Anda di halaman 1dari 19

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Kehamilan
Masa kehamilan adalah masa dari adanya pembuahan (konsepsi)
sampai lahirnya seorang bayi. Kehamilan yang normal berlangsung
selama 280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan, dengan catatan satu bulan
terdiri dari 4 minggu. Kalangan medis menghitung masa kehamilan sejak
menstruasi terakhir, bukan sejak terjadinya pembuahan, sebab yang bisa
diketahui pasti adalah hari haid terakhir. Kehamilan terjadi bila pada
masa ovulasi diadakan persetubuhan, sehingga sel telur dan sel sperma
bertemu (Saidun, 2006).
Kehamilan ialah masa dimulainya dari konsepsi sampai lahirnya
janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung hari pertama haid terakhir (Rukiyah, dkk, 2009).
Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan
stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk
memberi perawatan dan memberi tanggung jawab yang lebih besar
(Bobak, 2008).
Kehamilan adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa janin
dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan
proses pembuahan, yang diakhiri dengan proses persalinan (El-Manan,
2011).
Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
8

Nasional), kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan


keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian
bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang
akan bertumbuh (Syakur, 2012).
2. Tanda Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan meliputi:
a. Tanda dugaan hamil
Adapun tanda dugaan kehamilan pada wanita adalah tidak dating
bulan (anomera), payudara sakit, perasaan mengidam (ingin makanan
khusus), muntah-muntah (terutama pada pagi hari), tidak nafsu makan
(anoreksia), terdapat pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi),
kepala sakit dan pusing, dan gangguan pada pencernaan serta
perkemihan (Chandranita, 2009).
b. Tanda kemungkinan hamil
Adapun tanda-tanda kemungkinan hamil adalah pembesaran
rahim dan perut, adanya kontraksi rahim, adanya tanda Hegar,
Chadwick, Piscaseck, Ballotement dan reaksi kehamilan positif
(Chandranita, 2009).
c. Tanda pasti kehamilan
Adapun tanda-tanda pasti kehamilan adalah adanya denyut
jantung janin (DJJ) dan terdapat fetal plate, kantung gestasi dan
rahim membesar. Hal ini diketahui melalui pemeriksaan USG
(Chandranita, 2009).
Menurut Manuaba (2009), untuk menegakan kehamilan ditetapkan
dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil.
Tanda dan gejala tersebut antara lain :
a. Tanda tak Pasti
1) Amenorhea (terlambat dating bulan)
2) Perubahan pada payudara

10

3) Ngidan
4) Mual Muntah
5) Sering Kencing
6) Pigmentasi Kulit
7) Konstipasi/obstipasi
8) Pingsan
b. Tanda Pasti
1) Adanya suatu kehamilan biasanya ditandai dengan adanya
2) Gerakan janin dalam rahim : terlihat/ teraba gerakan janin, teraba
bagian-bagian janin.
3) Denyut jantung janin
a. Didengar dengan stetoskop lenec, alat kardiografi, dopler.
b. Dilihat dengan ultrasonografi
4) Pemeriksaan dengan, yaitu rongent untuk melihat kerangka janin,
USG.
3. Fisiologis Kehamilan
Menurut PUSDIKNAKES WHO JHPIEGO dalam buku
Panduan Asuhan Antenatal (Arlene, 2003), selama kehamilan terjadi
perubahan yang menakjubkan pada ibu dan janin.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
a. Perubahan Maternal
1) Trimester I
Tanda fisik pertama yang dapat dilihat adalah adanya spooting
atau perdarahan yang sedikit terjadi sekitar 11 hari setelah konsepsi
(Bertemunya sel sperma dan sel ovum). Jika ibu mempunyai siklus
haid 28 hari, perdarahan ini terjadi sebelum ibu mendapatkan haidnya.
Perdarahan ini disebut perdarahan implantasi. Perdarahan
implantasi ini biasanya berlangsung kurang dari lamanya haid normal.
Perubahan fisik lainnya yaitu adanya nyeri dan pembesaran pada

11

payudara diikuti oleh rasa kelelahan yang kronis dan seringnya


kencing (Arlene, 2003).
Sementara itu, Morning Sickness atau mual muntah di pagi hari
biasanya dimulai pada usia kehamilan 8 minggu dan mungkin
berakhir sampai 12 minggu. Pertumbuhan uterus dapat teraba di
bawah simfisis pubis pada usia kehamilan 12 minggu. Adapun
kenaikan berat badan yang terjadi pada trimester I sekitar 1-2 kg
(Arlene, 2003).

