Anda di halaman 1dari 11

IMUNISASI

1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu

cara

untuk

meningkatkan

kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak


terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit
tersebut karena system imun tubuh mempunyai system memori (daya
ingat), ketika vaksin masuk ke dalam tubuh maka akan dibentuk
antibody untuk melawan vaksin tersebut dan system memori akan
menyimpannya sebagai suatu pengalaman.
Imunisasi dapat dilakukan pada anak-anak maupun orang dewasa.
Imunisaasi dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai
kadar kekebalan di atas ambang perlindungan. Imunisasi lanjutan
adalah imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan di
atas

ambang

perlindungan

atau

untuk

memperpanjang

masa

perlindungan.
2. Sasaran Imunisasi
Imunisasi penting untuk diberikan, hal ini karena 3 dari 100
kelahiran anak akan meninggal karena c1.ampak, 2 dari 100 akan
meninggal karena batuk rejan, 1 dari 200.000 anak akan meninggal
karena polio dan 1 dari 100 anak akan meninggal karena tetanus.
Imunisasi tidak hanya diberikan kepada anak saja, namun beberapa
orang beresiko untuk terkena penyakit, mereka yakni :
1. Bayi dan anak balita, anak sekolah, dan remaja
2. Calon Jemaah haji/umroh
3. Orang tua, manula
4. Orang yang berpergian ke luar negeri.
5. Dll.
3. Jenis Imunisasi
Ada 2 macam jenis imunisasi yaitu :
1. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin)


agar system kekebalan atau imun tubuh dapat merespon secara
spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen.
2. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkata kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat immunoglobulin yaitu zat yang dihasilkan melalui
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia
(kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau
binatang (bias ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba dalam
tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasi adalah penyuntikan ATS
(Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami lukan kecelakaan.
4. Macam-macam Imunisasi yang Diwajibkan
1. BCG (bacillus Celmette-Guerin)
Imunisasi BCG mempunyai fungsi untuk mencegah penyakit TBC
(Tuberculosis).

Penyakit

ini

disesbabkan

oleh

Mycobacterium

tuberculosis complex. Pada manusia penyakit ini akan menyerang


system pernapasan yang lebih dikenal dengan TB paru. Bakteri ini
dapat menyernag berbagai organ tubuh seperti paru-paru, kelenjar
getah bening, sendi, ginjal, hati dan selaput otak. Komplikasi pada
penderita TBC sering terjadi pada stadium lanjut yaitu :
a) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti tulang, otak, persendian
b)
c)
d)
e)

dan lainnya.
Insufisiensi kardio pulmoner
Pneumotoraks spontan
Bronkiektasis
Hemoptasis berat
Menurut nufraeni (2003) imunisasi BCG tidak mencegah TBC

namun mengurangi risiko terserang TB berat seperti meningitis TB


dan TB miliar. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan, vaksin BCG
merupakan vaksin hidup maka tidak diberikan pada pasien dengan
imunokompromais (leukemia, anak yang sedang mendapatkan
pengobatan steroid jangka panjang dan bayi HIV).
Kemasan

Vaksin BCG di kemas dalam ampul, bentuk kering dan 1 box berisi
10 ampul vaksin. Setiap 1 ampul vaksin dengan 4ml pelarut.
Cara pemerian dan dosis
Vaksin BCG diberikan melalui suntik secara intracutan didaerah
lengan kanan atas. Disuntikkan di lapisan kulit dengan penyerapan
pelan-pelan. Sebelum vaksin disuntikkan harus dilarutkan terlebih
dahulu. Dosisnya 0,05cc untuk bayi dan 0,1cc untuk anak. Imunisasi
BCG biasanya dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan
Kontraindikasi
1. Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang
sedang menderita TBC.
2. Tidak boleh diberikan pada orang dengan penyakit kulit berat,
furunkulosis, dll.
3. Penderita gangguan
penderita

dengan

system

pengonatan

kekebalan
steroid

tubuh

jangka

(leukemia,

panjang

dan

penderita HIV).
Reaksi yang timbul
a. Reaksi local : 1-2 minggu setelah penyuntikkan muncul kemeran
dan

benjolan

kecil

teraba

keras

di

tempat

penyuntikkan,

kemudian pecah dan meninggalkan bekas parut.


b. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau
leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan
menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
2. DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus)
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit yaitu difteri,
pertussis dan tetanus yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheria. Penyakit ini bersifat ganas dan mudah menular dan
menyernag saluran pernapasan bagian atas. Penularannya bias
melalui kontak langsung melalui bersin, atau batuk. Dan kontak tidak
langsung melalui makanan yang terkontaminasi bakteri difteri.
Pendertiya difteri akan mengalami demam 38C, mual dan muntah.

