Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH SALURAN CETAKAN TERHADAP POROSITAS DAN UMUR LELAH

SILINDER Al-Mg-Si HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL


Arief Bachtiar, Yudy Surya Irawan
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail : Bachtiar822@yahoo.com
ABSTRAK
Dalam penelitian ini variasi dimensi saluran cetakan yang digunakan adalah D, D dan D.
Variabel terkontrol yang digunakan adalah temperatur penuangan 900 0C, waktu putar cetakan 2 menit,
kecepatan putar cetakan 1500 rpm, kemiringan sudut cetakan 45 0, pemanasan awal cetakan 3000C dan
amplitudo tegangan yang digunakan adalah 0,5;0,6 dan 0,7 dari tegangan ultmate untuk masing-masing
variasi dimensi saluran cetakan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-rata porositas tiap
variasi dimensi saluran cetakan adalah 1,61; 1,45 dan 1,23 % dan umur lelahnya mengalami
kecenderungan menurun seiring semakin kecil dimensi saluran cetakan yang digunakan. Umur lelah
yang diperoleh dari hasil penelitian yang paling besar adalah spesimen dengan dimensi cetakan D
kemudian spesimen dengan dimensi cetakan D dan yang terakhir spesimen dengan dimensi cetakan
D.
Kata kunci : pengecoran sentrifugal, saluran cetakan, porositas, kelelahan, aluminium paduan (Al-MgSi).

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada masa kini perkembangan
teknologi diberbagai bidang sangat pesat
sehingga kehidupan manusia tak lepas dari
teknologi itu sendiri. Teknologi yang
berkembang pesat sekarang dimanfaatkan
pada bidang industri guna mendapatkan
efisiensi dan produktivitas tinggi sehingga
dapat menghasilkan prinsip ekonomi.
Perkembangan industri di Indonesia
juga
maju
dengan
pesat
seiring
perkembangan
teknologi.
Dunia
perindustrian Indonesia mulai aktif seiring
berjalannya teknologi yang menghasilkan
produk. Produk yang dihasilkan tersebut
dijual dan dieksport guna menunjang
perekonomian Indonesia. Disini perlu
ditekankan adanya peningkatan kualitas
produk yang dihasilkan sehingga dapat
bersaing dengan produk lain.

Pengecoran logam dalam industri


merupakan salah satu metode untuk
menghasilkan suatu produk. Pengecoran
logam itu sendiri merupakan teknik
membuat produk dengan beberapa tahapan
diantarnya adanya peleburan logam, adanya
penuangan logam cair kedalam cetakan,
adanya pembekuan logam didalam cetakan,
pembongkaran cetakan dan analisa produk
hasil pengecoran.
Salah satu dari metode pengecoran
logam adalah pengecoran sentrifugal.
Pengecoran sentrifugal itu sendiri adalah
suatu proses pengecoran yang mana cetakan
diputar dan logam cair dituangkan
kedalamnya, sehingga didapatkan gaya
sentrifugal akibat pemutaran cetakan hingga
logam tersebut mengisi cetakan sampai
membeku (Surdia 1986 : 3). Pada prinsipnya
pengecoran sentrifugal memanfaatkan aliran

