Tinjauan Sedimentasi Muara Bab III
Tinjauan Sedimentasi Muara Bab III
BAB III
TINJAUAN SEDIMENTASI ALUR SUNGAI DAN PANTAI
(ASTM)
27
melayang (suspensi), atau mengendap dari material fragmental oleh air, yang
merupakan akibat adanya erosi yang mengakibatkan pengendapan sedimen di dasar
perairan sehingga dasar perairan mengalami kenaikan.
Menurut Krumbein dan Sloss (1963), sedimentasi merupakan proses
pembentukan sedimen (endapan) atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh
pengendapan atau akumulasi dari material pembentukan asalnya pada lingkungan
pengendapan (delta, danau, pantai, laut dangkal sampai laut dalam). Proses-proses
yang
menyangkut
didalam
sedimentasi
adalah
pelapukan,
pengangkutan,
(Selley, 1988)
28
3.2.
berasal dari hasil erosi daerah yang berada di hulu sungai, terutama yang termasuk
dalam areal daerah aliran sungai. Material hasil erosi tersebut akan tertransport oleh
adanya aliran air permukaan terutama diwaktu hujan. Banyak sedikitnya material
terangkut sangat tergantung oleh adanya ada tidaknya atau banyak sedikitnya jumlah
tetumbuhan yang menutupi lahan daerah aliran air, selain itu juga kemiringan
topografi/kelerengan lahan dan daya tahan lapisan batuan yang tersingkap di
permukaan terhadap daya pelapukan, serta morfologi sungai yang mengalir. Daerah
yang vegetasinya kurang, dengan kemiringan lereng yang cukup tajam (> 15), serta
batuan yang berupa batuan sedimen yang kurang kompak, serta sungai yang
berkelok-kelok (meandering), maka supply sedimen ke dalam alur sungai akan
menjadi besar dibanding dengan kondisi sebaliknya.
Seiring dengan perkembangan daerah yang semakin maju, hampir di wilayah
seluruh Indonesia, yaitu terlihat adanya pengurangan lahan daerah hijau atau telah
terjadi perubahan peruntukan lahan, yang secara umum telah mengubah daerah hijau
menjadi daerah pemukiman atau industri. Oleh karena itu secara umum, jumlah
material sedimen yang memasuki wilayah alur sungai akan semakin besar, yang
akhirnya juga akan mengisi daerah perairan pantai, sehingga masalah pendangkalan
sungai, muara akan semakin sering dan banyak dijumpai diseluruh wilayah Indonesia
yang mempunyai kelerengan pantai yang relatif landai (misalnya disepanjang pantura
Jawa).
Pendangkalan yang terjadi dalam alur-alur sungai, di sebabkan oleh karena
kekuatan aliran untuk mengangkut material sedimen sudah tidak mampu lagi,
C .V. Rajawali Mandiri Perkasa
29
30
3.3.
31
yang tertranspor baik yang berasal dari daratan atau aktifitas mekanik air laut
seperti pengadukan karena gelombang ataupun pasang surut. Partikel yang
mengendap di daerah muara tertranspor oleh aliran air tawar yang berasal dari
daratan oleh sungai. Partikel yang mengendap ini biasanya kaya bahan organik
sehingga partikel yang mengendap bersifat organik
Pengangkutan partikel pasir di daerah pantai dekat muara penting artinya
bagi kondisi di beberapa daerah seperti terbentuknya sand dunes yang terbentuk
di belakang pantai penghalang. Terbentuknya morfologi spit dan sandbar
tergantung dari kekuatan parameter sungai, oseanografi dan jumlah cadangan
pasir di sekitar pantai tersebut (Selley, 1988).
