Chapter II
Chapter II
Pupuk Fosfat
Tidak mudah menghisap air, sehingga dapat disimpan cukup lama dalam kondisi
penyimpanan yang baik
Dapat dicampur dengan Pupuk Urea atau pupuk ZA pada saat penggunaan
(Anonim, 2002)
Di dalam batuan fosfat alam terkandung berbagai unsur seperti Ca, Mg,
Al, Fe, Si, Na, Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cd, Hg, Cr, Pb, As, U, V, F, Cl. Unsur utama
di dalam fosfat alam antara lain P, Al, Fe, dan Ca. Secara kimia, fosfat alam
didominasi oleh Ca-P atau Al-P dan Fe-P sedangkan unsur lain merupakan unsur
ikutan yang bermanfaat dan sebagian lain kurang bermanfaat bagi tanaman
(Sutriadi,Rochayati, dan Rachman, 2010).
Pada fosfat alam Vietnam dan Cileungsi kandungan logam berat Cd
tergolong kedalam kriteria kecil sehingga tidak terukur, pada fosfat alam China
Huinan, China Guizhou, Mesir dan Jordan kandungan logam berat Cd tergolong
kedalam kriteria sedang yaitu sebesar 2-9 mg/kg sedangkan pada fosfat alam
Christmas, Tunisia, Senegal, Maroko, Algeria, Maroko, Senegal, Togo, Ciamis 1,
Ciamis 2, Sukabumi, dan pupuk SP-36 kandungan logam berat Cd termasuk
kedalam kriteria tinggi yaitu sebesar 11-113 mg/kg. Adapun kadar logam berat Cd
pada berbagai batuan fosfat alam dari berbagai negara, dan dalam pupuk SP-36
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Kadar logam berat dan unsur P dalam berbagai jenis batuan fosfat alam
(PA) dari berbagai negara, dan dalam pupuk SP-36, serta pupuk kandang
Asal batuan Fosfat Alam
P2O5(%)
Cd
Ekstraksi Asam Sitrat
Ekstraksi Hcl 25% (mg/kg)
PA Christmas
10,84
32,47
38
PA Tunisia
24,32
35,54
76
PA Senegal
10,96
35,58
113
PA Maroko
11,91
31,16
57
PA China Huinan
11,48
29,84
3
PA China Guizhou
11,02
31,84
2
PA Vietnam
7,35
35,16
Tu
PA Mesir
14,62
31,68
9
PA Algeria
13,98
27,64
30
PA Jordan
12,68
30,66
5
PA Maroko
15,13
30,67
75
PA Senegal
8,39
22,26
79
PA Togo
14,62
27,62
53
PA Ciamis 1
29,40
35,51
28
PA Ciamis 2
20,84
23,23
58
PA Sukabumi
9,05
9,10
65
PA Cileungsi
13,35
13,62
Tu
SP-36
33,80
36,29
11
Pupuk kandang ayam
0,11
Pupuk kandang domba
0,44
Pupuk kandang kambing
Tu
Pupuk kandang kuda
0,20
Pupuk kandang sapi
0,20
Sunber: (Setyorini dalam Kurnia,Suganda,Saraswati dan Nurjaya, 2009) ;
tu= tidak terukur
Hasil penelitian di Amerika serikat membuktikan bahwa pemupukan fosfat
dari batuan apatit asal Florida meningkatkan kadar Cd tanah 0,3-1,2 g Cd/ha/tahun
(Alloway dalam Lahuddin, 2007).
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa pupuk fosfat mengandung rata
rata kandungan logam Cd 7 ppm. Apabila pupuk tersebut digunakan secara terus
menerus dengan dosis dan intensitas yang tinggi dapat meningkatkan Cd yang
tersedia dalam tanah sehingga meningkatkan serapan Cd oleh tanaman
(Setyorini dalam Charlena, 2004).
H+ + H2PO4 -
H2PO4 -
H+ + HPO4 2-
HPO42 -
H+ + PO4 3-
Dua reaksi yang pertama terjadi pada lingkungan tanah yang relatif asam
hingga netral. Disini ada dua ion H+ yang dibebaskan. Sementara reaksi ketiga
boleh dikatakan tidak terjadi karena berlangsung pada pH yang sangat alkalis
yaitu 9-12 (Mukhlis , Sarifuddin, dan Hanum,2011).
