Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris disebut Classroom
Action Research (CAR), melalui Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP
(Proyek PPM-SLTP), telah dilaksanakan oleh para guru SMP (Sekolah Menengah
Pertama) dan MTs (Madrasah Tsanawiyah) di berbagai provinsi di Indonesia.
Oleh karena itu, PTK sudah mulai dikenal oleh para guru semenjak tahun 1999.
PTK dilakukan oleh suatu kelompok atau gugus yang beranggotakan beberapa
guru, satu guru inti atau senior, pembimbing atau instruktur, dan kepala sekolah
sebagai ketua tim. Jumlah anggota gugus antara 3 s.d. 13 orang. Jumlah
anggota gugus dapat lebih kecil, agar setiap anggota mempunyai peran dan
tanggung jawab yang lebih besar dalam pelaksanaan PTK. Gugus ini mirip
dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sehingga PTK sering dianggap
sebagai revitalisasi kegiatan MGMP karena masalah yang dibahas jauh lebih
terfokus dan mengarah pada pengembangan kompetensi profesional guru.
Karena PTK disiapkan dan dilakukan oleh satu kelompok, penelitian ini disebut
juga PTK Kolaborasi (PTKK). Masalah yang dihadapi dikelompokkan sesuai sifat
dan intensitasnya, kemudian didiskusikan secara bersama-sama untuk mencari
pemecahannya melalui pertemuan mingguan. Oleh karena itu, semangat yang
mendasari PTK adalah membiasakan guru untuk menemukan dan memecahkan
masalah sehari-hari yang mereka hadapi di kelas melalui kolaborasi atau
kerjasama dengan guru-guru lainnya. Selain itu, juga membiasakan guru untuk
melaksanakan pembelajaran berwawasan penelitian (learning through
research).
PTK telah menjadi bagian yang penting dari pekerjaan professional guru karena
mereka terbiasa menemukan masalah-masalah dalam pembelajaran yang
dilaksanakan. Sebelumnya mereka dianggap orang yang mempunyai masalah,
tetapi tidak merasa bahwa dirinya mempunyai masalah. Dengan adanya PTK
guru dapat menerapkan hasil temuan guru lain yang latar (setting) atau konteks
penelitiannya mirip dengan (setting) kelasnya.
2. Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian reflektif yang dilaksanakan
secara siklis (berdaur) oleh guru di dalam kelas. Dikatakan demikian sebab
PTK mulai dari tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang
ditujukan untuk memecahkan masalah dan mencobakan hal-hal baru demi
peningkatan kualitas pembelajaran. Ada beberapa jenis penelitian tindakan
kelas, dua di antaranya adalah PTK individual yang dilakukan oleh seorang guru,
1

dan penelitian tindakan kelas kolaborasi yang dilakukan oleh dua atau lebih
guru dalam satu tim.
PTK dapat berupa penelitian kualitatif atau kuantitatif, tergantung pada
masalah yang akan dipecahkan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja
pembelajaran, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi.
Namun, hasil PTK dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai
konteksnya mirip atau cocok.
3. Perbedaan PTK dan Non PTK
Perbedaan antara penelitian formal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
disajikan dalam tabel berikut ini.
Penelitian Formal

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Dilakukan oleh orang luar


Sampel harus representatif

Mengutamakan validitas
internal dan eksternal
Menuntut penggunaan analisis
statistik yang rumit
Mempersyaratkan hipotesis

Mengembangkan teori
Tidak memperbaiki praktik
pembelajaran secara langsung
Hasil penelitian merupakan
produk ilmu.
Berlangsung linear (bergerak
maju)
Tidak kolaboratif dan individual

Dilakukan oleh guru/dosen


Kerepresentatifan sampel tidak
menjadi persyaratan penting
Lebih mengutamakan validitas
internal
Tidak menuntut penggunaan
analisis statistik yang rumit
Tidak selalu menggunakan
hipotesis
Memperbaiki praktik
pembelajaran secara langsung
Hasil penelitian merupakan
peningkatan mutu pembelajaran
Berlangsung siklis
Kolaboratif dan kooperatif

4. Tujuan
Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pengajaran
(pembelajaran) melalui teknik-teknik pengajaran yang tepat sesuai dengan
masalah dan tingkat perkembangan siswa. PTK juga dimaksudkan sebagai salah
satu cara untuk memberdayakan guru dan meningkatkan kemampuan guru
dalam membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.

5. Manfaat
Manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut:
Menumbuhkan budaya meneliti pada guru agar terjadi inovasi pembelajaran.
Meningkatkan profesionalisme guru terutama kemampuan
dalam
menjabarkan kurikulum sesuai dengan tuntutan lokal, sekolah, dan kelas.
Meningkatkan mutu pengajaran dan hasil belajar siswa berdasarkan temuan
langsung dari kelas guru sendiri.
Mengembangkan kerjasama atau kolaborasi antar guru disekolah itu dan
guru-guru disekolah lain dalam memecahkan masalah pengajaran dan
pembelajaran.
Menumbuhkan kebiasaan guru melaksakan pembelajaran yang berwawasan
penelitian (learning throught research).
Membiasakan guru/pihak lain untuk memecahkan masalah dan merumuskan
program pembelajaran berdasarkan temuan empiris yang kontekstual.

BAB II
MODEL DAN METODE PTK
1. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Model Kurt Lewin dalam Hopkins 1 menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai
model Penelitian Tindakan, terutama Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dialah
orang pertama yang memperkenalkan penelitian tindakan. Konsep pokok
penelitian tindakan menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu 1)
perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), dan
4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai
satu siklus yang digambarkan sebagai berikut.
acting

planning

observing

reflecting
Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kurt Lewin
Model Kemmis & Taggart2 merupakan pengembangan dari konsep dasar yang
diperkenalkan Kurt Lewin tersebut. Intinya tetap menggunakan spiral PTK yang
masing-masing spiral terdiri atas empat langkah tersebut. Spiral atau siklus itu
berulang terus-menerus sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan/diatasi
dengan baik.

David Hopkins. (1993). A teachers guide to classroom research (2nd ed.). (Philadelphia: Open University
Press), p. 45.
2
Stephen Kemmis and McTaggart. (1988). The action research planner (3rd ed.). (Victoria: Deakin University
Press), p. 14.