B. Bentang Lingkungan
Dominasi yang terjadi akibat jumlah sedimen berukuran butir pasir kasar
sampai lempung
bentang lingkungan berupa rawa-rawa atau daerah paya. Biasanya daerah paya
memiliki vegetasi yang khas seperti tumbuhan bakau dan alang-alang yang
merupakan vegetasi khas daerah pantai rawa. Rawa yang terbentuk di daerah
muara memiliki arti penting sebagai daerah tempat parkir air sementara untuk
luapan air laut karena proses pasang surut, dan berfungsi menampung air tawar
pada saat terjadi banjir di daratan, sebelum air tawar seluruhnya masuk kelaut
(Dyer, 1990). Lebih lanjut Dyer (1990) menyatakan bahwa bentang alam di
daerah muara sungai merupakan daerah lingkungan pengendapan sedimen.
C. Kekeruhan
Partikel yang masuk didalam muara dalam jumlah besar biasanya
megakibatkan kondisi perairan di daerah muara memiliki kekeruhan yang tinggi.
C .V. Rajawali Mandiri Perkasa
32
Stidaknya pada saat-saat tertentu terjadi kekeruhan tertinggi karena adanya luapan
air tawar karena banjir di daratan, sehingga air tawar yang dialirkan oleh sungai
berada pada kondisi volume maksimum.
Tingkat kekeruhan tertinggi terjadi di daerah mulut sungai karena pada
daerah ini terjadi pertemuan lapisan air tawar dengan air laut, yang menimbulkan
front. Selanjutnya front yang terbentuk meningkatkan konsentrasi elektrolit
karena terjadi proses interaksi antara front air tawar dan air laut sehingga sedimen
tersuspensi akan mengendap di mulut sungai. Peningkatan pengendapan sedimen
suspensi akan meningkat pada saat terjadi pasang air laut (Tait, 1981)
33
berkurang lagi. Pada alur sungai saat air surut, kecepatan aliran
bertambah sehingga sebagian sedimen suspensi yang telah mulai mengandap akan
tererosi kembali, tetapi didepan mulut muara dimana pola aliran telah menyebar,
kecepatan aliran berkurang sehingga tidak mampu mengerosi semua sedimen
C .V. Rajawali Mandiri Perkasa
34
yang telah diendapkan. Dengan demikian dalam satu siklus pasang surut jumlah
sedimen yang mengendap lebih banyak daripada yang tererosi (Dyer, 1990).
B. Muara Sungai yang Didominasi Pasang Surut
Muara sungai yang didominasi pasang surut biasanya memiliki bar di
depan muara sunga.. Volume air laut yang masuk ke sungai akan bertambah
seiring dengan peningkatan ketinggian pasang surut, dan pada periode tertentu
bergantung pada tipe pasang surut. Air laut yang masuk akan terakumulasi dengan
air yang berasal dari hulu sungai, pada saat surut akan terjadi peningkatan
kecepatan aliran sampai menyebar ketika bertemu dengan air laut, sehingga cukup
potensial mengerosi sedimen yang terakumulasi di mulut muara
Gambar 5 : Pola sedimentasi muara yang didominasi debit sungai (Triatmodjo, 1999)
35
Gambar 6 :Pola sedimentasi muara sungai didominasi pasang surut (Triatmodjo, 1999)
36
Sedangkan jika arah aksi gelombang membentuk sudut tertentu maka akan
terjadi penutupan muara yang mengakibatkan terjadinya penutupan muara
dengan arah penutupan sesuai arah gerakan pasir sepanjang pantai (Dyer, 1990).
37
38
39
Pi
g
8
H b Cb sin b cos b
2
Qs 1290 Pi
= konstanta
40
41
Muara sungai baji garam, yaitu muara sungai yang batas pertemuan air laut
dan sungai adalah berbentuk baji dengan posisi air membaji dibawah lapisan
air sungai. Hal tersebut menunjukkan bahwa arus sungai/air tawar lebih
nkuat dibanding dengan air laut, sehingga supply sedimen dari sungai sangat
besar serta akan terangkut sampai ke mulut muara dan sekitarnya. Dalam arti
bahwa energi sungai lebih besar dari energi dari laut, sehingga pantai yang
mempunyai tipe muara tersebut, akan membentuk suatu pantai maju
(konstruktif) sehingga pada suatu saat tertentu dapat menyebabkan
terbentuknya suatu delta.