Ketersediaan fosfor anorganik sebagian besar ditentukan oleh faktor
berikut : (1). pH tanah; (2). Besi, alumunium dan mangan yang dapat larut;
(3). Terdapatnya mineral yang mengandung besi, alumunium dan mangan;
(4). Kalsium tersedia dan bahan mineral kalsium; (5). Jumlah dan dekomposisi
lebih kecil. Kadang kadar nitrat dalam tanaman menjadi lebih tinggi karena proses
perubahan nitrat selanjutnya terhambat (Tisdale , Nelson and Beaton, 1985)
Fosfor diambil oleh akar dalam bentuk H2PO4- dan HPO4= sebagian besar
fosfor di dalam tanaman adalah sebagai zat pembangun dan terikat dalam
senyawa-senyawa organik dan hanya sebagian kecil terdapat dalam bentuk
anorganik sebagai ion-ion phosphat. Beberapa bagian tanaman sangat banyak
mengandung zat ini, yaitu bagian-bagain yang bersangkutan dengan pembiakan
generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai sari, kepala sari, butir tepung sari,
daun buah dan bakal biji. Jadi untuk pembentukan bunga dan buah sangat banyak
diperlukan unsur fosfor (Sugih, 2011).
Serapan P sangat tergantung pada kontak akar dengan P dalam larutan
tanah. Berarti besaran volume akar yang berkontak dengan besaran kepekatan
P tanaman. Sebaran akar di dalam tanah sangat penting dalam meningkatkan
serapan P dan bobot kering tanaman terutama bila kepekatan P rendah dalam
media tumbuh (Hakim, 2005).
Logam Berat Kadmium (Cd)
Logam berat adalah bahan-bahan alami yang berasal dan termasuk bahan
penyusun lapisan tanah bumi. Logam berat tidak dapat diurai atau dimusnahkan.
Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh mahluk hidup melalui makanan, air
minum, dan udara. Logam berat berbahaya karena cenderung terakumulasi di
dalam tubuh mahluk hidup. Saat ini para ahli mulai mengklasifikasikan jenis-jenis
logam berat terutama yang perlu menjadi fokus perhatian paling tinggi untuk
dikendalikan keberadaannya di lingkungan. Logam-logam berat tersebut
diantaranya adalah Ag, As, Cd, Co, Cr, Cu, Hg, Mn, Mo, Ni, Pb, Sn, dan Ti
(Yudatomo, 2009).
Kadmium (Cd) adalah unsur kimia dalam tabel priodik memiliki lambang
Cd dan nomor atom 48. Kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang
berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap pembuluh darah
(Adityah, 2010).
Unsur Cd tanah terkandung dalam bebatuan beku, metamorfik, sedimen
dan lain lain. Kadar Cd dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan fraksifraksi tanah yang bersifat dapat mengikat ion Cd. Senyawa-senyawa tertentu
seperti bahan ligand dapat mempengaruhi aktivitas ion Cd. Dengan peningkatan
pH kadar Cd dalam fase larutan menurun akibat meningkatnya reaksi hidrolisis,
kerapatan kompleks adsorpsi dan muatan yang dimiliki koloid tanah. Disimpulkan
bahwa pH bersama-sama dengan bahan mineral liat dan kandungan oksida-oksida
hidrat dapat mengatur adsorpsi spesifik Cd. yang meningkat secara linear dengan
pH sampai tingkat maksimum (Napitupulu, 2008).
Konsentrasi Cd pada tanah pertanian yang masih bersih (non-polusi)
berkisar antara 0,1-1 mg/kg, tetapi beberapa jenis tanah sangat mempengaruhi
kandungan Cd. Pada saat pH tanah turun maka penyerapan Cd ke dalam jaringan
tanaman akan tinggi. Pencemaran tanah pertanian oleh Cd bisa terjadi akibat
pemakian pupuk fosat yang berlebihan (Darmono dalam Adityah, dkk, 2010).
