Chapter II Kimia Lingkungan
Chapter II Kimia Lingkungan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengertian Air
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri
dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H2O. Air merupakan suatu larutan
yang bersifat universal (Linsley, 1991).
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk
hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi
mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan
pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).
Suatu perairan merupakan ekosistem yang kompleks sekaligus merupakan
habitat dari berbagai jenis makhluk hidup, baik yang berukuran besar seperti ikan dan
berbagai jenis makhlik hidup yang berukuran kecil(mikroba) yang hanya dapat dilihat
dengan bantuan mikroskop. Perairan alami mempunyai sifat yang dinamis dan aliran
energi yang kontinyu selama sistem didalamnya mengalami gangguan atau hambatan
antara lain dalam bentuk pencemaran (Nugroho, 2006).
Agar air layak untuk dikonsumsi sebagai air minum maka air yang berasal dari
berbagai jenis sumber air harus terlebih dahulu diolah. Secara umum pengolahan air
dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu pengolahan untuk domestik misalnya air
konsumsi rumah tangga, pengolahan untuk keperluan khusus industri, dan pengolahan
air untuk layak dibuang ke lingkungan. Air untuk keperluan domestik harus di
2.2.
Karakteristik Air
Air
yang sangat
mempengaruhi kualitas air tersebut. Oleh sebab itu, pengolahan air mengacu kepada
beberapa parameter guna memperoleh air yang layak untuk keperluan domestik
terutama pada industri minuman.
A. Bakteri
Dengan ukuran yang berbeda-beda dari 1-4 mikron, bakteri tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Bakteri yang menimbulkan penyakit disebut disebut
bakteri patogen.
B. Organisme Colliform
Organisme colliform merupakan organisme yang tidak berbahaya dari
kelompok colliform yang akan hidup lebih lama didalam air daripada
organisme patogen. Akan tetapi secara umum untuk air yang dianggap aman
untuk dikonsumsi, tidak boleh lebih dari 1 didalam 100ml air.
C. Organisme Mikro Lainnnya
Disamping bakteri, air dapat mengandung organisme mikroskopis lain yang
tidak diinginkan berupa ganggang dan jamur. Ganggang adalah tumbuhtumbuhan satu sel yang memberi rasa dan bau pada air. Pertumbuhan
ganggang yang berlebihan dapat dicegah dengan pemakaian sulfat tembaga
atau klorin. Jamur adalah tanaman yang dapat tumbuh tanpa sinar matahari dan
pada waktu tertentu dapat merajalela pada pipapipa air, sehingga
menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak (Linsley, 1991).
2.3.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
di perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.
F)-100oC, air berwujud cair. Suhu OoC merupakan titik beku (freezing point)
dan suhu 100oC merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut,
air yang terdapat didalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang
terdapat di laut sungai, danau, badan air yang lain akan berada dalam bentuk
gas atau padatan, sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi ini
karena sekitar 60%-90% bagian sel makhluk hidup adalah air.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi
panas ataupun dingin dalam seketika.
3.
Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Sifat ini
merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran
panas secara baik di bumi.
4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis
senyawa kimia. Sifat ini memungkinkan nutrien terlarut diangkut keseluruh
2.4.
Klorin.
Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai
air, karena terjadi pembentukan asam kuat. Akan tetapi penambahan klorin dalam
bentuk natrium hipoklorit akan menaikkan alkalinitas air tersebut sehingga pH akan
lebih besar. Sedangkan kalsium hipoklorit akan menaikkan pH dan kesadahan total air
yang didesinfeksi (Farida, 2002).
Kaporit adalah senyawa kimia ( CaOCl2 ), yg pada kadar tinggi bersifat
korosif. Pada prosentase rendah bisa digunakan sebagai penjernih air, pemutih
pakaian, membunuh jentik, disinfektan.
