Anda di halaman 1dari 31

PTERIGIUM

Pterigium
Tinjauan
Pustaka

Anatomi Konjungtiva

Pembagian konjungtiva
a. Konjungtiva palpebra
b.Konjungtiva bulbi
c. Konjungtiva forniks
- Perdarahan kongjungtiva berasal dari arteri
siliaris anterior dan arteri palpebralis.
- Persarafan konjungtiva dari percabangan
pertama/oftalmik Nervus trigeminus (N.V)

Pterigium
Pterigium berasal dari bahasa yunani yaitu
pteron yang artinya wing atau sayap.
Pterigium merupakan pertumbuhan jaringan
fibrovaskular yang berbentuk sayap pada
konjungtiva
bulbi,
yang
berupa
pertumbuhan segitiga horizontal baik dari
arah nasal atau temporal yang invasi ke
kornea dari regio kantus pada konjungtiva
bulbi.

Epidemiologi
- Prevalensi kejadian pterigium didunia berkisar antara 0,3-29%.
- Pterigium tersebar diseluruh dunia, tetpai lebih dominan terjadi
didaerah dengan iklim tropis atau subtropis salah satunya Indonesia.
- Prevalensi pterigium di Indonesia berkisar 13,1 % dan kejadiannya
banyak terjadi di Sumatera dengan rata-rata umur kejadian 40 tahun.

Etiologi
Pterigium sering terjadi akibat respon
paparan lingkungan luar seperti sinar
matahari, daerah kering dan berdebu, bahan
iritan udara lainnya, faktor lain seperti mata
kering dan faktor keturunan.

Faktor Risiko Pterigium


1. Radiasi sinar ultraviolet (UV)
Paparan tergantung dari lamanya waktu
diluar rumah, keadaan iklim, penggunaan
kaca mata dan topi pelindung.
2. Faktor Genetik
Riwayat keluarga dengan pterigium,
kemungkinan diturunkan autosom dominan.
3. Faktor lain
Iritasi kronik pada daerah limbus, debu,
kelembapan yang rendah, dry eye dan virus
papiloma.

Patofisiologi

Degenerasi elastik kolagen dan proloferasi


jaringan granulasi fibrovaskular dibawah
epitel dan kemudian menembus kornea
(membran bowman).

Patofisiologi

Gambaran Klinis
1. Tipe pterigium

Tipe I
: meluas kurang 2 mm dari kornea.
Tipe II
: menutupi kornea sampai 4 mm baik
primer atau rekuren post operasi.
Tipe III : mengenai kornea lebih dari 4mm dan
mengganggu aksis

Gambaran Klinis
Derajat pterigium menurut Youngson :
1. Derajat 1 : jika pterigium hanya terbatas pada
limbus kornea
2. Derajat 2 : jika pterigium sudah melewati limbus
kornea tapi tidak lebih dari 2 mm melewati kornea
3. Derajat 3 : jika pterigium sudah melebihi derajat 2
tapi tidak melebihi pinggiran pupil mata
4. Derajat 4 : jika pertumbuhan pterigium sudah
melewati pupil sehingga berefek pada penglihatan

Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan adanya keluhan pasien yang
diantaranya:
1. Mata sering berair dan tampak merah dan terkadang juga
timbul rasa gatal
2. Merasa seperti ada benda asing dan merasa tidak nyaman.
3. Timbul gangguan penglihatan berupa astigmatisme akibat
tertariknya kornea oleh pertumbuhan pterigium dan juga bisa
menimbulkan penglihatan ganda.
4. Pada pterigium dengan derajat yang lanjut, dapat menutupi
pupil dan aksis visual sehingga tajam penglihatan menurun.
5. Riwayat bekerja diluar ruangan pada daerah dengan pajanan
sinar matahari yang tinggi

Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Terlihat jaringan fibrovaskular segitiga pada
permukaan konjungtiva yang tumbuh pada bagian
nasal dan temporal.
Pterigum dibagi atas :
1. Apex (head) : bagian atas pterigium
2. Body bagian segitiga yang meninngi pada
pterigium dengan dasarnya kearah kantus.
3. Cap : bagian belakang pterigium

Diagnosa Banding
1. Pinguecula

Pinguecula. Bentuknya kecil dan meninggi


Pinguecula, massa kekuningan berbatasan dengan limbus pada
konjungtiva bulbi di fissura intraplapebra dan kadang
terinflamasi.
Paparan sinar UV bukan faktor risiko utama dari pinguecula

Diagnosa Banding
2. Psudopterigium
-

Psudopterigium terjadi akibat inflamasi permukaan


okular sebelumnya, seperti trauma, trauma kimia,
konjungtivitis sikatrik, trauma bedah dan ulkus perofer
kornea.
Pseudopterigium banyak terjadi diusia muda dengan
tidak menutup kemungkinan terjadi pada usia tua.
Bisa terjadi disemua bagian mata dan tidak melekat pada
limbus kornea yang saat dilakukan probing dengan
muscle hook dapat mudah melewati bagian bawah
pseudopterigium.

Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Bersifat simptomatik, yang pengobatannya
berupa penggunaan tetes mata seperti obat tetes
mata, dekongestan tetes mata, vasokonstriktor
dan kortikosteroid dan lainnya.
2. Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencapai
keadaan normal, gambaran permukaan bola
mata yang licin.

Indikasi Pembedahan
Ketidaknyamanan yang menetap/kosmetik
Gejala yang makin memberat
Ukurannya 3-4 mm dan pertumbuhannya
yang progresif menuju tengah kornea atau
aksis visual
Gangguan penglihatan
Gangguan pergerakan bola mata

Komplikasi
Komplikasi pterigium Komplikasi
pasca
operasi diantaranya:
diantaranya :
1. Penglihatan
sentral
terganggu/distorsi
2. Mata kemerahan
3. Iritasi
4. Jaringan parut pada
konjungtiva dan sklera
5. Diplopia
atau
penglihatan

1. Nyeri dan tidak nyaman


pada mata
2. Pterigium rekuren
3. Ulserasi kornea dan infeksi
4. Penglihatan berkurang
5. Pembengkakan
dan
perdarahan akibat jahitan
graft yang terbuka
6. Conjungtiva scar

Prognosis
Penglihatan dan keluhan kosmetik pasien setelah
pterigium dieksisi berprognosis baik. Rasa tidak
nyaman pada hari pertama post-operasi masih dapat
ditoleris dan kebanyakan pasien 48 jam post-operasi
dapat beraktivitas kembali.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi
paparan sinar matahari dan bahan iritan lingkungan
lainnya dengan penggunaan kacamata atau topi
pelindung

Pterigium
Laporan Kasus

Identitas Pasien

Nama
: CHY
Umur
: 52 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ulee-Kareng
No CM : 0-79-56-27
Tanggal Pemeriksaan : 29 September 2014

Anamnesis
Keluhan utama :
rasa mengganjal pada mata kiri dan kedua mata berair.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan tidak nyaman dikedua mata/rasa
mengganjal dikedua mata. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 6
bulan belakangan. Selain itu, pasien juga mengeluhkan matanya
berair (+), dan berlendir (+), dan silau bila terkena
cahaya/photopobia(+). Mata merah (+), mata berasa berpasir (+),
nyeri (+), mata gatal minimal (+), dan penglihatan kabur (+).
Riwayat trauma -).

Anamnesis
Riwayat panyakit dahulu :
Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti
sebelumnya dan menyangkal adanya penyakit jantung,
hipertensi dan diabetes mellitus.
Riwayat pengobatan sebelumnya :
Pasien biasa menggunakan obat tetes mata untuk
mengurangi gejala pada matanya.
Riwayat kebiasaan sosial :
Pasien merupakan ibu rumah tangga. Pasien melakukan
kebiasaan ibu rumah tangga sebagaimana semestinya
dan pasien memiliki hobi merawat bunga.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis

Pemeriksaan Oftalmologis

Status Oftalmologis
Kanan

Pemeriksaan

Kiri

5/12

Visus

5/12

Normal palpasi

TIO

Normal Palpasi

Ortoforia

Hirshberg

Ortoforia

Kesegala arah

Gerak Bola Mata

Kesegala arah

Dalam batas normal

Palpebra

Dalam batas normal

Ada bercak dan berair

Konjungtiva Bulbi

Ada bercak dan berair

Dalam batas normal

Konjungtiva Tarsal

Dalam batas normal

Jernih

Kornea

Jernih

Cukup

COA

Cukup

Coklat, bulat, isokor, RCL

Iris/Pupil

Coklat, bulat, isokor,

(+), RCTL(+)

RCL(+), RCTL(+)

Jernih

Lensa

Jernih

Funduscopy

Vitreus

Penatalaksanaan
Diagnosa
OS Pterigium
Terapi Pre-Operasi :
- Asam mefenamat 500 mg tab 2x1
- Paracetamol 500 mg tab3x1
Anjuran :
Eksisi pterigium OS

Penatalaksanaan
Diagnosa post operasi :
Pterigium derajat II
Terapi post-operasi :
- Cendoxytrol 1 tts/2 jam
- Cefadroxyl 2x500 mg
- Asam mefenamat 2x500 mg
- Natrium diklofenat 2x1

Prognosis
Prognosis

Ocular Dextra

Ocular Sinistra

Qua ad visam

Bonam

Qua ad sanam

Bonam

Qua ad vitam

Bonam

Qua ad kosmetikum

Bonam

Pterigium

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai