Anda di halaman 1dari 95

PRAKTEK PENDIDIKAN MACRO DAN MICRO TEACHING

Disunsun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kulia Praktek Pendidikan


MATERI I :
I ASKEB III (NIFAS)
Konsep dasar nifas
a. Tujuan asuhan masa nifas
b. Peran dan Tanggung jawab bidan dalam masa nifas
MATERI II
a. Tahapan masa nifas
b. Kebijakan program Nasional masa nifas
c. Perubahan fisioligis, psikologis masa nifas
Praktek Klinik : Perawatan Payudara

Disusun Oleh :
NURIL MASRUCHAH
NIM : 2011 02 0500

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA


PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK
JOMBANG
2012

RENCANA PELAKSANAAN PRAKTEK KEPENDIDIKAN


( MACRO TEACHING )

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah


Praktek pendidikan

Disusun Oleh :
NURIL MASRUCHAH
NIM : 2011 02 0500

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA


PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK
JOMBANG
2012

LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan rencana pembelajaran ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Mengetahui

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Soelijah Hadi.M.Kes.MM

Istiadah Fatmawati,SST

NPP : 010 201 002

NPP : .

Ka, Prodi D IV Bidan Pendidik

Semi Naim, S.S.T.M.Kes


NPP : 010 305 020

Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada
Jombang

Dra.Hj.Soelijah Hadi, MKes. MM


NPP : 010 201 001

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kepada tuhan yang maha esa, dengan rahmat
dan karuniaNya saya dapat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.
Rencana pembelajaran ini saya sunsun dan saya ajukan sebagai pemenuhan tugas
PKK D- IV pendidik di stikes husada jombang
Dalam kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasi atas
bimbingan semua pihak sehingga tugas peraktek kebidanan ini dapat
terselesaikan, untuk itu saya mengucapkan terima kasi kepada :
1. Dra. Soelijah hadi,M.Kes, MM., selaku ketua STIKES Husada Jombang
2. Semi naim, SST, MM. Kes, selaku ketua program studi D- IV Bidan
Pendidik sekolah tinggi ilmu kesehatan Husada Jombang
3. Dra. Soelijah hadi,M.Kes, MM.,selaku pembimbing praktek kebidanan
4. Istiadah Fatmawati, SST selaku dosen pamong.
Demikian sehingga dapat digunakan sebagai panduan dalam memberikan
bimbingan secara optimal kepada para mahasiswa setudi D- IV kebidanan, sesuai
dengan tarjet kopentensi yang harus di capai
Jombang, .. 2012
Penyusun

PEMBELAJARAN 1
ASKEB III (NIFAS)
KONSEP DASAR NIFAS

SILABUS
ASKEB III (NIFAS)
KONSEP DASAR NIFAS

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PRAKTEK PENDIDIKAN
SILABUS

Disusun Oleh :
NURIL MASRUCHAH
NIM : 2011 02 0500

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA


PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK
JOMBANG
2012

SILABUS

Mata Kuliah
: ASKEB III ( Nifas )
Kode MK / SKS
: Bd. 303 /2 SKS
Tingkat / Semerter
: 2 / III
Alokasi Waktu
: 2 X 50 menit
A. DISKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini memberikan kemampuan untuk melaksanakan asuhan pada


nifas dengan pendekatan manajemen kebidanan di dasari konsep, sikap, dan
keterampilan dengan pokok bahasan: Konsep dasar masa nifas, respon orang
tua terhadap bayi bayi baru lahir, proses adaptasi, fisiologi dan psikologi masa
nifas, kebutuhan dasar masa nifas, kebutuhan dasar masa nifas, melaksanakan
asuhan kebidanan pada masa nifas melaksanakan kunjungan rumah pada ibu
masa nifas, deteksi dini komplikasi masa nifas dan pendokumentasiannya.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan konsep dasar masa nifas
2. Menjelaskan proses laktasi dan menyusui
3. Menjelaskan respon orang tua terhadap bayi baru lahir
4. Menjelaskan perubahan fisiologis
5. Menjelaskan proses adaptasi fisiologis dan psikologis ibu dalam masa
6.
7.
8.
9.

nifas
Mengidentifikasi kebutuhan dasar ibu masa nifas
Melaksanakan asuhan kebidanan pada masa nifas
Melaksanakan program tindak lanjut asuhan masa nifas
Menjelaskan cara deteksi dini komplikasi pada masa nifas dan

penangannya
10. Mendokumentasikan hasil asuhan masa post partum

C. PROSES PEMBELAJARAN
T : Dilaksanakan di kelas dengan menggunakan ceramah, seminar dan
penugasan
P : Dilaksanakan di kelas, laboratorium (baik di kampus maupun dilahan
praktek) dengan menggunakan metoda simulasi, demonstrasi, role play dan
bed side teaching.
D. Evaluasi
Teori
1. UTS : 10%
2. UAS : 15%
Praktek

1. Tugas : 15%
2. Latihan: 20%

RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
ASKEB III (NIFAS)

KONSEP DASAR NIFAS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata Kuliah
Kode MK / SKS
Tingkat / Semerter
Pertemuan ke
Alokasi Waktu
Standart Kompetensi

: ASKEB III ( Nifas )


: Bd. 303 /2 SKS
: 2 / III
:3
: 2 x 50 menit
:Mahasiswa mampu memahami konsep dasar

Kompetensi Dasar

masa nifas
:Pada akhir perkuliahan mahasiswa mampu

menjelaskan konsep dasar masa nifas.


