Anda di halaman 1dari 22

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab memuat keseluruhan hasil Asuhan Keperawatan Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) dengan Masalah Ketidakefektifan Pengaturan Suhu Tubuh
di Ruang NICU RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya yang telah dilaksanakan
pada tanggal 03 - 17 April 2015 dan selanjutnya dibuat pembahasan sesuai dengan
kaidah pembahasan. Pembahasan dimulai dari tahap pengkajian, diagnosis,
rencana tindakan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Berikut adalah data
fokus yang mempengaruhi masalah keperawatan ketidakefektifan pengaturan suhu
tubuh : hipotermia.
4.1 Hasil
4.1.1
Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang NICU RSUD dr. M. Soewandhie
Surabaya pada tanggal 03 17 Juni 2015. Ruang NICU (Neonatus Intensive Care
Unit) merupakan unit perawatan untuk bayi baru lahir dengan perawatan khusus
seperti bayi prematur, bayi BBLR, atau bayi dengan kelainan kongenital yang
membutuhkan perawatan intensive. Ruang NICU terletak di lantai 3 RSUD dr. M.
Soewandhie. Tersedia fasilitas tempat tidur bayi yang di lengkapi dengan
fototerapi, inkubator, inkubator transport, jaundice meter, audiometer khusus bayi,
oxymetry, glucotest, dan C-pap. Di dalam Ruang NICU dibagi menjadi 3 bagian
ruangan lagi yaitu :
1. Ruang Transisi
Merupakan ruang observasi bayi baru lahir 24 jam dari VK maupun bayi
Sectio Caesarea. Apabila dalam 24 jam bayi tidak dalam kondisi baik

tidak ada ganggua dan napas, tidak ada gangguan termoregulasi dan tidak
ada gangguan minum bayi dapat turun ke Ruang Neonatus. Apabila
terdapat gangguan maka bayi dipindahkan ke Ruang NICU Level 2 atau
Ruang NICU level 3.
2. Ruang NICU Level 2
Merupakan ruang perawatan intensive bagi bayi bermasalah seperti
malas minum atau gangguan termoregulasi .
3. Ruang NICU level 3
Merupakan ruang perawatan intensive bagi bayi dengan masalah gawat
pernapasan, kelainan congenital yang membutuhkan tindakan operatif
seperti obstruksi saluran pencernaan, atresia ani, perforasi usus dan yang
membutuhkan support ventilator mekanik.
4.1.2
Pengkajian
Tabel 4.1 Identitas Klien
Klien 2
By. Ny. D 1
14 April 2015
Laki-laki
Surabaya
14 April 2015 (jam
05.05)
6. Tanggal pengkajian
14 April 2015 (jam
07.00)
7. Diagnosa medik
NA + Gemmeli +
BBLR
Pada hasil pengkajian identitas klien didapatkan perbedaan pada waktu lahir
1.
2.
3.
4.
5.

IDENTITAS KLIEN
Nama
Tempat tgl lahir / usia
Jenis kelamin
Alamat
Tanggal lahir

Klien 1
By. Ny. S
14 April 2015
Laki-laki
Surabaya
14 April 2015 (jam
10.00)
14 April 2015 (jam
11.00)
NP + BBLR

dan perbedaan diagnosa medik. Klien 2 lahir 5 jam lebih awal daripada klien 1.
Perbedaan pada diagnosa medik yaitu klien 1 merupakan neonatus prematur
sedangkan klien 2 merupakan neonatus aterm dengan berat badan lahir rendah dan
gemmeli.
Tabel 4.2 Identitas Orangtua

IDENTITAS ORANG TUA


Ayah
a. N a m a
b. U s i a
c. Pendidikan
d. Pekerjaan/sumber penghasilan
e. A g a m a
f. Alamat
2. Ibu
a. N a m a
b. U s i a
c. Pendidikan
d. Pekerjaan/sumber penghasilan
e. Agama
f. Alamat

