, fumarat dan lain-lain),


Terapi besi elemental diberikan dengan dosis 3-6
mg/kg bb/hari dibagi dalam dua dosis, 30 menit
sebelum sarapan pagi dan makan malam;
penyerapan akan lebih sempurna jika diberikan
sewaktu perut kosong. Namun mengingat efek
samping pengobatan besi secara oral berupa
mual, rasa tidak nyaman di ulu hati, dan
konstipasi, maka untuk mengurangi efek samping
tersebut preparat besi diberikan segera setelah
makan.

Penggunaan secara intramuskular atau

intravena berupa besi dextran dapat


dipertimbangkan jika respon
pengobatan oral tidak berjalan baik
misalnya karena keadaan pasien tidak
dapat menerima secara oral, kehilangan
besi terlalu cepat yang tidak dapat
dikompensasi dengan pemberian oral,
atau gangguan saluran cerna misalnya
malabsorpsi

Cara pemberian parenteral jarang

digunakan karena dapat


memberikan efek samping berupa
demam, mual, ultikaria, hipotensi,
nyeri kepala, lemas, artralgia,
bronkospasme sampai reaksi
anafilatik.

Respons pengobatan mula-mula tampak pada

perbaikan besi intraselular dalam waktu 12-24


jam. Hiperplasi seri eritropoitik dalam sumsum
tulang terjadi dalam waktu 36-48 jam yang
ditandai oleh retikulositosis di darah tepi dalam
waktu 48-72 jam, yang mencapai puncak
dalam 5-7 hari. Dalam 4-30 hari setelah
pengobatan didapatkan peningkatan kadar
hemoglobin dan cadangan besi terpenuhi 1-3
bulan setelah pengobatan. Untuk menghindari
adanya kelebihan besi maka jangka waktu
terapi tidak boleh lebih dari 5 bulan

Transfusi darah hanya diberikan

sebagai pengobatan tambahan bagi


pasien ADB dengan Hb 6 g/dl atau
kurang karena pada kadar Hb tersebut
risiko untuk terjadinya gagal jantung
besar dan dapat terjadi gangguan
fisiologis. Transfusi darah diindikasikan
pula pada kasus ADB yang disertai
infeksi berat, dehidrasi berat atau akan
menjalani operasi besar/ narkose.

Laporan Kasus

Identitas Pasien
Nama

: PM
Umur
: 4 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Masuk
: 23 Maret 2015

Alloanamnesis (diberikan oleh ibu kandung)


Seorang anak perempuan berumur 4 tahun 4
bulan dirawat di Bangsal Anak RSUP DR. M.
Djamil Padang pada tanggal 23 Maret 2015
dengan:
Keluhan Utama
Pasien merasa lemas sejak 19 jam yang
lalu dan pucat semakin bertambah

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien merasa lemas sejak 19 jam yang

lalu, tidak bisa melakukan aktivitas


sehari-hari, pucat semakin bertambah
awalnya pucat sudah terlihat sejak 1
bulan yang lalu, perdarahan spontan
tidak ada.
Pasien juga mengalami sakit kepala
sejak 16 jam yang lalu.
Batuk dirasakan pasien sejak 1 hari
yang lalu, tidak berdahak, tidak sering,
tidak disertai pilek
Pasien belum buang air besar sejak 1

Pasien memiliki kebiasaan menggaruk-

garuk bokong.
Demam tidak ada, kejang tidak ada
Mual dan muntah tidak ada
Berat badan turun sejak 5 bulan ini, BB
tertinggi 17 kg ditimbang di Puskesmas
5 bulan yang lalu
Pasien memiliki kebiasaan memakan
beras
Sesak nafas tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu


Pada usia 4 tahun pernah keluar cacing sebanyak 3 ekor
dari anus, kemudian di obati dengan obat cacing sirup.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama
Riwayat Kelahiran
Pasien anak kelima dari enam bersaudara, lahir spontan,
ditolong bidan, cukup bulan, berat badan lahir 2700
gram, panjang badan lahir 48 cm, langsung menangis
kuat

Riwayat Makanan dan Minuman


ASI
: 0-9 bulan
Susu formula : 3 bulan
Bubur susu
: 10 bulan
Nasi tim
: 10-12 bulan
Nasi biasa
: 12 bulan

Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar:
BCG : 1 bulan, scar (+) di lengan kanan
DPT : I. - II. - III. Polio : I. - II. - III. Hepatitis B: I. - II. - III. Campak: Kesan: Riwayat imunisasi dasar tidak lengkap
Imunisasi ulangan:
DPT 4 : Polio 4 : -

Riwayat Pertumbuhan dan


Perkembangan
Riwayat Pertumbuhan :
Antropometri (menurut CDC)
BB
: 10 kg
TB: 92 cm
BB/U = 10/17 x 100% = 58,8%
TB/U = 92/104 x 100% = 88,4%
BB/TB = 10/13,2 x 100% = 75%
K/ Failure to Thrive dengan kesan Gizi kurang

Riwayat Perkembangan:
Tengkurap
: 4 bulan
Duduk
: 6 bulan
Berdiri
: 12 bulan
Berjalan
: 14 bulan
Bicara
: 14 bulan