Gambar 2. Model Classroom Action Research Kemmis & Taggart

Plan
Plan

Reflection
Reflection

Action/
Action/
Observation
Observation

Revised
RevisedPlan
Plan

Reflection
Reflection

Action/
Action/
Observation
Observation

Revised
RevisedPlan
Plan

dst
dst

2. Metode
2.1. Setting Penelitian
Setting atau konteks akan menjelaskan tentang lokasi sekolah, kelas, mata
pelajaran, waktu, karakteristik sekolah, karakteristik subyek penelitian
(siswa), dan karakteristik Anda sebagai peneliti. Contoh: Penelitian ini
dilakukan di SMPN-X di kelas I mata pelajaran biologi pada cawu I tahun
ajaran 2000/2001. Sekolah itu terletak di daerah yang relatif miskin; jarak
dari jalan raya masih sekitar 30 menit jalan kaki melalui jalan tanah. Guru
di sekolah itu rata-rata hanya 60 % dari seharusnya; sisanya absen dengan
berbagai alasan. Guru sering terpaksa mengajar mata pelajaran yang
tidak menjadi tanggung jawabnya. Siswa harus membantu orang tuanya
pada musim tanam padi atau panen; pada saat itu jumlah siswa yang
5

absen bisa mencapai 50%. Peneliti adalah guru Geografi lulusan S1 LPTK
Jurusan Geografi, sudah 10 tahun mengajar di sekolah itu.
2.2. Pembelajaran dengan PTK
Dalam melakukan PTK kegiatan mengajar standar 3 (biasa) berlangsung
secara alami; tetapi ada bagian-bagian tertentu yang diberi perlakuan
secara khusus dan diamati dampaknya secara seksama. Langkah-langkah
seperti pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, lembaran kerja,
dan alat bantu pembelajaran lainnya adalah langkah pembelajaran
standar, bukan PTK. Asumsinya PTK dilaksanakan oleh guru yang sudah
melaksanakan pembelajaran standar secara lengkap tetapi belum berhasil.
Ia akan memodifikasi bagian-bagian tertentu dari pembelajaran standar
itu. Bagian yang dimodifikasi itulah fokus dari PTK.
2.3. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan PTK sebaiknya hanya menguraikan hal-hal yang
berkaitan dengan PTK. Jika ada perubahan pada satuan pelajaran
misalnya, hanya bagian yang diubah saja yang perlu diuraikan secara rinci.
Akan lebih baik jika perubahan itu diletakkan dalam konteks satuan
pelajaran aslinya sehingga terlihat jelas besar perubahan yang dilakukan.
Perangkat-perangkat pembelajaran juga hanya tambahannya yang
diuraikan secara rinci. Jika pembelajaran standar telah dilaksanakan
dengan baik perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk PTK dengan
sendirinya sebagian besar sudah tersedia.
Yang sering terjadi dalam PTK selama ini adalah bahwa pembelajaran
standar belum dilaksanakan sehingga PTK menjadi wahana untuk
mewujudkan pembelajaran standar. Hal itu terlihat dari latar belakang
yang diuraikan secara emosional oleh peneliti, umumnya menggambarkan
pembelajaran yang sangat tradisional, buruk, dan di bawah standar.
Setelah proyek PPM-SLTP berlangsung selama empat tahun pun uraian latar
belakang itu tidak menunjukkan adanya perubahan yang berarti. Secara
tidak langsung terlihat bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan oleh
proyek selama ini berlalu tanpa bekas.
Tahap perencanaan bisa memerlukan waktu setengah bulan karena harus
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Termasuk di dalamnya
adalah penyusunan jadwal, pembuatan instrumen, dan pemilihan
kolaborator.
2.4. Siklus Penelitian
3

Pembelajaran standar adalah pembelajaran yang dapat mewujudkan 10 kompetensi guru.

Dalam PTK siklus merupakan ciri khas yang membedakannya dari


penelitian jenis lain. Oleh karena itu, siklus harus dilaksanakan secara
benar. Siklus pada hakikatnya adalah rangkaian riset-aksi-riset-aksi- ...
yang tidak ada dalam penelitian biasa (non PTK). Dalam penelitian non
PTK hanya terdapat satu riset dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam
PTK hasil yang belum baik harus diulang kembali siklusnya sampai berhasil.
Siklus terdiri atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan
(4) refleksi dan perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus hanya
bagian yang diubah atau dimodifikasi melalui PTK, bukan seluruh proses
pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total jarang dilakukan
dalam PTK yang berskala kelas karena bagaimanapun sistem pendidikan
secara umum masih belum berubah.
Misalnya Anda akan memodifikasi pembelajaran dengan memperbanyak
penggunaan karta. Dalam perencanaan yang Anda uraikan adalah
tentang karta itu saja, misalnya Tiap pertemuan diusahakan akan ada
karta yang digunakan dalam kelas. Dalam pelaksanaan Anda uraikan
kenyataan yang terjadi, apakah benar tiap pertemuan bisa digunakan
karta, misalnya Penggunaan karta tiap pertemuan hanya dapat dilakukan
selama dua minggu pertama; minggu berikutnya rata-rata hanya satu karta
tiap empat pertemuan. Anda tentu saja dapat mengolaborasi
pelaksanaan itu dengan menyebutkan karta-karta apa saja yang
digunakan, saat-saat mana yang paling tepat untuk penggunaan, siapa
yang menggunakan, berapa lama digunakan, berapa ukurannya, di mana
disimpan, dsb. Pengamatan didominasi oleh data-data hasil pengukuran
terhadap respons siswa, menggunakan berbagai instrumen yang telah
disiapkan. Refleksi berisi penjelasan Anda tentang mengapa terjadi
keberhasilan maupun kegagalan, diakhiri dengan perencanaan kembali
untuk perlakuan pada siklus berikutnya.
Perlakuan pada siklus berikutnya (yang satu) harus berbeda secara jelas
dari siklus sebelumnya (yang lain). Jika yang berbeda hanya topik,
sementara perlakuannya masih sama, berarti siklus itu masih sama, tak
dapat dinamakan siklus baru. Siklus akan terus dilanjutkan dengan siklus
berikutnya sampai masalah terpecahkan.
Dalam PTK selama ini banyak siklus yang bersifat semu, tidak sesuai
dengan kaidah yang sudah baku. Inilah kelemahan-kelemahan yang
terjadi.
a. Dalam siklus diuraikan semua proses pembelajaran, sehingga tidak
dapat dilihat bagian yang sebenarnya sedang diteliti. Seolah-olah
seluruh proses pembelajaran diubah secara total melalui PTK, dan
sebelumnya pembelajaran berlangsung secara tradisional, buruk, dan di
bawah standar.
b. Tidak jelas apakah perlakuan dalam suatu siklus dilakukan secara terus
menerus selama periode tertentu, sampai data pengamatan bersifat
7

