Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Rumah merupakan tempat tinggal bagi suatu keluarga yang berfungsi sebagai
tempat perlindungan untuk member keamanan, tempat istirahat, tempat menjalin
hubungan antar anggota keluarga, tempat pengembangan anak, penyediaan makanan
keluarga termasuk mandi, mencuci dan sebagainya. Oleh karena itu keberadaan
rumah yang sehat, aman, serasi dan teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Rumah dan lingkungan yang tidak sehat serta juga perilaku tidak sehat dapat
menyebabkan dan menularkan penyakit bagi penghuninya. Salah satunya adalah
penyakit kulit. Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya tempat-tempat kotor
sebagai sarang dari tungau/kutu kulit, kelembapan yang tinggi menyebabkan jamur
mudah berkembang, dan anggota keluarga yang ramai dan tidak sesuai dengan ukuran
rumah memudahkan penularan penyakit kulit.
Selain kondisi rumah itu sendiri, lingkungan yang sehat juga dilihat dari
sarana sanitasi rumah yang meliputi sumber air bersih, pembuangan limbah rumah
tangga, dan tempat pembuangan tinja/ kotoran manusia.
Salah satu penyakit kulit yang sering ditemukan pada keluarga atau kelompok
masyarakat dengan lingkungan yang kurang sehat adalah scabies atau yang sering
disebut oleh masyarakat sebagai penyakit kudis atau budukan.
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei var, homnis dan produknya. Cara
penularannya bisa karena kontak langsung dengan penderita atau melalui perantara,
seperti pakaian, handuk, bantal, sprei, dan lain-lain. Penyakit ini ditandai dengan
gatal-gatal yang sangat hebat terutama pada malam hari, menyerang manusia secara
berkelompok, dan membentuk terowongan pada kulit manusia.

Pelayanan kesehatan primer memegang peranan penting pada penyakit skabies


dalam hal penegakan diagnosis pertama kali, terapi yang tepat, dan edukasi komunitas
dalam pencegahan penyakit dan menularnya penyakit ke komunitas, karena penyakit
ini mudah sekali menular terutama pada pemukiman yang padat. Transmisi atau
perpindahan antar penderita dapat berlangsung melalui kontak kulit langsung yang
erat dari orang ke orang. Hal tersebut dapat terjadi bila hidup dan tidur bersama,
misalnya anak-anak yang mendapat infestasi tungau dari ibunya, hidup dalam satu
asrama, atau para perawat. Selain itu perpindahan tungau juga dapat terjadi melalui
kontak tidak langsung, yaitu melalui pakaian atau alat mandi yang digunakan bersama
Untuk itu dalam program keluarga binaan kali ini kami akan mencoba
melakukan pembinaan pada salah satu keluarga yang di mana dalam keluarga tersebut
terdapat kasus scabies. Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah
klinis pada pasien dan keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan
masalah klinis pada pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien
dan keluarga serta mangajak partisipasi seluruh anggota keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan.

1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1 Mengindentifikasi masalah kesehatan pada keluarga yang menderita penyakit skabies
1.2.2 Menentukan solusi untuk menangani setiap masalah kesehatan yang ditemukan pada
pasien dan keluarganya
1.3

Manfaat Penulisan

1.3.1

Dapat menjadi masukan kepada masyarakat, petugas Puskesmas dan khususnya


keluarga sebagai upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit skabies di
masyarakat.

1.3.2

Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis dalam menganalisa


dan memberikan solusi pada permasalahan yang dihadapi oleh keluarga binaan
penulis.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
SKABIES
2. 1. Sinonim.
Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo
2. 2. Definisi.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.
2. 3. Epidemiologi.
Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Di beberapa
negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan
cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun
terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara
lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit
ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).
2. 4. Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu
terdapat S. Scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.Secara morfologik merupakan
tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini
transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.Ukurannya yang betina berkisar antara 330
450 mikron x 250 350 mikron, sedangkanyang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron
x 150 200 mikron. Bentuk dewasamempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan
sebagai alat alat untuk melekat dan 2pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantanpasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
berakhir dengan alat perekat.Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan
sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk

betina yang telah dibuahi inidapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.
Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari
larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang
kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8 12 hari.
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari, kemudian larva meninggalkan
terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa
yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan
telur,sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi.
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7
14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan
kulitpada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan
dapat terserang.
2. 5. Patogenesis.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang
terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukanwaktu
kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapatlebih luas
dari lokasi tungau.
2. 6. Cara Penularan.
Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak
tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui
alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan
melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat
dilaporkan, bahwa scabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan
merupakan akibat utama. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan
dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat
yang relatif sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan

masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan
akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor
lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program
kesehatanyang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan
lingkunganyang telah ada.Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu
tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan
fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh
masyarakat luas.
Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak
langsung sepert itidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersamasama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama
beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid.
2. 7. Gejala Klinis.
Ada 4 tanda cardinal Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang
disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
1. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala.
Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
2. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain).
3. Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,
yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat
ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna
(pria)dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan
satuatau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.