Riwayat Orang Tua


Ayah
Ibu
Umur
35
32
Pendidikan
SD
Pekerjaan
tukang jahit
Perkawinan
ke I

SMP
petani
ke I

Riwayat Perumahan dan Lingkungan


Rumah tempat tinggal : Rumah semi
permanen
Pekarangan
: Sempit
Sumber air minum
: Dari sumur gali
Buang air besar
: Di WC yang dibuat
dengan bambu, di bawahnya kolam ikan
Sampah
: Dibakar
Kesan: Higiene dan sanitasi lingkungan
kurang

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit berat
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah

: 110/60 mmHg
Frekuensi denyut nadi: 112 kali/menit
Frekuensi nafas : 32 kali/menit
Suhu : 36,70 C
Sianosis: Tidak ada
Anemis : Ada
Ikterik
: Tidak ada
Edema : Tidak ada

TB

: 92 cm
BB
: 10 kg
Gizi : BB/U = 58,8%, TB/U = 88,4%, BB/TB
= 75% . Kesan : Gizi kurang
Kulit
: turgor kulit nomal, kulit kering
KGB
: tidak di temukan pembesaran
kelenjar getah bening
Kepala : Bentuk bulat simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok

Mata

: Konjungtiva anemis, sklera tidak


ikterik, pupil isokor, reflek cahaya +/+

Telinga

: Tidak ditemukan kelainan


Hidung
: Tidak ditemukan kelainan
Tenggorokan : Tonsil = T1 T1, tidak
hiperemis
Faring = Tidak hiperemis
Gigi dan Mulut: Mukosa bibir dan mulut
basah
Leher
: JVP tidak dinilai

Dada
Paru : I = normochest, simetris
P = fremitus suara ki=ka
Pc = sonor
A = bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Jantung :
I = Iktus terlihat di 1 jari medial di linea medial
midclavicularis sin RIC V
P = iktus teraba di 1 jari medial di linea medial
midclavicularis sin RIC V
Pc = batas jantung: atas= RIC II, ka= Linea sternalis
dekstra, ki= linea medial midclavicularis sin RIC V
A = Irama teratur, bising tidak ada

Abdomen:

I = perut tampak membuncit


P= supel, hepar dan lien tidak teraba
Pc = timpani
A = bising usus (+) normal
Punggung : Tidak ditemukan kelainan

Alat Kelamin : Tidak ditemukan kelainan, status

pubertas A1P1M1
Anus : Colok dubur tidak dilakukan
Ekstremitas : Akral hangat, Refilling kapiler baik
Reflek fisiologis: Patella +/+ (N) Achilles +/+ (N)
Reflek patologis: Babinski -/Chaddok -/Openheim -/Gordon -/Schuffer -/-

Pemeriksaan Penunjang
Darah
Hb
: 1,7 gr%
Leukosit: 4350/mm3
Hematokrit
: 7%
Eritrosit : 1,21/mm3
Laboratorium Khusus
MCH : 15,7
MCV : 57,9
MCHC : 27,4
Kesan : Anemia mikrositik hipokrom

Diagnosis
Anemia berat e.c susp anemia

defisiensi besi

Pemeriksaan Anjuran
Analisis Feses
Apusan darah Tepi
Pemeriksaan ferritin, retikulosit, dan Serum

transferrin receptor(STfR)

Terapi
O2 2 L/menit
IVFD KAEN 1 B = 4 tetes/menit (makro)
MB TKTP 1000 kkal
Transfusi PRC

Follow up
Follow up 24 Maret 2014
S/ Tampak pucat diseluruh tubuh, batuk tidak ada
Demam tidak ada
Kejang tidak ada
Sesak nafas tidak ada
Mual muntah tidak ada
O/ KU : Sakit berat
Kesadaran : Sadar
Frekuensi denyut nadi : 94 kali/menit
Frekuensi nafas : 24 kali/menit
Suhu : 37,4o C

Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik


Thoraks : Cor = irama teratur, bising tidak ada
Pulmo= bronkovesikuler, rhonki -/- , wheezing -/Ekstremitas

: akral hangat, refilling kapiler baik


K/ Anemia Berat e.c Anemia Defisiensi Besi
Th/
O2 2 L/menit
IVFD KAEN 1 B = 4 tetes/menit (makro)
MB TKTP 1000 kkal
Rencana transfusi PRC

Follow up 25 Maret 2014


S/ Tampak pucat diseluruh tubuh
Batuk tidak ada
Demam tidak ada
Kejang tidak ada
Sesak nafas tidak ada
Mual muntah tidak ada
O/ KU : Sakit berat
Kesadaran : Sadar
Frekuensi denyut nadi: 98 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5o C

Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik


Thoraks : Cor = irama teratur, bising tidak ada
Pulmo= bronkovesikuler, rhonki -/- , wheezing -/Ekstremitas

: akral hangat, refilling kapiler baik


K/ Anemia Berat e.c Anemia Defisiensi Besi
Th/
O2 2 L/menit
IVFD KAEN 1 B = 4 tetes/menit (makro)
MB TKTP 1000 kkal
Pasien pindah ke bangsal kronik

terimakasih

Anda mungkin juga menyukai