cukup (menunjukkan pola yang menetap) dan diperoleh dari berbagai


sumber (triangulasi). Sebagai analogi, jika selama satu minggu suhu
badan pasien menunjukkan angka 37,5 0 C; 370 C; 370 C; 37,50 C; 37,50
C; 37,50 C; berarti data itu sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa
kondisi pasien telah kembali normal. Namun data itu masih perlu
dilengkapi dengan data lain yang relevan, seperti perilaku, nafsu
makan, dan denyut nadi pasien, yang menunjukkan bukti cukup selama
seminggu. Mengkonfirmasi data menggunakan lebih dari satu sumber
disebut triangulasi.
c. Siklus dilakukan tidak berdasarkan refleksi dari siklus sebelumnya. Ada
siklus yang dilakukan secara tendensius: siklus pertama dengan metode
ceramah, siklus kedua dengan demonstrasi, dan siklus ketiga dengan
eksperimen, hanya ingin menunjukkan bahwa metode eksperimen
adalah yang terbaik. Peneliti ini lupa bahwa metode harus disesuaikan
dengan karakteristik materi pelajaran. Untuk materi pertama boleh
jadi justru metode ceramah yang lebih cocok.
2.5. Pertemuan Kolaborasi di Gugus dan Manajemen Tim
Pertemuan kolaborasi mingguan atau dua mingguan di gugus mempunyai
peranan yang sangat penting bagi pencapaian mutu penelitian yang tinggi.
Pada saat itulah refleksi yang mendalam dilakukan untuk mengkaji setiap
kegagalan maupun keberhasilan. Jika siklus penelitian telah ditentukan
selama satu bulan berarti pertemuan dua mingguan pertama belum akan
menghasilkan perencanaan baru untuk siklus berikutnya. Pada pertemuan
dua mingguan berikutnya barulah disusun rencana untuk siklus baru.
Pada akhir tiap siklus sebaiknya langsung dibuat laporannya secara tuntas,
meliputi planning, acting, observing, dan reflecting. Jika tiap siklus sudah
dibuat laporannya, pada siklus terakhir laporan keseluruhan sudah akan
jadi, yaitu kompilasi dari laporan masing-masing siklus.
Karena tim yang dipimpin oleh kepala sekolah terbukti lebih efektif
daripada yang dipimpin oleh instruktur atau guru inti, tim peneliti
tindakan sebaiknya dipimpin oleh kepala sekolah. Dengan otoritasnya yang
besar ia akan sangat membantu dalam melaksanakan penelitian tindakan
secara baik. Anggota yang jumlahnya genap ternyata juga lebih efektif
karena mudah untuk menyusun pasangan kolaborasi.
2.6. Instrumen
Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam
pelaksanaan PTK. Jenis instrumen dapat bermacam-macam dalam satu
PTK. Jenis instrumen ini harus sesuai dengan karakteristik variabel atau
masalah yang diamati. Triangulasi dan saturasi (kecukupan informasi) perlu

diperhatikan untuk menjamin validitas data. Berikut ini adalah sumbersumber data yang umum:
a.
Sumber yang sudah ada
b.
Pekerjaan siswa
c.
Arsip
d.
Kehidupan sehari-hari
Buku harian, catatan lapangan, dan jurnal
Video
Foto
Mengikuti kehidupan siswa (shadowing)
Ceklis untuk observasi dan skala penilaian (rating scale)
e.
Alat untuk bertanya
Wawancara
Survei
Tes

BAB III
LANGKAH-LANGKAH PTK
1. Menjajaki Masalah PTK
Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menjajaki
masalah yang akan dijadikan fokus PTK.
a. Merenunglah barang sejenak
Setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu
tidak ada putus-putusnya. Oleh karena itu guru yang tidak dapat
menemukan masalah untuk PTK sungguh ironis. Merenunglah barang
sejenak, atau berdiskusi (berkolaborasi) dengan teman sejawat, Anda akan
segera menemukan kembali seribu satu masalah yang telah merepotkan
Anda selama ini.
b. Berpikirlah tentang apa yang mungkin dapat Anda perbaiki
Kemmis dan McTaggart4 memberikan alternatif pengembangan fokus PTK
tanpa memulai dengan masalah, jika Anda memang masih sukar
menemukannya. Gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk
memfokuskan perhatian Anda:
Apa yang sedang terjadi sekarang ini di kelas saya?
Dalam hal apa peristiwa atau kondisi itu bersifat problematik
(merupakan masalah yang perlu dipecahkan)?
Apa yang dapat saya lakukan terhadap hal itu?
Langkah awal umum yang dapat Anda lakukan bisa berupa:
Saya ingin memperbaiki ...
Beberapa orang tidak suka dengan ...
Apa yang dapat saya lakukan untuk mengubah keadaan itu?
Saya dipusingkan oleh ...
... adalah penyebab dari hal yang menyakitkan. Apa yang dapat saya
lakukan terhadap hal itu?
Saya punya ide; saya akan cobakan di kelas saya.
Bagaimana pengalaman ... dapat diterapkan di ...?
Apa yang akan saya lakukan terhadap ...?
c. Pikirkan tentang tiga kelompok masalah pembelajaran
Masalah pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu (a)
pengorganisasian materi pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan
4

Stephen Kemmis and McTaggart. (1981). The action research planner (1rst ed.). (Victoria: Deakin University
Press), p. 18.

10

(c) pengelolaan kelas. Jika Anda berpikir bahwa pembahasan suatu topik
dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna
bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang
berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika Anda suka
dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda sedang berhadapan
dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja
kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan
dengan masalah pengelolaan kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja;
kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih penting.
d. Pilihlah masalah yang layak (feasible) untuk Anda pecahkan
Jika Anda yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar
membaca kembali materi pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda
tidak perlu melakukan PTK. Dengan dibelikan buku masalah itu akan
terpecahkan, dan itu di luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain
yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan cukup layak (feasible),
berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain
masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas
karena sekolah berada di dekat jalan raya.
e. Pilihlah masalah yang spesifik (tidak terlalu besar atau terlalu keci)l
Nilai Ebtanas Murni (NEM) yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan
masalah yang terlalu besar untuk dipecahkan melalui satu kegiatan PTK
karena cakupan PTK hanya kelas. Faktor yang mempengaruhi NEM sangat
kompleks, mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah yang
sekiranya mampu untuk Anda pecahkan, yang berhubungan dengan kelas.
Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap
pembelajaran secara keseluruhan maupun jumlah siswa yang terlibat
sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu dibiayai
oleh pihak lain. Misalnya, sangat lambatnya dua orang siswa dalam
mengikuti pelajaran Anda, termasuk masalah kecil karena hanya
menyangkut dua orang siswa; sementara masih banyak masalah lain yang
menyangkut kepentingan sebagian besar siswa. Sebaiknya masalah ini tak
diangkat menjadi topik PTK.
f. Pilihlah masalah yang strategis
Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari
masalah yang cukup besar dan strategis karena diperlukan oleh sebagian
besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan keterampilan itu, dan
dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa
berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa
tentang meta belajar (belajar bagaimana belajar) merupakan contoh lain
dari masalah yang strategis. Dengan demikian pemecahan masalah akan
11