Pokok Bahasan
: Pengertian masa nifas.
Sub Pokok Bahasan
:
1. Tujuan asuhan masa nifas
2. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas.
Kegiatan Belajar
Tahap
Pendahuluan

Kegiatan Pengajaran
1. Mengucap salam
2. Memperkenalkan

Kegiatan Mahasiswa
1. Menjawab salam
2. Memperhatikan

10 menit

Media dan Alat


Pengajar
Slide power
point

diri
3. Menjelaskan materi

3. Memperhatikan

yang akan di
4. Memperhatikan
sampaikan
4. Menjelaskan tujuan
pembelajaran :

asuhan masa nifas,


Penyajian

peran dan tanggung

(80 menit)

jawab bidan dalam


masa nifas.
1. Menjelaskan tujuan
1. Memperhatikan
asuhan masa nifas
2. Menjelaskan Peran
2. Memperhatikan
dan tanggung jawab
bidan dalam masa
nifas.
3. Mempersilakan
3. Memperhatikan,
salah satu

Penutup (10

menguraikan hasil
mahasiswa untuk

menit)

pembelajaran yang
mengulas kembali
di dapat dari dosen.
inti dari materi yang
Dan mengajukan
telah disampaikan
pertanyaan
dan mengajukan
pertanyaan

1. Menyimpulkan hasil
1. Memperhatikan
materi yang telah di
berikan
2. Memberikan
pertanyaan
2. Menjawab
3. Mengucapkan salam
pertanyaan
3. Menjawab salam

Evaluasi
Prosedur
Jenis
Bentuk

:
: Tes akhir perkuliahan
: Lisan
: Subyektif

Pertanyaan :
Pertanyaan tes tulis dan lisan :
1. Jelaskan definisi masa nifas ?
2. Jelaskan tujuan asuhan masa nifas ?
3. Jelaskan peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas ?

Jawab :
1. Definisi masa nifas
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya
memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).
2. Tujuan asuhan masa nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.


Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta

perawatan bayi sehari-hari.


Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Mendapatkan kesehatan emosi


3. Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas
antara lain :
Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
Memberikan asuhan secara professional.

HAND OUT
ASKEB III (NIFAS)
KONSEP DASAR NIFAS

HAND OUT
KONSEP DASAR MASA NIFAS
Tujuan pembelajaran Mahasiswa setelah mengikuti mata kuliah ini dapat :
1. Menjelaskan pengertian masa nifas
2. Menjelaskan tujuan asuhan masa nifas

3. Menjelaskan peran dan tanggungjawab bidan dalam masa nifas


4. Menjelaskan tahapan masa nifas
5. Mengetahui kebijakan program nasional masa nifas
Pengertian Masa Nifas
1. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
2. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kirakira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
3. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281).
4. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya
memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).

Tujuan Asuhan Masa Nifas


Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.


2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatan emosi.
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas.
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan
anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.


6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan secara professional.

POWER POINT
ASKEB III (NIFAS)
KONSEP DASAR NIFAS

PEMBELAJARAN 2
ASKEB III (NIFAS)
KONSEP DASAR NIFAS

SILABUS
ASKEB III (NIFAS)
KONSEP DASAR NIFAS

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PRAKTEK PENDIDIKAN
SILABUS

Disusun Oleh :
NURIL MASRUCHAH
NIM : 2011 02 0500

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA


PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK
JOMBANG
2012

SILABUS
ASKEB III (NIFAS)
KONSEP DASAR NIFAS

DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


PRAKTEK PENDIDIKAN
SILABUS

Disusun Oleh :
NURIL MASRUCHAH
NIM : 2011 02 0500

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA


PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK
JOMBANG
2012

SILABUS

Mata Kuliah
Kode MK / SKS
Tingkat / Semerter
Alokasi Waktu

: ASKEB III ( Nifas )


: Bd. 303 /2 SKS
: 2 / III
: 2 X 50 menit

A. DISKRIPSI MATA KULIAH


Mata kuliah ini memberikan kemampuan untuk melaksanakan asuhan pada
nifas dengan pendekatan manajemen kebidanan di dasari konsep, sikap, dan
keterampilan dengan pokok bahasan: Konsep dasar masa nifas, respon orang
tua terhadap bayi bayi baru lahir, proses adaptasi, fisiologi dan psikologi masa
nifas, kebutuhan dasar masa nifas, kebutuhan dasar masa nifas, melaksanakan
asuhan kebidanan pada masa nifas melaksanakan kunjungan rumah pada ibu
masa nifas, deteksi dini komplikasi masa nifas dan pendokumentasiannya.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan konsep dasar masa nifas
2. Menjelaskan proses laktasi dan menyusui
3. Menjelaskan respon orang tua terhadap bayi baru lahir
4. Menjelaskan perubahan fisiologis
5. Menjelaskan proses adaptasi fisiologis dan psikologis ibu dalam masa
6.
7.
8.
9.