2. 8. Klasifikasi.
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga
dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain :
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya
sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dantanda
klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito
sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip
penyakit lain.
3. Skabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat di
daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul
sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari
satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selamabeberapa bulan
sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing.
Kelainan ini berbeda dengan skabiesmanusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak
menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang
sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa
inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8
minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan
siklus hidupnya padamanusia.
5. Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas
dengan krusta,skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya
kulit kepalayang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat
disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang
menginfestasisangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik

sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak
dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh,
termasuk seluruh kepala, leher,telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di
muka. (Harahap. M, 2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua
yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
2. 9. Diagnosis.
Diagnosis scabies ditegakkan atas dasar :
1. Ada terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-kelok,
panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak vesikula,papula
atau pustula.
2. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan tangan bagian volar,siku, lipat
ketiak bagian depan, areola mammae, sekitar umbilicus, abdomen bagian bawah, genitalia
eksterna pria. Pada oaring dewasa jarang terdapat di muka dan kepala, kecualipada penderita
imunosupresif , sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit.
3.Penyembuhan cepat setelah pemberian obat anti skabies topical yang efektif.
4.Adanya gatal hebat pada malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gatal,
harus dicurigai adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperature tubuh
menjadi lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat.
2. 10. Diferensial Diagnosis.
Diagnosis bandingnya adalah :
1.

Prurigo,

biasanya

berupa

papul-papul

yang

gatal,

predileksi

pada

bagian

ekstensor ekstremitas.
2. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria
papuler.
3. Folikulitis, nyeri berupa pustule miliar dikelilingi daerah yang eritem.

2. 11. Terapi

Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati termasuk pasangan
seksnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada pengobatan scabies yaitu:
a . P e r m e t r i n . Merupakan obat pilihan untuk saat ini , tingkat keamanannya cukup tinggi,
mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak
usiakurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8
jam kemudian dicuci bersih.
b . M a l a t i o n . Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian
berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.(Harahap. M, 2000).
c. Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %). Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Sering terjadiiritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
(Handoko, R, 2001).
d . S u l f u r . Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif
digunakan. Dalamkonsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada
malam hari selama 3malam.
2. 12. Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan
danmenghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan
prognosisyang baik

LAPORAN KASUS

KELUARGA BINAAN

IDENTITAS PASIEN :
Nama

: Siska

Umur

: 29 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jl Kelapa Gading I No 10, Ulak Karang Padang

Telp/HP

: 081993301518

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Status

: Sudah menikah

Negeri asal

: Padang

Seorang pasien perempuan, umur 29 tahun datang berobat ke Puskesmas Ulak Karang
Padang pada tanggal 31 Mei 2011, dengan :
ANAMNESIS
Keluhan utama :
Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan kiri, punggung
tangan kiri dan pergelangan tangan kiri, lengan kiri dan kanan, lipat paha kiri dan kanan,
bokong bagian bawah sejak 2 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang

Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di sela-sela jari tangan kiri, punggung
tangan kiri dan pergelangan tangan kiri, lengan kiri dan kanan, lipat paha kiri dan

kanan, bokong bagian bawah sejak 2 minggu yang lalu.


Awalnya bintik-bintik kemerahan yang gatal terdapat di sela-sela jari tangan kiri, lalu
bintik-bintik kemerahan ini menyebar ke punggung tangan kiri, pergelangan tangan

kiri, lengan kiri dan kanan, lipat paha dan bokong bagian bawah.
Gatal terutama dirasakan meningkat pada malam hari.
Sprei dan alas bantal diganti 3 bulan sekali, terakhir kali diganti 2 bulan yang lalu.

Pasien memakai alat mandi bersama (handuk) dengan suami.


Pasien tidur satu tempat tidur dengan suami dan anak.
Pasien mandi dua kali sehari.
Pasien mengganti bajunya 2 kali sehari.
Teman pasien ada yang menderita penyakit yang sama, yaitu anak-anak PL yang

tinggal satu rumah dengan pasien (jumlah 3 orang).


Riwayat kontak dengan hewan peliharaan tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga

Suami pasien ada keluhan sama seperti pasien sejak 1 bulan yang lalu dan telah
mendapatkan pengobatan. Anak pasien juga mengalami bintik-bintik kemerahan yang

gatal sejak 3 minggu yang lalu, belum mendapatkan pengobatan.