memberi manfaat yang besar. Jadi, pilihlah masalah yang strategis sebagai
topik PTK.
g. Pilihlah masalah yang Anda senangi
Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang diselidiki.
Hal itu ditandai oleh rasa penasaran Anda terhadap masalah itu dan
keinginan Anda untuk segera tahu hasil-hasil setiap tindakan pemecahan
yang diberikan.
2. Identifikasi, Pemilihan, Deskripsi, dan Rumusan Masalah
a. Identifikasi masalah
Dalam mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua
masalah yang Anda rasakan selama ini. Inilah contoh identifikasi masalah
dari seorang guru geografi SMP.
1)
Jika diajak tanya jawab pada awal
pembelajaran siswa cenderung menghindar untuk menjawab.
2)
Sangat sedikit siswa yang berani
mengajukan pertanyaan.
3)
Sebagian besar siswa mencatat pelajaran
geografi pada buku yang berganti-ganti.
4)
Siswa
cenderung
cepat
bosan
memperhatikan pelajaran, kemudian ngobrol dengan pasangan
duduknya.
5)
Siswa tidak mengerjakan PR di rumah,
melainkan di kelas menjelang pelajaran berlangsung. Sebagian besar
siswa menyalin PR teman.
6)
Kemampuan berfikir rasional siswa sangat
lemah dalam mengerjakan soal-soal geografi.
7)
Siswa
tidak
dapat
mentransfer
keterampilan mengemukakan hipotesis untuk mata pelajaran lain.
8)
Siswa tidak dapat melihat hubungan
antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
9)
Siswa tidak berusaha mengkaitkan namanama kota dengan keadaan alam di sekitarnya.
10)
Siswa tidak berusaha mengkaitkan
keadaan alam suatu daearah dengan kehidupan masyarakatnya.
b. Pemilihan masalah
Anda tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasi
secara sekaligus dalam satu PTK yang berskala kelas. Masalah-masalah itu
berbeda satu sama lain dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya.
Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah yang lain
sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain;
12

dua-duanya akan terpecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah


secara tepat Anda perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria
berikut: tingkat kepentingan, nilai strategis, atau nilai prasyarat. 5 Akhirnya,
Anda harus memilih salah satu dari masalah-masalah tersebut, misalnya,
yang terpilih adalah Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata
pelajaran yang satu dengan yang lain.
c. Deskripsi masalah
Setelah Anda memilih salah satu masalah, deskripsikan masalah itu serinci
mungkin untuk memberi gambaran tentang pentingnya masalah itu ditinjau
dari pengaruhnya terhadap pembelajaran secara umum maupun jumlah
siswa yang terlibat.
Contoh: Jika diberi pelajaran dengan pendekatan terpadu antara geografi,
ekonomi, dan sejarah siswa merasa sukar mentransfer keterampilan dari
satu pelajaran ke pelajaran lain. Pelajaran yang saya berikan adalah
geografi, tetapi saya sering mengaitkan pembahasan dengan mata pelajaran
lain seperti ekonomi dan sejarah. Ketika saya minta siswa mengemukakan
hipotesis tentang pengaruh Danau Toba terhadap perkembangan ekonomi
daerah, siswa terasa sangat bingung; padahal mereka telah dapat
mengemukakan hipotesis dengan baik dalam mata pelajaran geografi. Saya
khawatir siswa hanya menghapal pada saat dilatih mengemukakan hipotesis.
Padahal dalam kehidupan sehari-hari keterampilan berhipotesis diterapkan
di mana saja dan dalam bidang studi apa saja; pada hakikatnya setiap hari
kita mengemukakan hipotesis. Ketidakmampuan siswa mengemukakan
hipotesis yang berkaitan dengan mata pelajaran lain itu terjadi sepanjang
tahun, tidak hanya pada permulaan tahun ajaran. Kelihatannya semua siswa
mengalami hal yang sama, termasuk siswa yang cerdas. Guru lain ternyata
juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar mentransfer suatu
keterampilan dari satu mata pelajaran ke mata pelajaran lain.
d. Rumusan masalah
Setelah Anda memilih satu masalah secara seksama, selanjutnya Anda perlu
merumuskan masalah itu secara komprehensif, padat, dan jelas. Masalah
dapat dirumuskan dengan pernyataan atau pertanyaan, atau kedua-duanya.
Hendaknya dihindarkan rumusan masalah yang mirip dengan penelitian
formal, (non-PTK) seperti: Apakah optimalisasi variasi metode dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?
Sagor6 merinci rumusan masalah PTK dengan menggunakan lima pertanyaan
berikut.
5

Kemampuan memahami paragraf misalnya, merupakan prasyarat dari kemampuan mengerjakan soal cerita.
Tanpa mampu memahami paragraf seorang siswa akan sukar memahami soal cerita.
6
Richard Sagor. (1992). How to counduct collaborative action research? (Virginia: Association for Supervision
and Curriculum Development), pp. 23-25.

13

1)
2)
3)
4)
5)

penyebab masalah itu?

Siapa yang terkena dampak negatifnya?


Siapa atau apa yang diperkirakan sebagai

Masalah apa sebenarnya itu?


Siapa yang menjadi tujuan perbaikan?
Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi
hal itu? (tidak wajib, merupakan rencana tindakan).

Contoh rumusan masalah yang berbentuk pernyataan adalah berikut ini.

Siswa di SMP-X tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran


yang satu dan yang lain di sekolah (Ini menjawab pertanyaan 1 dan 3).

Grup penelitian tindakan percaya bahwa hal ini merupakan hasil dari
jadwal mata pelajaran dan cara guru mengajarkan materi tersebut (Ini
menjawab pertanyaan 2).

Kita menginginkan para siswa melihat relevansi kurikulum sekolah,


mengapresiasi hubungan antara disiplin-disiplin akademis, dan dapat
menerapkan keterampilan yang diperoleh dalam satu mata pelajaran
untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain (Ini menjawab
pertanyaan 4).

Oleh karena itu, kita merencanakan integrasi pembelajaran IPA,


matematika, bahasa, dan IPS dalam satuan pelajaran interdisiplin
berjudul Masyarakat dan Teknologi (Ini manjawab pertanyaan 5).
Contoh rumusan masalah yang berbentuk pertanyaan adalah berikut ini.
Apakah kesulitan yang dialami siswa dalam mentransfer keterampilan
dari satu mata pelajaran satu ke mata pelajaran lain?
Apakah siswa dapat mentrasfer keterampilan lebih mudah antara dua
mata pelajaran yang disukai?
Apakah yang menyebabkan siswa menyukai suatu mata pelajaran?
Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang belajar dalam kelas
mata pelajaran multidisiplin dibandingkan dengan mereka yang dalam
kelas mata pelajaran tunggal?
3. Menyusun Alat Pengumpul Data
Instrumen merupakan perangkat yang sangat penting dalam pelaksanaan PTK.
Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik masalah yang diamati.
Triangulasi dan saturasi (kecukupan informasi) perlu diperhatikan untuk
menjamin validitas data. Jelaskan data apa saja yang Anda perlukan, apa
sumber datanya, dan instrumen apa saja yang akan Anda gunakan untuk
memperoleh data. Contoh instrumen: tes, catatan lapangan, kuesioner, lembar
observasi, skala sikap, sosiometri, dan skala penilaian.
4. Mengumpulkan Data dan Informasi