2.
3.
Muara sungai homogen secara vertikal, tipe ini terbentuk oleh campuran air
tawar dan laut yang homogen, gerakan horisontal relatif kecil, yang
disebabkan oleh kisaran atau tenggang air pasang surut yang cukup
besar/tinggi, sehingga volume air asin yang masuk muara akan sampai
dipermukaan air dan mendorong volume air tawar ke arah hulu muara,
sedimentasi terjadi pada saat air surut sedimen akan terangkut kembali ke arah
42
tersebut
dapat
terjadi
karena
adanya
beberapa
factor
yang
43
turun drastic pada saat masuk ke wilayah perairan pantai. Oleh karena itu, arus
pasang surut merupakana parameter yang penting dalam proses pengangkutan
sedimen yang telah terendapkan di mulut muara ke arah hulu atau ke dalam alur
sungai (intrusi air laut permukaan) dan biasanya menyebabkan terjadinya
pendangkalan pada kolam-kolam labuh kapal. Akibat pendangkalan tersebut muara
sungai mengalami perubahan morfologi yang dinamis tergantung dari dari faktor
dominan yang berpengaruh. Sehubungan dengan masalah yang terjadi di muara
sungai,
untuk
mempermudah
perhitungan
dalam
menganalisa
kekuatan
penggelontaran sedimen yang berada dalam alur sungai, maka perlu mengetahui suatu
parameter yang disebut dengan prisma pasang surut (Tidal prism). Prisma pasang
surut suatu muara di definisikan sebagai jumlah volume air laut yang masuk atau ke
luar dari sungai melalui mulut sungai (jumlah volume inlet/outlet) antara titik balik
air surut (low water slack) dan titik balik air pasang (high water slack) berikutnya dan
sebaliknya. Jika tidak ada debit dari hulu sungai, maka volume air yang masuk ke
sungai pada saat pasang dan yang keluar pada saat air surut adalah sama.
Dari berbagai jenis atau tipe muara dengan pola yang dipengaruhi pasang
surut, gelombang dan debit sungai, pada muara sungai sendiri juga dikenakan
parameter yang berkaitan dengan pasang surut yaitu prisma pasang surut. Pada saat
air pasang, air laut masuk melalui mulut sungai sampai penjalarannya ke bagian hulu
sungai mencapai titik minimum. Pada saat surut, air laut akan keluar bersama-sama
air tawar, namun mengingat adanya perbedaan densitas air tawar dan air laut, air laut
yang masuk pada saat pasang akan berada pada lapisan dibawah air tawar (Ilahude,
2000). Akibat adanya perbedaan densitas ini maka akan terjadi kecepatan aliran yang
berbeda pada stratifikasi vertikal. Jika tidak ada aliran dari hulu, maka jumlah massa
C .V. Rajawali Mandiri Perkasa
44
air laut yang masuk sama dengan yang keluar. Triatmodjo (1999) memberikan
hubungan ini kedalam fungsi kestabilan (S) muara sungai ditinjau dari perbandingan
debit pasang surut dengan sedimen netto sepanjang pantai dalam rentang tahunan.
Rumus empiris diberikan sebagai berikut (Triatmodjo, 1999).
SP
M total
Tp atauTs
Q t
dt
Qmax T
P = ----------- Ck
Keterangan :
S = nilai stabiitas muara (non dimensional)
P = prisma pasang surut (m3/s)
Qt
T = Tp + Ts
Q maks = debit maksimum
Ck = faktor koreksi 0.811 0.999
Dalam perhitungan prisma pasang surut, yang perlu diperhatikan adalah titik
balik (slack) terlambat bergeser terhadap muka air tinggi dan rendah.