Klien 1

Klien 2

Tn. A
37 th
SMA
Kuli bangunan
Islam
Surabaya

Tn. M
33 th
SMA
Pegawai pabrik
Islam
Surabaya

Ny. S
35 th
SMA
Ibu rumah tangga
Islam
Surabaya

Ny. D
30 th
SMA
Ibu rumah tangga
Islam
Surabaya

Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan


RIWAYAT
KESEHATAN
Riwayat kesehatan
sekarang

Klien 1

Klien 2

By. Ny. S lahir di


RSUD dr. M.
Soewandhie pada
tanggal 14 April
2015 pukul 10.00
WIB prematur
34/35 minggu
dengan Sectio
Caesaria atas
indikasi ibu PEB
dan letak sungsang,
jenis kelamin lakilaki dengan Apgar
Score 6 9, berat
badan 2200 gram
dan panjang badan
46 cm, ketuban
jernih dan tidak ada
kelainan
kongenital. Bayi

By. Ny. D lahir di


RSUD dr. M.
Soewandhie pada
tanggal 14 April
2015 pukul 05.05
WIB aterm dan
gemmeli, lahir
spontan dengan
jenis kelamin lakilaki, Apgar Score 8
9, berat badan
2400 gr dan
panjang badan 45
cm. Bayi Ny. D 1
segera setelah lahir
dipindah ke ruang
perawatan bayi
baru lahir untuk
diberikan injeksi
Vit. K dan tetes

Keluhan Utama

Riwayat Kesehatan
Lalu

Ny. S segera
mata. Setelah
setelah lahir
dilakukan
dipindah ke ruang
pemeriksaan, kulit
perawatan bayi
bayi teraba dingin
baru lahir untuk
pada tangan dan
diberikan injeksi
kaki, suhu tubuh
Vit. K dan tetes
aksila bayi 35,8oC.
mata. Setelah
dilakukan
pemeriksaan, kulit
bayi teraba dingin
pada tangan dan
kaki, suhu tubuh
aksila bayi 35,7oC. Kulit bayi teraba
Kulit bayi teraba
dingin pada tangan
dingin pada tangan dan kaki, suhu
dan kaki, suhu
tubuh aksila bayi
tubuh aksila bayi
35,8oC.
1. Prenatal care
35,7oC.
a. Ibu
1 Prenatal care
memeriksa
a Ibu
kehamilan
memeriksa
setiap bulan
kehamilan
di bidan.
setiap bulan
Keluhan
di bidan.
selama hamil
Keluhan
yang
selama hamil
dirasakan
yang
oleh ibu
dirasakan
tidak ada dan
oleh ibu
oleh bidan
adalah
hanya
pusing dan
diberikan
bengkak
vitamin saja.
pada kedua
b.
Riwayat
kaki.
terkena
b Riwayat
radiasi :
terkena
tidak pernah
radiasi :
c. Riwayat
tidak pernah
berat badan
c Riwayat
selama hamil

berat badan
: naik dari 47
selama hamil
kg menjadi
: naik dari 59
72 kg.
d.
Riwayat
kg menjadi
Imunisasi TT
79 kg.
: Ibu
d Riwayat
mengatakan
Imunisasi TT
imunisasi TT
: Ibu
sudah
mengatakan
lengkap
imunisasi TT
e.
Golongan
sudah
darah ibu A
lengkap
Golongan
e Golongan
darah ayah O
darah ibu O
2. Natal
Golongan
b. Tempat
darah ayah O
melahirkan :
2 Natal
Rumah Sakit
a. Tempat
Dr. M.
melahirkan :
Sowandhie
Rumah Sakit
c. Jenis
Dr. M.
persalinan :
Sowandhie :
Spontan
Rumah Sakit
d. Penolong
Dr. M.
persalinan :
Sowandhie
Bidan
a Jenis
e. Komplikasi
persalinan :
yang dialami
Sectio
oleh ibu pada
Caesarea
saat
: Sectio
melahirkan
Caesaria
dan setelah
b Penolong
melahirkan :
persalinan :
tidak ada
Dokter
3 Post natal
: Dokter
a. Kondisi
c Komplikasi
bayi :
yang dialami
Normal
oleh ibu pada
(tidak ada
saat
kelainan
melahirkan
kongenital),

dan setelah
melahirkan :
tidak ada.
3. Post Natal
a. Kondisi
bayi : normal
tidak
terdapat
kelainan
kongenital,
APGAR
SSCORE = 6
9
b. Anak pada
saat lahir
tidak
mengalami
gangguan
pernapasan
dan tidak ada
kelainan
bawaan.