logam cair yang dikenai gaya sentrifugal


sehingga dapat menghasilkan produk dengan
bentuk silinder pejal. Penelitian ini
menggunakan
prinsip
pengecoran
sentrifugal sebagai salah satu metode
pengecoran.
Pengecoran
sentrifugal
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya
memiliki produktivitas tinggi untuk produk
berbentuk silinder pejal, kualitas hasil coran
yang baik dan menghasilkan produk dengan
porositas yang rendah karena gas-gas yang
terkandung dalam logam cair dapat keluar
dengan pengaruh gaya sentrifugal.
Alumunium merupakan salah satu
logam yang banyak digunakan dalam
industri pengecoran. Alumunium banyak
digunakan untuk menggantikan fungsi
logam lain. Hal ini dikarenakan alumunium
memiliki sifat logam penghantar panas dan
ketahanan terhadap korosi yang baik.
Namun bila dibandingkan dengan logam
lainnya, alumunium memiliki sifat mekanis
yang kurang baik contohnya kekerasan yang
kurang. Untuk mengatasai hal itu perlu
adanya perlakuan untuk meningkatkan sifat
mekanis dari alumunium. Salah satu cara
untuk
meningkatkan
sifat
mekanis
alumunium dalam pengecoran sentrifugal
dengan cara mengubah kecepatan putar
cetakan pada saat proses pengecoran. Hal ini
disebabkan karena semakin besar kecepatan
putar cetakan yang digunakan akan
menghasilkan pertumbuhan butiran yang
mengalami pembelokan semakin cepat
sehingga terbentuk butiran yang relatif kecil
yang
menyebabkan
kekerasannya
meningkat. Pada penelitian ini digunakan
alumunium paduan Al-Mg-Si. Alumunium
paduan ini termasuk dalam paduan yang
memiliki sifat mampu potong, mampu las,
ketahanan korosi yang baik dan dapat
diberikan
perlakuan
panas.
Jika
Magnesium dan Silikon dipadukan bersama
aluminium,
maka
akan
terbentuk
magnesium silikat (Mg2Si), kebanyakan
paduan
aluminium
mengandung
Si,

sehingga
penambahan
magnesium
diperlukan
untuk
memperoleh
efek
pengerasan dari Mg2Si. Tetapi sifat paduan
ini akan menjad getas, sehingga untuk
mengurangi hal tersebut, penambahan
dibatasi
antara
0,03%
0,1%
(Heine,1995:320).
Dari
penelitian
Madhusudhan
(2010), experimental study on rate of
solidification of centrifugal casting, dengan
menggunakan variasi kecepatan putar
centrifugal casting 200 rpm, 400 rpm, 600
rpm dan 800 rpm membuktikan bahwa
kecepatan putar dari cetakan berperan
penting
dalam
tingkat
pendinginan
(pembekuan) dari pengecoran. Pada
kecepatan sedang (di bawah kecepatan
optimal), aliran logam akan turbulent, maka
laju pendinginan menjadi lebih cepat. Hal
ini disebabkan oleh fakta bahwa semakin
tinggi kecepatan rotasi, maka gaya
sentrifugal juga meningkat, yang membuat
konveksi kuat di logam cair, pada kecepatan
putar di atas kecepatan optimal, laju
pendinginan logam lebih lambat karena
pergerakan relatif diabaikan antara silinder
berputar dan cairan logam. Karena pada
tahap ini, cairan membentuk lapisan
konsentris seragam ke profil cetakan. Hasil
ini sangat membantu untuk mengkorelasikan
proses pengecoran. Salah satu aplikasi dari
pengecoran sentrifugal adalah poros
(silinder
pejal)
yang
mana
akan
mendapatkan beban fatigue. Dari sini dapat
diketahui pentingnya meneliti tentang umur
lelah
sebagai
pertimbangan
dalam
merencanakan elemen permesinan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengecoran Sentrifugal
Proses
pengecoran
sentrifugal
dilakukan dengan cara menuangkan logam
cair kedalam cetakan yang berputar. Di
bawah pengaruh gaya sentrifugal benda
coran akan padat, permukaan halus dan
struktur logam yang dihasilkan mempunyai

struktur fisik yang unggul. Umumnya cara


ini cocok untuk benda coran yang berbentuk
simetris (B.H.Amstead.1979:118). Cetakan
yang
digunakan
dalam
pengecoran
sentrifugal yaitu cetakan permanen yang
biasanya terbuat dari besi atau baja dan
grafit.
Dengan adanya pengaruh gaya
sentrifugal maka benda coran akan
mengalami pembekuan dan memadat.
Pemadatan akan semakin mengecil pada
radius yang semakin kecil, karena gaya
sentrifugal yang bekerja juga semakin kecil.
Adanya penekanan menyebabkan logam cair
seakan-akan diperlakukan seperti pada
proses tempa, sehingga titik luluh dari benda
kerja semakin meningkat. Pada pengecoran
sentrifugal logam cair bergerak rotasi
sepanjang sumbu horizontal atau vertical,
sesuai dengan penerapan hukum II Newton,
gaya sentrifugal pada benda yang berputar
adalah sebanding dengan radius putar dan
kuadrat dari kecepatan putarnya (Zemansky,
1985 : 135). Hal ini dapat dilihat dalam
persamaan (1) di bawah ini.
Fc = m..r