Hal ini
disebabkan karena adanya tampungan air di sungai dan geseka dengan dinding
sungai. Pada saat titik balik tersebut kecepatan aliran sama dengan nol. Selama
periode air pasang dan mulai dari titik balik air surut, kecepatan aliran meningkat dan
air laut masuk ke sungai. Setelah mencapai maksimum disekitar tengah-tengah antara
dua titik balik yang berurutan, kecepatan aliran berkurang sampai menjadi nol pada
titik balik air pasang. Pada waktu air surut, air yang tertampung di sungai mengalir
C .V. Rajawali Mandiri Perkasa
45
muara sungai adalah prisma pasang surut ( P) dan transport sedimen sepanjang pantai
total (M tot), yang dinyatakan dalam ratio P/Mtot (Triatmodjo, 1999, periksa dalam
tabel 8.
Tabel 8 : Klasifikasi kestabilan muara berdasar parameter P/Mtotal (Triatmodjo, 1999)
S = P/MTotal
S > 150
100 < S < 150
50 < S < 100
20 < S < 50
S
< 20
Stabilitas
Kondisi baik, bar kecil , penggelontoran baik, muara
stabil
Pembentukan offshore mulai aktif dan tampak, muara
dalam kondisi stabil
Bar dapat lebih besar, alur ke laut tetap lancar,
stabilitas muara sedang
Mulut sungai dapat tertutup saat kemarau, terbuka
saat penghujan, stabilitas muara kecil
Muara sungai tidak stabil, sering tertutup
46
Transport sedimen muara dan pantai adalah gerakan sedimen di daerah muara
dan pantai yang disebabkan oleh gerakan arus yang dibangkitkan oleh gerakan
gelombang dan pasang surut. Transport sedimen yang terjadi baik dalam kolom air
pada alur sungai maupun pada perairan pantai, material sedimen bergerak terangkut
oleh media air melalui dua macam yaitu angkutan dasar sedimen (bed load) dan
angkutan melayang (suspended load). Bed load transport yaitu gerakan angkutan
material sedimen pada dasar perairan yang bergerak secara merayap (traction) atau
meloncat (saltation).
Gelombang yang menjalar menuju pantai membawa massa air dan momentum
dalam arah penjalaran gelombang.
menimbulkan arus di daerah dekat pantai. Gelombang bergerak ke arah pantai akan
melintasi wilayah pembagian pantai yaitu daerah off shore zone, surf zone dan swash
zone dengan perilaku yang berbeda-beda. Pada daerah off shore zone yaitu daerah
lepas pantai yang terbentang dari lokasi gelombang pecah ke luar ke arah laut, yang
menimbulkan gerakan orbit partikel air yang tidak tertutup, sehingga menimbulkan
massa transport air yang disetai dengan mengangkut sedimen dasar dengan 2 (dua)
arah menuju ke pantai (on shore transport) dan meninggalkan pantai (off shore
transport). Pada daerah surf zone, yaitu daerah antara gelombang pecah dan garis
pantai, akibat pecahnya gelombang mengakibatkan adanya arus turbulensi yang
sangat besar dengan pengadukan material dasar sedimen, kemudian massa air akan
bergerak melintasi surf zone menuju pantai. Pada daerah swash zone, gelombang
yang telah menhantam pantai menmyebabkan air bergerak ke atas (uprush) dan
kemudian turun kembali pada permukaan air di pantai, yang disertai dengan
mengerosi dan mengangkut sedimen. Diantara ketiga daerah lintasan gelombang
C .V. Rajawali Mandiri Perkasa
47
tersebut, yang paling penting dalam analisa proses perubahan garis pantai adalah
daerah suf zone dan swash zone.