APGAR
SCORE = 8
9
b. Anak pada
saat lahir
tidak
mengalami
gangguan
pernapasan
dan tidak ada
kelainan
bawaan.

4. Pemeriksaan Fisik
OBSERVASI
1. Keadaan umum
2. Tanda tanda vital :
a. Denyut nadi
b. Suhu
c. Pernapasan
3. Antropometri
a. Berat badan
b. Panjang badan
c. Lingkar kepala
d. Lingkar dada
e. Lingkar lengan
atas
Pemeriksaan Head to
Toe

Klien 1
Lemah

Klien 2
Lemah

140 x / menit
35,7 o C
42 x/ menit

136 x / menit
35,8 o C
40 x/ menit

2200 gram
46 cm
28 cm
26 cm
13 cm

2400 gram
45 cm
30 cm
28 cm
13 cm

Kepala
a. Inspeksi
1) Keadaan
rambut kepala
2) Warna rambut
3) Penyebaran
4) Mudah rontok

5) Kebersihan
rambut
b. Palpasi
1) Benjolan : ada
/ tidak ada
2) Tekstur
rambut :
kasar/halus
3) Lanugo
2 Muka
a. Inspeksi
1) Simetris /
tidak
2) Gerakan
abnormal
3) Data lain
3 Mata
a. Inspeksi
1) Palpebra
2) Sclera
3) Conjungtiva
4) Posisi mata

5) Data lain
4 Hidung & Sinus
a. Inspeksi
1) Posisi hidung
2) Secret / cairan
3) Data lain
5 Telinga
a. Inspeksi

rambut kepala
jarang
hitam
tidak merata dan
jarang
tidak terdapat
kerontokan
rambut
terdapat verniks
kaseosa

rambut kepala
jarang
hitam
tidak merata dan
jarang
tidak terdapat
kerontokan
rambut
terdapat verniks
kaseosa

tidak ada

tidak ada

tekstur rambut
halus

tekstur rambut
halus

sedikit dan halus

sedikit dan halus

bentuk wajah
simetris
tidak ada gerakan
abnormal
tidak ada

bentuk wajah
simetris
tidak ada gerakan
abnormal
tidak ada

tidak ada edema


tidak icterus
tidak anemis
posisi mata
simetris kanan
kiri
tidak ada

tidak ada edema


tidak icterus
tidak anemis
posisi mata
simetris kanan
kiri
tidak ada

simetris kanan
kiri
tidak ada secret

simetris kanan
kiri
tidak ada secret

1) Ukuran /
bentuk telinga

tidak ada

terpasang oksigen
nasal 2 lpm

2) Letak

bentuk normal
dan tulang rawan
terlihat
berada diatas
garis imajiner
rekoil cepat dan
menetap
tidak ada

bentuk normal
dan tulang rawan
terlihat jelas
berada diatas
garis imajiner
rekoil cepat dan
menetap
tidak ada

belum tumbuh
gigi
tidak ada radang
bersih

belum tumbuh
gigi
tidak ada radang
bersih

lembab dan tidak


sianosis
tidak ada

lembab dan tidak


sianosis
tidak ada

tidak membesar

tidak membesar

tidak teraba

tidak teraba

tidak membesar
tidak ada

tidak membesar
tidak ada

3) Palpasi
4) Data lain
6 Mulut
a. Inspeksi
1) Gigi
2) Gusi
3) Lidah kotor /
tidak
4) Bibir
5) Data lain
7 Leher
a. Inspeksi
1) Kelenjar
thyroid
b. Palpasi
1) Kelenjar
thyroid
2) Kelenjar limfe
3) Data lain
8 Thorax dan
pernapasan
a. Inspeksi
1) Bentuk dada
2) Irama
pernafasan
3) Pengembanga
n di waktu
bernapas
4) Data lain
b. Palpasi
1) Massa
c. Auskultasi

simetris kanan
dan kiri
irreguler
simetris kanan
dan kiri dan

simetris kanan
dan kiri
irreguler
simetris kanan
dan kiri

1) Suara nafas
2) Suara
tambahan
3) Data lain
9 Jantung
a. Palpasi
1) Ictus cordis
2) CRT
b. Auskultasi
c. Data lain

