Anda di halaman 1dari 14

Trikomoniasis Vaginalis pada Perempuan Berusia 21 Tahun

Anastasia Tri Anggarwati


102012191
triaanastasia@gmail.com

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan
Cairan yang keluar dari organ genitalia wanita dapat berarti fisiologis dapat juga
memiliki arti patologis. Keadaan ini dapat menyerang anak-anak sampai kepada dewasa. Cairan yang
keluar dan bersifat fisiologis misalnya adalah menstruasi dimana cairan berupa darah akibat lepasnya
dinding endometrium. Dapat juga berupa lendir yang jernih dan tidak berbau yang merupakan hasil
dari kelenjar bartoloni yang meningkat pada saat melakukan aktivitas seksual. Dapat juga cairan
berwarna putih yang sering disebut keputihan (leucorrhea). Pada keputihan yang fisiologis biasanya
disebabkan oleh aktivitas bakteri laktobasilus dan tidak menyebabkan gatal, dan akan hilang dengan
sendirinya. Akan tetapi apabila keputihan telah disertai rasa gatal, nyeri, dan warna cairan kehijauan
atau menimbulkan bau, maka patut dicurigai ada kelainan yang terjadi didalam organ genitalia wanita
tersebut. Cairan yang keluar tersebut biasanya merupakan hasil peradangan yang mungkin dapat terjadi
di vagina, serviks, uterus, atau bahkan tuba. Tempat tersering adalah vagina dan serviks yang akan
dibahas lebih jauh dalam makalah ini.
Trichomonas vaginalis adalah protozoa parasit yang menginfeksi saluran urogenital baik
perempuan dan laki-laki di seluruh dunia. Trichomoniasis, yang disebabkan oleh T vaginalis, adalah
yang paling umum infeksi menular seksual (IMS) hari ini, dengan kejadian tahunan lebih dari 170 juta
kasus di seluruh dunia. Lebih dari delapan juta wanita terinfeksi vaginalis T di Amerika Utara saja .
Meskipun pernah dianggap sebagai infeksi gangguan, T vaginalis pada wanita sejak itu telah dikaitkan
Page
1

dengan peningkatan kejadian postpartum demam berkepanjangan dan endometritis, ketuban pecah dini
dan perubahan morfologi sel di sitologi serviks. Meskipun biasanya merupakan penyakit tanpa gejala
pada laki-laki, T vaginalis telah dikaitkan dengan 5% sampai 15% dari kasus uretritis nongonococcal.
Angka-angka ini mungkin lebih tinggi pada pria dengan uretritis nongonococcal yang telah gagal terapi
tetrasiklin dan eritromisin. T vaginalis juga telah dikaitkan dengan epididimitis, prostatitis dan
balanitis.
Organisme ini sekarang telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi penularan HIV, dan
disarankan bahwa parasit ini dapat meningkatkan ibu-ke-bayi penularan HIV. Meningkatnya penularan
ini pada wanita diyakini karena denution dari epitel servikovaginal bersama dengan akumulasi limfosit
CD4 dan makrofag pada tempat infeksi, yang dapat memberikan kolam sel HIV-rentan atau terinfeksi
HIV. Dua puluh lima persen dari mahasiswa di Nigeria diuji positif untuk T vaginalis dan sampai 20%
dari wanita hamil di Amerika Serikat (AS) adalah biakan positif - Data ini mendukung prevalensi T
vaginalis.
Skenario
Seorang perempuan berusia 21 tahun, baru menikah selam 6 bulan, sejak menikah
darikemaluannya keluar cairan putih yang sering menyebabkan celana dalamnya berbecak.
Kemaluannya juga sering gatal. Ia mengira bahwa semua wanita yang telah menikah memang
mempunyai gejala demikian sehingga ia tidak memeriksakan dirinya ke dokter. Setelah ia menceritakan
keadaannya pada ibunya, segera oleh ibunya ia dibawa ke RS untuk berobat.
Isi
Anamnesis
Yang perlu ditanyakan dalam anamnesis antara lain:1,2
1. Identitas (Nama, usia, pekerjaan, alamat, status perkawinan)
2. Keluhan utama? Sejak kapan?
3. Apakah disertai gatal, panas, sakit saat berkemih?
4. Apakah disertai bau?
5. Bagaimana warnanya, adakah gumpalan?
6. Apakah bercampur darah?
Page
2

