PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rumah merupakan tempat tinggal bagi suatu keluarga yang berfungsi sebagai
tempat perlindungan untuk member keamanan, tempat istirahat, tempat menjalin
hubungan antar anggota keluarga, tempat pengembangan anak, penyediaan makanan
keluarga termasuk mandi, mencuci dan sebagainya. Oleh karena itu keberadaan
rumah yang sehat, aman, serasi dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Rumah dan lingkungan yang tidak sehat serta juga perilaku tidak sehat dapat
menyebabkan dan menularkan penyakit bagi penghuninya. Salah satunya adalah
penyakit kulit. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya tempat-tempat kotor
sebagai sarang dari tungau/kutu kulit, kelembapan yang tinggi menyebabkan jamur
mudah berkembang, dan anggota keluarga yang ramai dan tidak sesuai dengan ukuran
rumah memudahkan penularan penyakit kulit.
Selain kondisi rumah itu sendiri, lingkungan yang sehat juga dilihat dari
sarana sanitasi rumah yang meliputi sumber air bersih, pembuangan limbah rumah
tangga, dan tempat pembuangan tinja/ kotoran manusia.
Salah satu penyakit kulit yang sering ditemukan pada keluarga atau kelompok
masyarakat dengan lingkungan yang kurang sehat adalah scabies atau yang sering
disebut oleh masyarakat sebagai penyakit kudis atau budukan.
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei var, homnis dan produknya. Cara
penularannya bisa karena kontak langsung dengan penderita atau melalui perantara,
seperti pakaian, handuk, bantal, sprei, dan lain-lain. Penyakit ini ditandai dengan
gatal-gatal yang sangat hebat terutama pada malam hari, menyerang manusia secara
berkelompok, dan membentuk terowongan pada kulit manusia.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1 Mengindentifikasi masalah kesehatan pada keluarga yang menderita penyakit skabies
1.2.2 Menentukan solusi untuk menangani setiap masalah kesehatan yang ditemukan pada
pasien dan keluarganya
1.3
Manfaat Penulisan
1.3.1
1.3.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SKABIES
2. 1. Sinonim.
Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo
2. 2. Definisi.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.
2. 3. Epidemiologi.
Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Di beberapa
negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan
cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun
terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara
lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit
ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).
2. 4. Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu
terdapat S. Scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.Secara morfologik merupakan
tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini
transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.Ukurannya yang betina berkisar antara 330
450 mikron x 250 350 mikron, sedangkanyang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron
x 150 200 mikron. Bentuk dewasamempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan
sebagai alat alat untuk melekat dan 2pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantanpasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
berakhir dengan alat perekat.Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk
betina yang telah dibuahi inidapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.
Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari
larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang
kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8 12 hari.
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa
yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan
telur,sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi.
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7
14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan
kulitpada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan
dapat terserang.
2. 5. Patogenesis.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukanwaktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapatlebih luas
dari lokasi tungau.
2. 6. Cara Penularan.
Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak
tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui
alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan
melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat
dilaporkan, bahwa scabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan
merupakan akibat utama. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan
dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat
yang relatif sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan
masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan
akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor
lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program
kesehatanyang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan
lingkunganyang telah ada.Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu
tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan
fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh
masyarakat luas.
Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak
langsung sepert itidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersamasama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama
beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid.
2. 7. Gejala Klinis.
Ada 4 tanda cardinal Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang
disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
1. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala.
Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
2. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain).
3. Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,
yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat
ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna
(pria)dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan
satuatau lebih stadium hidup tungau ini.
sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak
dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh,
termasuk seluruh kepala, leher,telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di
muka. (Harahap. M, 2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua
yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
2. 9. Diagnosis.
Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar :
1. Ada terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok,
panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula,papula
atau pustula.
2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar,siku, lipat
ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah, genitalia
eksterna pria. Pada oaring dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecualipada penderita
imunosupresif , sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit.