10 Abdomen
a. Inspeksi

b. Palpasi
c. Auskultasi
1) Peristaltik
d. Perkusi
e. Data lain

11. Genitalia dan Anus

12. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
b. Ekstremitas
bawah
c. Data lain

terdapat sedikit
retraksi
aerola berupa
bintik
tidak teraba
massa
vesikuler
tidak terdapat
suara napas
tambahan
tidak ada

tidak teraba
< 2 detik
S1 S2 tunggal
tidak terdapat
bunyi jantung
tambahan
bentuk simetris
kanan dan kiri
pembuluh darah
vena tampak
sedikit
tidak teraba
massa

aerola sudah
tampak menonjol
tidak teraba
massa
vesikuler
tidak terdapat
suara napas
tambahan
tidak ada

tidak teraba
< 2 detik
S1 S2 tunggal
tidak terdapat
bunyi jantung
tambahan
bentuk simetris
kanan dan kiri
pembuluh darah
vena tampak
sedikit
tidak teraba
massa

bising usus positif


bising usus positif tidak kembung
tidak kembung
tali pusat masih
tali pusat masih
basah, tidak
basah, tidak
kemerahan dan
kemerahan dan
tidak berdarah
tidak berdarah
testis sudah turun
testis menuju
dan skrotum
kebawah dan
sudah
skrotum sudah
banyak lipatan
sedikit lipatan
(rugae), lubang

13. Status Neurologi.


(rugae), lubang
a. Refleks Rooting
anus positif dan
Cara pemeriksaan belum keluar
mekonium
Respon

anus positif dan


belum keluar
mekonium

teraba dingin dan


teraba dingin dan gerak kurang aktif
gerak kurang aktif teraba dingin dan
teraba dingin dan gerak kurang aktif
gerak kurang aktif tangisan lemah
b. Refleks Sucking
tangisan lemah
Cara pemeriksaan
positif dan lemah
positif dan lemah menyentuh dagu
menyentuh dagu
dekat mulut bayi
Respon
dekat mulut bayi
bayi membuka
bayi hanya
mulut saja dan
membuka mulut
menjulurkan
saja dan tertidur
lidahnya sedikit
kemudian
tertidur
positif dan lemah
positif dan lemah memberikan PASI
c. Refleks
memberikan PASI kedalam mulut
Swallowing
Cara pemeriksaan kedalam mulut
bayi
bayi
kemudian tertidur
bayi menghisap
dan dot harus
dot dengan lemah diketuk
kemudian tertidur beberapa kali agar
dan dot harus
bayi mau
Respon
diketuk
menghisap
beberapa kali agar bayi menghisap
bayi mau
dot dengan lemah
menghisap
susu
positif dan lemah
positif dan lemah
mengamati bayi
pada saat
mengamati bayi
d. Refleks Grasp
menyusu ditelan
pada saat
Cara pemeriksaan
atau dimuntahkan
menyusu
kembali
ditelan atau
dimuntahkan

Respon

kembali
bayi menelan
susu dengan pelan
kemudian
e. Refleks Tonik
menghentikan
Neck
Cara pemeriksaan minumnya

Respon

positif dan lemah


meletakkan jari
pemeriksa
ditelapak tangan
bayi
bayi
menggengam jari
pemeriksa
namun tidak kuat
atau lemah
positif dan lemah
mengangkat
kedua bahu bayi,
dan melihat
kepala bayi
menahan pada
saat bahu bayi
diangkat
ada sedikit
tahanan pada saat
bahu bayi
diangkat

bayi menelan
susu dengan pelan
kemudian
menghentikan
minumnya dan
beberapa saat
bayi
memuntahkan
minumnya 5 cc
positif dan lemah
ditelapak tangan
bayi dengan
meletakkan jari
pemeriksa.

positif dan lemah


mengangkat
kedua bahu bayi,
dan melihat
kepala bayi
menahan pada
saat bahu bayi
diangkat, ada
sedikit tahanan
pada saat bahu
bayi diangkat

5. Hasil Pemeriksaan Diagnostik


Kedua klien belum dilakukan pemeriksaan diagnostik karena baru
lahir.
6. Data Penunjang Lain
Pemeriksaan Ballard Score dilakukan segera setelah lahir
Klien 1

No
.
1.
2.