Arus yang terjadi pada daeah pantai akibat gelombang , arahnya sangat
dipengaruhi oleh sudut dating dari penjalaran gelombang.
gelombang sejajar pantai ( = 0), maka arus yang dominan terjadi adalah arus
bergerak kembali ke arah laut, yang disebut dengan rip current yang berupa sirkulasi
sel, sedangkan jika garis puncak gelombang membentuk sudut < 5 , maka rip
current
Selanjutnya jika arah gelombang datang bersudut > 5 , maka akan terjadi arus
sejajar pantai atau longshore current, kecepatan arus yang paling maksimum terletak
pada bagian tengah dari surf zone. Arus yang umum terjadi diwilayah pantai adalah
kombinasi dari dua arus tersebut, seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini..
Rip current
Gelombang pecah
Gelombang pecah
Longshore current
Pantai
Gambar 8: Pola Arus di sekitar pantai akibat pengaruh arah sudut gelombang datang.
48
Kecepatan arus pada garis pantai adalah nol (0) yang bertambah besar dengan
perubahan jarak dari pantai dan mencapai kecepatan maksimum di sekitar titik tengah
antara glombang pecah dengan garis pantai atau tengah-tengah daerah surf zone.
Arus sejajar pantai dapat mengangkut sedimen yang telah teraduk dan terangkut oleh
gelombang akan menuju ke arah muara sungai.
dipengaruhi oleh adanya bentuk muara serta kondisi pasang surut dan banjir sungai.
Pada kondisi pasang rata-rata tertinggi kecepatan arus di muara berasal dari arah
datngnya gelombang serta dipengaruhi oleh bentuk muara dan bathymetri, pada saat
pasang terendah rata-rata dan banjir sungai, arah arus didominasi oleh aliran air
sungai, yang semakin mengecil ke arah lepas pantai.
Transport sedimen yang terjadi pada daerah tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi transport menuju dan meninggalkan pantai (onshore-offshore transport)
arahnya relatif tegak lurus pantai dan transport sepanjang pantai (longshore
transport) dengan arah sejajar garis pantai. Gerakan partikel sedimen pada transport
menuju dan meninggalkan pantai terjadi di daerah swash zone, yang diakibatkan oleh
C .V. Rajawali Mandiri Perkasa
49
adanya massa air yang membalik (ossilation current) turun ke permukaaan atau garis
pantai setelah mencapai pantai (uprush). Sedangkan gerakan partikel akibat arus
sejajar pantai dapat terjadi 2 jenis, yaitu gerakan partikel yang seperti mata
gergaji/zig-zag dan gerakan yang sejajar dengan garis pantai, keduanya terjadi pada
daerah surf zone. Di daerah gelombang pecah sebagian besar transport sedimen
terjadi dalam suspensi, sedangkan diluar gelombang pecah partikel sedimen bergerak
dalam bentuk bedload.
Bar
Arus sepanjang
pantai/transport
Arah transport
50
Oleh karena itu peramalan pendugaan transport sedimen sepanjang pantai adalah
sangat penting. Sehubungan dengan hal tersebut, maka beberapa ahli telah banyak
melakukan studi atau penelitian, namun sampai dengan saat kini, di dalam
perhitungan besarnya jumlah sedimen transport di kawasan pantai, masih belum
diketemukan rumus pendekatan yang dapat dipergunakan secara global (umum).
Kondisi suatu daerah pantai antara yang satu dengan yang lain, hampir dijumpai tidak
mempunyai karakteristik yang sama, oleh karena itu dalam perhitungan sedimen
transport di daerah pelabuhan Batang di gunakan beberapa rumus empiris yang
kemudian dibandingkan satu sama lain.
3.3.8.
antara
sedimen yang masuk dan keluar dari suatu pantai. Analisa untuk menghitung jumla
imbangan tersebut di dasarkan atas azas kontinuitas atau kekekalan masa sedimen.
Hasil yang diperoleh dari anlaisa tersebut akan dapat memperkirakan daerah pantai
yang mengalami abrasidan akresi/sedimentasi.