14

Data pada umumnya bersumber dari siswa yang diajar oleh guru pelaksana PTK.
Data ini dikumpulkan langsung dari siswa yang bersangkutan atau dari re kanrekannya, atau bahkan dari guru lainnya yang juga mengajar di kelas tersebut.
Data dapat berupa hasil observasi, buku catatan siswa, daftar hadir, nilai
ulangan, pekerjaan rumah dan tugas-tugas sekolah, keadaan kesehatan siswa,
partisipasi siswa selama pelajaran berlangsung, dan interaksi sesama siswa
dalam kelompok. Dari informasi ini kemudian guru pelaksana PTK dapat
mengelompokkan kesulitan yang dihadapi siswa, baik yang bersifat akademis,
sosial, psikologis dan emosional. Kemudian mengambil keputusan apakah
masalah ini akan ditangani secara individual, kelompok kecil, atau seluruh kelas
(klasikal). Adakalanya guru menganggap perlu untuk melakukan kunjungan
rumah dan membicarakannya dengan orangtua atau wali siswa.
5. Menganalisis dan Menginterpretasikan Data
Data yang telah terkumpul, terutama yang berhubungan dengan kesukitan
belajar siswa, kemudian diolah dengan cara-cara sederhana dan mudah
diinterpretasikan. Misalnya dalam bentuk distribusi atau penyebaran frekuensi
mengenai jenis kesulitan yang dihadapi siswa. Penyebaran frekuensi
menunjukkan banyaknya kejadian misalnya yang terkait dengan kesulitan dan
masalah yang dihadapi siswa baik secara perorangan maupun kelompok. Atas
dasar ini guru merencanakan tindakan perbaikan, yaitu memilih strategi dan
teknik pembelajaran yang tepat. Bentuk lainnya adalah ukuran rata-rata atau
mean mode, dan median. Uraian yang rinci dapat dibaca dari sumber lainnya
yang membahas metodologi penelitian.
Data dalam bentuk frekuensi dan ukuran rata-rata dapat disajikan dalam tabel,
diagram dan grafik. Apapun bentuk penyajian data yang dipakai, prinsip
akurasi, mudah dibaca, dan menarik hendaklah menjadi pertimbangan.
6. Menyebarluaskan Hasil PTK
Sebagaimana diuraikan dalam Pendahuluan, PTK hendaknya dilakukan melalui
pendekatan kolaborasi, yaitu bekerjasama dengan guru dan kepala sekolah di
satu sekolah dan sangat baik jika bekerjasama dengan guru dari sekolah lain.
Pendekatan kolaborasi seperti ini akan mempercepat penyebaran hasil PTK.
Sejumlah forum dapat dimanfaatkan untuk menyebar-luaskan hasil PTK, antara
lain diskusi, lokakarya, pameran, dan tulisan dalam bulletin atau jurnal. Teknik
instruksional atau cara mengajar yang telah teruji efektif perlu disusun dan
diterbitkan menjadi panduan guru.

15

BAB IV
PENYUSUNAN PROPOSAL PTK
1. Judul
Judul PTK hendaknya (1) mencerminkan masalah, (2) mencerminkan tindakan
sebagai upaya pemecahan, (3) singkat, dan (4) mudah dipahami, serta (5)
komprehensif.
Contoh:
Peningkatan Minat Belajar Biologi melalui Modul Pembelajaran Team Game
Tournament
Optimalisasi Keberanian Bertanya Siswa SMP untuk Memahami Konsep Biologi
dengan Penyusunan Pertanyaan secara Mandiri
2. Pendahuluan
a.

Deskripsi masalah
Deskripsi masalah berisi elaborasi dari masalah yang telah Anda pilih disertai
dengan (a) data-data awal yang mendukung; sebaiknya data awal tidak
selalu NEM karena seolah-olah PTK Anda akan meningkatkan NEM, harapan
yang terlalu besar; dan (b) pentingnya masalah itu bagi proses belajar dan
siswa secara umum.

b.

Rumusan masalah
Masalah hendaknya dirumuskan secara komprehensif yang menggambarkan
hasil dan proses. Bentuk kalimat bisa pernyataan, pertanyaan, atau gabugan
antara keduanya. Contoh merumuskan masalah secara komprehensif, yaitu
dengan menginformasikan (a) siapa yang terkena dampak negatifnya, (b)
siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu, (c) masalah
apa sebenarnya itu, (d) siapa yang menjadi tujuan perbaikan, dan (e) apa
yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan
rencana tindakan).

c.

Tujuan
Nyatakan tujuan dalam bentuk frase secara singkat dan jelas, sejalan
dengan masalah. Rumusan tujuan harus operasional dan dapat diukur.

16

Tuliskan indikator keberhasilannya sehingga Anda dapat mengecek dengan


mudah.

d.

Manfaat hasil penelitian


Nyatakan secara singkat manfaat hasil penelitian bagi berbagai pihak: (a)
siswa, (b) guru, (c) sekolah, (d) pengembang kurikulum, (e) khasanah ilmu.

3. Kajian Pustaka dan Rencana Tindakan


Anda perlu merujuk pada teori atau konsep-konsep yang dapat menjustifikasi
atau mendukung tindakan yang akan Anda berikan. Anda juga perlu mengetahui
penelitian-penelitian terakhir yang relevan untuk menempatkan penelitian Anda
dalam khazanah PTK yang sudah ada. Rencana tindakan menjelaskan tentang
apa yang akan Anda lakukan untuk memecahkan masalah. Contoh rencana
tindakan:
a.
Jadwal pelajaran di sekolah yang dibuat lebih fleksibel
dengan memberi kesempatan guru mengajar secara terpadu antara geografi,
ekonomi, dan sejarah sekali tiap dua minggu akan meningkatkan daya terik
pembelajaran.
b.
Guru menggunakan metode proyek dalam mengajarkan topik
yang terpadu itu.
c.
Pelaksanaan metode itu sebagian besar dilakukan di luar jam
pelajaran.
Rencana tindakan itu bersifat hanya untuk membantu Anda memulai penelitian,
bukan untuk dipegang, dipedomani, dan diterapkan secara kaku sepanjang
penelitian.
4. Metode Penelitian
a.

Setting penelitian
Setting atau konteks penelitian perlu Anda uraikan secara rinci karena
penting artinya bagi guru lain yang ingin meniru, mengadopsi, atau
mengadaptasi keberhasilan Anda. Mereka tentu akan mempertimbangkan
masak-masak apakah ada kemiripan antara setting sekolahnya dengan
setting penelitian Anda.

b.

Persiapan penelitian

17

Persiapan penelitian menjelaskan tentang berbagai masukan (input)


instrumental yang akan Anda gunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK.
Uraikan hal-hal yang berhubungan dengan PTK itu saja. Hal-hal seperti
pembuatan satuan pelajaran, rencana pelajaran, dan perangkat
pembelajaran yang merupakan pekerjaan pembelajaran standar tidak perlu
ikut diuraikan.

c.

Siklus penelitian
Jelaskan berapa siklus yang akan Anda lakukan dan berdasarkan apa: waktu,
pokok bahasan, atau lainnya. Perlu juga dituliskan perlakuan apa yang akan
Anda berikan pada siklus pertama, sesuai dengan rencana tindakan yang
telah ditulis.

d.

Pembuatan instrumen
Jelaskan data apa saja yang Anda perlukan, apa sumber datanya, dan
instrumen apa saja yang akan Anda gunakan untuk memperoleh data itu.
Contoh instrumen: tes, catatan lapangan, kuesioner, lembar observasi, skala
sikap, sosiometri, dan skala penilaian.

e.