(1)

dengan :
Fc = Gaya Sentrifugal (N)
m = massa (kg)
= kecepatan sudut (rad/s)
r = radius (m)

Gambar 1 Diagram gaya vektor untuk


pengecoran sentrifugal horizontal

Sumber:
http://thelibraryofmanufacturing.com/true_c
entrifugal_casting.html
Paduan Al-Mg-Si
Aluminium
berasal
dari
biji
aluminium yang disebut bauksit. Untuk
mendapatkan aluminium murni dilakukan
proses pemurnian pada bauksit yang
menghasilkan oksida aluminium atau
alumina. Kemudian alumina ini dielektrosa
sehingga berubah menjadi oksigen dan
aluminium.
Aluminium adalah logam terpenting
dari logam nonferro. Penggunaan aluminium
adalah yang kedua setelah besi dan baja
(Surdia, T.1999 : 129). Keutamaan
aluminium dalam bidang teknik adalah
beberapa sifatnya yang unik dan menarik,
yaitu mudah untuk pengerjaan lanjutan,
beratnya ringan, ketahanan korosi yang baik,
konduktifitas listrik dan panas yang baik.
(De Germo.1998 : 157).
Paduan Al-Mg-Si merupakan jenis
paduan aluminium seri 6xxx, sebagai
paduan praktis dapat diperoleh paduan
6053, 6063 dan 6061. Paduan dalam system
ini mempunyai kekuatan yang kurang
sebagai bahan tempaan dibandingkan
dengan paduan-paduan lainnya, sangat liat,
sangat baik untuk ekstrusi, dan sangat baik
pula untuk diperkuat dengan perlakuan
panas setelah pengerjaan.

th
= Densitas teoritis atau True Density
3
( gr/cm ).

Apparent Density
Berat setiap unit volum material
termasuk cacat (void) yang terdapat dalam
3
material yang diuji (gr/ cm ). Standar
ASTM B311-93 sebagaimana beikut:
s =w

Gambar 2 Diagram Fasa Paduan Al-Mg2Si


Sumber : Surdia, 2005:139
Porositas
Porositas dapat terjadi karena
terjebaknya gelembung-gelembung gas pada
logam cair ketika dituangkan kedalam
cetakan (Budinski, 1996 : 460). Porositas
pada produk cor dapat menurunkan kualitas
benda tuang. Salah satu penyebab terjadinya
porositas pada penuangan logam adalah gas
hidrogen. Porositas oleh gas hidrogen dalam
benda cetak paduan alumunium akan
memberikan pengaruh yang buruk pada
kekuatan, serta kesempurnaan dari benda
tuang tersebut. Penyebabnya antara lain
kontrol yang kurang sempurna terhadap
absorsi gas dengan logam selama peleburan
dan penuangan.
Perhitungan prosentase porositas yang
terjadi
dapat
diketahui
dengan
membandingkan densitas sampel atau
apparent density dengan densitas teoritis
atau true density (Taylor, 2000), yaitu:

P= 1

s
x 100
t h

(2)

dengan:
%P
= Prosentase porositas (%)
s
= Densitas sampel atau Apparent
Density ( gr/cm3).