7. Apakah gatal sampai di luarnya?


Keluhan tambahan yang lain :
1. Apakah terdapat keluhan lain seperti nyeri pada perut, gangguan defekasi, gangguan berkemih?
2. Adakah perdarahan setelah senggama ?
RPD :
1. Apakah ada penyakit kronis yang diderita?
2. Apakah sebelumnya pernah memiliki gejala yang sama?
Riwayat keluarga :
1. Apakah di keluarga ada yang memiliki gejala sama (suami) ?
Riwayat Pribadi :
1. Apakah pasien menjaga higenitas organ genitalnya ?
2. Apakah pasien menggunakan kontrasepsi ?
3. Apakah pasien memiliki aktivitas seksual aktif ?

Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital Nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu tubuh .1
2. Pemeriksaan vagina
Pastikan ada pendamping dan ada privasi. Pasien mungkin merasa cemas dan malu.
Jelaskan prosedur pemeriksaan, pemeriksaan mungkin akan memberikan rasa tidak nyaman, tetapi
tidak nyeri.
Lakukan inspeksi apakah ada benjolan, ulkus, diskolorasi, sekret, lesi kulit.
Pemeriksaan spekulum, pemeriksaan ini dirancang agar dapat melakukan inspeksi serviks dan
dinding dalam vagina. Pastikan spekulum telah dihangatkan dan dilapisi pelumas. Masukkan
spekulum dengan bilah tertutup searah dengan labia. Putar 90 odan kemudian masukkan sedikit
Page
3

lebih dalam. Buka bilahnya perahan dan pastikan pasien tidak merasa tak nyaman. Ketika serviks
sudah terlihat perhatikan apakah ada iregularitas, perdarahan, lesi pada mukosa. Dapat dilakukan
apusan. Tarik spekulum perlahan dan tutup sebagian. Sambil menarik spekulum, inspeksi dinding
vagina untuk mencari adanya kelainan.1
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis berdasarkan keluhan keputihan, rasa gatal pada vulva/vagina dan adanya
cairan (sekret) vagina yang encer, berbusa, berwarna kehijauan atau kekuningan, hiperemis pada
vagina. Diagnosis pasti untuk trichomoniasis memerlukan pemeriksaan mikroskopik pada cairan
vagina.2
a. Pemeriksaan saline basah
Dengan mencampurkan sedikit cairan vagina dan beberapa tetes larutan saline,
kemudian diperiksa di bawah mikrosop dengan pembesaran 40x. Dapat terlihat parasit yang
bergerak pada lapangan, dikelilingi oleh sel darah putih dan sel epitel skuamosa. Trichomonas
vaginalis akan terlihat sebagai protozoa berbentuk piriformis dengan 4 flagelata dari anterior dan 1
flagelata pada bagian belakang. Berukuran sedikit lebih besar dari leukosit PMN yaitu 10-20m x
2-14 m. Memiliki sebuah aksotil.
Preparat yang telah dibuat harus segera dibaca. Seorang peneliti pernah melihat
sebuah sampel positif trichomonas, kemudian melakukan evaluasi ulang dan didapatkan setelah 10
menit 20% sampel menjadi negatif, 30 menit 35% sampel menjadi negatif, 2 jam 78% sampel
menjadi negatif. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang rendah sekitar 50-70%. Meskipun
begitu pemeriksaan ini masih sering digunakan karena cepat, murah, dan mudah. Hasil negatif
tidak langsung menyingkirkan diagnosis trichomoniasis. Sensitivitas yang rendah dapat sdikit
ditingkatkan bila spesimennya menggunakan lavage vagina serviks (menjadi 74,4%).2
b. Kultur
Kultur adalah gold standard untuk diagnosis trichomoniasis. Kultur biasa dilakukan
bila kecurigaan terhadap trichomoniasis tinggi tetapi secara mikroskopik negatif. Kultur lebih
sensitif dan spesifik daripada pemeriksaan mikroskopik. Pada sebuah studi (Wolner-Hanssen,dkk)
35,6 % kasus trichomonisasi memberikan hasil negatif pada pemeriksaan mikroskopis dan
papanicolaou (pap) smear dan positif pada kultur.
Page
4