Sampai saat ini di Indonesia belum ada nilai ambang batas konsentrasi
logam berat (termasuk Cd) di dalam tanah yang aman bagi produk pertanian yang
dihasilkan . Oleh sebab itu sekecil apapun konsentrasi logam berat di dalam tanah
maupun dalam produk/hasil pertanian harus mendapat perhatian yang dakhil,
karena dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan pencemaran serius akibat
mengkonsumsi produk/hasil pertanian yang tercemar secara terus menerus
(Kurnia,Suganda,Saraswati dan Nurjaya, 2009).
Kadmium (Cd) merupakan logam berat pencemar lingkungan yang tidak
memiliki fungsi hayati dan bersifat sangat toksik bagi tumbuhan dan hewan.
Variasi kelarutan Cd tanah berkorelasi erat dengan nilai pH, kapasitas tukar kation
(KTK), kadar bahan organik dan liat, serta keberadaan ion logam lainnya
(Maier, dkk, 2003 dalam Sudarmaji, Mukono dan Corie, 2008).
Kapasitas tanah meretensi, mengadsorpsi dan mengakumulasikan logam
berat ditentukan oleh kadar liat, kadar air, potensial redoks, pH, kadar bahan
organik dan kapasitas tukar kation (KTK). Kapasitas sangga tanah terhadap kation
logam berat dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pH, kadar bahan organik
dan KTK (Lindsay, 2001).
Kapasitas tanaman dalam mengakumulasikan logam berat bergantung
pada
Sensitivitas tanaman terhadap logam berat juga ditentukan oleh jenis logam
beratnya. Sebagian besar logam berat diakumulasikan tanaman di akar. Serapan
logam berat oleh tanaman dikotil umumnya lebih tinggi daripada monokotil dan
jaringan vegetatif mengandung Cd dan Pb dalam kadar yang lebih tinggi daripada
jaringan generatif. Salah satu mekanisme tanaman dalam menoleransi toksisitas
logam berat adalah melalui fenomena selektivitas serapan ion dari media
tumbuhnya. Dari sisi budidaya tanaman, ukuran keberhasilan upaya pengelolaan
pencemaran logam berat dapat didasarkan pada terjadinya penurunan serapannya.
Penurunan serapan tanaman terhadap logam berat berkenaan dengan tiga hal,
yaitu: (1) akibat penurunan kadar fraksi aktif logam berat dalam media tumbuh,
atau (2) peningkatan selektivitas tanaman dalam menyerap unsur dari media
tumbuh, atau (3) kombinasi keduanya (Kabata- Pendias and Pendias, 2001).
Tanaman yang keracunan logam berat akan menunjukkan gejala-gejala
abnormal. Tanaman yang keracunan tembaga (Cu) akan menunjukkan gejala
klorosis, nekrosis, penghambatan pertumbuhan akar dan kerusakan permeabilitas
membran plasma. Tanaman yang keracunan plumbum (Pb) akan menunjukkan
gejala pertumbuhan terhambat, klorosis, dan perakaran menjadi hitam. Tanaman
yang keracunan kadmium (Cd) akan menunjukkan klorosis, daun menggulung dan
pengerdilan (Berglund, dkk, 2002 dalam Manivasagaperumal, dkk, 2011).
Dalam kondisi lingkungan, Cd masuk pertama melalui akar, dan akibatnya
tanaman rusak. Hal ini dapat juga mengurangi penyerapan nitrat dan
mengangkutnya dari akar ke tunas (Herandez, Garate, and Caroeba,1997).
Kadmium dapat terjadi dalam tiga bentuk yang berbeda di dalam tanah.
Sebagai padat mengendap, terkait dengan komponen tanah dan terlarut dalam
larutan tanah. Bentuk yang paling umum dikaitkan dengan komponen tanah hanya
1% ditemukan dalam larutan tanah. Kelarutan dipengaruhi oleh faktor diantaranya
pH tanah . Kemasaman tanah yang rendah sering menyebabkan jumlah Cd larut
yang tinggi (Jansson, 2002).
Dari hasil penelitian (Heidari and Sarani, 2011) menunjukkan bahwa
perkecambahan benih dan perkembangan akar tanaman sawi secara bertahap
berkurang dengan meningkatnya konsentrasi Cd. Dan juga menemukan bahwa
pertumbuhan akar dan perkecambahan biji merupakan daerah sensitif untuk
terkena stres kadmium.
jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik sehingga dengan
demikian sifat biologis tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan tanaman
(Cahyono, 2003).