PERNAFASAN
DI RUANG IGD dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
OLEH :
Hely Sriyani
Sepsis
Shock
Pankreatitis
Uremia
Overdosis Obat
Peningkatan TIK
Terapi radiasi
3. Patofisiologi
Distress pernafasan terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada
membrane alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam
ruang
interstisiel
alveolar
dalam
paru-paru.
alveolus
menjadi
dalam
waktu
makrofag,
sel
debris,
dan
kedalam
ruang
alveolar. Karena terdapat cairan dan debris dalam interstisium dan alveoli
maka area permukaan untuk pertukaran oksigen dan CO2 menurun
sehingga
mengakibatkan
rendahnyan
rasio
ventilasi-
perfusi
dan
dengan demikian
meningkatkan
mengalami
trauma
fisik,
meskipun
dapat juga terjadi pada individu yang terlihat sangat sehat segera sebeluma
witan, misalnya awitan mendadak seperti infeksi akut. Biasanya terdapat
periode
laten
sekitar
18-24
jam
dari
waktu
cedera
paru
hari
Pasien yang
infeksi
berat.
Sebenarnya
sistim
4. Manifestasi Klinis
Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit ini sangat dipengaruhi
oleh tingkat maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia
kehamilan, semakin berat gejala klinis yang ditujukan.
1) Adanya sesak nafas
2) Retraksi dinding dada
3) Otot bantu pernafasan
4) Respiratori rate < 24 x/menit
5) Pernapasan cepat
6) Pernapasan terlihat parodaks
7) Cuping hidung
8) Apnea
9) Sianosis
5. Komplikasi
Menurut Suriadi dan Yulianni (2006) komplikasi yang kemungkinan
terjadi pada pasien respiratori distres yaitu:
1) Komplikasi jangka pendek
Kebocoran alveoli
Apabila dicurigai
terjadi
kebocoran
udara
(pneumothorak,
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) tindakan untuk mengatasi masalah
kegawatan pernafasan meliputi
1) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekua
2)
3)
4)
5)
6)
7)
caiaran paru
Fenobarbital.
Vitamin E menurunkan produksi radikal bebas oksigen
Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea dan untuk
dengan:
Tujuan
Intervensi
Rasional
Dx
1
Setelah diberikan
tindakan selama
beberapa
jam
diharapkan pertu
karan gas
menjadi
efektif
dengan kriteria :
Pasien
dapat
memperlihatka
n ventilasi dan
oksigenasi
yang adekuat
dengan
nilai
ABGs normal.
Bebas dari gejala
distres pernafa
san
1. Takipneu
adalah
kompensasi
mekanisme
untuk
hipoksemia
wheezing.
3. Kaji adanya cyanosis.
4. Observasi adanya somnolen,
confusion, apatis, dan ketidak
mampuan beristirahat.
5. Berikan istirahat yangcukup
dengan masker.
7. Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberikan obat-obat
steroids,
jaringan
disebabkan
oleh peningkatan
permeabilitas
kapiler.
yang
membran
Wheezing
karena broncho
alveoli
terjadi
kontriksi
atau
dan nyaman.
6. Berikan humidifier oksigen
seperti
permukaan
antibiotik,
bronchodilator dan
adanya
sistemik,
ekspektorant
hipoksemia
cyanosis
perifer
pasien,
terus
menerus
dengan
distress
pernafasan
2
1. Catat
dalam bernafas
nafasnya.
2. Observasi
pola
abdominal,
meningkatkan
usaha
dalam
dada
dapat
dari
bernafas.
penurunan pengembangan da 2. Pengembangan
leher dapat
menjadi
batas
dari
akumulasi
peningkatan
efisiensi
DAFTAR PUSTAKA
1. Julius E Surjawidjaja, (2003). Jurnal Sindrom pernapasan akut parah :Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti.
2. Anynomous, 2007. Asuhan Keperawatan KLIEN dengan ARDS (Adult
Respiratory Distress Syndrome). EGC. Jakarta.
3. Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC.
Jakarta.
4. Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaandan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
5. Hudak, Gall0. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Ed.VI. Vol.I.
EGC.Jakarta
.