Hasil swab vagina dimasukkan kedalam kaldu dan diinkubasi pada suhu 37 0C.
Waktu yang diperlukan untuk deteksi Trichomonas vaginalis adalah 2-7 hari. Apabila tidak
ditemukan pertumbuhan setelah 7 hari maka hasil dianggap negatif untuk trichomoniasis. Media
cair lain yang dapat digunakan adalah thioglycolate atau medium Diamond. Untuk media padat
dapat digunakan modified columbia agar.2
c. Uji pH
pH vagina dapat ditentukan dengan menggunakan kertas pH indikator yang
ditempelkan pada cairan vagina. pH yang lebih dari 4,5 biasanya berhubungan dengan
trichomoniasis. Akan tetapi tidak spesifik pada trichomoniasis karena bacterial vaginosis juga
sering meningkatkan PH vagina.2
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)
Metode PCR memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (84%, 94%). PCR
menggunakan metode amplifikasi DNA dan dideteksi menggunakan primer (TV gen). Akan tetapi
karena belum ada pemeriksaan PCR khusus untuk Trichomonas vaginalis untuk penggunaan
umum, sehingga ini terbatas pada studi penelitian saja. Amplicor, PCR yang disetujui Food and
Drug Administration (FDA) untuk gonorrhea dan chlamydia dimodifikasi untuk mendeteksi
T.vaginalis dan ditemukan memiliki sensitivitas 88-97% dan spesifisitas98-99%.2
e. Direct Fluorescent Antibody (DFA)
Lebih sensitif dari pemeriksaan mikroskopik menggunakan saline tapi kurang
sensitif dibanding kultur, menggunakan metode pewarnaan, DFA memungkinkan diagnosis yang
cepat dan lebih akurat tetapi membutuhkan mikroskopis terlatih dan mikroskop fluorescent.2
Diagnosis Banding
1. Vaginosis bakterialis
Vaginosis bakterialis adalah penyebab vaginitis paling biasa. Tidak dianggap
sebagai penyakit menular seksual karena pernah dilaporkan kejadiannya pada perempuan muda
dan biarawati yang secara seksual tidak aktif. Tidak ada penyebab infeksi tunggal tetapi lebih
merupakan pergeseran komposisi flora vagina normal dengan peningkatan bakteri anaerobik
sampai sepuluh kali dan kenaikan dalam konsentrasi gardenella vaginalis. Dalam waktu bersamaan
terjadi penurunan konsentrasi laktobasili. Vaginosis bakterialis dapat meningkatkan terkenanya dan
penularan HIV. Vaginosis bakterialis lebih sering dijumpai pada pemakai AKDR (alat kontrasepsi
Page
5