Ws
W s(W sb W b)

(3)

dengan:
s
= Densitas sampel atau Apparent
Density ( gr/cm3).
w
= Densitas air ( gr/cm3).
Ws
= Berat sampel di luar air (gr)
Wb
= Berat keranjang di dalam air (gr)
W sb
= Berat sampel dan keranjang di
dalam air (gr)

True Density
Kepadatan dari sebuah benda padat
tanpa porositas yang terdapat di dalamnya.
Didefinisikan
sebagi
perbandingan
massanya terhadap volume sebenarnya (gr/
3
cm ). Persamaan yang ada pada standar
ASTM E252-84 yaitu:
th

100


0 Al


Al

0 Cu


Cu

0 Fe

Fe etc

(4)

dengan:
th
= Densitas teoritis
atau True Density ( gr/cm3).
Al, Cu, Fe, etc= Densitas unsur ( gr/cm3).
%Al, %Cu, etc
= Prosentase
berat unsur (%).
Piknometri adalah sebuah proses
membandingkan densitas relatif dari sebuah

padatan dan sebuah cairan. Jika densitas dari


cairan diketahui, densitas dari padatan dapat
dihitung. Proses dapat digambarkan secara
skematik dalam gambar 3

Gambar 3 Skema Piknometri


Sumber: Taylor, 2000
Fatigue
Fatigue (kelelahan) pada logam dapat
diartikan sebagai patahnya logam akibat
pembebanan berulang dalam sejumlah
siklus. Menurut ASTM (American Society of
Testing Material ), fatigue didefinisikan
sebagai proses perubahan yang progresif
pada struktur secara permanen di lokasi
tertentu atau terlokalisir yan disebabkan oleh
siklus beban berulang (stress atau strain),
dengan akumulasi dari perubahan ini akan
mengakibatkan retak (crack) ataupun patah
(fracture). Proses terjadinya kelelahan
melalui tiga kejadian, yaitu :
1. Naiknya tegangan pada daerah
retak yang dapat menimbulkan
adanya konsentrasi tegangan yang
kemudian akan terjadi bentukan
plastis. Kemudian terjadi retak
mikro pada daerah tersebut.
2. Retak mikro akan berkembang dan
jika
pembebanan
berulang
diteruskan, retak akan merambat.
3. Setelah retak merambat cukup
jauh, maka beban yang bekerja
hanya akan didukung oleh

penampang sisa yang belum retak


dan akhirnya terjadi final fracture.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimental nyata (true experimental
research) yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dimensi saluran cetakan terhadap
porositas dan umur lelah silinder alumunium
paduan Al-Mg-Si pada proses pengecoran
sentrifugal. Dengan asumsi variabel yang
lain konstan. Kajian literatur dari berbagai
sumber baik dari buku, jurnal yang ada di
perpustakaan maupun dari internet juga
dilakukan untuk menambah informasi yang
diperlukan.

Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang
besarnya ditentukan sebelum penelitian.
Variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
Dimensi saluran cetakan : D,
3/4 D dan D
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang
besarnya bergantung dari variabel
bebas. Variabel terikatnya yaitu :
a. Besar porositas benda hasil coran
b. Besar umur lelah benda hasil coran
3. Variabel terkontrol
Variabel terkontrol adalah variabel yang
nilainya dikonstankan. Dalam hal ini
yang menjadi variabel terkontrol
adalah :
a. Temperatur penuangan
:
900C
b. Waktu putar cetakan
: 120detik
c. Kemiringan sudut putar cetakan
: 45

d. Pemanasan awal cetakan


: 300oC
e. Kecepatan putar cetakan
: 1500 rpm
f. Amplitudo tegangan untuk pengujian
umur lelah 0,5; 0,6 dan 0,7 dari
tegangan ultimate proposrsional untuk
tiap variasi dimensi saluran cetakan.