Nenek pasien yang datang melawat pasien untuk 1 minggu pulang ke kampung

setelah mendapat bintik-bintik kemerahan yang gatal.


Riwayat sesak nafas dengan bunyi menciut pada pasien dan keluarga tidak ada
Riwayat bersin-bersin disertai mata berair di pagi hari pada pasien dan keluarga tidak

ada
Riwayat alergi terhadap serbuk sari pada pasien dan keluarga disangkal.
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat pada pasien dan keluarga disangkal

Status Generalisata
Keadaan umum

: Tidak tampak sakit

Kesadaran

: Composmentis kooperatif

Nadi

: 86 x/menit

Nafas

: 18 x/menit

Suhu

: 36,8oC

BB

: 65 kg

Status gizi

: Baik

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thorax

: Cor dan Pulmo dalam batas normal

Abdomen

: hati dan limpa dalam batas normal

STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi
Distribusi
Bentuk
Susunan
Batas
Ukuran

: di sela-sela jari tangan kiri, punggung tangan kiri dan pergelangan


tangan kiri, lengan kiri dan kanan, lipat paha kiri dan kanan, bokong
bagian bawah.
: generalisata, bilateral
: Tidak khas
: Tidak khas
: Tegas
: milier (pada sela-sela jari tangan kiri, punggung tangan kiri

dan
Efloresensi

pergelangan tangan kiri, lengan kiri dan kanan, lipat paha kiri dan
kanan; lentikular (bokong bagian bawah ).
: Papul eritema, plak eritema, skuama halus, ekskoriasi

STATUS VENEREOLOGIKUS
Tidak ditemukan kelainan
KELAINAN SELAPUT
Tidak ditemukan kelainan
KELAINAN KUKU
Tidak ditemukan kelainan

KELAINAN RAMBUT
Tidak ditemukan kelainan
KELAINAN KELENJAR LIMFE
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening
DIAGNOSIS
Skabies
PENATALAKSANAAN

1.Terapi umum:

Berobat secara teratur sampai tuntas (sembuh), sebelumnya kepada pasien


dijelaskan tentang cara pemakaian obat topikal.

Pengobatan secara serentak bersama dengan suami, anak dan ketiga anak-anak
PL.

Memakai 1 handuk untuk 1 orang dan tidak boleh bertukar handuk dengan
suami.

Pakaian dan handuk yang digunakan sebelum dan sesudah pengobatan


dimulai, dicuci dengan air hangat, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika.

Barang-barang yang berkontak dengan pasien yang tidak dapat dicuci (misal:
kursi, furnitur, kasur dll) dijemur dibawah sinar matahari.

Kurangi kontak (kulit dengan kulit) pasien dengan orang lain yang belum
terkena.

Menjaga kebersihan badan dengan mandi teratur dan mengganti pakaian


setelah mandi.

2. Terapi Khusus

Sistemik
CTM 4mg, 3 x 1 tablet

Topikal
Salep 2-4 : dioleskan pada seluruh tubuh kecuali wajah selama 3 hari berturut-turut.
Jika terkena air salep dioleskan kembali.

PROGNOSIS
Quo Ad Sanationam

: bonam

Quo Ad Vitam

: bonam

Quo Ad Kosmeticum

: dubia ad bonam

Quo Ad Functionam

: bonam

Kondisi Lingkungan Tempat Tinggal


Pasien tinggal dengan suaminya dan memiliki 1 orang anak, mengontrak di sebuah
rumah yang salah satu kamarnya dijadikan kantor jasa oleh pemilik rumah. Jumlah kamar 4
buah. Saat ini pasien juga tinggal bersama anak-anak PL yang kos di kamar yang berbedabeda di rumah pasien, jumlah tiga orang. Ketiga anak-anak PL juga menderita penyakit
skabies seperti pasien. Pemilik rumah tidak tinggal bersama pasien dan hanya ke rumahnya
pada siang hari untuk urusan bisnis.
Pasien bekerja sebagai IRT. Penghasilan perbulan suami Rp.2.000.000 yang bekerja
sebagai jasa konsultan.
Keadaan lingkungan dirumah pasien :

Rumah permanen bukan milik sendiri.


Lantai dari semen.
Sumber air minum:air gallon. Mandi dan mencuci dari PDAM.
Pekarangan cukup luas.
Sirkulasi udara dan pencahayaan dalam rumah kurang.
Pasien memiliki jamban dalam kamarnya. 2 lagi jamban terdapat di luar kamar, tapi

masih dalam rumah, dipakai anak-anak PL.