dalam rahim) dibanding kontrasepsi lain dan meningkatkan resiko penyakit menular seksual. Pada
ibu hamil dengan vaginosis bakterialis meningkatkan infeksi Chlamydia dua kali dan gonorrhea
enam kali lipat. Di samping itu, ada hubungan kuat antara vaginosis bakterialis yang didiagnosis
pada usia kehamilan 16 sampai 20 minggu dengan kelahiran prematur.3
Keputihan pada vaginosis bakterialis adalah tipis, homogen, warna putih abu-abu,
dan berbau amis. Keputihannya bisa banyak sekali dan pada pemeriksaan dengan spekulum
lengket di dinding vagina. Pruritus atau iritasi vulva dan vagina jarang terjadi. Diagnosis
ditegakkan bila pada pemeriksaan mikroskopis didapatkan sel-sel clue lebih dari 20%. Sel
clue adalah sel epitel vagina dengan kerumunan bakteri menempel pada membran sel. Tampak
juga beberapa sel radang atau laktobasili. pH cairan vagina sama tau lebih dari 4,5. Uji whiff
positif yang berarti keluar bau amis pada waktu ditambahkan potasium hidroksida (KOH) 10%
sampai 20% pada cairan vagina. Eritema pada vagina jarang.3
2. Candidiasis
Vaginitis kandida bukan infeksi menular seksual karena Candida merupakan
penghuni vagina normal. Pada 25% perempuan bahkan dijumpai di rektum dan rongga mulut
dalam presentase lebih besar. Candida albicans menjadi patogen pada 80-95% kasus kandidiasis
vulvovaginalis, sisanya adalah Candida glabrata dan Candida tropicalis. Faktor resiko infeksi
meliputi imunosupresi, diabetes mellitus, perubahan hormonal, terapi antibiotika spektrum luas,
dan obesitas.3
Beratnya keluhan tidak ada hubungannya dengan jumlah organisme. Keluhan yang
menonjol adalah pruritus, seringkali disertai iritasi vagina, disuria. Cairan vagina klasik berwarna
putih seperti susu yang menjendal dan tidak berbau. Pemeriksaan spekulum seringkali
memperlihatkan eritema dinding vulva dan vagina. Kadang-kadang dengan plak yang menempel.
Diagnosis dibuat kalau preparat KOH cairan vagina menunjukkan hifa dan kuncup.3
3. Cervisitis
Cervisitis (radang serviks uteri) ditandai dengan peradangan berat pada mukosa dan
submukosa serviks. Patogen utama adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae,
keduanya ditularkan secara seksual. Pasien servisitis sering tidak memiliki keluhan. Akan tetapi
mungkin mereka datang dengan keluhan keluar cairan dari vagina, disuria ataupun perdarahan
pasca senggama. Cairan umumnya bersifat mukopurulen (kuning-hijau). Pada pemeriksaan
spekulum dapat ditemukan erosi pada serviks.3
Page
6

Diagnosis Kerja
TRIKOMONIASIS VAGINALIS
Trichomonas vaginalis adalah anaerobik, protozoa flagellated, bentuk mikroorganisme.
Parasit mikroorganisme adalah agen penyebab trikomoniasis, dan yang paling umum infeksi protozoa
patogen manusia di negara-negara industri. Tingkat infeksi antara pria dan wanita adalah sama dengan
perempuan menunjukkan gejala sementara infeksi pada pria biasanya asimptomatik.. Transmisi terjadi
secara langsung karena trofozoit tidak memiliki kista. WHO memperkirakan bahwa 160 juta kasus
infeksi diperoleh setiap tahunnya di seluruh dunia. Perkiraan untuk Amerika Utara saja adalah antara
5 dan 8 juta infeksi baru setiap tahun, dengan tingkat estimasi kasus asimtomatik setinggi 50%.
Biasanya pengobatan terdiri dari metronidazol dan tinidazol.
Trichomonas vaginalis adalah infeksi menular seksual (IMS). Hal ini kadang-kadang
disebut sebagai trichomonas atau trichomoniasis, atau disingkat menjadi TV. Trikomoniasis adalah
penyakit yang sangat umum menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis,
motil sebuah, menyalahi protozoa
Menurut Donne 1836 klasifikasi ilmiah Trichomonas vaginalis adalah :
Domain: Eukarya
Filum : Metamonada
Kelas : Parabasalia
Order : Trichomonadida
Genus : Trichomonas
Spesies: T. vaginalis
nama binomial : Trichomonas vaginalis.
Etiologi
Trichomonas vaginalis tidak memiliki stadium kista. Trichomonas merupakan parasit
berbentuk piriform kadang membulat, mempunyai satu inti, 4-6 flagel, dan membran bergelombang.
Pada perempuan, parasit ini hidup di vagina dan uretra, sedangkan pada laki-laki hidup di uretra,
vesika seminalis dan prostat. Parasit ini hidup dengan memakan leukosit dan bakteri.4