Analisis dan refleksi


Jelaskan secara singkat data apa yang akan Anda catat, bagaimana
menganalisisnya, perubahan apa yang Anda harapkan akan terjadi, dan
bagaimana hasil analisis itu akan Anda gunakan untuk melakukan refleksi.

5. Jadwal Penelitian
Buatlah jadwal secara singkat, jelas, dan lengkap dalam bentuk matriks yang
menunjukkan kegiatan per bulan, meliputi (a) kegiatan persiapan, (b) siklus
pertama, kedua, ketiga, dst., (c) penulisan laporan tiap siklus, (d) penulisan
laporan akhir, (e) seminar, dan (f) perbaikan laporan akhir.
6. Rencana Anggaran Biaya
Buatlah rencana anggaran biaya sesuai dengan kegiatan-kegiatan pada butir 5
di atas.
7. Daftar Pustaka/Rujukan

18

Gunakan pedoman dari American Psychological Association (APA), jika


memungkinkan.
Contoh:
Strunk, W., & White, E. B. (1979). The Element of Style (3rd ed.). New York:
Macmillan.
American Psychiatric Association. (1980). Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (3rd ed.). Washington, DC: Author.
Letheridge, S., & Cannon, C. R. (Eds.). (1980). Bilingual Education: Teaching
English as a Second Language. New York: Praeger.
8. Curriculum Vitae Peneliti
9. Halaman Judul
Berisi proposal PTK, judul, nama ketua tim peneliti, mata pelajaran, sekolah,
kabupaten, propinsi, dan penyandang dana.

Proposal
Penelitian Tindakan Kelas

Meningkatkan Minat Belajar


Biologi melalui Modul
Pembelajaran Team Game
Tournament
Drs. Heri Kusnowo dkk.
Gugus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Biologi SMP-X Kabupaten Y, Propinsi Jawa
Tengah

Pemerintah Provinsi Jawa Timur


Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Subdinas Tenaga Kependidikan

10. Lembar Pengesahan


a. Judul, Mata Pelajaran
19

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Nama Ketua Tim Peneliti (lengkap dengan gelar)


Anggota Peneliti (lengkap dengan gelar)
Lokasi Penelitian
Lama Penelitian
Biaya Penelitian
Sumber Dana
Tempat dan Tanggal Pembuatan Proposal
Tanda Tangan Ketua Peneliti
Menyetujui Kepala Sekolah

20

BAB V
PENULISAN LAPORAN PTK
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hasil PTK yang dilakukan oleh para guru telah dipresentasikan dalam forumforum ilmiah. Dari makalah-makalah yang disajikan terlihat bahwa kualitas
laporan PTK dari tahun ke tahun mengalami stagnasi, jika tidak dapat
dikatakan menurun. Paling tidak, hasil PT yang sudah dilaksanakan selama ini
belum memenuhi harapan.
Laporan PTK yang ditulis selama ini terlalu banyak didominasi oleh data-data
keberhasilan perlakuan. Sering keberhasilan itu terkesan spektakuler; dari
siklus yang satu ke siklus yang lain angka-angkanya berubah begitu rapi, dan
semuanya menunjukkan adanya kenaikan. Manfaat hasil penelitian juga
diuraikan sebagai mencakup semua pihak. Cerita tentang keberhasilan itu
menempati sekitar 40% dari keseluruhan laporan, di bagian belakang. Di bagian
depan laporan, sekitar 40% lagi, didominasi oleh latar belakang masalah,
deskripsi masalah, kajian teori, metode, dan segala macam rencana penelitian.
Bagian yang sangat penting dari laporan PTK yaitu proses perbaikan justru
hanya memperoleh porsi yang sangat kecil. Siklus-siklus, yang menunjukkan
proses itu hanya sekitar 20 %, itupun banyak yang semu. Ibarat pertandingan
badminton, persiapannya diekspose secara besar-besaran, hasilnya diekspose
secara besar-besaran, tetapi proses pertandingannya justru tidak disiarkan.
Tentu saja penonton akan kecewa.
Kesimpulan penelitian masih dipengaruhi oleh paradigma penelitian biasa (nonPTK), yang menguji hipotesis. Kalimatnya tidak memberikan informasi yang
berarti mengenai proses. Sebagai contoh, Membimbing siswa terampil
membuat peta konsep dalam proses belajar mengajar akan meningkatkan
pemahaman konsep-konsep fisika dan memasyarakatkan keterampilan proses.
Selain pernyataan itu, yang lebih diperlukan pembaca justru tentang
bagaimana membimbing siswa membuat peta konsep itu:
a. Apakah peta konsep akan dibuat oleh guru? Jika ya, kapan hal itu
dilakukan: pada awal tatap muka, awal pokok bahasan, awal tiap konsep?
b. Apakah peta konsep akan dibuat oleh siswa? Jika ya, kapan hal itu
dilakukan: pada awal tatap muka, awal pokok bahasan, awal tiap konsep?
c. Jika peta konsep dibuat oleh masing-masing siswa dan tiap siswa membuat
peta konsep yang berbeda, apa yang akan dilakukan oleh guru?
d. Apakah pembelajaran akan didominasi dengan pembuatan peta konsep,
yang memerlukan waktu cukup lama?
e. Apakah semua konsep akan dibuatkan peta konsepnya?

21

f. Apakah peta konsep akan selalu dihubungkan dengan kegiatan belajar lain
seperti penjelasan materi oleh guru, latihan soal, eksperimen, dan
pekerjaan rumah?
g. Apakah akan ada soal tes tentang peta konsep?
h. Apakah dengan mampu membuat peta konsep keterampilan proses siswa
dengan sendirinya akan berkembang.
i. Keterampilan proses apa saja yang berkembang? Apakah keterampilan
merencanakan percobaan juga akan berkembang oleh peta konsep?
j. Apakah akan ada soal tes tentang keterampilan proses?
Hal-hal seperti itu akan sangat menarik untuk diungkapkan sebagai kesimpulan
PTK daripada sekedar mengatakan bahwa peta konsep akan meningkatkan
prestasi belajar. Tanpa PTK pun, orang akan dapat mengatakan hal tersebut.
2. Tujuan
Bagian kedua buku ini Teknik Penulisan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
bertujuan untuk memberikan ide-ide sebagai bahan diskusi menuju teknik
penulisan laporan PTK yang enak dibaca, tidak terlalu terstruktur seperti SK
menteri namun mudah ditangkap isinya, dan bermanfaat bagi guru lain.
B. ISI LAPORAN PTK
1. Unsur-unsur Penting
Masalah tentu saja merupakan unsur penting pertama laporan yang harus
dideskripsikan secara jelas, lugas, dan mudah dipahami. Elaborasi dari deskripsi
itu harus mencakup data yang menunjukkan adanya masalah, setting tempat
terjadinya masalah -- hal yang sangat diperlukan bagi guru yang ingin
menerapkan hasil penelitian Anda, dan mungkin juga analisis penyebab
masalah. Argumentasi tentang pentingnya masalah, baik ditinjau dari
dampaknya terhadap proses pembelajaran secara umum maupun jumlah siswa
yang terlibat, perlu dicantumkan dalam deskripsi masalah. Satu halaman cukup
untuk menuliskan semua itu; deskripsi yang terlalu panjang akan
membosankan. Agar lebih terfokus, deskripsi itu diikuti dengan rumusan
masalah dan/atau pertanyaan penelitian.
Alternatif pemecahan masalah yang ditawarkan perlu juga dikemukakan pada
awal laporan sebagai rencana tindakan, yang sifatnya masih perkiraan dan
mungkin umum. Sebagai contoh: Untuk mengaktifkan siswa dalam mengikuti
demonstrasi fisika, tiap proses pengukuran diikuti dengan karta aktif, yang akan
menunjukkan hasil pengukuran dalam skala yang dapat diamati oleh seluruh
kelas. Bagian detilnya ditemukan setelah penelitian dilakukan, dan itu akan
disampaikan pada bagian kesimpulan.