2) Trimester II
Uterus akan tumbuh, pada usia kehamilan 16 minggu uterus
biasanya berada pada pertengahan antara simfisis pubis dan pusat.
Penambahan berat badan sekitar 3 kg selama trimester kedua. Pada
usia 20 minggu fundus akan berada disekitar pusat. Payudara akan
mulai mengeluarkan colostrom. Ibu mulai merasakan gerakan bayinya.
Akan timbul perubahan kulit seperti cloasma, striae gravidarum dan
linea nigra (Arlene, 2003)
3) Trimester III
Pada usia kehamilan 28 minggu fundus akan berada di sekitar
pusat dan xhipoid. Pada usia 32-36 minggu fundus dapat mencapai
prosesus xhipoid. Penambahan berat badan sekitar 6 kg. Payudara akan
terasa nyeri dan penuh. Keadaan sering kencing akan timbul kembali.
Mulai terjadi mules yang semakin meningkat. Terjadi perasaan nyeri
punggung karena tahanan di punggung semakin besar (Arlene, 2003)
b. Perubahan Janin
1) Trimester I

12

Dari gumpalan sel yang kecil, embrio berkembang dengan


pesat menjadi janin. Pada akhir 12 minggu pertama kehamilan,
jantungnya berdetak, usus-usus lengkap di dalam abdomen, genitalia
eksternal mempunyai karakteristik laki-laki atau perempuan, anus
sudah berbentuk, dan muka seperti manusia. Janin dapat menelan,
melakukan pergerakan pernafasan, kencing, menggerakkan anggota
badan, mengedipkan mata dan mengerutkan dahi. Mulutnya membuka
dan menutup. Berat janin sekitar 15 30 gram dan panjang 56 61
mm (Arlene, 2003).
2) Trimester II dan III
Pada akhir kehamilan 20 minggu berat janin sekitar 340 gram
dan panjangnya 16-17 cm. Ibu dapat merasakan pergerakan bayi,
sudah terdapat mekonium didalam usus, dan sudah terdapat verniks
pada kulit. Pada usia kehamilan 28 minggu, berat bayi lebih sedikit
dari 1 kg dan panjangnya 23 cm. Janin mempunyai periode tidur dan
beraktifitas, merespon pada suara, dan melakukan gerakan pernafasan.
Pada usia kehamilan 32 minggu berat bayi 1,7 kg dan panjangnya 28
cm, kulitnya mengerut, dan testis telah turun ke skrotum pada bayi
laki-laki. Pada usia kehamilan 36-40 minggu, jika ibu mendapatkan
gizi yang cukup, kebanyakan berat bayinya antara 3-3,5 kg dan
panjangnya 35 cm (Arlene, 2003).
4. Perubahan Psikologi Pada Kehamilan
Huliana (2008) ibu hamil akan mengalami perubahan-perubahan
psikologis sebagai berikut :
a. Pada kehamilan trimester pertama

13

Pada periode ini umumnya reaksi psikologi dan emosional wanita


yang pertama kali hamil ditunjukan dengan adanya rasa kecemasan,
kegusaran, ketakutan dan kepanikan. Hendaknya pasangan suami istri
berusaha menerima kenyataan yang ada, komunikasi dan saling terbuka
merupakan modal utama untuk membicarakan perasaan masing- masing
sehingga kesulitan- kesulitan yang mungkin timbul bisa diatasi. Salah
satu upaya untuk mengatasi perubahan-perubahan psikologi yang terjadi
di awal kehamilan adalah mengikuti program orang tua di beberapa
rumah sakit yang menyediakan fasilitas tersebut. Melalui program ini
pasangan suami istri akan dipandu mengenai proses perkembangan
kehamilan, nutrisi ibu hamil, dan hidup sehat selama kehamilan.
Tentunya program ini merupakan dukungan yang sangat didambakan
oleh wanita hamil (Huliana, 2008).
b. Pada kehamilan trimester kedua
Pada periode ini umumnya wanita hamil sudah bisa menerima
kehamilannya dengan baik, secara fisik ibu sudah bisa merasakan
gerakan dan denyut jantung janin. Akan tetapi, pada periode ini perasaan
cemas akan muncul kembali ketika melihat keadaan perutnya yang
bertambah besar, payudara semakin besar, dan bercak-bercak hitam yang
semakin

melebar.

