KRONIS
DOKTER PEMBIMBING :
dr. Adria Rusli,SpP
DISUSUN OLEH :
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Slamet
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Alamat : Sunter muara
Pendidikan
: Tamat SD
Pekerjaan : Wiraswasta
ANAMNESA
Tanggal masuk rumah sakit : Maret 2015 jam 12.00 WIB
Tanggal pemeriksaan : Maret 2015
Diambil dari : autoanamnesis
Keluhan Utama : Sesak nafas sejak 4 hari yang lalu
Keluhan Tambahan : Nyeri dada dan batuk berdahak
RIWAYAT KELUARGA
Pasien mangatakan di keluarga tidak ada yang mengeluh sesak nafas
seperti yang di alaminya. Riwayat diabetes (-) , hipertensi (-)
Riwayat sosial
Leher
Trachea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, kelenjar getah
bening submental, submandibular, cervical, supra clavicular tidak teraba
membesar.
Dada
Bentuk normal, retraksi otot-otot intercostalis, supraclavicula, subcostal (-).
Paru - paru
Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam diam dan pergerakan napas
Palpasi : Stem fremitus kanan kiri, depan belakang sama kuat
Perkusi : Sonor, batas paru hepar ICS VI MCL dextra
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronki +/+, wheezing +/+
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus kordis
Palpasi : Pulsasi ichtus kordis teraba di ICS V 2 jari dari MCL sinistra
Perkusi :
Batas jantung kanan : Sejajar ICS V midsternal line
Batas jantung kiri : di ICS V, 2 jari dari MCL sinistra
Batas pinggang jantung : di ICS III parasternal line sinistra
Perut
Inspeksi : Tampak rata
Palpasi
Hati : tidak Teraba
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : ballotemen (-)
Nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat
Tulang belakang
: bentuk normal, tidak
skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosis
Kulit : warna sawo matang, tak tampak benjolan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto thorax : jantung membesar
Sela iga melebar.
Pulmo : tampak corakan bronkovaskular meningkat, diafragma mendatar.
Tata laksana
Tirah baring
IVFD Asering/24 jam
Lasix inj
2 x 2 amp
Aldacton PO 1 X 50 mg
Ranitidine inj 2 x 1 amp
Inhalasi Ventolin : fulmocort 3 x 1
Prognosa
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia
DEFINISI
Dulu : Emfisema + Bronkitis kronik
Sekarang : penyakit paru yang ditandai oleh
hambatan udara yang tidak sepenuhnya
reversibel, bersifat progresif dan berhubungan
dengan respon inflamasi paru terhadap partikel
atau gas beracun/berbahaya
EPIDEMIOLOGI
PPOK menempati urutan ke 6 penyebab
kematian dan diramalkan akan menempati
urutan ke 3 setelah kardiovaskuler dan kanker
Di Amerika terdapat 16 juta orang penderita
PPOK dan lebih dari 100 ribu orang meninggal
Di Asia tahun 2006 mencapai 56,5 juta pasien
dan Indonesia terdapat 4,8 juta pasien dan
diperkirakan akan terus meningkat
FAKTOR RESIKO
Asap rokok
Polusi udara
- Dalam ruangan
- Luar ruangan
Stres oksidatif
Gen
Tumbuh kembang paru
Sosial ekonomi
Asap rokok
Asap
yang dihisap
Usia mulai merokok
Jumlah rokok pertahun
Lama merokok
: 0-199
Sedang : 200-599
Berat : >600
Polusi udara
Kayu,
Gen
Kekurangan
Stres Oksidatif
Oksidan
Sosial Ekonomi
Malnutrisi
PATOGENESIS
Amplifikasi dari respon inflamasi normal akibat
iritasi kronik seperti asap rokok
Diperberat stres oksidatif dan kelebihan
proteinase
Ditandai pola tertentu yang melibatkan neutrofil
makrofag dan limfosit
Mediator inflamasi
Berbagai
Faktor kemotaktik :
Peningkatan Protease
Penurunan Antiprotease
Serin protease
Neutrofil elastase
-1 antitrypsin
Cathepsin G
-1 antichymotrypsin
Proteinase 3
Sistein proteinase
B Cathepsins, K, L, S
Cystatins
(TIMP1-4)
GEJALA KLINIS
Indikator
Sesak
Nafas
Batuk Kronis
Batuk Kronis Berdahak
Riwayat Terpajan faktor resiko
28
DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau
tanpa gejala pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat
kerja
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak,
mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran
napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi
udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan Fisik
Palpasi
Pada
Perkusi
Pada
Auskultasi
Suara
Pink puffer
khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan
pernapasan pursed lips breathing
Blue bloater
khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis,
terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru,
sianosis sentral dan perifer
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut
mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi
sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2
yang terjadi pada gagal napas kronik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan rutin Faal paru
1. Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP)
Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( %).
Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai
beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
2. Uji bronkodilator
Darah rutin
Hb,
Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk
menyingkirkan penyakit paru lain
Hiperinflasi
Hiperlusen
Ruang
retrosternal melebar
Diafragma mendatar
Jantung menggantung (jantung pendulum / tear
drop / eye drop appearance)
Corakan
PEMERIKSAAN KHUSUS
Faal paru
Volume
statis (ergocycle)
Jentera (treadmill)
Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal
Radiologi
Elektrokardiografi
Bakteriologi
Kadar alfa-1 antitripsin
KLASIFKASI
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA PPOK
Tujuan terapi :
1.
Mengurangi gejala
2.
Mencegah progresuvitas penyakit
3.
Meningkatkan toleransi latihan
4.
Meningkatkan status kesehatan
5.
Mencagah dan mengangani komplikasi
6.
Mencegah dan menangani eksaserbasi
7.
Menurunkan kematian
PENATALAKSANAAN MENURUT
DERAJAT PPOK
Derajat I:
PPOK Ringan
Derajat II:
PPOK Sedang
Derajat III:
PPOK Berat
DERAJAT I
VEP1/KVP < 70%
VEP1 80% Prediksi, dengan atau
tanpa gejala
DERAJAT II
VEP1/KVP < 70%
50% < VEP1 < 80% prediksi, dengan atau
tanpa gejala
DERAJAT III
VEP1/KVP 70%
30% VEP1 50%
prediksi dengan atau tanpa gejala
DERAJAT IV
PPOK Sangat Berat
Semua Derajat
DERAJAT III
VEP1/KVP 70%
30% VEP1 50%
prediksi atau gagal napas atau gagal
jantung kanan
Edukasi
karena PPOK merupakan penyakit kronik yang
irreversibel dan progresif menyesuaikan keterbatasan
aktifitas dan mencegah kecepatan perburukan faal paru,
1.
2. Berhenti merokok
Intervensi yang paling efektif dalam mengurangi
resiko berkembangnya PPOK dan memperlambat
progresivitas penyakit
3. Obat-obatan
- Bronkodilator
Antiinflamasi
Antibiotika
Antioksidan
Mukolitik
Antitusif
phosphodiesterase
Bronkodilator
dapat diberikan tunggal atau kombinasi dan disesuaikan
dengan derajat penyakit
Macam-macam bronkodilator
golongan antikolinergik : digunakan pada derajat ringan
sampai berat, bisa juga mengurangi sekresi mukus ( maks
4x/hr)
Golongan agonis -2 : dalam bentuk inhaler, obat
pemeliharaan, nebuliser (tidak dianjurkan jangka
panjang), injeksi subkutan atau drip
Golongan xantin : dapat sebagai pengobatan pemeliharaan
jangka panjang, terutama derajat sedang berat
Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk
oral atau injeksi IV untuk menekan inflamasi dipilih
golongan metilprednisolon atau prednison
Bentuk inhalasi terapi jangka panjang bila uji
kortikosteroid positif (terdapat perbaikan VEP1
pascabronkodilator meningkat >20% dan minimal 250
ml)
Antibiotika
Hanya diberikan bila terdapat eksaserbasi
Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki
kualitas hidup, digunakan N-asetilsistein. Dapat
diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering,
tidak dianjurkan pemberian rutin
Mukolitik
Hanyan diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena
akan mempercepat perbaikan, terutama pada bronkitis
kronik dengan sputum yang kental ( mis: ambroksol,
erdostein). Tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin
Antitusif
Diberikan dengan hati-hati
Phosphodiesterase-4 inhibitor
Diberikan pada pasien derajat III atau IV dan memiliki
riwayat eksaserbasi dan bronkitis kronik ( mis :
roflumilast). Dapat mengurangi eksaserbasi jika
dikombinasikan dengan LABA
TATALAKSANA PPOK
4. Rehabilitasi PPOK
Bertujuan untuk meningkatkan toleransi terhadap
latihan dan memperbaiki kualitas hidup pasien PPOK.
Pasien yang mendapatkan pengobatan optimal disertai :
- simtom pernafasan berat
- berapa kali masuk ruang gawat darurat
- kualitas hidup yang menurun
Program rehabilitasi Latihan fisis, psikososial, latihan
pernapasan
5. Terapi oksigen
Pemberian terapi oksigen penting untuk
mempertahankan oksigenasi selluler dan mencegah
kerusakan sel baik di otot maupun organ-organ lain.
Indikasi
PaO2 < 60 mmHg atau sat O2 < 90 %
PaO2 diantara 55-59 mmHg atau sat O2 > 89%
disertai korpulmonale, perubahan P pulmonal, Ht >
55 % dan tanda-tanda gagal jantung kanan, sleep
apnea dan penyakit paru lain
6. Ventilasi Mekanik
Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada
eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas
akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK
derajat berat dengan gagal napas kronik
7. Nutrisi
Hipokalsemi
Hipomagnesemi
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia., Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia; PDPI
(Update Juli 2011)
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia., Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia; PDPI
(Update 2003)
3. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD). Global strategy for the diagnosis, management
and prevention of Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (Update 2011).
4.http://www.uns.ac.id/cp/penelitian.php?act=det&idA=263
5.http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/03d30d1af7a
d7c5a8d86e7c8f2786fe69dba7 492.pdf
Terima Kasih