Page
7

Trichomonas vaginalis bergerak dengan cepat berputar-putar diantara sel epitel dan
leukosit. Trichomonas berkembang biak dengan cara belah pasang longitudinal. Di luar habitatnya,
parasit ini akan mati pada suhu 50oC tetapi dapat hidup sampai 5 hari pada suhu 0oC. Dalam biakan
parasit ini mati pada pH kurang dari 4,9. Parasit ini tidak dapat hidup di sekret vagina yang asam (PH
3,8-4,4). Parasit ini tidak tahan pula terhadap desinfektan, zat pulasan, dan antibiotik.4
Trichomonas vaginalis adalah organisme yang mampu hidup dalam handuk basah atau
permukaan lain. Umumnya menyerang wanita dewasa.4
Sejumlah faktor telah dikaitkan dengan peningkatan risiko terlular trikomoniasis, antara lain:
a. Multiple Sex Partners (pasangan seks lebih dari satu)
b. Merupakan keturunaan Afrika
c. Sebelumnya atau sedang terinfeksi PMS lain
d. Bakterial vaginosis
e. (derajat keasaman) pH vagina yang tinggi
Parasit Trichomonas vaginalis tersebar melalui hubungan seksual yaitu hubungan penis
dengan vagina atau vulva dengan vulva (daerah kelamin luar vagina) jika kontak dengan pasangan
yang terinfeksi. Wanita dapat terkena penyakit ini dari infeksi pria atau wanita, tetapi pria biasanya
hanya mendapatkan dari wanita yang terinfeksi. Suatu salah pengertian yang umum adalah infeksi ini
dapat ditularkan melalui toilet duduk, handuk basah atau kolam air panas. Hal ini tidak mungkin
karena parasit tidak bisa hidup lama di benda dan permukaannya.4
Sejak ditemukannya trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual, mereka yang
kemungkinan besar menyebarkan trikomoniasis adalah orang yang meningkatkan aktivitas seksual
dan memiliki lebih dari pasangan. Trikomoniasis kadang-kadang disebut penyakit ping-pong karena
pasangan seksual sering menyebarkan kembali. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat
kesembuhan akan meningkat dan tingkat kambuh turun ketika pengobatan dilakukan pada pasangan
seksual dalam waktu yang sama.4
Organisme T. vaginalis ada di dalam epitel skuamosa dan sangat sedikit yang berasal
dari endoserviks, sedangkan T. vaginalis yang terdapat di dalam uretra ditemukan 90% dari kasus
Trikomoniasis. Dan sangat sedikit pula ditemukan pada epididimis dan prostat pada pria. Infeksi T.
vaginalis disertai oleh sejumlah besar polymorphonuclear neutrofil (PMNs) yaitu mekanisme
pertahanan diri tubuh yang bersama-sama dengan makrofag, membunuh organisme tersebut yang
disertai atau ditunjukkan dengan keluarnya cairan dari vagina. Organisme T. vaginalis tidak invasif,
Page
8

ada yang hidup bebas di dalam rongga vagina atau di dalam epitelnya. Sekitar 50% kasus
trikomoniasis terjadi perdarahan mikroskopis (menggunakan teknik yang sesuai). IgA lokal biasanya
terdeteksi, tetapi konsentrasi serum antibodi tersebut masih rendah.4
Epidemiologi
Trichomoniasis adalah infeksi menular seksual non viral paling umum. WHO (World
Health Organization) memperkirakan kejadian trichomoniasis lebih dari 170 juta kasus per tahun di
seluruh dunia.5

Berdasarkan usia
Trichomoniasis termasuk dalam penyakit menular seksual, oleh karena itu biasanya
ditemukan pada remaja atau dewasa yang telah aktif secara seksual. Penularan secara vertikal
dapat terjadi.

Berdasarkan jenis kelamin


Gejala trichomoniasis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Infeksi
trichomonas pada pria cenderung kurang jelas secara klinis. Namun, wanita juga sering
asimtomatik (tanpa gejala).

Patofisiologi
T. vaginalis menyerang mukosa urogenital manusia di mana menginduksi peradangan.
Ada banyak mekanisme yang dianggap bertanggung jawab untuk sukses kolonisasi: mengikat dan
degradasi komponen dari lendir dan protein matriks ekstraseluler, mengikat sel inang termasuk sel
epitel vagina dan sel-sel kekebalan, fagositosis bakteri vagina dan sel inang, dan endositosis protein
host. T. vaginalis parasit ini juga berfungsi sebagai vektor untuk penyebaran organisme lain,
membawa patogen menempel ke permukaan mereka ke dalam tuba tubes.5,6
Trikomoniasis lebih sering terjadi pada wanita daripada pria karena pria memiliki
infeksi tanpa gejala. Bagi wanita, gejala yang berbusa, debit tipis hijau-kuning vagina, iritasi
vulvovaginal, nyeri vagina, dan kemerahan dari vagina. Perempuan juga memiliki prevalensi lebih
tinggi dari kanker serviks invasif ketika mereka memiliki trikomoniasis. Selama kehamilan, ada
peningkatan risiko bayi prematur dan berat badan rendah. Pria memiliki uretritis non-gonoccocal dan
prostatitis kronis. Infeksi ini telah ditemukan terkait dengan kanker prostat. Dalam kedua jenis
kelamin, ada kerentanan yang lebih tinggi terhadap HIV dan infertilitas. Pengobatan penyakit ini pada
Page
9