Gambar 6 Dimensi cetakan dengan saluran


D

Instalasi Penelitian

Gambar 7 Dimensi cetakan dengan saluran


D

Gambar 4 Instalasi mesin pengecoran


Sentrifugal
Keterangan :
A. Motor listrik
B. Tabung cetakan
C. Rumah bearing
D. Bearing
E. Belt
F. Pulley
G. Corong
H. Kabel ac (alternating current)
I. Dudukan cetakan
J. Dudukan corong
Dimensi Cetakan

Dimensi Spesimen Uji Umur Lelah

Gambar 8 dimensi spesimen dan


keterangannya
Sumber : ASM Handbook Volume 8 ,
2000
Instalasi Alat Uji Umur Lelah

Gambar 5 Dimensi cetakan dengan saluran


D

Gambar 9 instalasi alat uji fatigue


Sumber : Aryanto, 2012 : 29
Keterangan instalasi alat uji umur lelah :
1. Table
2. Motor listrik
3. Flexible coupling
4. House Bearing
5. Poros
6. Chuck
7. Spesimen
8. Beban
Bahan yang digunakan
Bahan spesimen yang digunakan
adalah Aluminium paduan Al-Mg-Si.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil pengujian porositas
didapatkan bahwa semakin kecil dimensi
saluran cetakan maka prosentase porositas
cenderung menurun. Hal ini dapat dijelaskan
melalui tabel dan grafik berikut :
Tabel 1 Data Hasil Pengujian Porositas
Pengulangan
1
2
3
Rata-rata

Dimensi Saluran Cetakan


D
3/4D
1/2D
1.65
1.46
1.2
1.64
1.42
1.23
1.53
1.47
1.27
1.61
1.45
1.23

Gambar 10 Grafik Pengaruh Dimensi


Saluran Cetakan Terhadap Porositas Hasil
Coran
Dari grafik tersebut dapat diketahui
bahwa semakin kecil dimensi saluran
cetakan
maka
prosentase
porositas
cenderung menurun untuk tiap pengulangan
dan rata-ratanya. Penurunan prosentase
porositas tersebut disebabkan karena
semakin kecil diameter saluran cetakan
maka gaya sentrifugal yang menekan logam
cair semakin besar yang mengakibatkan
udara terdesak keluar.
Dari
pengujian
umur
lelah
didapatkan hasil semakin kecil dimensi
saluran cetakan maka umur lelah memiliki
kecenderungan yang menurun untuk tiap
variasi dimensi saluran cetakan proporsional
dengan tegangan beban. Beban yang
digunakan untuk masing-masing variasi
adalah 61, 73 dan 85 MPa untuk variasi
dimensi cetakan D. Untuk dimensi saluran
cetakan D sebesar 52, 63 dan 73 MPa.
Sedangkan untuk variasi dimensi cetakan
D adalah 26, 32 dan 37. Perhitungan beban
tersebut berdasarkan atas pengujian tarik
spesimen dengan perlakuan yang sama dan
diambil nilai masing-masing 0,5; 0,6 dan 0,7
dari tegangan ultimate.
Tabel 2 Data Pengujian Kekuatan Tarik
(MPa)
Dimensi Saluran

Tegangan

Cetakan

Ultimate (MPa)

D
3/4 D
1/2 D

122,08
104,38
53,07

Tabel 3 Data Pengujian Umur Lelah

TEGANG
AN (MPa)

61
73
85

JUMLA
H
SIKLUS
D
15478
00
12240
40
87472
0

73

JUMLA
H
SIKLUS
3/4 D
74976
0
61912
0
53960
0

TEGANG
AN (MPa)