Neuromuskular

Sikap
Sudut
pergelangan
tangan
3.
Membaliknya
lengan
4.
Sudut poplitea
5.
Tanda selempang
6.
Tumit ke telinga
Jumlah Skor
Total Skor = 27 minggu

Nila
i
3
3

No
.
1.
2.

Kematangan Fisik Nilai


Kulit
Lanugo

3
2

3.

Lipat plantar

2
2
1
13

4.
5.
6.

Payudara
2
Daun telinga
3
Kelamin
2
Jumlah Skor
14
Umur Kehamilan = 34/35 minggu

Klien 2
No
.
1.
2.

Neuromuskular

Sikap
Sudut
pergelangan
tangan
3.
Membaliknya
lengan
4.
Sudut poplitea
5.
Tanda selempang
6.
Tumit ke telinga
Jumlah Skor
Total Score = 36 minggu

Nila
i
4
3

No
.
1.
2.

Kematangan Fisik Nilai


Kulit
Lanugo

3
2

3.

Lipat plantar

2
2
2
16

4.
5.
6.

Payudara
4
Daun telinga
3
Kelamin
4
Jumlah Skor
20
Umur Kehamilan = 38/39 minggu

7. Terapi saat ini


Hari/Tanggal
Selasa, 14 April 2015

4.1.3 Analisis Data

Klien 1
Injeksi Vitamin K
Tetes mata
Kebutuhan cairan
IUFD 2,2 X 80 =
176 cc/24 jam
Memasang OGT

Klien 2
Injeksi vitamin K
Tetes Mata
Memasang OGT

Analisis data mengarahkan pada proses pengumpulan data senjang


dan keterkaitan antar data untuk menunjang penentuan masalah
keperawatan.
Hari /
Analisis Data
Tanggal
Klien 1
Selasa, 14 DS : April 2015 DO :
a. Bayi prematur
34/35 minggu
dan berat badan
bayi 2200 gram
serta lemak
subkutan yang
tipis.
b. TTV :
Nadi : 140 x /
menit
Suhu : 35,7 o C
Pernapasan : 42
x/ menit
a. Ekstermitas atas
dan bawah teraba
dingin
b. Gerak bayi
kurang aktif
c. Tangisan bayi
lemah dan bayi
lebih banyak
tidur
d. Refleks Sucking
dan Swallowing
lemah
Klien 2
Selasa, 14 DS : April 2015 DO :
a. BB: 2400 gr serta
lemak subkutan
yang tipis

Etiologi

Masalah

BBLR

Hipotermia

Pusat pengaturan
suhu yang imatur,
cadangan lemak
subkutan dan
lemak coklat
kurang

Peningkatan
kehilangan panas
tubuh

BBLR

Cadangan lemak
subkutan dan

Hipotermia

b. TTV :
- Nadi : 136 x /
menit
- Suhu : 35,8 o
C
- Pernapasan :
40x/ menit
c. Umur kehamilan
38/39 minggu
d. Ekstermitas atas
dan bawah teraba
dingin
e. Gerak bayi
kurang aktif
f. Tangisan bayi
lemah dan bayi
lebih banyak
tidur
g. Refleks Sucking
dan Swallowing
lemah

lemak coklat
kurang

Peningkatan
kehilangan panas
tubuh

4.1.4 Diagnosis Keperawatan

Hari /
Tanggal

Data

Klien 1
Selasa,
DS : 14 April DO :
2015
c. Bayi prematur
34/35 minggu
dan berat badan
bayi 2200 gram
serta lemak
subkutan yang
tipis.
d. TTV :
Nadi : 140 x /
menit
Suhu : 35,7 o C

Problem
(masalah)

Ketidakefektifa
n pengaturan
suhu tubuh :
Hipotermia

Etiologi
(Penyebab +
tanda dan
gejala)
Pusat
pengaturan suhu
yang imatur,
cadangan lemak
subkutan dan
lemak coklat
kurang ditandai
dengan bayi
prematur 34/35
minggu dan
berat badan bayi
2200 gram serta

e.

f.
g.

h.