orang yang terinfeksi HIV dapat menyebabkan penurunan HIV. Infeksi T. Vaginalis, biasanya
ditularkan secara seksual (masa inkubasi 3-28 hari). Tanda dan gejala biasanya muncul dalam waktu
satu bulan datang ke dalam kontak dengan tricomonas.6
Dalam kondisi normal, pH vagina berada dikisaran 3,8-4,2 yang disebabkan oleh
adanya asam laktat yang dihasilkan oleh Lactobacillus douderlein. Lactobacillus ini dalam hidupnya
menggunakan suplai glikogen yang terdapat pada sel-sel vagina. Jadi, dalam pemeriksaaan sitologi
vagina normal tidak terdapat bakteri atau mikroorganisme lain kecuali Lactobacillus douderlein.
Trichomonas vaginalis masuk ke dalam vagina melalui hubungan seksual, yang
kemudian menyerang epitel squamosa vagina dan mulai bermultiplikasi secara aktif. Hal ini
menyebabkan suplai glikogen untuk lactobacillus menjadi berkurang bahkan menjadi tidak ada sama
sekali. Dan diketahui secara invitro ternyata Trichomonas vaginalisini memakan dan membunuh
lactobacillus dan bakteri lainnya. Akibatnya jumlah Lactobacillus douderlein menjadi sedikit dan
dapat hilang sama sekali sehingga produksi asam laktat akan semakin menurun. Akibat kondisi ini,
pH vagina akan meningkat antara 5,0-5,5. Pada suasana basa seperti ini selain Trichomonas vaginalis
berkembang semakin cepat, akan memungkinkan untuk berkembangnya mikroorganisme patogen
lainnya seperti bakteri dan jamur. Sehingga pada infeksi trichomoniasis sering dijumpai bersamaan
dengan infeksi mikroorganisme patogen lainnya pada vagina.
Sejumlah faktor dapat mempengaruhi efek perlindungan yang diberikan oleh flora
normal vagina:
1.

Antibiotika: pemberian antibiotika jangka panjang akan menekan bakteri komensal sehingga
strain patogenik (terutama jenis jamur) akan menjadi predominan.

2.

Pembilasan vagina (vaginal douching). Pembilasan vagina menggunakan dengan larutan


yang non-buffered untuk sementara waktu akan menyebabkan perubahan keasaman vagina atau
menekan bakteri endogen secara selektif.

3.

Sanggama. Cairan semen meningkatkan pH vagina dengan pH mencapai 7.2 selama 6-8 jam
sehingga vagina menjadi rentan terhadap infeksi kuman penyebab penyakit menular seksual.

Page
10

4.

Benda asing. Tertinggalnya diafragma, kondom atau berbagai benda kecil akan mengganggu
mekanisme pembersihan vagina yang normal sehingga memudahkan terjadinya infeksi sekunder.