Perasaan

cemas

muncul

karena

mereka

mengkhawatirkan penampilannya akan rusak dan mereka takut suaminya


tidak akan mencintai dirinya lagi (Huliana, 2008).
Pada periode ini dukungan suami kepada istri sangat dibutuhkan.
Kursus program orang tua harus diikuti terus untuk mempersiapkan
program asi eksklusif, yaitu pemberian ASI saja tanpa makanan

14

tambahan pada bayi selama 4-6 bulan. Untuk mengatasi berbagai


perubahan psikologi, wanita hamil dapat mengikuti senam hamil. Akan
tetapi sebaiknya berkonsultasi dahulu dengan dokter/bidan yang
menangani kehamilan untuk mengetahui ada tidaknya kontra indikasi
(Huliana, 2008).
c. Pada kehamilan trimester tiga
Bertambahnya usia kehamilan akan menyebabkan perasaan yang
tidak nyaman dan ingin segera melahirkan. Pada masa ini seorang wanita
akan disibukkan oleh persiapan-persiapan kebutuhan bayi. Pada saat
inilah suami hendaknya memberikan dukungan yang lebih kepada
istrinya, jika kehamilan ini bukan yang pertama kali, suami dapat
melakukan pendekatan terhadap anak pertama atau kedua mereka, agar
tidak tergantung pada ibu sepenuhnya. Dengan demikian ibu tidak akan
merasa khawatir dan memikirkan kondisi

putra-putrinya setelah

melahirkan (Huliana, 2008).


Pada periode ini kecemasan-kecemasan menghadapi persalinan
akan muncul dan mulai dirasakan. Bayangan-bayangan negatif mulai
menghantuinya, misalnya; apakah dia bisa melahirkan normal,
Bagaimana caranya mengejan, Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan
dirinya pada saat melahirkan, apakah bayi akan lahir normal (Huliana,
2008).
Untuk mengatasi perubahan psikologi pada periode ini, berilah rasa
aman pada istri dan dukunglah istri Anda untuk melakukan berbagai
kegiatan, misalnya; dengan latihan senam bersama-sama, menemani saat
mengontrol

kehamilannya,

dan

membantu

istri

dalam

segala

15

kebutuhannya. Dengan cara ini, akan muncul rasa percaya diri sehingga
istri akan memiliki mental yang kuat untuk menghadapi persalinannya.
Selain dari suami, dukungan positif keluarga sangat berarti Huliana,
2008).
5. Resiko Tinggi Pada Kehamilan
Resiko Tinggi pada kehamilan adalah suatu kehamilan yang
memiliki resiko lebih besar dari biasanya, baik bagi ibu maupun bayinya,
yang akan menyebabkan terjadinya penyakit atau kematian sebelum
maupun sesudah persalinan (El-Manan, 2011).
Menurut Hasan (2012) kehamilan resiko tinggi adalah suatu
kehamilan yang memiliki resiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu
maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum
maupun sesudah persalinan.
Kehamilan resiko tinggi adalah keadaan yang mempengaruhi
optomalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba,
2010).
6. Faktor Penyebab Terjadinya Kehamilan Resiko Tinggi
Menurut El-Manan (2011), faktor-faktor penyebab resiko tinggi pada
kehamilan adalah :
a. Faktor Resiko Sebelum Kehamilan
Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan
yang menyebabkan meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain
itu, jiuka seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang
lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada
kehamilan yang akan datang adalah lebih besar (El-Manan, 2011).
b. Karakteristik Ibu
Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Wanita yang
berusia 15 tahun atau kurang, lebih rentan terhadap terjadinya pre-

