ARTIKEL
OLEH
JUMADI
NIM 608311454749
Artikel oleh Jumadi yang berjudul Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Malang
ini telah diperiksa dan disetujui oleh:
memiliki nilai standar batas tuntas 75 artinya siswa dikatakan tuntas belajar
matematika jika nilai ulangan matematika siswa minimal mencapai 75.
Sebagai tenaga pengajar/pendidik yang secara langsung terlibat dalam
proses belajar mengajar, maka guru memegang peranan penting dalam
menentukan peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar yang akan
dicapai siswanya. Dalam hal ini penguasaan materi dan cara pemilihan
pendekatan atau teknik pembelajaran yang sesuai dengan menentukan tercapainya
tujuan pembelajaran. Demikian juga halnya dengan proses pembelajaran. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran, perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu
tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu, tidak
mungkin tujuan dapat tercapai. (Sanjaya, 2005:99).
Untuk itu peneliti menerapkan metode pembelajaran penemuan
terbimbing. Sebagai pelaku pembimbing, guru diharapkan memberikan proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Metode
pembelajaran penemuan terbimbing merupakan pembelajaran yang
mengutamakan keaktifan, dan kreatif.
Berdasarkan keadaan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Penerapan pembelajaran penemuan terbimbing pada
pokok bahasan teorema Phytagoras untuk meningkatkan hasil belajar matematika
bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Malang.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research) dengan pendekatan kualitatif. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan,
yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan
refleksi (Kemmis dan Mc. Taggart, 1998).
Kehadiran peneliti di lapangan adalah wajib sifatnya. Pada penelitian
kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpul data utama (Moleong 2007: 9). Peneliti berperan sebagai perencana,
pelaksana, pengumpul data, penganalisis data, penafsir data, dan pada akhirnya
peneliti menjadi pelapor hasil penelitian (Moleong, 2007: 9).
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Malang yang beralamatkan di
JL. Profesor Mohammad Yamin VI, No. 26, Malang. Subjek penelitiannya adalah
siswa kelas VIII-F yang terdiri dari 38 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Januari semester genap tahun ajaran 20012/20013.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa (1) hasil observasi
selama proses pembelajaran yang berpedoman pada lembar observasi, (2) hasil
tes yang dilaksanakan pada akhir siklus, (3) dokumentasi berupa foto-foto
aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Perangkat
pembelajaran yang digunakan adalah RPP dan Lembar kerja siswa.
Data hasil observasi yang dilakukan dianalisis dengan memberikan skor
untuk penentuan kategori.
Persentase keberhasilan =
Observer
Skor siklus I
Pertm. I
Pertm. II
Persentase
Pertm. I
Rata-rata
Pertm. II
Observer 1
27
28
75%
77,78%
76,39%
Observer 2
26
28
72,22%
77,78 %
75%
Yang kedua data hasil observasi aktifitas siswa yang sudah dianalisis
tersaji pada tabel berikut.
Tabel Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I
No
1
2
Observer
Skor siklus I
Persentase
Pertm. I
Pertm. II
28
29
31
30
Observer 1
Observer 2
Pertm. I
70%
72,5%
Rata-rata
Pertm. II
77,5%
75 %
73,75%
73,75%
26
12
68,42%
Observer
Observer 1
Observer 2
Skor siklus II
Persentase
Pertm. I
Pertm. I
32
30
88,89%
83,33%
Rata-rata
88,89%
83,33%
Observer
Observer 1
Observer 2
Skor siklus II
Persentase
Pertm. I
33
33
Pertm. I
82,5%
82,5%
Rata-rata
82,5%
82,5%
Tuntas belajar
38
31
81,58%
Pembahasan
Penerapan pembelajaran metode penemuan terbimbing dilaksanakan
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Dari
hasil lembar observasi aktivitas guru dan siswa mengikuti langkah-langkah RPP
pada siklus I dan II disimpulkan bahwa hasil pelaksanaannya mengalami
peningkatan/perbaikan.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ditemukan kekurangankekurangan dalam proses pembelajaran dan akan dilakukan perbaikan pada siklus
II. Pada kegiatan perencanaan tindakan, peneliti memperbaiki tahapan-tahapan
dari pembelajaran pada siklus sebelumnya, peneliti memberi waktu lebih kepada
siswa untuk beragumen dan bertanya, peneliti menekankan kepada siswa untuk
membuat dan menuliskan kesimpulan, Peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran
mengelola waktu agar siswa mendapatkan porsi waktu yang cukup, peneliti
memberi motivasi kepada siswa.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa mengikuti langkahlangkah RPP pada siklus I dan II disimpulkan bahwa hasil pelaksanaannya
mengalami peningkatan/perbaikan. Adapun perbandingan penerapan
pembelajaran penemuan terbimbing berdasarkan tahap-tahap pembelajaran pada
siklus I dan II dipaparkan dalam tabel berikut.