Pendekatan dilakukan
dengan
mengevaluasi jenis sedimen yang masuk dan keluar yang kemudian dibandingkan
sehingga akan diketahui daerah mana yang mundur dan maju dari garis pantai
semula. Imbangan sedimen tersebut adalah merupakan pengurangan jumlah antara
sedimen yang masuk dengan yang keluar, jika nilanya 0 (nol) maka pantai stabil, jika
positif, pantai mengalami akresi dan sebaliknya nilai negatif maka pantai terjadi
abrasi.
Sedimen yang masuk di daerah pantai meliputi suplai sedimen sungai, erosi
tebing pantai, transport sedimen sepanjang pantai dan yang tegak lurus pantai yang
51
masuk ke daerah ruas pantai (onshore transport), serta daerah penimbunan sedimen
(beach nourishment). Sedangkan sedimen keluar adalah sedimen sepanjang pantai
dan tegak lurus pantai yang keluar dari ruas pantai (offshore transport) , pengerukan
dan penambangan pasir pantai.
Penggalian
Transport masuk
Transport keluar
sedimentasi harus dilakukan secara rutin, kontinue dan terjadwal dengan baik,
sehingga akan diperoleh data yang baik dan predeksi yang lebih mendekati kondisi
lapangan. Selanjutnya, hasil analisa imbangan akan dapat digunakan memperkirakan
52
pengaruh pembuatan bangunan pantai baik berupa revetment, groin, pier, jetty dan
sebagainya.
3.3.9.
khususnya, selalu terjadi pendangkalan muara, sehingga muara tersebut dalam jangka
waktu tertentu akan mengalami penyumbatan, jika tidak dilakukan pemeliharan atau
pengelolaan yang baik. Untuk mengatasi hal tersebut, pada umumnya dilakukan
dengan pembuatan bangunan Jetty sehingga diharapkan muara dapat kembali
difungsikan sebagaimana mestinya. Namun permasalahan baru yang timbul akibat
dari pembangunan tersebut dapat menyebabkan terganggunya kondisi lingkungan
pantai disekitar lokasi bangunan.
Pembuatan Jetty yang menjorok atau memanjang kelaut dapat menyebabkan
terhalangnya transport sedimen sepanjang pantai. Gelombang yang datang
membentuk sudut dengan garis pantai menyebabkan transport sedimen sepanjang
pantai, namun karena adanya bangunan tersebut, maka transport sedimen akan
terbentur oleh jetty dan akhirnya sebagian material sedimen akan mengendap
dibagian hulu (lebih dekat dengan arah penjalaran transport sedimen), sebaliknya di
daerah hilir jetty akan terjadi proses abrasi, karena kurangnya suplai sedimen dari
transport sedimen sepanjang pantai dari sebelah hulu.
53
T1
Sedimentasi
T1
T2
T0
Abrasi/Erosi
Fase 1 (T1) : Fase awal, longshore transport terbawa oleh arus sepanjang pantai ,
sebagian material akan terendapkan pada hulu jetty, sehingga garis pantai di
hulu maju ke laut dan disebut dengan updrift, sebagian sedimen terangkut ke
lepas pantai. Sedangkan di bagian hilir terjadi abrasi/erosi, sehingga garis
pantainya mundur dan disebut dengan downdrift.
Fase 2 (T2) : Kondisi pantai dengan akumulasi sedimen tersebut secara alamiah akan
berusaha untuk menstabilkan yang akhirnya akan terbentuk pendangkalan
kedalaman perairan. Akibatnya, pada waktu mendatang transport sedimen
sebagian akan terendapkan di sekitar mulut muara sungai. Sedangkan di
daerah hilir akan terjadi erosi yang bergerak semakin menjauh dari bangunan
jetty dengan jarak 3 kali sampai 5 kali jarak bangunan dari tepi pantai ke
ujung jetty. Sehingga Rosenbaum (1975), berpendapat bahwa .untuk
54
55