Gejala Klinis
Wanita
Nyeri, peradangan dan gatal-gatal di sekitar vagina. Hal ini dapat menyebabkan
ketidak nyamanan ketika berhubungan seks. Suatu perubahan dalam vagina mungkin ada sedikit
atau banyak, dan mungkin tebal atau tipis, atau berbusa dan kuning. Anda juga mungkin
memperhatikan bau aneh yang mungkin tidak menyenangkan. Kadang-kadang akan ada rasa sakit di
daerah selangkangan, meskipun hal ini jarang terjadi. Nyeri ketika buang air.7
Keputihan ditemukan pada 42% wanita yang terinfeksi. Keputihan pada trichomoniasis
digambarkan sebagai cairan yang tipis dan berbusa. Namun ini hanya terlihat pada sekitar 10%
pasien. Biasanya cairan bewarna hijau kuning. Cairan biasanya tidak berbau, tetapi akibat akumulasi
bakteri lain dapat menimbulkan bau (fishlike-odor) dan ditemukan pada 50% wanita terinfeksi.
Edema atau eritema ditemukan pada 22-37% kasus. PH vagina sering meningkat > 4,5.7
Colpitis macularis (strawberry cervix) khas pada trichomoniasis tetapi hanya
ditemukan 1-2% pasie bila tanpa kolposkopi. Apabila dengan bantuan kolposkopi, dapat terlihat
colpitis macularis sampai dengan 45% kasus.Colpitis macularis dan keputihan yang berbusa memiliki
spesifisitas 99%, dan memiliki nilai prediktif 90% dan 62%.Tekadang dapat juga ditemukan gejala
nyeri perut bagian bawah pada 10% kasus.7
Pria
Sebuah cairan yang keluar dari penis, yang mungkin tipis dan keputihan. Nyeri atau
sensasi terbakar, ketika melewati urin. Kenaikan frekuensi urinations disebabkan oleh iritasi infeksi.
Peradangan kulup (ini jarang terjadi). Kebanyakan pria dengan trichomoniasis tidak memiliki temuan
fisik. Jarang pria yang terinfeksi memiliki penis discharge (cairan yang keluar dari penis).7
Tatalaksana
Medika mentosa
a. Metronidazole
Metronidazole adalah obat pilihan utama untuk trichomoniasis. Terapi dosis tunggal
dengan 2g secara oral sama efektifnya dengan terapi berkepanjangan dengan 500 mg dua kali
Page
11

sehari selama 7 hari. Kegagalan terapi menggunakan metronidazol belaangan meningkat dari 0,4%
menjadi 3,5% pada tahun 1999-2002. Laporan sekarang menggambarkan resistensi terhadap
metronidazol mendekati 5-10%.
Metronidazol topikal juga tersedia tetapi tidak direkomendasikan untuk mengobati
trichomoniasis.8
Metronidazol melewati sawar plasenta pada kehamilan, dan merupakan agen kelas
B. Dimana pada uji klinis dan meta-analisis tidak didapatkan efek teratogenik. Sehingga Centre for
Disease Control and Prevention (CDC) saat ini merekomendasikan wanita hamil dengan gejala
trichomoniasis untuk diberikan terapi dengan metroidaol 2g dalam dosis tunggal. Pada wanita
hamil dengan trichomoniasis asimtomatik mungkin dapat menunda pengobatan setelah kehamilan
37 minggu.8
Pada wanita menyusui CDC merekomendasikan untuk menunda menyusui sampai
12-24 jam dosis terakhir untuk mengurangi paparan terhadap bayi.8
b. Tinidazole
Tinidazol memiliki paruh waktu kerja yang panjang yaitu 12-14 jam dibadingkan
dengan metronidazol (6-7 jam). Terapi dosis tunggal yaitu 2g dan diminum di saat waktu makan.
Dalam beberapa kasus pasien yang resisten terhadap metronidazol dapat memberikan hasil yang
baik menggunakan tinidazol.8
Tinidazol adalah agen kelas C, penelitian terhadap hewan telah menunjukkan
adanya efek teratogenik. Sehingga penggunaannya tidak dianjurkan untuk wanita hamil. Pada
wanita menyusu dianjurkan untuk menunda hingga 3 hari setelah dosis terakhir.8
Non-medika mentosa
Pasien dalam masa pengobatan dengan metronidazol ataupun tindazol dianjurkan
untuk tidak mengkonsumsi alkohol karena dapat menyebabkan interaksi obat. Interaksi antara alkohol
dengan metronidazol dapat menyebabkan efek disulfiram-like (mual, muntah, kulit kemerahan,
takikardi, nafas pendek).8
Pasien juga diharuskan untuk memodifikasi aktivitas seksual untuk mengurangi
kejadian infeksi berulang. Pasien sebisa mungkin menghindari aktivitas seksual sampai terapi obat
selesai dan semua gejala hilang. Pasangan seksual pasien juga diberikan pengobatan. Setelah itu
dianjurkan untuk menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual.8
Page
12