JUMLA
H
SIKLUS

TEGANG
AN (MPa)
52
63

1/2 D
26

710000

32

579360

37

426000

Gambar 11 Grafik Pengaruh Dimensi


Saluran Cetakan Terhadap Umur Lelah Hasil
Coran
Dari grafik diatas dapat diketahui
bahwa
umur
lelah
mengalami
kecenderungan menurun untuk tiap variasi.
Variasi dimensi saluran cetakan D dengan
pembebanan 85 MPa menghasilkan siklus
sebesar 874.720 siklus, pembebanan 73 MPa
sebesar 1.224.040 siklus dan pembebanan
61 MPa sebesar 1.547.800 siklus.
Sedangkan variasi dimensi saluran cetakan
D menghasilkan siklus yang nilainya
lebih kecil yaitu, pembebanan 73 MPa
menghasilkan 539.600 siklus, pembebanan
63 MPa menghasilkan 619.120 siklus dan
pembebanan 52 MPa menghasilkan 749.760
siklus. Untuk variasi dimensi saluran
cetakan D dengan pembebanan 37 MPa
menghasilkan 426.000 siklus, pembebanan
32 MPa menghasilkan 579.360 siklus dan
pembebanan 26 MPa menghasilkan 710.000
siklus.
Dari hasil diatas dapat diketahui
bahwa semakin kecil dimensi saluran
cetakan yang digunakan maka umur lelah
hasil coran akan cenderung menurun.
Penurunan ini disebabkan karena semakin
kecil dimensi saluran cetakan maka gaya
sentrifugal yang menekan logam cair
semakin besar menyebabkan solidifikasi
aluminium lebih cepat. Solidifikasi yang
cepat ini yang menyebabkan paduan
aluminium (magnesium dan silikon)
mengendap pada batas butir sehingga

apabila diberikan tegangan akan lebih


mudah mengalami patah.

Containing Less Than Two Percent


Porosity. ASTM International

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian didapatkan
kesimpulan bahwa :

ASTM E606-92. 1998. Standart Practice


for
Strain-Controlled
Fatigue
Testing. West Conshohocken, PA :
American Society for Testing
Materials

Dengan semakin bertambahnya


dimensi saluran cetakan maka
nilai porositas semakin menurun
diakibatkan karena adanya gaya
sentrifugal yang menekan logam
cair semakin besar sehingga
udara yang terjebak keluar.
Dengan semakin bertambahnya
dimensi saluran cetakan maka
umur lelah hasil coran akan
semakin menurun diakibatkan
karena semakin kecil dimensi
saluran cetakan maka gaya
sentrifugal yang menekan logam
cair
semakin
besar
menyebabkan
solidifikasi
aluminium
lebih
cepat.
Solidifikasi yang cepat ini yang
menyebabkan
paduan
aluminium (magnesium dan
silikon) mengendap pada batas
butir sehingga apabila diberikan
tegangan akan lebih mudah
mengalami patah.

Daftar Pustaka
Akuan, Abrianto. 2007. Kelelahan Logam.
Bandung: Diktat Kuliah Teknik
Metalurgi UNJANI
ASM Handbook Volume 8. 2000. Fatigue,
Creep
Fatigue,
and
Thermomechanical Fatigue Life
Testing, Materials Park, OH : ASM
International
ASTM B 311. 2001. Test Method for
Density Determination for Powder
Metallurgy
(P/M)
Materials

De Garmo, E. P. 1997. Materials and


Processes In Manufacturing. London
: Prentice-Hall International, Inc.
Heine, R. W. 1985. Principles of Metal
Casting. New Delhi: Tata McGraw
Hill, Publishing Company Ltd.
Jain, P.L. 1987. Principles of Foundry
Technology. New Delhi: Tata
McGraw Hill Publishing Company
Ltd.
Kalpakjian, Scope. 1989. Manufacturing
Engineering and Technology.USA :
Addison Wesley Publish Company
Kaufman, J.G. 2004. Aluminium Alloy
Casting. Materials Park, OH : ASM
International
Surdia, Tata. 1995. Pengetahuan Bahan
Teknik. Jakarta: PT. Pradya Paramita.
Surdia, Tata. 1999. Teknologi Pengecoran
Logam.
Jakarta:
PT.
Pradya
Paramita.
Wisambodo, Harry. 2008. Pengaruh
Tekanan Terhadap Porositas dan
Kekerasan Aluminium Paduan (AlCu) Pada Proses Direct Squezze
Casting. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Malang
:
Fakultas
Teknik
Universitas Brawijaya.
Ye, Haizhi. 2003. An Overview of the
Development of Al-Si-Alloy Based
Material for Engine Applications,

Materials Park,
International

OH

ASM

11

Anda mungkin juga menyukai