Pertussis

merupakan

penyakit

yang

disebabkan

Bordetella

pertussis. Kuman ini akan mengeluarkan toksin yang menyebabkan


ambang rasa batuk. Serangan batuk sering terjadi pada malam hari.
Batuk ini mencapai 1-3 bulan dan oleh Karen pertussis disebut
dengan batuk 100 hari.
Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman
Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerob yang bias hidup tanpa
oksigen. Tetanus disebabkan oleh bakteri yang berada di tanah,
debu, dan kotoran hewan dan dapat masuk melalui luka sekecil
tusukan jarum. Penderita tetanus akan mengalami kejang-kejang baik
pada tubuh, otot, mulut, sehingga mulut tidak bias membuka, ada
bayi air susu ibu tidak masuk dan selanjutnya penderita akan
mengalami kesulitan menelan dan bernafas.
Cara pemberian dan dosis
Cara pemberian vaksin ini melalui suntikkan secara intramuscular.
Suntikkan diberikan pada paha tengah luar dengan dosis 0,5 cc.
pemberian vaksin DPT dilakukan 3 kali mulai bayi berumur 2 bulan11 bulan dengan interval 4 minggu.
Efek samping
Pemberian imunisasi DPT akan memnerikan efek samping ringan
dan berat. Efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat
penyuntikkan

dan

demam,

sedangkan

efek

berat

bayi

akan

menangis hebat karena kesakitan selama kurang dari 4 jam,


kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock.
Kontraindikasi
pada anak yang demam, memiliki kelainan penyakit, kelainan saraf
dan mudah kejang
3. Polio
Imunusasi ini bertujuan untuk mencegah penyakit poliomyelitis.
Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT.
Poliomeilitis adalah penyakit susunan saraf pusat yang disebabkan

oleh satu dari 3 virus yang berhubungan yaitu virus polio type 1,2
atau 3. Virus ini dapat berakibat pada kelumpuhan yang dimulai
dengan gejala demam, nyeri otot dan dapat berakibat pada
kematian.

Kemasan
Kemasan vaksin polio dalam 1 box vaksin yang terdiri dari 10 vial, 1
vial berisi 10 dosis, Vaksin polio adalah vaksin yang berbentuk
cairan, setiap vial vaksin polio disertai 1 buah penetesan (dropper)
yang terbuat dari plastic.

Cara pemerian dan dosis


Polio diberikan 4 kali dengan interval 4 minggu. Imunisasi ulangan
diberikan usia 1 tahun kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun)
yang dapat diberikan secara oral maupun suntikkan.
Kontraindikasi
Tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita defisiensi
imunitas.
Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa
paralisis yang disebabkan oleh vaksin jarang terjadi.
4. Campak
Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak. Campak, measles atau rubella adalah
penyakit virus akut yang disebabkan virus campak. Virus ini
ditularkan melalui udara, menempel dan berkembang biak pada
epitel nasofaring.
Kemasan
Kemasan vaksin campak, 1 box pelarut berisi 10 ampul @5ml,
berbentuk beku kering, 1 vial berisi 10 dosis, 1 box vaksin terdiri dari
10 vial.

Cara pemberian dan dosis


Pemberian vaksin ini dilakukan pada umur anak 9-11 bulan dengan
dosis 0,5 cc secara subkutan di lengan kiri atas.. Sebelum disuntikkan
vaksin ini harus dilarutkan dengan pelarut 5 ml cairan pelarut
Kontraindikasi
Infeksi akut yang

disertai

demam

>38C,

gangguan

system

kekebalan, pemakaian obat imunosupresan, alergi tehadap protein


telur, hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritrimisin, wanita
hamil
Efek samping
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,
konjungtivitis, dan gejala kataral serta ensefalitis.
5. Hepatitis B
Imunisasi ini bertujuan untuk memberikan tubuh kekebalan
terhadap penyakit hepatitis B, disebabkan oleh virus yang telah
mempengaruhi organ liver (hati). Virus Hepatitis B ditemukan dalam
cairan tubuh orang yang terjangkit termasuk darah, ludah, dan air
mani.
Kemasan
Vaksin hepatitis B berbentuk cairan, 1 box vaksin hepatitis B PID
terdiri dari 100 HB PID.