Jarak antar rumah yang satu dengan rumah lainnya tidak sesak.
Sampah rumah tangga dibuang ke TPS, kadang-kadang ditumpuk kemudian dibakar.

Identifikasi Masalah
1. Terdapat 3 orang anggota keluarga yang menderita penyakit skabies yaitu pasien,
suami dan 1 orang anak pasien. Terdapat 3 lagi anggota bukan keluarga (anak-anak
PL) yang ada skabies, pasien menduga mendapat infeksi dari salah satu anak PL
tersebut. Jadi, jumlah penderita dalam 1 rumah adalah 6 orang.
2. Penggunaan alat mandi secara bersama-sama ada (handuk suami).
3. Pasien adalah IRT dan jarang keluar rumah menyebabkan pemakaian salep 2-4
seharusnya efektif. Namun, ada kemungkinan pasien lupa oleskan terus-menerus
salep 2-4 karena sibuk menjaga anaknya yang masih kecil.
4. Anak-anak PL yang tinggal 1 rumah dengan pasien tidak pernah menggunakan sprei
atau alas bantal sewaktu tidur, dan tidak sering mengganti pakaian.
5. Rumah kurang sehat karena :
sumber pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah kurang baik, dimana
hanya terdapat 2 buah jendela dibagian depan dengan ukuran masing-masing

60 cm x 60 cm yang terbuat kaca dengan ventilasi udara yang minim sehingga

rumah tampak gelap dan terasa pengap.


Sampah ditimbun di depan rumah sehingga menimbulkan bau yang kurang

sedap.
Jamban ada 3 buah dalam rumah, jamban pasien tidak kotor tetapi jamban

anak-anak PL sangat kotor karena jarang dibersihkan.


Bumbung rumah yang diperbuat daripada kayu banyak yang berlubang dan
patah, menyebabkan adanya debu dan sarang labah-labah yang banyak.

Pemecahan Masalah
1. Pasien dan anggota keluarga yang menderita penyakit skabies harus diobati secara
serentak dan mengikuti petunjuk pengobatan.
2. Pemberian bantuan berupa pemberian tablet CTM 4 mg untuk mengurangi gatal, juga
handuk dan sabun mandi cair untuk anak-anak PL. Pasien dan keluarga sudahpun
membeli handuk untuk masing-masing anggota keluarga dan sabun cair. Handuk
pribadi masing-masing untuk meningkatkan efektifitas pengobatan dan mencegah
penularan lebih lanjut. Sabun mandi cair digunakan sementara oleh anak-anak PL
sampai semuanya benar-benar sembuh dari penyakit skabies untuk mencegah
penularan lebih lanjut, setelah dinyatakan sembuh maka anak-anak PL tersebut dapat
menggunakan sabun mandi batang kembali.
3. Pemberian obat topikal berupa permetrin cream 5% disarankan kepada pasien dimana
pemakaian permetrin cream 5% ini jauh lebih singkat dibanding salep 2-4 yaitu
selama 10 jam sehingga pemakaiannya tidak terputus, tidak seperti saat pasien
menggunakan salep 2-4. Tetapi hanya dipakai jika pengobatan dengan salep 2-4 gagal
(masih ada bintik kemerahan yang terasa gatal).
4. Komunikasi, Informasi dan Edukasi mengenai pencegahan penularan penyakit
skabies, meliputi :
Semua anggota keluarga harus berobat secara teratur sampai sembuh.
Pengobatan harus dilakukan secara serentak pada semua anggota keluarga.
Edukasi mengenai cara pemakaian salep 2-4 kepada pasien, keluarga dan
anak-anak PL yaitu dipakai pada seluruh tubuh kecuali wajah selama 3 hari
berturut-turut. Bila keluhan bintik-bintik merah dan gatal belum berkurang
pemakaiannya dapat diganti dengan permetrin cream 5%, dipakai di seluruh
tubuh kecuali wajah pada malam hari sebelum tidur dan dibersihkan pada pagi
hari (10 jam). Jika masih ada keluhan, diulangi lagi setelah seminggu.

Tidak memakai 1 handuk bersama suami dan anak. Memakai 1 handuk untuk
1 orang dan tidak boleh bertukar handuk. Nasehat yang sama juga diberikan

kepada 3 anak-anak PL yang tinggal di rumah pasien.


Pakaian dan handuk yang digunakan sebelum dan sesudah pengobatan
dimulai, dicuci dengan air hangat, dijemur dibawah sinar matahari dan

diseterika.
Barang-barang yang berkontak dengan pasien yang tidak dapat dicuci (misal:

kursi, furnitur, kasur dll) dijemur dibawah sinar matahari.