3.Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies topical yang efektif.
4.Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal,
harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperature tubuh
menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.
2. 10. Diferensial Diagnosis.
Diagnosis bandingnya adalah :
1.
Prurigo,
biasanya
berupa
papul-papul
yang
gatal,
predileksi
pada
bagian
ekstensor ekstremitas.
2. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria
papuler.
3. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritem.
2. 11. Terapi
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan
seksnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu:
a . P e r m e t r i n . Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi,
mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak
usiakurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8
jam kemudian dicuci bersih.
b . M a l a t i o n . Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian
berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.(Harahap. M, 2000).
c. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %). Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Sering terjadiiritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
(Handoko, R, 2001).
d . S u l f u r . Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalamkonsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada
malam hari selama 3malam.
2. 12. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan
danmenghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan
prognosisyang baik
LAPORAN KASUS
KELUARGA BINAAN
IDENTITAS PASIEN :
Nama
: Siska
Umur
: 29 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Telp/HP
: 081993301518
Pekerjaan
Status
: Sudah menikah
Negeri asal
: Padang
Seorang pasien perempuan, umur 29 tahun datang berobat ke Puskesmas Ulak Karang
Padang pada tanggal 31 Mei 2011, dengan :
ANAMNESIS
Keluhan utama :
Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan kiri, punggung
tangan kiri dan pergelangan tangan kiri, lengan kiri dan kanan, lipat paha kiri dan kanan,
bokong bagian bawah sejak 2 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan kiri, punggung
tangan kiri dan pergelangan tangan kiri, lengan kiri dan kanan, lipat paha kiri dan
kiri, lengan kiri dan kanan, lipat paha dan bokong bagian bawah.
Gatal terutama dirasakan meningkat pada malam hari.
Sprei dan alas bantal diganti 3 bulan sekali, terakhir kali diganti 2 bulan yang lalu.
Suami pasien ada keluhan sama seperti pasien sejak 1 bulan yang lalu dan telah
mendapatkan pengobatan. Anak pasien juga mengalami bintik-bintik kemerahan yang
ada
Riwayat alergi terhadap serbuk sari pada pasien dan keluarga disangkal.
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat pada pasien dan keluarga disangkal
Status Generalisata
Keadaan umum
Kesadaran
: Composmentis kooperatif
Nadi
: 86 x/menit
Nafas
: 18 x/menit
Suhu
: 36,8oC
BB
: 65 kg
Status gizi
: Baik
Mata
Thorax
Abdomen
STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi
Distribusi
Bentuk
Susunan
Batas
Ukuran
dan
Efloresensi
pergelangan tangan kiri, lengan kiri dan kanan, lipat paha kiri dan
kanan; lentikular (bokong bagian bawah ).
: Papul eritema, plak eritema, skuama halus, ekskoriasi
STATUS VENEREOLOGIKUS
Tidak ditemukan kelainan
KELAINAN SELAPUT
Tidak ditemukan kelainan
KELAINAN KUKU
Tidak ditemukan kelainan
KELAINAN RAMBUT
Tidak ditemukan kelainan
KELAINAN KELENJAR LIMFE
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening
DIAGNOSIS
Skabies
PENATALAKSANAAN
1.Terapi umum:
Pengobatan secara serentak bersama dengan suami, anak dan ketiga anak-anak
PL.
Memakai 1 handuk untuk 1 orang dan tidak boleh bertukar handuk dengan
suami.
Barang-barang yang berkontak dengan pasien yang tidak dapat dicuci (misal:
kursi, furnitur, kasur dll) dijemur dibawah sinar matahari.
Kurangi kontak (kulit dengan kulit) pasien dengan orang lain yang belum
terkena.
2. Terapi Khusus
Sistemik
CTM 4mg, 3 x 1 tablet
Topikal
Salep 2-4 : dioleskan pada seluruh tubuh kecuali wajah selama 3 hari berturut-turut.