Cara pemberian dan dosis


Imunisasi ini diberikan sebanyak 3 kali. Diberikan pada usia 0-7 hari,
11 bulan, dan 12 tahun dan diberikan melaui injeksi intrasmuscular.
Kontraindikasi
Hipersensitiv terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksinvaksin lain, tidak boleh diberikan pada penderita infeksi berat yang
diserta kejang.
Efek samping

Reaksi local seperti rasa kemerahan dan pembengkakan disekitar


tempat penyuntkkan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang serelah 2 hari.
5. Macam-Macam Imunisasi Yang di Anjurkan
1. Imunisasi HiB
Imunisasi Hib tergolong imunisai yang dianjurkan agar tubuh
mempunyai kekebalan terhadap bakteri haemophillus influenza type
b. Bakteri ini menyebabkan penyakit yang tergolong berat seperti
meningitis. Penularan penyakit ini melalui bersin, batuk, dan bendabenda yang.
Cara pemberian dan dosis
Imunisasi HiB diberikan pada bayi yang berumur 2, 4, dan 6 bulan.
imunisasi ini diberikan secara suntikan dibagian otot paha. Jawal
imunisasi terdiri dari :
a. Vaksin HiB yang berisi PRP-T diberikan pada usia 2,4, dan 6 bulan.
b. Vaksin HiB yang berisi PRP-OMP diberikan pada umur 2 bulan, 4
bulan dan dosis ketiga 6 bulan tidak diperlukan.
c. Vaksin HiB dapat diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi
(DTwP/HiB, DTaP/HiB/IPV)
Satu dosis vaksin berisi o,5 ml yang diberikan secara IM. Untuk
imunisasi ulangan vaksin HiB baik PRP-T atau PRP-OMP perlu diulang
pada umur 18 bulan, apabila anak dating pada umur 1-5 tahun, HiB
hanya diberikan 1 kali.
Efek Samping
efek sampingnya sakit, bengkak, kemerahan di tempat suntikan.
2. Imunisai Pneumokokus
Imunisasi pneumokokus sangat penting dalam melindungi anak-anak
dari penyakit radang paru yang mengacu pada berbagai penyakit
yang

disebabkan

oleh

infeksi

dengan

bakteri

streptococcus

pneumonia, yang juga dikenal sebagai pneumokokus.


Cara pemberian
Vaksin ini dikemas dalam prefilled syringe 5 ml diberikan secara IM.
dosis pertama tidak diberikan sebelum umur 6 minggu dan untuk

bayi BBLR (<1500 gram) vaksin diberikan setelah umur 6-8 minggu,
tanpa memperhatikan umur kehamilan. Dapat diberikan bersamaan
dengan vaksin lain yaitu HiB, MMR, DtWp, DTap, dan verisella dengan
menggunakan syringe terpisah.
Jadwal dan dosis PVC
Dosis pertama

Imunisasi Dasar

Imunisasi

(bulan)
2-6

3 dosis, interval 6-8

Ulangan
1 dosis 12-15

7-11

minggu
2 dosis, interval, 6-8

bulan
1 dosis 12-15

minggu
2 dosis, interval, 6-8

bulan

12-23
24

minggu
1 dosis

Jenis vaksin Pneumococcus


Vaksin Polisakarida (PPV)
T-Cell independent
Tidak imunogenik pada umur
< 2 tahun
Indikasi umur >2tahun risiko
tinggi

Vaksin Polisakarida
Konjugasi (PVC)
T-Cell dependent (memory
cell)
Imunogenik pada umur < 2
tahun
Indikasi : anak sehat dan
anak risiko tinggi umur 2

Mempunyai imunitas jangka

bulan sampai 5 tahun


Mempunyai imunitas

pendek
Nama : Pneumo-23 (sanofi

jangka panjang
Nama : Prevenar (Pfizer)

Pasteur)

synoflorix (GSK)

Efek Samping
a. Sedikit bengkak, merah, dan sakit di tempat suntikan
b. Demam rendah