22

Kajian pustaka diperlukan untuk mendukung dan menjustifikasi rencana


tindakan yang Anda pilih di atas, yang merupakan perlakuan penelitian Anda.
Hasil-hasil penelitian yang relevan akan menempatkan penelitian Anda di
antara penelitian yang sudah ada.
Metode penelitian merupakan unsur berikutnya dari laporan penelitian.
Setting atau konteks penelitian perlu dipertegas pada bagian awal metodologi
penelitian. Metode yang digunakan sudah jelas, yaitu PTK, tetapi desain
penelitian (jika ada) perlu diuraikan untuk memberikan gambaran umum
tentang proses perbaikan yang Anda lakukan. Contohnya: Saya menggunakan
dua kelas paralel untuk melakukan penelitian. Agar proses perbaikan lebih
cepat tercapai, setiap kegagalan di kelas yang satu segera saya perbaiki di kelas
yang lain. Proses yang lebih khusus dan rinci akan diuraikan dalam siklus-siklus
penelitian. Bagian yang tidak kalah pentingnya dalam metode adalah deskripsi
tentang instrumen yang digunakan.
Siklus-siklus penelitian tentu merupakan unsur yang sangat penting. Siklus yang
diuraikan secara otentik dan sistematik akan sangat menarik untuk dibaca.
Semua data hasil observasi disajikan dalam konteks siklus, pada bagian
pengamatan. Hasil-hasil karya nyata dari siswa dapat dicantumkan untuk
lebih memberikan kesan otentik pada laporan Anda. Pergantian dari satu siklus
ke siklus berikutnya merupakan bagian yang sangat menarik karena
menunjukkan dinamika proses perbaikan yang Anda lakukan. Siklus sekaligus
juga dapat digunakan untuk mengukur obyektivitas penelitian. Jika penelitian
dilakukan dengan sebenarnya, uraian siklus-siklusnya akan sangat menarik.
Deskripsi atau paparan pelaksanaan siklus-siklus dan hasilnya tersebut perlu
dituangkan dalam bagian Hasil-hasil Penelitian. Hal ini merupakan bagian amat
penting dari laporan pelaksanaan PTK.
Akhirnya, inti sari dari hasil penelitian Anda disajikan dalam bagian
kesimpulan. Guru yang tidak mempunyai waktu cukup membaca seluruh bagian
laporan PTK dapat membaca bagian kesimpulan saja, dan ia akan menangkap
inti sari strategi-strategi yang Anda temukan selama PTK. Seiring dengan
kesimpulan ini dapat diuraikan saran-saran yang relevan dalam pembelajaran.
2. Proporsi
Jika diurutkan berdasarkan proporsinya secara substantif, yang paling banyak
memerlukan tempat dalam suatu laporan PTK adalah siklus-siklus penelitian.
Siklus pada hakikatnya adalah PTK itu sendiri karena mengandung unsur risetaksi-riset-aksi- ... Siklus harus lengkap unsur-unsurnya, yaitu (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi dan perencanaan ulang. Datadata hasil observasi semuanya disajikan dalam konteks siklus. Oleh karena itu,
uraian tentang siklus identik dengan hasil penelitian.
Berikutnya yang memerlukan tempat cukup banyak adalah metode penelitian,
yang mendeskripsikan setting penelitian sampai instrumen yang digunakan.
23

Matriks dan diagram untuk menunjukkan alur kegiatan bisa membuat bagian ini
terlihat banyak, mudah dipahami, dan komprehensif.
Kajian pustaka yang akan mendukung atau menjustifikasi tindakan-tindakan
yang Anda lakukan mungkin menempati urutan ketiga. Teori atau konsep yang
terlalu banyak akan menjebak peneliti kepada paradigma penelitian
kuantitatif, yang akan menguji hipotesis. Oleh karena itu, teori/konsep dalam
PTK sebaiknya cukup singkat, sifatnya hanya untuk menambah kepercayaan diri
peneliti. Uraian tentang penelitian-penelitian terbaru mungkin yang akan
memerlukan tempat cukup banyak untuk bagian ini. Seperti halnya pada
metode, kajian teori/konseptual juga bisa disajikan dalam matriks atau
diagram.
Bagian terakhir yang memerlukan tempat dalam laporan CAR adalah
kesimpulan. Di dalamnya diuraikan juga berbagai macam strategi yang
ditemukan peneliti dalam memecahkan masalah penelitian. Seiring dengan
kesimpulan, dapat dikemukakan saran-saran yang bertumpu pada hasil-hasil
siklus.
3. Pentingnya
Dari segi pentingnya, bagian isi laporan PTK yang menempati urutan pertama
adalah deskripsi masalah, dengan rumusan masalah atau rumusan pertanyaan
serta pemecahan yang ditawarkan. Hal yang terakhir itu bisa dituliskan secara
khusus dalam rencana tindakan. Jika masalahnya sudah biasa didengar dan
dilakukan, seperti cooperative learning, penggunaan transparansi OHP, dan
meningkatkan minat belajar siswa kemungkinan guru tidak akan tertarik untuk
membaca.
Setelah mengetahui masalahnya, pembaca laporan PTK yang cerdik akan segera
melihat kesimpulan penelitian. Di sana akan dijawab semua pertanyaan
penelitian, dan akan diketahui apakah tindakan yang direncanakan bisa berhasil
dengan baik. Jika berhasil, dalam kesimpulan itu juga akan diuraikan berbagai
strategi dan metode pembelajaran yang telah teruji keberhasilannya selama
penelitian.
Pembaca yang ingin mendalami proses perbaikan yang dilakukan peneliti akan
pergi ke bagian siklus-siklus penelitian. Ia akan dapat melihat data-data hasil
observasi dan hasil-hasil pekerjaan siswa yang otentik. Di sana ia akan
menemukan dinamika pemecahan masalah yang dilakukan oleh peneliti. Siklus
penelitian sebaiknya dianggap sebagai hasil dari penelitian PTK.
Pembaca itu mungkin akan melihat instrumen-instrumen yang digunakan
selama observasi, dan melihat secara sepintas data-data mentah yang
tercantum dalam lampiran.