Tabel Perbandingan Taraf Keberhasilan Aktifitas Guru dalam Menerapkan Rencana
Pembelajaran pada Siklus I dan II
Rata-Rata
Kriteria
Siklus
Prosentase
Keterangan
Klasifikasi
Keberhasilan
Siklus I
75,69%
Baik
Meningkat
10,40%
Siklus II
86,11%
Sangat Baik
Dari tabel tersebut diketahui bahwa pada siklus I dan II, ketepatan siswa
melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP adalah 76,55%
dan 81,76%. Sehingga aktivitas siswa di dalam mengikuti langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun mengalami peningkatan
5,21% . Dengan kata lain, siswa di dalam melaksanakan pembelajaran penemuan
terbimbing semakin mengalami perbaikan dari siklus I ke siklus II.
Perbandingan data hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa yang
diperoleh selama pelaksanaan siklus I dan siklus II tersaji pada tabel berikut.
Keterangan
Meningkat
(13,16%)
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa siswa yang tuntas belajar pada
siklus I sebanyak 26 siswa (68,42%) sehingga dapat dikatakan belum mencapai
ketuntasan belajar klasikal (75%). Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas
belajar sudah mencapai 35 siswa (81,58%) sehingga dapat dikatakan sudah
mencapai ketuntasan belajar klasikal. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I ke siklus II sebesar 13,16%.
Pada hakekatnya siswa senang bila belajar sambil bekerja atau melakukan
aktivitas. Mereka akan merasa punya harga diri bila diberi kesempatan untuk
berbuat atau melakukan sesuatu. Bekerja adalah tuntunan pernyataan dari anak.
Oleh karena itu, mereka perlu diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata
yang melibatkan otot dan pikirannya dengan demikian kegiatan belajar mencari
dan menemukan sendiri akan tertanam dalam diri anak akan terus berkesan dan
tidak akan dilupakan.
Siswa dengan adanya peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar
maka dapat dikatakan bahwa nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti
pembelajaran penemuan terbimbing mengalami peningkatan. Begitu pula dengan
jumlah siswa yang tuntas belajar mengalami peningkatan yang cukup berarti.
Kesimpulan
Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran yang telah dipaparkan pada
paparan data dan juga pada pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan
Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing
yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah sebagai berikut:
a. Guru memberikan aprepsi diawal pembelajaran
b. Guru membagikan LKS pada siswa, kemudian memimta siswa
mengerjakan LKS yang telah dibagikan.
c. Siswa mengerjakan LKS dengan metode penemuan bimbing.
d. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas kemudian siswa
yang lainnya menanggapi hasil kerja temannya.
e. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah
dipelajari.
f. Setelah materi pembelajaran dipelajari semua diadakan tes, untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
Saran
Berdasarkan simpulan di atas diajukan saran sebagai berikut:
1. Metode penemuan terbimbing dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
metode pembelajaran karena dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa pada materi pokok Phytagoras.
2. Peneliti lain dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang metode
penemuan terbimbing dan dapat mengaplikasikannya pada materi yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Bruner, J. S. (1977). Early social interaction and language acquisition. In H.R.
Schaffer (Ed.), Studies in Mother-infant Interaction (pp. 271289).
London: Academic Press.
Kemmis, S., &Mc Taggart, R. 1998. The Action Research Planner. Victoria:
Deakin University Press.
Koes, Supriyono. 2000. Kajian Pola Interaksi Kelompok Teman Sebaya dan
Dampaknya. Penelitian tidak di terbitkan. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta : Prenada Media.
Sanjaya, Wina. 2006. Stategi pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group