Klorin, khlorin atau chlorine merupakan bahan utama yang digunakan dalam
proses khlorinasi. Sudah umum pula bahwa khlorinasi adalah proses utama dalam
proses penghilangan kuman penyakit air ledeng, air bersih atau air minum yang
digunakan oleh masyarakat. Proses khlorinasi sangat efektif untuk menghilangkan
kuman penyakit terutama dalam penggunaan air ledeng. Tetapi dibalik kefektifannya
klorin juga dapat berbahaya bagi kesehatan. Orang yang meminum air yang
mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung
kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan
melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang, berat bayi
lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan.
Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan
kerusakan ginjal dan hati(http://aimyaya.com/id).
2.4.2
berbahaya bagi kesehatan. Patogen yang sering ditemukan di dalam air terutama
dengan berbagai metode dan bahan kimia seperti dengan klorin, yodium, ozon,
senyawa amonium kuarterner dan lampu ultraviolet. Berdasarkan perhitungan
ekonomi, efisiensi dan kemudahan penggunaanya maka penggunaan klorin
merupakan metode yang paling umum digunakan (Jenie, 1993).
2.5
Klorinasi
Klorinasi merupakan disinfeksi yang paling umum digunakan. Klorin yang
digunakan dapat berupa bubuk, cairan atau tablet. Bubuk klorin biasanya berisi
kalsium hipoklorit, sedangkan cairan klorin berisi natrium hipoklorit. Disinfeksi yang
menggunakan gas klorin disebut sebagai klorinasi. Sasaran klorinasi terhadap air
minum adalah penghancuran bakteri melalui germisidal dari klorin terhadap bekteri.
Bermacam-macam zat kimia seprti ozon (O3), klor (Cl2), klordioksida (ClO2),
dan proses fisik seperti penyinaran sinar ultraviolet, pemanasan dan lain-lain,
digunakan sebagai disinfeksi air. Dari bermacam-macam zat kimia diatas , klor adalah
zat kimia yang sering dipakai karena harganya murah dan masih mempunyai daya
disinfeksi sampai beberapa jam setelah pembubuhannya yaitu yang disebut sebagai
residu klorin (Alaerts, 1984).
Klor berasal dari gas klor Cl2, NaOCl, Ca(OCl2) (kaporit), atau larutan HOCl
(asam hipoklorit).Breakpoint chlorination (klorinasi titik retak) adalah jumlah klor
yang dibutuhkan sehingga:
masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya dianggap perlu untuk
pembasmi kuman-kuman(Alaerts,G, 1984).
Klorin
sering
digunakan
sebagai
disinfektan
untuk
menghilangkan
mikroorganisme yang tidak dibutuhkan, terutama bagi air yang diperuntukkan bagi
kepentingan domestik. Beberapa alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan
sebagai disinfektan adalah sebagai berikut:
1. Dapat dikemas dalam bentuk gas, larutan, dan bubuk.
2. Relatif murah.
3. Memiliki daya larut yang tinggi serta dapat larut pada kadar yang tinggi
(7000mg/l).
4. Residu klorin dalam bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika
terdapat dalam kadar yang tidak berlebihan.
5. Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme, dengan cara menghambat
aktivitas metabolisme mikroorganisme tersebut.
Proses penambahan klor dikenal dengan istilah klorinasi. Klorin yang
digunakan sebagai disinfektan adalah gas klor yang berupa molekul klor (Cl2) atau
kalsium hipoklorit[Ca(OCl2)]. Namun, penambahan klor secara kurang tepat akan
menimbulkan bau dan rasa pahit.