Jika terkena air salep dioleskan kembali.
PROGNOSIS
Quo Ad Sanationam
: bonam
Quo Ad Vitam
: bonam
Quo Ad Kosmeticum
: dubia ad bonam
Quo Ad Functionam
: bonam
Identifikasi Masalah
1. Terdapat 3 orang anggota keluarga yang menderita penyakit skabies yaitu pasien,
suami dan 1 orang anak pasien. Terdapat 3 lagi anggota bukan keluarga (anak-anak
PL) yang ada skabies, pasien menduga mendapat infeksi dari salah satu anak PL
tersebut. Jadi, jumlah penderita dalam 1 rumah adalah 6 orang.
2. Penggunaan alat mandi secara bersama-sama ada (handuk suami).
3. Pasien adalah IRT dan jarang keluar rumah menyebabkan pemakaian salep 2-4
seharusnya efektif. Namun, ada kemungkinan pasien lupa oleskan terus-menerus
salep 2-4 karena sibuk menjaga anaknya yang masih kecil.
4. Anak-anak PL yang tinggal 1 rumah dengan pasien tidak pernah menggunakan sprei
atau alas bantal sewaktu tidur, dan tidak sering mengganti pakaian.
5. Rumah kurang sehat karena :
sumber pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah kurang baik, dimana
hanya terdapat 2 buah jendela dibagian depan dengan ukuran masing-masing
sedap.
Jamban ada 3 buah dalam rumah, jamban pasien tidak kotor tetapi jamban
Pemecahan Masalah
1. Pasien dan anggota keluarga yang menderita penyakit skabies harus diobati secara
serentak dan mengikuti petunjuk pengobatan.
2. Pemberian bantuan berupa pemberian tablet CTM 4 mg untuk mengurangi gatal, juga
handuk dan sabun mandi cair untuk anak-anak PL. Pasien dan keluarga sudahpun
membeli handuk untuk masing-masing anggota keluarga dan sabun cair. Handuk
pribadi masing-masing untuk meningkatkan efektifitas pengobatan dan mencegah
penularan lebih lanjut. Sabun mandi cair digunakan sementara oleh anak-anak PL
sampai semuanya benar-benar sembuh dari penyakit skabies untuk mencegah
penularan lebih lanjut, setelah dinyatakan sembuh maka anak-anak PL tersebut dapat
menggunakan sabun mandi batang kembali.
3. Pemberian obat topikal berupa permetrin cream 5% disarankan kepada pasien dimana
pemakaian permetrin cream 5% ini jauh lebih singkat dibanding salep 2-4 yaitu
selama 10 jam sehingga pemakaiannya tidak terputus, tidak seperti saat pasien
menggunakan salep 2-4. Tetapi hanya dipakai jika pengobatan dengan salep 2-4 gagal
(masih ada bintik kemerahan yang terasa gatal).
4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi mengenai pencegahan penularan penyakit
skabies, meliputi :
Semua anggota keluarga harus berobat secara teratur sampai sembuh.
Pengobatan harus dilakukan secara serentak pada semua anggota keluarga.
Edukasi mengenai cara pemakaian salep 2-4 kepada pasien, keluarga dan
anak-anak PL yaitu dipakai pada seluruh tubuh kecuali wajah selama 3 hari
berturut-turut. Bila keluhan bintik-bintik merah dan gatal belum berkurang
pemakaiannya dapat diganti dengan permetrin cream 5%, dipakai di seluruh
tubuh kecuali wajah pada malam hari sebelum tidur dan dibersihkan pada pagi
hari (10 jam). Jika masih ada keluhan, diulangi lagi setelah seminggu.
Tidak memakai 1 handuk bersama suami dan anak. Memakai 1 handuk untuk
1 orang dan tidak boleh bertukar handuk. Nasehat yang sama juga diberikan
diseterika.
Barang-barang yang berkontak dengan pasien yang tidak dapat dicuci (misal:
terkena.