nifas
Mengidentifikasi kebutuhan dasar ibu masa nifas
Melaksanakan asuhan kebidanan pada masa nifas
Melaksanakan program tindak lanjut asuhan masa nifas
Menjelaskan cara deteksi dini komplikasi pada masa nifas dan

penangannya
10. Mendokumentasikan hasil asuhan masa post partum

C. PROSES PEMBELAJARAN
T : Dilaksanakan di kelas dengan menggunakan ceramah, seminar dan
penugasan

P : Dilaksanakan di kelas, laboratorium (baik di kampus maupun dilahan


praktek) dengan menggunakan metoda simulasi, demonstrasi, role play dan
bed side teaching.
D. Evaluasi
Teori
3. UTS : 10%
4. UAS : 15%
Praktek
3. Tugas : 15%
4. Latihan: 20%

RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
ASKEB III (NIFAS)

KONSEP DASAR NIFAS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata Kuliah
Kode MK / SKS
Tingkat / Semerter
Pertemuan ke
Alokasi Waktu
Standart Kompetensi

: ASKEB III ( Nifas )


: Bd. 303 /2 SKS
: 2 / III
:3
: 2 jam
:Mahasiswa mampu memahami konsep dasar

Kompetensi Dasar

masa nifas
:Pada akhir perkuliahan mahasiswa mampu

menjelaskan konsep dasar masa nifas


Pokok Bahasan
: Menjelaskan konsep dasar ibu nifas
Sub Pokok Bahasan
:
1. Tahapan masa nifas
2. Kebijakan program Nasional masa nifas
Kegiatan Belajar
:
Tahap
Pendahuluan

Kegiatan Pengajaran
1. Mengucap salam
2. Memperkenalkan

Kegiatan Mahasiswa
1. Menjawab salam
2. Memperhatikan

10 menit

Pengajar
Slide power
point

diri
3. Menjelaskan materi
yang akan di
sampaikan
4. Menjelaskan tujuan
pembelajaran :
Tahapan masa nifas,
kebijakan program
Nasional masa
Penyajian

Media dan Alat

3. Memperhatikan
4. Memperhatikan

(60 menit)

nifas, perubahan
fisiologis dan
psikologis masa
nifas
1. Menjelaskan

1. Memperhatikan

Tahapan masa nifas


2. Menjelaskan
Kebijakan program
2. Memperhatikan,
Penutup (20
menit)

Nasional masa nifas


3. Mempersilakan
salah satu
mahasiswa untuk

mengajukan
pertanyaan
3. Menguraikan hasil

mengulas kembali

penangkapan materi

inti dari materi yang

dan ngejukan

telah disampaikan

pertanyaan

dan mengajukan
pertanyaan
1. Menyimpulkan hasil
materi yang telah di
berikan
2. Memberikan
1. Memperhatikan
pertanyaan
3. Mengucapkan salam

2. Menjawab
pertanyaan
3. Menjawab salam

Evaluasi
Prosedur
Jenis
Bentuk

:
: Tes akhir perkuliahan
: Lisan
: Subyektif

Pertanyaan :
Pertanyaan tes tulis dan lisan :
1. Jelaskan Tahapan masa nifas?
2. Jelaskan kebijakan program Nasional masa nifas ?
Jawaban :
1. Tahapan masa nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih enam minggu.
Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam
keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi.
2. Kebijakan program nasional masa nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa


nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

HAND OUT
ASKEB III (NIFAS)
KONSEP DASAR NIFAS

Tahapan Masa Nifas


Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang
lebih enam minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan
sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi.
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:

Kunjungan

Waktu

Asuhan
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia
uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan
serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang
cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

6-8 jam
Pemberian ASI awal.
post
partum Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.


Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka
bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru
lahir dalam keadaan baik.
Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal,
uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan.
II

6 hari post Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.


partum
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan
cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta
tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

III

2 minggu
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan
post
yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
partum

6 minggu Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama


masa nifas.
post
partum Memberikan konseling KB secara dini.

IV

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Kardiovaskuler

Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah


uterin, meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan
hormon estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi normal
kembali. Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun kadarnya masih
tetap tinggi daripada normal. Plasma darah tidak banyak mengandung cairan
sehingga daya koagulasi meningkat.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama
masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya
vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma
selama persalinan.
Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc,
sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali
lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada
persalinan per vaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio
sesarea, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.

Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post
patum.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Hematologi

Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma


serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental
dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000


selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama
masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000
hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit
sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat
volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan
hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih
rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan
awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2
persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.
Penurunan

volume

dan

peningkatan

sel

darah

pada

kehamilan

diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7


post

partum

dan

akan

normal

dalam

4-5

minggu

post

partum.

Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml,
minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas
berkisar 500 ml.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal,


diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan

cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot


polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun
demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara
lain:
1. Nafsu makan.
2. Motilitas.
3. Pengosongan usus.

1. Nafsu Makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk
mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 34 hari
sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu
atau dua hari.
2. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama
waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa
memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3. Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare
sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi,
hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas
membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2. Pemberian cairan yang cukup.
3. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat yang lain.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Perkemihan


Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang
berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan
kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi
ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 36 jam sesudah
melahirkan
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:
1. Hemostatis internal.
2. Keseimbangan asam basa tubuh.
3. Pengeluaran sisa metabolisme.
Hemostatis internal.
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70%
dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular.
Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan langsung diberikan untuk
sel-sel yang disebut cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan
tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbunnya cairan dalam
jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah
kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran
berlebihan dan tidak diganti.
Keseimbangan asam basa tubuh.
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah
7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis.

Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal.


Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang
mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin.
Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses
involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu
merasa sulit buang air kecil.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara
lain:
1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi
retensi urin.
2. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi
dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan
spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga
menyebabkan miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun,
hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya
peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh
untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis pasca
partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan
penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran
kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan

metabolisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of


pregnancy).
Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada
pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan
resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca
persalinan menderita inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang kadangkadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat
penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca
persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter
selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam,
lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada
gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam
kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan
dapat berkemih seperti biasa.

Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal


Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan
semakin bertambah. Adaptasi muskuloskelatal ini mencakup: peningkatan berat
badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas.
Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsurangsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk
membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.

Adaptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi:


1. Dinding perut dan peritoneum.
2. Kulit abdomen.
3. Striae.
4. Perubahan ligamen.
5. Simpisis pubis.
Dinding perut dan peritoneum.
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih
kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot
rectus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya
terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
Kulit abdomen.
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan
mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari dinding abdomen dapat kembali
normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post
natal.
Striae.
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding
abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus rektus
abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas,
paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama
pengembalian tonus otot menjadi normal.

Perubahan ligamen.
Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
Simpisis pubis.
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat
menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara
lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat
tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Gejala ini dapat
menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada
yang menetap.
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum
antara lain:
1. Nyeri punggung bawah.
2. Sakit kepala dan nyeri leher.
3. Nyeri pelvis posterior.
4. Disfungsi simpisis pubis.
5. Diastasis rekti.
6. Osteoporosis akibat kehamilan.
7. Disfungsi rongga panggul.

Nyeri punggung bawah.


Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang
sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem
muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.
Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung
sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran
perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting
diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan,
namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien.
Sakit kepala dan nyeri leher.
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan
migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan
ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka
panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum.
Nyeri pelvis posterior.
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi
sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi
simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot
penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur.
Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior.
Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu
untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat
maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa
nyeri.

Disfungsi simfisis pubis.


Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis
pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis
adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan
melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya,
akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan
terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu
gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai
rasa nyeri yang hebat.
Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri;
perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan
abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap;
pemberian bantuan yang sesuai.
Diastasis rekti.
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm
pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon
terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus
ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot
abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen
yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara
otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area
xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar
sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan

tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan seharihari,
menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.
Osteoporosis akibat kehamilan.
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini
ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya
(tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca
natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk. .
Disfungsi dasar panggul.
Disfungsi dasar panggul, meliputi :
1. Inkontinensia urin.
2. Inkontinensia alvi.
3. Prolaps.
Inkontinensia urin.
Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari.
Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah
inkontinensia stres .
Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai dan
dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar panggul dan transversus
sesering mungkin, memfiksasi otot ini serta otot transversus selam melakukan
aktivitas yang berat. Selama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk
mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus segera setelah persalinan.
Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk ke ahli
fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran
tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.

Inkontinensia alvi.
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingter anal
atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan
(Snooks et al, 1985).
Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus.
Prolaps.
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat
menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Prolaps
uterus adalah penurunan uterus. Sistokel adalah prolaps kandung kemih dalam
vagina, sedangkan rektokel adalah prolaps rektum kedalam vagina (Thakar &
Stanton, 2002).
Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain:
merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri punggung dan
sensasi tarikan yang kuat.
Penanganan: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi

Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti semula
seperti sebelum hamil disebut involusi. Bidan dapat membantu ibu untuk
mengatasi dan memahami perubahan-perubahan seperti:
1. Involusi uterus.
2. Involusi tempat plasenta.
3. Perubahan ligamen.

4. Perubahan serviks.
5. Lochia.
6. Perubahan vulva, vagina dan perineum.
Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1. Iskemia Miometrium Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi
yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga
membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
3. Autolysis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil
dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.

Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahanperubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:

Involusi Uteri

Tinggi Fundus Uteri

Berat Uterus

Diameter Uterus

Plasenta lahir

Setinggi pusat

1000 gram

12,5 cm

7 hari (minggu 1)

Pertengahan

pusat

dan 500 gram

7,5 cm

simpisis

14 hari (minggu 2)

Tidak teraba

350 gram

5 cm

6 minggu

Normal

60 gram

2,5 cm

Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas.

Gambar. Tinggi fundus uteri pada masa nifas

Involusi Tempat Plasenta


Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka
mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2
cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan
karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua
basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada
tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada
pembuangan lokia.

Perubahan Ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pelvis fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan
ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain: ligamentum rotundum
menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi; ligamen,
fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
Perubahan pada Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai dan
berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan
serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri

berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh


darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan
23 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk.
Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh.
Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum
hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan
robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya.
Lokia
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa
cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi
basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan karena
proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta,
serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut:
Lokia
Rubra

Waktu
1-3 hari

Warna
Merah kehitaman

Sanguilenta

3-7 hari

Serosa

7-14 hari

Putih bercampur
merah
Kekuningan/
kecoklatan

Alba

>14 hari

Putih

Ciri-ciri
Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum
dan sisa darah
Sisa darah bercampur lendir
Lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum, juga terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta
Mengandung leukosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi
berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina
bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir
keluar saat berdiri. Total jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar 240 hingga
270 ml.

Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum


Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam
keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak
sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi
karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan
selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum
mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun
dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot
perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina
hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan
latihan harian.
Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Tanda-Tanda Vital

Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain:

1. Suhu badan.
2. Nadi.
3. Tekanan darah.
4. Pernafasan.
Suhu badan.
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca
melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan
normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum,
suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI,
kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan
suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.

Nadi.
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca
melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut
nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau
perdarahan post partum.
Tekanan darah.

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri
ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan
darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80
mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak
berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum
merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal
tersebut sangat jarang terjadi.
Pernafasan.
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas: Senam Nifas

Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu.


Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk
tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara latihan senam nifas. Senam
nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan sampai dengan
hari ke sepuluh.
Beberapa faktor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas antara
lain:
1. Tingkat kebugaran tubuh ibu
2. Riwayat persalinan
3. Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan
4. Kesulitan adaptasi post partum
Tujuan senam nifas adalah sebagai berikut:
1. Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu
2. Mempercepat proses involusio uteri
3. Membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul, perut dan
perineum
4. Memperlancar pengeluaran lochea
5. Membantu mengurangi rasa sakit

6. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan


persalinan
7. Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas
Manfaat senam nifas antara lain:
1. Membantu memperbaiki sirkulasi darah
2. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca persalinan
3. Memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen
4. Memperbaiki dan memperkuat otot panggul
5. Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca melahirkan
Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi
atau penyulit masa nifas atau diantara waktu makan. Sebelum melakukan senam
nifas, persiapan yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengenakan baju yang nyaman untuk olahraga
2. Minum banyak air putih
3. Dapat dilakukan di tempat tidur
4. Dapat diiringi musik
5. Perhatikan keadaan ibu

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas: Ambulasi

Setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu harus
istirahat. Mobilisasi yang dilakukan tergantung pada komplikasi persalinan, nifas
dan sembuhnya luka.
Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu
melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya. Ibu post
partum diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya 24-48 jam setelah melahirkan.
Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk
kemudian berjalan.
Keuntungan ambulasi dini adalah:
1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
2. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik
3. Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu

4. Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai


5. Sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis).
Menurut penelitian mobilisasi dini tidak berpengaruh buruk, tidak menyebabkan
perdarahan abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi maupun
luka di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus uteri.
Early ambulation tidak dianjurkan pada ibu post partum dengan penyulit, seperti
anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas: Seksual

Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti. Namun


demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut. Selama
periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang.
Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang antara lain:
1. Gangguan/ketidaknyamanan fisik
2. Kelelahan
3. Ketidakseimbangan hormon
4. Kecemasan berlebihan

Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40 hari (6


minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat melakukan hubungan
seksual sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi, dispareuni,
kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri.
Beberapa cara yang dapat mengatasi kemesraan suami istri setelah periode nifas
antara lain:

1. Hindari menyebut ayah dan ibu


2. Mencari pengasuh bayi
3. Membantu kesibukan istri
4. Menyempatkan berkencan
5. Meyakinkan diri
6. Bersikap terbuka
7. Konsultasi dengan ahlinya

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas: Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang dibutuhkan
ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahatnya antara
lain:
1. Anjurkan ibu untuk cukup istirahat
2. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan
3. Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur
Kurang istirahat dapat menyebabkan:
1. Jumlah ASI berkurang
2. Memperlambat proses involusio uteri
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam merawat bayi sendiri

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas: Kebersihan Diri

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan


perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat
tidur maupun lingkungan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga
kebersihan diri, adalah sebagai berikut:
1. Mandi teratur minimal 2 kali sehari
2. Mengganti pakaian dan alas tempat tidur

3. Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal


4. Melakukan perawatan perineum
5. Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
6. Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas: Eliminasi


Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila
dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena
springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo
spingter ani selama persalinan, atau dikarenakan oedem kandung kemih selama
persalinan. Lakukan kateterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit
berkemih.
Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur; cukup cairan; konsumsi
makanan berserat; olahraga; berikan obat rangsangan per oral/per rektal atau
lakukan klisma bilamana perlu.