Pernapasan : 42
x/ menit
Ekstermitas atas
dan bawah teraba
dingin
Gerak bayi
kurang aktif
Tangisan bayi
lemah dan bayi
lebih banyak
tidur
Refleks Sucking
dan Swallowing
lemah

Selasa,
DS : 14 April DO :
2015
a. BB: 2400 gr
serta lemak
subkutan yang
tipis
b. TTV :
- Nadi : 136 x /
menit
- Suhu : 35,8 o
C
- Pernapasan :
40x/ menit
c. Umur kehamilan
38/39 minggu
d. Ekstermitas atas
dan bawah teraba
dingin
e. Gerak bayi
kurang aktif
f. Tangisan bayi

Ketidakefektifa
n pengaturan
suhu tubuh :
Hipotermia

lemak subkutan
yang tipis,
ekstermitas atas
dan bawah
teraba dingin,
gerak bayi
kurang aktif,
tangisan bayi
lemah, bayi
lebih banyak
tidur, refleks
sucking dan
swallowing
lemah.
TTV :
Nadi : 140 x /
menit
Suhu : 35,7 oC
Pernapasan : 42
x/ menit
Cadangan
lemak subkutan
dan lemak
coklat kurang
ditandai dengan
berat badan
2400 gr, kulit
tipis,
ekstermitas atas
dan bawah
teraba dingin,
gerak bayi
kurang aktif,
tangisan bayi
lemah, bayi
lebih banyak
tidur, refleks
sucking dan
swallowing
lemah

lemah dan bayi


lebih banyak
tidur
g. Refleks Sucking
dan Swallowing
lemah

TTV :
Nadi : 136 x /
menit
Suhu : 35,8oC,
Pernapasan : 40
x/ menit

4.1.5 Perencanaan
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
(Tujuan, Kriteria Hasil)
Klien 1
Ketidakefektifan
pengaturan suhu tubuh :
Hipotermia
berhubungan dengan
pusat pengaturan suhu
yang imatur, cadangan
lemak subkutan dan
lemak coklat kurang.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 X 24 jam
pasien akan
mempertahankan suhu
tubuh yang stabil sesuai
dengan perkembangan.
Kriteria hasil :
a. Termoregulasi
Neonatus :
Seimbang antara
produksi panas,
panas yang diterima,
dan kehilangan
panas selama 28 hari
pertama kehidupan.
b. Bayi dapat
menggunakan sikap

INTERVENSI

1. Kaji suhu
aksila atau
gunakan alat
thermostat
dengan dasar
terbuka dan
penyebar
hangat.

2. Tempatkan
bayi dalam
inkubator atau
dalam keadaan
hangat.
3. Kurangi
pemajanan
pada aliran
udara; hindari

RASIONAL

1. Hipotermia
membuat bayi
cenderung merasa
stress karena
dingin,
penggunaan
simpanan lemak
coklat tidak dapat
diperbarui bila
ada dan
penurunan
sensitivitas untuk
meningkatkan
kadar CO2 atau
penurunan kadar
O2.
2. Mempertahankan
lingkungan
termonetral,
membantu
mencegah stress
karena dingin.
3. Mengurangi
kehilangan panas
karena
konveksi/konduk

menahan panas
tubuhnya (dapat
minum ASI dengan
kuat)
c. Bayi memiliki
glukosa darah dalam
batas normal > 45
mg/dl.
d. Bayi tidak letargi
(menangis kuat dan
dapat bangun untuk
minum).
e. Suhu tubuh bayi
dalam batas normal
36,5oC-37,5oC (pada
pengukuran suhu
melalui aksila).

pembukaan
pagar isolette
yang tidak
semestinya.
4. Ganti pakaian
atau linen
tempat tidur
bila basah,
pertahankan
kepala bayi
tetap tertutup.
5. Pantau sistem
pengatur suhu,
penyebar
hangat
(pertahankan
batas atas pada
98,6oF (37oC),
tergantung
pada ukuran
atau usia
bayi).