16

eklamsi dan eklamsi, wanita tersebut kemungkinan melahirkan bayi


dengan berat badan rendah dan kurang gizi (El-Manan, 2011).
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih ternyata lebih rentan
terhadap tekanan darah tinggi, diabetes, fibroid di dalam rahim, dan
gangguan persalinan. Pada wanita diatas usia 35 tahun, beresiko
memiliki baayi dengan kelainan kromosom (El-Manan, 2011).
c. Peristiwa Pada Kehamilan yang Lalu
Seorang wanita yang tiga kali berturut-turut mengalami
keguguran pada trimester pertama, ternyata memiliki resiko sebesar
35% untuk mengalami keguguran lagi (El-Manan, 2011).
d. Kelainan Struktur
Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim
ganda atau leher rahim yang lemah) bisa meningkatkan resiko
terjadinya keguguran (El-Manan, 2011).
e. Kondisi Kesehatan
Kondisi kesehatan tertentu pada

wanita

hamil

bisa

membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya (El-Manan, 2011).


f. Riwayat Keluarga
Riwayat adanya

keterbelakangan

mental

atau

penyakit

keturunan lainnya di keluarga ibu atau ayah menyebabkan


meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan pada bayi yang
dikandung (El-Manan, 2011).
g. Faktor Resiko Selama Kehamilan
Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bias mengalami
suatu perubahan yang menyebabkan bertambahnya resiko yang
dimiliknya, dikarenakan terpapar oleh teratogen (bahan yang dapat
menyebabkan cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu,
obat-obatan dan infeksi (El-Manan, 2011).
h. Obat-obatan atau infeksi

17

Obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan cacat bawaan


jika diminum selama hamil adalah alcohol, phenitoin, obat-obatan
yang kerjanya melawan asam folat (triamtern atau trimthoprim).
Lithium, Streptomycin, Thalidomide, dan warfarin .
Sementara itu, infeksi yang dapat menyebabkan cacat bawaan
adalah Herpes Simpleks, Hepatitis virus, Influenza, Gondongan,
Campak Jerman, Sifilis, Listeriosis, Toksoplasmosisi dan Infeksi oleh
virus coxsackie atau sitomegalovirus .
Disamping itu merokok berbahaya bagi ibu dan janin., efek yang
paling sering terjadi adalah berat badan bayi rendah dan ibu hamil
rentan mengalami komplikasi plasenta, ketuban pecah dini sebelum
waktunya, persalinan premature dan infeksi rahim (El-Manan, 2011).
i. Gangguan Kesehatan
Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh
kehamilan atau keadaan lainnya. Tekanan darah tinggi diakhir
kehamilan dapat menjadi ancaman serius terhadap ibu dan bayinya.
Oleh krena itu harus segera diobati (El-Manan, 2011).
Menurut Prawirohardjo (2006) resiko tinggi pada ibu hamil terdiri
dari beberapa faktor, antara lain:
a. Umur
Ibu hamil dengan usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Riwayat operasi
Operasi plastic pada vagina atau tumor vagina , operasi persalinan
atau operasi pada rahim
c. Riwayat kehamilan
Keguguran berulang, kematian

intrauteri,

sering

mengalami

perdarahan saat kehamilan, terjadi infeksi saat kehamilan, anak


terkecil berusia 5 tahun, riwayat molahidatidosa atau korio
karsinoma.

18

d. Riwayat persalinan
Persalinan premature,

persalinan

dengan

berat

bayi

lahir

rendah, persalinan lahir mati, persalinna dengan induksi, persalinan


dengan manual plasenta, persalinan dengan perdaharan post partum
dan persalinan dengan tindakan
e. Paritas.
Persalinan yang biasanya paling aman untuk ibu yaitu persalinan
yang kedua dan ketiga karena pada persalinan keempat dan kelima
secara dramatis akan meningkatkan angka kematian ibu.
7. Akbiat Dari Kehamilan Resiko Tinggi
Menurut Hidayah (2011) akibat dari kehamilan resiko tinggi antara
lain bayi lahir belum cukup bulan, bayi lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR), keguguran (Abortus), persalinan tidak lancar / macet, pendarahan
sebelum dan sesudah persalinan, janin mati dalam kandungan, ibu hamil /
bersalin meninggal dunia dan keracunan kehamilan / kejang-kejang
8. Cara Mencegah Kehamilan Resiko Tinggi
Menurut Bobak (2005) cara mencegah kehamilan resiko tinggi antara
lain:
a. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke
posyandu, puskesmas, rumah sakit, paling sedikit 4 kali selama masa
kehamilan.
b. Dengan mendapatkan imunisasi TT dua kali.
c. Bila ditemukan kelainan resiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan
lebih intensif.
d. Makan makanan yang bergizi yang memenuhi criteria 4 sehat 5 sempurna
9. Kriteria Ibu Hamil Yang Termasuk Ke Dalam Golongan Kehamilan
Yang Beresiko Tinggi
Menurut Suririnah (2012) ada beberapa criteria ibu hamil yang
termasuk ke dalam golongan kehamilan yang beresiko tinggi diantaranya