Komplikasi
Infeksi adneksa, endometrium, skene, dan kelenjar bartolin. Pelvic Inflammatory
Disease (PID) juga dapat terjadi. Pada wanita hamil, dapat meningkatkan resiko brat badan bayi lahir
rendah (BBLR), kelahiran prematur, dan infeksi intrauterin. Pada bayi baru lahir, dapat menyebabkan
infeksi pernapasan ataun infeksi genital. Pada pria biasanya bermanifestasi sebagai uretritis dam
dapat menyebabkan prstatitis, epidemitis, dan infertilitas.8
Pencegahan
Tidak berhubungan seksual dapat mencegah trichomoniasis. Membatasi jumlah
pasangan juga menurunkan resiko trichomoniasis. Penggunaan kondom dapat melindungi dari
penularan trichomoniasis. Selebihnya adalah menjaga kebersihan organ genitalia sebagai
pencegahan paling dasar.9
Melakukan ANC selama masa kehamilan utuk skrining IMS (Infeksi Menular
Seksual). Meningkatkan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan. Seks yang aman dan dengan
satu pasangan, Peningkatan status sosial ekonomi.9
Prognosis
Regimen terapi metronidazol memberikan angka kesembuhan 90-95% dalam uji klinis
secara acak. Sedankan regimen terapi tinidazol memberikan angka kesembuhan 86-100%. Tingkat
kesembuhan mungkin akan lebih tinggi apabila pengobatan dilakukan bersamaan dengan pasangan
seksual pasien akibat secara tidak disadari pasangan seksual telah menderita trichomoniasis serupa
sehingga dapat menyebabkan infeksi berulang.9
Penutup
Keluarnya sekret dari organ genitalia pada wanita dapat disebabkan oleh banyak hal.
Beberapa dapat fisiologis. Akan tetapi apabila sudah menimbulkan keluhan, ataupun sekret yang
dihasilkan berbau, atau berwarna harus segera dicurigai telah terjadi peradangan pada organ genitalia.
Sekret patologis paling sering berasal dari peradangan vagina dan serviks. Peradangan pada vagina
sering disebabkan oleh bakteri non spesifik, Candida, dan Trichomonas. Sedangkan peradangan pada
serviks disebabkan biasanya oleh Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Masing-masing
Page
13

memiliki gejala ataupun ciri yang khas. Akan tetapi karena terkadang justru gejala khas yang jarang
muncul, maka dibutuhkan pemeriksaan penunjang. Dimana pemeriksaan penunjang adalah
pemeriksaan mikroskopis pada sekret.
Daftar Pustaka
1. Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Maunaba IBG. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta :
EGC, 2009.h.184-5 2.
2. Gleadle J. At a glance : anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta : Erlangga, 2007.h.32-33.
3. Gor HB. Vaginitis. Medscape Reference, 07 Mei 2013 [diakses 01 Juni 2015]. Tersedia dari:
http://emedicine.medscape.com/article/257141-workup#showall.
4. Hakimi M. Radang dan beberapa penyakit lain pada alat genital. Dalam : Ilmu kandungan.ed.3.
Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2011.h. 221-6 5.
5. Gierd PH. Bacterial vaginosis. Medscape Reference, 27 Maret 2014 [diakses 01 Juni 2015].
Tersedia dari : http://emedicine.medscape.com/article/254342-overview.
6. Faro S. Vaginitis and cervicitis. In : Clinical infectious disease. Cambridge (UK) : Cambridge
University Press, 2008.p.416-26 7.
7. Graber MA, Toth PP, Herting RL. Buku saku kedokteran keluarga. Jakarta : EGC, 2006.h.321-2.
8. Mashburn J. Etiology, Diagnosis, and Management of vaginitis. J Midwifery Womens Health.
2006;51(6):423-430.
9. Hidalgo JA. Candidiasis. Medscape Reference, 01 April 2014 [diakses 01 Juni 2015]. Tersedia dari

: http://emedicine.medscape.com/article/213853-overview

Page
14

Anda mungkin juga menyukai