Kebutuhan Dasar Ibu Nifas: Nutrisi dan Cairan

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi


kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air
susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
2. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum
5. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit
Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain:
1. Kalori
2. Protein
3. Kalsium dan vitamin D
4. Magnesium
5. Sayuran hijau dan buah
6. Karbohidrat kompleks
7. Lemak
8. Garam

9. Cairan
10. Vitamin
11. Zinc
12. DHA
Kalori
Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori. Wanita dewasa
memerlukan 1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas jangan mengurangi
kebutuhan kalori, karena akan mengganggu proses metabolisme tubuh dan
menyebabkan ASI rusak.
Protein
Kebutuhan protein yang dibutuhkan adalah 3 porsi per hari. Satu protein setara
dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 gelas
yoghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok
selai kacang.

Kalsium dan vitamin D


Kalsium dan vitamin D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan
kalsium dan vitamin D didapat dari minum susu rendah kalori atau berjemur di
pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa menyusui meningkat menjadi 5 porsi per
hari. Satu setara dengan 50-60 gram keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan
salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280 gram tahu kalsium.

Magnesium
Magnesium dibutuhkan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan
memperkuat tulang. Kebutuhan megnesium didapat pada gandum dan kacangkacangan.
Sayuran hijau dan buah
Kebutuhan yang diperlukan sedikitnya tiga porsi sehari. satu porsi setara dengan
1/8 semangka, 1/4 mangga, cangkir brokoli, wortel, -1/2 cangkir sayuran
hijau yang telah dimasak, satu tomat.
Karbohidrat kompleks
Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat kompleks diperlukan enam porsi per
hari. Satu porsi setara dengan cangkir nasi, cangkir jagung pipil, satu porsi
sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, kue muffin dari bijian utuh, 2-6
biskuit kering atau crackers, cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang
koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh.
Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram perporsi)
perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok makan
kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim, secangkir es krim, buah
alpukat, dua sendok makan selai kacang, 120-140 gram daging tanpa lemak,
sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu sendok makan mayones atau
mentega, atau dua sendok makan saus salad.

Garam
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan asin
seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.
Cairan
Konsumsi cairan sebanyak 8 gelas per hari. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari.
Kebutuhan akan cairan diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.
Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuhkan. Vitamin yang diperlukan
antara lain:
1. Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin
A terdapat dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang dibutuhkan adalah
1,300 mcg.
2. Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi
syaraf. Asupan vitamin B6 sebanyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat
ditemui di daging, hati, padi-padian, kacang polong dan kentang.
3. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan stamina dan daya
tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak
nabati dan gandum.
Zinc (Seng)

Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan pertumbuhan.


Kebutuhan Zinc didapat dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam
pencernaan dan metabolisme memerlukan seng. Kebutuhan seng setiap hari
sekitar 12 mg. Sumber seng terdapat pada seafood, hati dan daging.
DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan DHA
berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada telur,
otak, hati dan ikan.

Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang


proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan
seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah
persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan

dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung


jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi menjadi orang tua
2. Respon dan dukungan dari keluarga
3. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan
4. Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1. Fase taking in
2. Fase taking hold
3. Fase letting go
Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri,
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang
dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan.
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang
baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah:

1. Kekecewaan pada bayinya


2. Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
3. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
4. Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu
diperhatikan

adalah

komunikasi

yang

baik,

dukungan

dan

pemberian

penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas


bidan antara lain: mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar,
cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat,
kebersihan diri dan lain-lain.
Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan
perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih
diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nihas adalah sebagai berikut:

1. Fisik.Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih


2. Psikologi.Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
3. Sosial.Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan
menemani saat ibu merasa kesepian
4. Psikososial.

Infeksi Masa Nifas

Pengertian Infeksi Nifas


Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh kuman yang
masuk ke dalam organ genital pada saat persalinan dan masa nifas.
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38 derajat Celsius atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24
jam pertama (Joint Committee on Maternal Welfare, AS).
Insidensi Infeksi Nifas
Infeksi nifas terjadi 1-3 %. Infeksi jalan lahir 25-55 % dari semua kasus infeksi.
Penyebab Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ kandungan
maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi. Berdasarkan
masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:
1. Ektogen (kuman datang dari luar)
2. Autogen (kuman dari tempat lain)

3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)


Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:
1. Streptococcus Haemolyticus Aerobic
2. Staphylococcus Aerus
3. Escheria Coli
4. Clostridium Welchii
Streptococcus Haemolyticus Aerobic
Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang paling
berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat yang tidak steril,
tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
Staphylococcus Aerus
Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab infeksi
sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang
yang nampak sehat.
Escheria Coli
Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria Coli dapat
menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Kuman ini
merupakan penyebab dari infeksi traktus urinarius.
Clostridium Welchii

Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan persalinan
ditolong dukun.
Patofisiologi Infeksi Nifas
Tempat yang baik sebagai tempat tumbuhnya kuman adalah di daerah bekas
insersio (pelekatan) plasenta. Insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
diameter 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena
yang ditutupi oleh trombus. Selain itu, kuman dapat masuk melalui servik, vulva,
vagina dan perineum.
Cara Terjadi Infeksi
Infeksi nifas dapat terjadi karena:
1. Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam berulangulang.
2. Alat-alat tidak steril/ suci hama.
3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.
4. Infeksi nosokomial rumah sakit.
5. Infeksi intrapartum.
6. Hubungan seksual akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah
dini.
Faktor Predisposisi Infeksi Nifas
Faktor predisposisi infeksi nifas antara lain:

1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti


perdarahan banyak, pre eklampsia, malnutrisi, anemia, infeksi lain
(pneumonia, penyakit jantung, dsb).
2. Persalinan dengan masalah seperti partus/persalinan lama dengan ketuban
pecah dini, korioamnionitis, persalinan traumatik, proses pencegahan
infeksi yang kurang baik dan manipulasi yang berlebihan.
3. Tindakan obstetrik operatif baik per vaginam maupun per abdominal.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
5. Episiotomi atau laserasi jalan lahir.
Tanda dan Gejala Infeksi Nifas
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi nifas antara lain demam, sakit di
daerah infeksi, warna kemerahan, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis
infeksi nifas adalah sebagai berikut:
1. Infeksi lokal
2. Infeksi umum
Infeksi lokal
Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokia bercampur nanah,
mobilitas terbatas, suhu badan meningkat.

Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat,
pernafasan meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan
koma, gangguan involusi uteri, lokia berbau, bernanah dan kotor.
Klasifikasi Infeksi Nifas
Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium.
2. Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).
3. Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
4. Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium.
Infeksi pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium
Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina, serviks dan endometrium
meliputi:
1. Vulvitis
2. Vaginitis
3. Servisitis
4. Endometritis
Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca melahirkan terjadi di
bekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan

bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan
nanah.
Vaginitis
Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca
melahirkan terjadi secara langsung pada luka vagina atau luka perineum.
Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung
nanah dari daerah ulkus.
Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi tidak menimbulkan banyak
gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum
latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
Endometritis
Endometritis paling sering terjadi. Biasanya demam mulai 48 jam postpartum dan
bersifat naik turun. Kumankuman memasuki endometrium (biasanya pada luka
insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium.
Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua
bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang
terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas
endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.

Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah


Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah adalah Septikemia,
Piemia dan Tromboflebitis pelvica. Infeksi ini merupakan infeksi umum yang
disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi
ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi
nifas.
Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk
ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit dan lemah
sejak awal; keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140 160 x per menit
atau lebih; suhu meningkat antara 39-40 derajat Celcius; tekanan darah turun,
keadaan umum memburuk; sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu lepas
menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian
terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang diserangnya.
Gejala klinik piemia antara lain: rasa sakit pada daerah tromboflebitis, setelah ada
penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas; hasil laboratorium menunjukkan
leukositosis; lokia berbau, bernanah, involusi jelek.

Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis femoralis.
Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah pada vena ovarika, terjadi
karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri.
Sedangkan tromboflebitis femoralis dapat menjadi tromboflebitis vena safena
magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena
uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran
darah lambat pada lipat paha karena tertekan ligamentum inguinale dan kadar
fibrinogen meningkat pada masa nifas.
Infeksi nifas yang penyebaran melalui jalan limfe
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain peritonitis dan
parametritis (Sellulitis Pelvika).
Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio peritonitis). Gejala klinik antara
lain: demam, nyeri perut bawah, keadaan umum baik. Sedangkan peritonitis
umum gejalanya: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri,
terdapat abses pada cavum douglas, defense musculair, fasies hypocratica.
Peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kamatian karena
infeksi.

Parametritis (sellulitis pelvika)


Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saaat dilakukan periksa dalam, demam
tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi
pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selama periksa dalam. Infiltrat terkadang
menjadi abses.
Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium
Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah salfingitis
dan ooforitis. Gejala salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan pelvio
peritonitis.
Pencegahan Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat timbul selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga
pencegahannya berbeda.
Selama kehamilan
Pencegahan infeksi selama kehamilan, antara lain:
1. Perbaikan gizi.
2. Hubungan seksual pada umur kehamilan tua sebaiknya tidak dilakukan.
Selama persalinan
Pencegahan infeksi selama persalinan adalah sebagai berikut:
1. Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalan lahir.