c. Reaksi yang kurang biasa mungkin termasuk muntah, kurang


nafsu makan, diare
d. Reaksi parah akan terjadi.
Penanganan Efek Samping
a. Membubuhkan kain basah yang dingin di tempat suntikan yang
sakit
b. Anak jangan berpakaian terlalu hangat
c. Memberi paracetamol untuk mengurangi demam (perhatikan
dosis yang dianjurkan menurut usia anak)
d. Memberi anak lebih banyak minuman.
3. Imunisasi Measles, Mumps, Rubella
Kombinasi measle, mumps, dan rubella diperkenalkan pada
tahun1968, imunisasi ini untuk mencegah terjadinya penyakit
campak (measles), parotis epidemika (mumps), dan rubella (campak
jerman).
Pemberian MMR
Pemberian vaksin tidak dianjurkan dilakukan pada usia di bawah
satu tahun, dapat dilakukan pada usia 15-18 bulan. kandungan
vaksin ini adalah virus campak strain Edmonson yang telah
dilemahkan, virus rubella strain RA 27/3 dan virus gondong. Dosis
satu kali pemberian 0,5 ml secara subkutan. MMR diberikan minimal
1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lain, apabila
seorang anak telah mendapat munisasi MMR pada umur 12-18 bulan
dan 6 tahun, imunisasi campak (monovalen) tambahan umur 5-6
tahun tidak perlu diberikan. Ulangin imunisai MMR diberikan pada
umur 6 tahun.
Efek Samping
Reaksi yang dapat terjadi pasca vaksinasi MMR adalah rasa tidak
nyaman di bekas penyuntikkan vaksin. Demam tidak tinggi, erupsi
kulit kemerahan halus/tipis , pilek.
Kontraindikasi
a. Alergi terhadap antibiotic neomycin

b. Wanita yang sedang hamil atau bertujuan hamil dalam waktu


satu bulan setelah imunisasi.
4. Imunisasi influenza
Vaksin influenza telah direkomendasikan oleh Satgas Imunisasi IDAI
sejak April 2006 dan telah dimasukkan dalam kelompok vaksin yang
dianjurkan, sesuai jadwal. Vaksin Influenza terdiri dari : vaksin
trivalent influenza yang terdiri dari 2 virus influenza subtype A yaitu
H3N2 dan H1N1 serta virus influenza tipe B.
Pemberian vaksin Influenza diberikan setiap tahun, mengingat tiap
tahun terjadi pergantianjenis galur virus yang beredar di masyarakat.
Vaksin influenza diberikan pada umur 6-23 bulan, baik anak sehat
maupun dengan risiko (asma, penyakit jantung, penyakit sel sickle,
HIV, dan diabetes).
Dosis dan cara pemberian
Dosis dan cara pemberian bergantung pada umur anak yaitu umur 635 bulan : 0,25ml, umur 3 tahun : 0,5 ml, umur 8 tahun yaitu
untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan interval
minimal 4-6 minggu pada tahun berikutnya hanya diberikan 1 dosis.
Vaksin influenza diberikan secara IM pada anterolateral atau deltoid.
5. Imunisasi tipoid
Memberikan kekebalan pada tubuh terhadap infeksi kuman
penyebab tipoid merupakan tujuan diberikan imunisasi ini.Terdapat 3
jenis vaksin tipoid abdominalis yaitu vaksin dari kuman yang
dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivitof, berna) antigen capsular
Vi Polisakarida (Typhim Vi.
Pasteur Meriux). Untuk bayi usia 6-12 bulan diberikan vaksin dari
kuman yang telah dimatikan dengan dosis 0,1 ml, untuk usia 1-2
tahun sebanyak 0,5 ml. Pada imunisasi awal dapat diberikan
sebanyak 2 kali dengan interval 4 minggu, selanjutnya penguat
dilakukan 1 tahun.
Pada vaksin kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam
bentuk kapsul enteric coated sebelum makan pada hari 1,2,5 pada

anak diatas usia 2 tahun dan diulang 3 tahun. Untuk tipoid oral Ty21a
diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dikems dalam kapsul
diberikan 3 dosis dengan interval selang 1,3, dan 5. Imunisasi
ulangan dilakukan 3-5 tahun.
6. Imunisasi varicella
Imunisasi dilakukan agar tubuh mempunyai kekebalan terhadap
penyakit varisella atau cacar air. Pemberian vaksin varicella dari
umur 5 tahun menjadi 1 tahun. Hal ini berdasarkan pada :
1. Efektifitas vaksin varicella tidak diragukan lagi, namun apabila
cakupan imunisasi belum tinggi dapat mengubah epidemiologi
penyakit dari masa anak ke dewasa.
2. Dampak varicella pada dewasa lebih berat dari pada anak
3. Penularan terbanyak di sekolah taman kanak-kanak di sekolah
taman bermain.
Jadwal imunisasi diberikan pada anak umur 1 tahum, untuk
anak yang mengalami kontak dengan pasien varisella imunisasi
dapat mencegah apabila diberikan dalam kurun 72 jam setelah
kontak. Dosis pemberian 0,5 ml secara subkutan dan diberikan 1
kali, untuk umur lebih dari 13 tahun atau dewasa diberikan 2kali
dengan jarak 4-8 minggu.

Anda mungkin juga menyukai