Pada proses klorinasi, sebelum berperan sebagai disinfektan, klorin yang
ditambahkan akan berperan sebagai oksidator, seperti persamaan reaksi :
H2S + 4 Cl2 + 4 H2O H2SO4 + 8 HCl
Jika kebutuhan klorin untuk mengoksidasi beberapa senyawa kimia perairan
telah terpenuhi, klorin yang ditambahkan akan berperan sebagai disinfektan. Gas klor
bereaksi dengan air menurut persamaan:
H+ + Cl-
+ HOCl
H+ +ClO-
(residu bebas)
Jika di perairan terdapat amonia:
NH4+ + HClO
NH2Cl + H2O + H+
Monokloramin
NH2Cl + HClO
NHCl2 + H2O
Dikloramin
NHCl2 + HClO
NCl3 + H2O
Nitrogen triklorida
dapat menghilangkan bakteri pada air. Klorin akan sangat efektif bila pH air rendah,
bila persediaan air mengandung fenol, penambahan klorin ke air akan mengakibatkan
rasa yang kurang enak akibat pembentukan senyawa-senyawa klorofenol. Rasa ini
dapat dihilangkan dengan menambahkan amoniak ke air sebelum klorinasi. Campuran
klorin dan amoniak membentuk kloroamin, yang merupakan disinfektan yang relatif
baik, walaupun tidak seselektif hipoklorit. Kloramin tidak bereaksi dengan cepat,
tetapi bekerja terus untuk waktu yang lama. Karene itu, mutu disinfeksinya dapat
berlanjut jauh kedalam jaringan distribusi (Linsley, 1991).
Kebutuhan klorin atau chlorine demand untuk proses disinfeksi tergantung
pada beberapa faktor. Klorin adalah adalah oksidator dan akan bereaksi dengan
beberapa
komponen
termasuk
komponen
organik
pada
air.
Faktor
yang
dan asam hipoklorit merupakan bentuk persenyawaan yang baik untuk tujuan
disinfeksi (Jenie, 1993).
2.6
kadar klorin akan dibaca berdasarkan warna yang dibentuk oleh pereaksi DPD
(Vogel, 1994).
2.7.
Kolorimetri
Kolorimetri merupakan cara yang didasarkan pada pengukuran fraksi cahaya
yang diserap analat. Prinsipnya: seberkas sinar dilewatkan pada analat, setelah
melewati analat intensitas cahaya berkurang sebanding dengan banyaknya molekul
analat yang menyerap cahaya itu. Intensitas cahaya sebelum dan sesudah melewati
bahan diukur dan dari situ dapat ditentukan jumlah bahan yang bersangkutan.
Kolorimetri berarti pengukuran warna, yang berarti bahwa dalam kolorimeter,
sinar yang digunakan adalah sinar daerah tampak (visible spectrum), sebaliknya,
spektrofotometri tidak terbatas pada pengunaan sinar dalam daerah tampak, tetapi
dapat juga sinar UV dan sinar IM. Maka timbul istilah-istilah spektrofotometri UV,
spektrofotometri tampak, dan spektrofotometri IM (Harjadi, 1990).
Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu
komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik oleh ahli
kimia. Warna tersebuat biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa
berwarna dengan ditambahkannya reagensia yang tepat, atau warna itu dapat melekat
dalam penyusun yang diinginkan itu sendiri.
Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan
mengukur absorbsi relatif cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu zat tersebut.
Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya digunakan
sebagai sumber cahaya, dan penetapan biasanya dilakukan dengan suatu instrumen
sederhana yang disebut kolorimeter atau pembanding (comparator) warna. Bila mata
digantikan oleh sel fotolistrik, instrumen itu disebut kolorimetri fotolistrik. Alat kedua
ini biasanya digunakan dengan cahaya putih melalui filter-filter, yakni bahan terbuat
dari lempengan berwana terbuat dari kaca, gelatin, dan sebagainya , yang meneruskan
hanya daerah spektral terbatas(Vogel, 1994).
Sampel yang akan diuji dicampur dalam tabung gelas dengan warna
reagen.Tabung gelas dimasukkan ke dalam komparator dan dibandingkan dengan
serangkaian kaca berwarna sampai pertandingan terdekat mungkin ditemukan.
konsentrasi sampel ditunjukkan di sebelah disk yang dipilih. Hasilnya hanya
merupakan perkiraan tetapi komparator ini sangat berguna untuk pekerjaan lapangan
karena portabel, kasar dan mudah digunakan (http://.wikipedia.org//Lovibond_).