6. Perhatikan
perkembangan
takikardi,
warna
kemerahan,
diaforesis
letargi, apnea,
atau aktivitas
kejang.
7. Perhatikan
adanya
takipnea atau
apnea, sianosis
umum,
akrosianosis,
atau kulit

si dan membatasi
kehilangan panas
melalui radiasi.
4. Menurunkan
kehilangan panas
melalui
evaporasi.

5. Hipertermia
dengan akibat
peningkatan pada
laju metabolisme,
kebutuhan
oksigen, dan
glukosa dan
kehilangan air
tidak kasatmata
dapat terjadi bila
suhu lingkungan
yang dapat
dikontrol, terlalu
tinggi.
6. Tanda-tanda
hipertermia ini
dapat berlanjut
pada kerusakan
otak bila tidak
dapat tertasi.

7. Tanda-tanda ini
menandakan
stress dingin,
yang
meningkatkan
konsumsi oksigen

belang,
bradikardia,
menangis
buruk, atau
letargi.

8. Berikan
penghangatan
bertahap untuk
bayi stres
dingin.

9. Kaji haluaran
dan berat jenis
urine

10. Pantau
penambahan
berat badan
berturut-turut,
bila
penambahan
berat badan
tidak adekuat,
tingkatkan
suhu
lingkungan
sesuai
indikasi.
11. Pantau
pemeriksaan
laboratorium,

dan kalori serta


membuat bayi
cenderung pada
asidosis
berkenaan dengan
metabolisme
anaerobik.
8. Peningkatan suhu
tubuh yang cepat
dapat
menyebabkan
konsumsi oksigen
berlebihan dan
apnea.
9. Penurunan
haluaran dan
peningkatan berat
jenis urin
dihubungkan
dengan
penurunan perfusi
ginjal selama
periode stress
dingin.
10. Ketidakadekuatan
penambahan
berat badan
meskipun
masukan kalori
adekuat dapat
menandakan
bahwa kalori
digunakan untuk
mempertahankan
suhu tubuh,
meningkatkan
suhu lingkungan.
11. Stres dingin
meningkatkan
kebutuhan
terhadap glukosa

sesuai indikasi
(misal : GDA,
glukosa
serum,
elektrolit, dan
kadar
bilirubrin).

12. Ajarkan dan


motivasi ibu
klien untuk
selalu
melakukan
perawatan
metode
kanguru atau
KMC
(Kangaroo
Mother Care).
Klien 2
Ketidakefektifan
pengaturan suhu tubuh :
Hipotermia
berhubungan dengan
cadangan lemak
subkutan dan lemak
coklat kurang.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 X 24 jam
pasien akan
mempertahankan suhu
tubuh yang stabil sesuai
dengan perkembangan.
Kriteria hasil :

1. Kaji suhu
aksila atau
gunakan alat
thermostat
dengan dasar
terbuka dan
penyebar
hangat.

dan oksigen serta


dapat
mengakibatkan
masalah asambasa bila bayi
mengalami
metabolisme
anaerobik bila
kadar oksigen
yang cukup tidak
tersedia.
12. Perawatan
metode kanguru
atau KMC
(Kangaroo
Mother Care)
dapat
meningkatkan
hubungan kasih
saying ibu dan
bayi selain itu
juga dapat
meningkatkan
kehangatan bayi.
1. Hipotermia
membuat bayi
cenderung merasa
stress karena
dingin,
penggunaan
simpanan lemak
coklat tidak dapat
diperbarui bila
ada dan
penurunan
sensitivitas untuk
meningkatkan
kadar CO2 atau
penurunan kadar

a. Termoregulasi
Neonatus :
Seimbang antara
produksi panas,
panas yang diterima,
dan kehilangan
panas selama 28 hari
pertama kehidupan.
b. Bayi dapat
menggunakan sikap
menahan panas
tubuhnya (dapat
minum ASI dengan
kuat).
c. Bayi memiliki
glukosa darah dalam
batas normal > 45
mg/dl.
d. Bayi tidak letargi
(menangis kuat dan
dapat bangun untuk
minum).
e. Suhu tubuh bayi
dalam batas normal
36,5oC-37,5oC (pada
pengukuran suhu
melalui aksila).