19

adalah riwayat kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik,


tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm, ibu hamil yang kurus / berat
badan kurang, usia ibu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
sudah memiliki 4 anak atau lebih, jarak antara 2 kehamilan kurang dari 2
tahun, ibu menderita anemia atau kurang darah, pendarahan pada kehamilan
ini, tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya bengkak
pada tungkai, kelainan letak janin atau bentuk panggul tidak normal, riwayat
penyakit kronik seperti, diabetes, darah tinggi, asma, dan lain-lain.

B. Tinjauan Variabel
1. Dukungan Suami
Dukungan keluarga atau suami adalah dukungan yang terdiri atas
informasi atau nasihat verbal dan non verbal bantuan nyata atau tindakan
yang diberikan oleh keakraban sosial dan didapat karena kehadiran
mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak
penerima (Nursalam & Kurniawati 2007)
Dukungan merupakan faktor penting yang dibutuhkan seseorang
ketika menghadapi masalah (kesehatan). Salah satu kelebihan masyarakat
di Indonesia adalah kekerabatannya yang kuat, dapat dilihat dari ketika
ada anggota keluarga yang sakit, semua keluarga dan tetangga
memberikan dukungan dengan menunggu/tidur di rumah sakit secara
bergantian (Ratna 2010).
2. Macam-macam bentuk dukungan
Friedman (2008) menjelaskan bahwa keluarga memiliki 4 jenis dukungan,
yaitu:
a. Dukungan informasional

20

Ayah perlu mengetahui siapa saja yang dapat (Misalnya:


profesional atau sanak saudara) memberi nasehat tentang tata cara
menyelesaikan persoalan yang tiba-tiba muncul (Bobak, 2005).
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi
tentang dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu
masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya
suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbang
aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspekk aspek dalam
dunkungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian
informasi (Friedman, 2008).
b. Dukungan penilaian
Ayah perlu menemukan orang lain yang dapat memberi kriteria
yang dapat ia gunakan untuk mengukur keterampilannya (Bobak,
2005).
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menegahi masalah serta sebagai sumber validator
identitas anggota keluarga, diantaranya : memberikan support,
pengakuan, penghargaan dan perhatian (Friedman, 2008).
c. Dukungan instrumental
Ayah perlu mengetahui bahwa ia dapat bergantung kapada
keluarga atau teman, jika memerlukan bantuan (Bobak, 2005).
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit diantaranya : bantuan langsung dari orang yang diandalkan
seperti materi, tenaga dan sarana. Manfaat dukungan ini adalah
mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun
selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian

21

dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami


kesusahan atau penderitaan (Friedman, 2008).
d. Dukungan emosional
Sumber utama dukungan pria ialah pasangannya. Dukungan ini
harus dimodifikasi, sehingga memungkinkan untuk mengasuh bayi
dan memberikan asuhan tambahan terhadap kebutuhan istrinya.oleh
karena itu para ayah perlu mencari dukungan dari keluarga dan teman
teman (Bobak, 2005).
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilainilai individu (baik pria maupun wanita) akan selalu terjaga
kerahasiannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari
dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujidkan dalam
bentuk

adanya

kepercayaan, perhatian

dan mendengar

serta

didengarkan (Friedman, 2008).


Adapun sumber-sumber dukungan tersebut di atas antara lain adalah
sebagai berikut.
a. Suami atau isteri, secara fungsional otomatis adalah orang yang paling
dekat dan paling berkewajiban memberikan dukungan ketika salah
satunya mengalami kesulitan (Ratna 2010).
b. Keluarga dan lingkungan, termasuk tenaga kesehatan / perawatan ketika
dia sedang mendapat perawataan baik di rumah sakit maupun
komunitas (Ratna 2010).
c. Teman sebaya atau sekelompok adalah tempat anggota kelompok
berinteraksi secara inten setiap saat, solidaritas diantara mereka juga
tumbuh dengan kuat (Ratna 2010).