2. Membatasi perlukaan jalan lahir.


3. Mencegah perdarahan banyak.
4. Menghindari persalinan lama.
5. Menjaga sterilitas ruang bersalin dan alat yang digunakan.
Selama nifas
Pencegahan infeksi selama nifas antara lain:
1. Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
2. Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci
hama.
3. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu nifas yang sehat.
4. Membatasi tamu yang berkunjung.
5. Mobilisasi dini.
Pengobatan Infeksi Nifas
Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:
1. Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka
operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang
tepat.
2. Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3. Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.

4. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah,


makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta
perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
Pengobatan Kemoterapi dan Antibiotika Infeksi Nifas
Infeksi nifas dapat diobati dengan cara sebagai berikut:
1. Pemberian Sulfonamid Trisulfa merupakan kombinasi dari sulfadizin
185 gr, sulfamerazin 130 gr, dan sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr
4-6 jam kemudian peroral.
2. Pemberian Penisilin Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM,
penisilin G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM
ditambah ampisilin kapsul 4250 gr peroral.
3. Tetrasiklin, eritromisin dan kloramfenikol.
4. Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan.
5. Lakukan evaluasi penyakit dan pemeriksaan laboratorium.
Anatomi dan Fisiologi Payudara
Sep 23, 2009 2 Comments by lusa

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas
otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram,

saat

hamil

600

gram

dan

saat

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

menyusui

800

gram.

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.


2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Gambar 1. Anatomi payudara


Korpus
Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah
sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya

memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus


maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa ASI keluar.
Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).

Gambar 2. Bentuk puting susu normal

Gambar 3. Bentuk puting susu pendek

Gambar 4. Bentuk puting susu panjang

Gambar 5. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI


(prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).
Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan
berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon

esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon


prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.

Gambar 1. Proses produksi ASI/ refleks prolaktin


Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum
keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan
progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan,
sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang
berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat
perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
1. Refleks prolaktin
2. Refleks aliran (let down reflek)
Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu

saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan
progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan
kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai
reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus
dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan
sebaliknya

merangsang

pengeluaran

faktor

pemacu

sekresi

prolaktin.

Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga


keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap
berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam
keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan
puting susu
Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise)
yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju

uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu
yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan
suara

bayi,

mencium

bayi,

memikirkan

untuk

menyusui

bayi.

Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan
bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi
1. Refleks menangkap (rooting refleks)
2. Refleks menghisap
3. Refleks menelan

Refleks Menangkap (Rooting Refleks)


Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah
sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka
mulut dan berusaha menangkap puting susu.
Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar
puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut

bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan
antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar
hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran
oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak
pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan
oleh hipofisis.

Gambar 2. Proses pengaliran ASI/ refleks oksitosin

Referensi :
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1
September 2009: 20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata
Niaga Media Jakarta
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
yoana-widyasari.blogspot.com/2009/04/satuan-acara-pengajaran-s.html diunduh 1
September 2009: 20.05 WIB.

POWER POINT
ASKEB III (NIFAS)
KONSEP DASAR NIFAS

PRAKTEK KLINIK
ASKEB III (NIFAS)
PERAWATAN PAYUDARA

SILABUS

PRAKTEK KLINIK
ASKEB III (NIFAS)
PERAWATAN PAYUDARA

RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
(RPP)
PRAKTEK KLINIK
ASKEB III (NIFAS)
PERAWATAN PAYUDARA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Mata Kuliah
Kode MK / SKS
Tingkat / Semerter
Pertemuan ke
Alokasi Waktu
Standart Kompetensi

: ASKEB III ( Nifas )


: Bd. 303 /2 SKS
: 2 / III
:3
: 2 x 50 menit
:Mahasiswa mampu melakukan praktek

Kompetensi Dasar

perawatan payudara pada ibu masa nifas


:Pada akhir perkuliahan mahasiswa mampu
melakukan praktek perawatan payudara pada

Pokok Bahasan
Kegiatan Belajar
Tahap

ibu masa nifas


:Praktek perawatan
:

Kegiatan Pengajaran

Kegiatan Mahasiswa

Media dan Alat


Pengajar

Pendahuluan

1. Mengucap salam
2. Memperkenalkan

1. Menjawab salam
2. Memperhatikan

Phantom ibu
Alat- alat

diri
3. Menyiapkan kelas

3. Membantu

perawatan

10 menit
menyiapkan kelas
untuk proses
4. Memperhatikan
pembelajaran
4. Menjelaskan materi
yang akan di
Penyajian
sampaikan
(60 menit)
1. Memperhatikan

1. Mendemokan
perawatan payudara
pada phantom ibu
2. Memberi
Penutup (20

2. Bertanya dan
mempraktekkan

kesempatan pada
menit)

perawatan payudara
mahasiswa untuk
bertanya dan
melakukan praktek
perawatan payudara
1. Menyimpulkan hasil
1. Memperhatikan
materi yang telah di
berikan
2. Memberikan
pertanyaan
3. Mengucapkan salam

2. Menjawab
pertanyaan
3. Menjawab salam

payudara

CHEK LIST
PRAKTEK KLINIK
ASKEB III (NIFAS)
PERAWATAN PAYUDARA

Anda mungkin juga menyukai