24

Baru setelah itu ia akan melihat teori-teori/konsep-konsep yang dirujuk oleh


peneliti. Kalau teori itu baru ia akan membaca dengan seksama. Tetapi jika
teori itu sudah kuno dan semua orang sudah tahu, ia akan segera beralih ke
bagian lain.
Jika pembaca itu serius, bagian terakhir yang harus dilihat sebelum
meninggalkan laporan adalah setting penelitian, di bagian awal metode
penelitian. Hal itu menandakan ia tertarik untuk mencobakan hasil penelitian
Anda di kelasnya.
C. SISTEMATIKA LAPORAN PTK
1. Pendahuluan
Isi pendahuluan mencakup hal-hal berikut ini.
a.
Deskripsi masalah, disertai dengan data yang menunjukkan
adanya masalah, setting tempat terjadinya masalah, dan pentingnya
masalah.
b.
Rumusan masalah secara komprehensif, mencakup (1) siapa
yang terkena dampak negatifnya, (2) siapa atau apa yang diperkirakan
sebagai penyebab masalah, (3) masalah yang sebenarnya, dan (4) siapa
yang menjadi tujuan perbaikan. Akan lebih baik jika dilengkapi dengan
pertanyaan penelitian.
c.
Tujuan penelitian dan indikator keberhasilan
d.
Manfaat penelitian
Agar laporan tidak terlalu tampak formal dan terstruktur, butir-butir 1a, 1b, 1c
dan 1d di atas sebaiknya tidak perlu dimunculkan secara eksplisit.
2. Kajian Pustaka dan RencanaTindakan
a.

Kajian Pustaka
Teori-teori/konsep-konsep belajar dan pembelajaran yang sudah populer
maupun konsep-konsep baru yang berasal dari jurnal, terutama yang
berkaitan dengan PTK, dapat dirujuk untuk penelititan ini. Sebaiknya kajian
pustaka cukup singkat, padat, lugas, lengkap, dan komprehansif.

b.

Rencana tindakan
Bagian ini berisi rencana tindakan yang merupakan jawaban sementara atas
pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Rencana tindakan ini juga dapat
digunakan sebagai panduan atau arahan pelaksana PTK.

25

3. Metode Penelitian
a.

Setting penelitian
Setting atau konteks berisi tentang lokasi sekolah, kelas, mata pelajaran,
waktu, karakteristik sekolah, karakteristik siswa, dan karakteristik Anda
sendiri sebagai peneliti.

b. Persiapan penelitian
Persiapan penelitian menjelaskan tentang berbagai input instrumental yang
Anda gunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK. Uraikan yang
berhubungan dengan PTK itu saja. Hal-hal seperti pembuatan satuan
pelajaran, rencana pelajaran, dan perangkat pembelajaran yang merupakan
pekerjaan pembelajaran standar tidak perlu ikut diuraikan.
c. Siklus penelitian
Jelaskan jumlah siklus yang Anda lakukan dan berdasarkan apa: waktu,
pokok bahasan, atau lainnya.
d. Instrumen
Instrumen merupakan bagian yang tidak kalah pentingnya dalam
pelaksanaan PTK. Jenis instrumen harus sesuai dengan karakteristik variabel
yang diamati. Triangulasi dan saturasi (kecukupan informasi) perlu
diperhatikan untuk menjamin validitas data.
4. Hasil Penelitian
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk siklus yang telah dijalankan dalam
periode tertentu sehingga data yang diperoleh sudah lengkap dan jenuh, tidak
ada data baru lagi. Pada saat itulah Anda dapat melihat pola-pola yang terjadi
untuk kemudian dituangkan dalam siklus.
a.

Siklus pertama
1)

Perencanaan
Bagian ini berisikan perlakuan yang akan diberikan kepada siswa sesuai
dengan yang tertulis pada rencana tindakan. Di luar itu adalah
pembelajaran-biasa yang telah Anda lakukan sehari-hari, tidak perlu
dituliskan di sini. Anda harus membedakan antara pembelajaran biasa
dan PTK. Yang Anda tuliskan dalam siklus hanyalah bagian yang Anda
teliti saja.

26

2)

Pelaksanaan
Bagian pelaksanaan menguraikan apakah hal yang Anda rencanakan dapat
direalisasikan secara penuh. Jika tidak, perlu dilihat polanya dalam
periode tertentu; mungkin hanya separonya yang dapat dilaksanakan.
Tentu saja Anda dapat mengelaborasikan pelaksanaan ini secara detil,
sampai hal-hal yang otentik.

3)

Pengamatan
Bagian ini berisikan hasil observasi menggunakan berbagai instrumen.
Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah sifat triangulasi dan saturasi
data. Hasil-hasil pekerjaan siswa yang otentik dapat disajikan di sini.

4)

Refleksi
Refleksi berisikan penjelasan Anda tentang keberhasilan atau kegagalan
yang terjadi setelah selang waktu tertentu. Refleksi diakhiri dengan
perencanaan kembali untuk siklus berikutnya.

b.

Siklus kedua
1) Perencanaan
2)
3)
4)

c.

Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi

Siklus ketiga, dst.


1)
2)
3)
4)

Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi

5. Kesimpulan dan Saran


a.

Kesimpulan
Kesimpulan hendaknya berisi produk dan proses pelaksanaan TTK. Jika
mengatakan cooperative learning berhasil meningkatkan hasil belajar siswa,
Anda perlu mendeskripsikan prosesnya. Strategi dan metode penting yang
membuat cooperative learning itu bisa berhasil Anda tuliskan secara
sistematis.

b.

Saran
27

Saran diperlukan apabila hasil penelitian Anda menyangkut pendukung dari


bagian lain sekolah Anda, misalnya petugas perpustakaan, laboran, dan
tukang kebun. Jangan memberikan saran tentang perlunya PTK ini
diteruskan, karena hal itu kurang relevan dengan masalah penelitian Anda.
6. Daftar Pustaka
Gunakan pedoman American Psychological Association (APA).
7. Lampiran
Hal-hal yang perlu dilampirkan antara lain a) Instrumen penelitian, b) Bukti
seminar proposal dan hasil penelitian, c) Contoh data mentah, d) Curriculum
vitae peneliti, e) Dsb.
Daftar Rujukan
Borg, W. R., Gall, J. P., & Gall, M. D. (1993). Applying Education Research. A
Practical Guide (3rd ed.). N. Y. : Longman.
Hammersley, M. (Ed.). (1986). Case Studies in Classroom Research. Philadelphia:
Open University Press.
Hopkins, D. (1993). A Teachers Guide to Classroom Research (2nd ed.).
Philadelphia: Open University Press.
Sagor, R. (1992). How to Conduct Collaborative Action Research. Alexandria:
Association for Supervision and Curriculum Development.
Tim Pelatih Penelitian Tindakan (Action Research) Universitas Negeri Yogyakarta.
(2000). Penelitian tindakan (action research). Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Umum.

28

Anda mungkin juga menyukai