2. Tempatkan
bayi dalam
inkubator atau
dalam
keadaan
hangat.
3. Kurangi
pemajanan
pada aliran
udara; hindari
pembukaan
pagar isolette
yang tidak
semestinya.
4. Ganti pakaian
atau linen
tempat tidur
bila basah,
pertahankan
kepala bayi
tetap tertutup.
5. Pantau sistem
pengatur suhu,
penyebar
hangat
(pertahankan
batas atas
pada 98,6oF
(37oC),
tergantung
pada ukuran
atau usia
bayi).

6. Perhatikan
perkembangan
takikardi,
warna
kemerahan,

O2.
2. Mempertahankan
lingkungan
termonetral,
membantu
mencegah stress
karena dingin.
3. Mengurangi
kehilangan panas
karena
konveksi/konduk
si dan membatasi
kehilangan panas
melalui radiasi
4. Menurunkan
kehilangan panas
melalui evaporasi

5. Hipertermia
dengan akibat
peningkatan pada
laju metabolisme,
kebutuhan
oksigen, dan
glukosa dan
kehilangan air
tidak kasatmata
dapat terjadi bila
suhu lingkungan
yang dapat
dikontrol, terlalu
tinggi.
6. Tanda-tanda
hipertermia ini
dapat berlanjut
pada kerusakan
otak bila tidak

diaforesis
letargi, apnea,
atau aktivitas
kejang.
7. Perhatikan
adanya
takipnea atau
apnea,
sianosis
umum,
akrosianosis,
atau kulit
belang,
bradikardia,
menangis
buruk, atau
letargi.
8. Berikan
penghangatan
bertahap
untuk bayi
stres dingin.

9. Kaji haluaran
dan berat jenis
urine

10. Pantau
penambahan
berat badan
berturut-turut,
bila
penambahan

dapat tertasi.

7. Tanda-tanda ini
menandakan
stress dingin,
yang
meningkatkan
konsumsi oksigen
dan kalori serta
membuat bayi
cenderung pada
asidosis
berkenaan dengan
metabolisme
anaerobik.
8. Peningkatan suhu
tubuh yang cepat
dapat
menyebabkan
konsumsi oksigen
berlebihan dan
apnea.
9. Penurunan
haluaran dan
peningkatan berat
jenis urin
dihubungkan
dengan
penurunan perfusi
ginjal selama
periode stress
dingin.
10. Ketidakadekuatan
penambahan
berat badan
meskipun
masukan kalori
adekuat dapat
menandakan

berat badan
tidak adekuat,
tingkatkan
suhu
lingkungan
sesuai
indikasi.
11. Pantau
pemeriksaan
laboratorium,
sesuai indikasi
(misal : GDA,
glukosa
serum,
elektrolit, dan
kadar
bilirubrin).

12. Ajarkan dan


motivasi ibu
klien untuk
selalu
melakukan
perawatan
metode
kanguru atau
KMC
(Kangaroo
Mother Care).

bahwa kalori
digunakan untuk
mempertahankan
suhu tubuh,
meningkatkan
suhu lingkungan.
11. Stres dingin
meningkatkan
kebutuhan
terhadap glukosa
dan oksigen serta
dapat
mengakibatkan
masalah asambasa bila bayi
mengalami
metabolisme
anaerobik bila
kadar oksigen
yang cukup tidak
tersedia.
12. Perawatan
metode kanguru
atau KMC
(Kangaroo
Mother Care)
dapat
meningkatkan
hubungan kasih
sayang ibu dan
bayi selain itu
juga dapat
meningkatkan
kehangatan bayi.

Anda mungkin juga menyukai