Menjaga kebersihan badan dengan mandi teratur dan mengganti pakaian
setelah mandi.
5. Untuk menciptakan rumah yang sehat dapat dilakukan :
Memperbaiki ventilasi dan penerangan dengan menambah jendela pada bagian
samping rumah sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah
bekas di bakar.
Lubang di bumbung
rumah
sebaiknya
ditutup
untuk mengelakkan
Follow up Pasien I
Tanggal 11 Juni 2011
1.Melihat perkembangan pengobatan setelah kunjungan pasien ke Puskesmas menggunakan
salep 2-4 dan CTM, ternyata didapatkan:
Bintik-bintik merah dan gatal pada pasien, suami dan anak sedikit berkurang. Rasa
gatal masih ada.
Anak sudah mulai pengobatan untuk skabies (pada hari yang sama ibunya berobat).
Pakaian dan handuk yang digunakan sebelum dan sesudah pengobatan dimulai telah
dicuci dengan air hangat, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika.
Pasien telah menjemur kursi, furnitur, kasur dan barang-barang lainnya yang
berkontak dengan pasien dan keluarga dibawah terik sinar matahari.
Belum dibeli sprei dan alas bantal, alasan tidak ada waktu untuk membeli.
Follow up Pasien II
Tanggal 18 Juni 2011
1. Bintik-bintik kemerahan sudah mulai berkurang, terutama berkurang di daerah lipatan
paha. Bagian lain masih ada bintik-bintik yang tidak merah tapi masih terasa gatal.
2. Anak PL yang ketiga sudah memulakan pengobatan salep 2-4 (tidak serentak dengan
anggota rumah yang lain).
3. CTM 4mg diberikan pada pasien, suami, anaknya dan 3 anak-anak PL (dosis
disesuaikan). Handuk dan sabun cair diberikan kepada anak-anak PL (pasien dan
keluarga sudah membeli).
4. Pasien menggunakan handuk dan sabun mandi secara terpisah.
5. Anak-anak PL masih belum membeli sprei dan alas bantal, tetapi sudah menjemur
kasur mereka dibawah terik sinar matahari.
6. Diberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai pencegahan penularan
penyakit skabies dan cara menciptakan rumah serta lingkungan yang sehat.
Follow up Pasien III
Tanggal 29 Juni 2011
1. Pasien beserta suami dan anak telah pulang kampung ke Jakarta. Dari alloanamnesa
ke adik pasien yang tinggal di rumah tersebut kini, pasien, suami dan anaknya sudah
tidak ada bintik-bintik kemerahan, tetapi rasa gatal tetap ada, bintik-bintik masih ada
di sela-sela jari.
2. Sirkulasi dalam rumah pasien masih kurang dan jendela rumah masih kelihatan
berdebu.
3. Pencahayaan masih kurang, adik pasien mengatakan pasien tidak mahu menambah
jendela dan lubang ventilasi dari samping rumah dengan alasan rumah bukan
miliknya. Lubang- lubang di bumbung belum tertutup dengan alasan yang sama.
4. Bak sampah yang diperbuat dari timbunan batubara belum terlaksana. Ada beberapa
tumpukan sampah organik dan bukan organik di depan rumah yang tidak dipisahkan
untuk dibuang ke TPS ataupun dibakar.
5. Anak-anak PL mengatakan jamban sudah dibersihkan, tetapi WC tetap kelihatan kotor
sewaktu diobservasi.
Lampiran :
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko,R.P, Skabies, Djuanda A, Hamza M, Aisah S, editor. Dalam: Ilmu Kulit
Kelamin FKUI, edisi keempat, 2006, Jakarta:FKUI. Hal 122-25.
2. DEPARTEMEN KESEHATAN RI, Scabies, Pedoman Pengobatan Dasar di
Puskesmas, DEPKES RI, Jakarta. 2007. Hal 208-10.