22

Penelitian yang dilakukan Meyerowitz, menunjukkan bahwa ada tiga


sumber dukungan sosial yaitu dokter atau paramedis, pasangan atau
keluarga, dan orang yang mempunyai kondisi sama. Adapun dukungan
sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan yang berasal
dari suami.
Dukungan yang diberikan suami sangat berperan penting, dukungan
tersebut berupa perhatian emosi, bantuan instrumental, bantuan informasi,
dan

penilaian.

Perhatian

terhadap

masalah

psikologis

termasuk

mengikutsertakan partisipasi keluarga ibu bersalin dapat membuat


persalinan

menjadi

lebih

menyenangkan

atau

kadang-kadang

menghebohkan. Hal ini dapat mempengaruhi lama persalinan dan sikap ibu
terhadap ayah,bayi serta kehamilan berikutnya. Pendampingan selama
proses persalinan dapat mempersingkat lama persalinan, karena dengan
pendampingan akan membuat ibu merasa aman, nyaman, lebih percaya diri,
dan ibu merasa damai. Akibat persalinan lama menimbulkan kelelahan dan
ibu menjadi makin tidak nyaman. Tindakan stimulasi, ekstraksi vakum,
kadang-kadang operasi cesar untuk menyelamatkan ibu dan bayi perlu
dilalukan. Semua itu tidak akan terjadi kalau persalinan tidak berlangsung
lebih lama (Burroughs & Leifer,2008).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana (2011) yang berjudul
gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil trisemester III dalam
kunjungan antenatal care di Desa Bukit Pala Kecamatan Ranto Panjang

23

Pereulak tahun 2011,responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga


untuk pemeriksaan Antenatal Care hanya mencapai 38,5% sedangkan yang
tidak mendapatkan dukungan sebanyak 62,5%
3. Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Adalah:
a. Faktor Internal
1) Tahap Pekembangan
Dukungan ditentukan oleh faktor usia yang dalam hal ini
merupakan pertumbuhan dan perkembangan, artinya setiap rentang
usia mempunyai pemahaman dan respon terhadap perubahan
kesehatan yang berbeda (Purnawan, 2008).
2) Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk
oleh variabel intelektual yang terdiri dari latar belakang pendidikan
Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang
termasuk

kemampuan

untuk

memahami

faktorfaktor

yang

berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan


tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya (Purnawan,
2008).
3) Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap
adanya duungan dan cara melaksanakannya. Bagaimana cara
seseorang merspon keadaan sakitnya, tergantung bagaimana orang
tesebut merespon stressor dalam tiap fase kehidupannya. Pada orang
yang cenderug stress, maka ia akan merespon sakit dengan cara
mengkhawatirkannya, sedangkan pada orang yang cenderung

24

tenang, mungkin juga memiliki respon yang kecil seama ia sakit


(Purnawan, 2008).
4) Faktor Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dara bagaimana seseorang
menjalani kehidupannya, mecakup nilai dan keyakinan yang
dilaksanakan,

hubungan

dengan

keluarga

atau

teman,

dan

kemampuan mencari harapan dan artin dalam hidup (Purnawan,


2008).
b. Faktor Eksternal
1) Praktik Keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya :
klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika
keluarga melakukan hal yang sama, Misal : anak yang selalu diajak orang
tuanya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika punya
anak dia akan melakukan ha yang sama (Purnawan, 2008).
2) Faktor Sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatan resiko terjadinya
penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefenisiskan dan bereaksi
terhadap penyakitnya (Purnawan, 2008).
Seseorang yang biasanya akan mencari informasi dukungan dan
persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi
keyakinana kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat
ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala
penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan
ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya (Purnawan, 2008).

25

3) Latar belakang budaya


Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara
pelaksanaan kesehatan (Purnawan, 2008).

C. Kerangka Teoritis
Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas dalam tinjauan kepustakaan,
maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut :

26

Faktor Internal
Purnawan & Friedman (2008)

Tingkat Pendidikan
Tingkat Pengetahuan
Faktor Emosi
Faktor Spiritual

faktorfaktor yang
mempengarui suami dalam
memberikan dukungan pada
Ibu dengan kehamilan resiko
tinggi

Faktor Eksternal

Praktik Keluarga
Faktor Sosioekonimi
Faktor Latar Belakang
Budaya
Skema 2.1 Kerangka Teoritis

Anda mungkin juga menyukai