Kurangi kontak (kulit dengan kulit) pasien dengan orang lain yang belum

terkena.
Menjaga kebersihan badan dengan mandi teratur dan mengganti pakaian

setelah mandi.
5. Untuk menciptakan rumah yang sehat dapat dilakukan :
Memperbaiki ventilasi dan penerangan dengan menambah jendela pada bagian
samping rumah sehingga cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah

(sekarang hanya ada 2 jendela di depan rumah berukuran kecil).


Sampah dibakar dalam bak sampah, dibuat dari batubata yang tertutup untuk
menghindari bau yang tidak sedap. Sampah organik seperti sisa nasi, sisa
sayur, tulang ikan sebaiknya langsung dibuang ke TPS (karena menimbulkan
bau kalau disimpan lama), sedangkan non organik seperti plastik dan botol

bekas di bakar.
Lubang di bumbung

rumah

sebaiknya

ditutup

untuk mengelakkan

penumpukan debu, sarang labah-labah dan untuk memperbaiki ventilasi.

Follow up Pasien I
Tanggal 11 Juni 2011
1.Melihat perkembangan pengobatan setelah kunjungan pasien ke Puskesmas menggunakan
salep 2-4 dan CTM, ternyata didapatkan:

Bintik-bintik merah dan gatal pada pasien, suami dan anak sedikit berkurang. Rasa
gatal masih ada.

Anak sudah mulai pengobatan untuk skabies (pada hari yang sama ibunya berobat).

Suami masih melanjutkan pengobatan yang lama (salep 2-4).

Pasien tidak menggunakan satu handuk bersama suami lagi.

Pakaian dan handuk yang digunakan sebelum dan sesudah pengobatan dimulai telah
dicuci dengan air hangat, dijemur dibawah sinar matahari dan disetrika.

Pasien telah menjemur kursi, furnitur, kasur dan barang-barang lainnya yang
berkontak dengan pasien dan keluarga dibawah terik sinar matahari.

Hanya 2 dari 3 anak PL sudah mendapatkan pengobatan ke Puskesmas, hal ini


dikarenakan anak PL yang terakhir itu sering pulang kampung dan beralasan dia tidak
ada waktu untuk ke Puskesmas untuk berobat.

Belum dibeli sprei dan alas bantal, alasan tidak ada waktu untuk membeli.

2. Observasi keadaan rumah pasien dan lingkungan sekitarnya


sumber pencahayaan dan sirkulasi udara di dalam rumah kurang baik, dimana hanya
terdapat 2 buah jendela dibagian depan dengan ukuran masing-masing 60 cm x 60 cm
yang terbuat dari kaca dengan ventilasi udara yang minim sehingga rumah tampak
gelap dan terasa pengap.
Sampah ditimbun di depan rumah sehingga menimbulkan bau yang kurang sedap.
Jamban pasien tidak kotor tetapi jamban anak-anak PL masih sangat kotor karena
tidak dibersihkan.

Follow up Pasien II
Tanggal 18 Juni 2011
1. Bintik-bintik kemerahan sudah mulai berkurang, terutama berkurang di daerah lipatan
paha. Bagian lain masih ada bintik-bintik yang tidak merah tapi masih terasa gatal.
2. Anak PL yang ketiga sudah memulakan pengobatan salep 2-4 (tidak serentak dengan
anggota rumah yang lain).
3. CTM 4mg diberikan pada pasien, suami, anaknya dan 3 anak-anak PL (dosis
disesuaikan). Handuk dan sabun cair diberikan kepada anak-anak PL (pasien dan
keluarga sudah membeli).
4. Pasien menggunakan handuk dan sabun mandi secara terpisah.
5. Anak-anak PL masih belum membeli sprei dan alas bantal, tetapi sudah menjemur
kasur mereka dibawah terik sinar matahari.
6. Diberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai pencegahan penularan
penyakit skabies dan cara menciptakan rumah serta lingkungan yang sehat.
Follow up Pasien III
Tanggal 29 Juni 2011

1. Pasien beserta suami dan anak telah pulang kampung ke Jakarta. Dari alloanamnesa
ke adik pasien yang tinggal di rumah tersebut kini, pasien, suami dan anaknya sudah
tidak ada bintik-bintik kemerahan, tetapi rasa gatal tetap ada, bintik-bintik masih ada
di sela-sela jari.
2. Sirkulasi dalam rumah pasien masih kurang dan jendela rumah masih kelihatan
berdebu.
3. Pencahayaan masih kurang, adik pasien mengatakan pasien tidak mahu menambah
jendela dan lubang ventilasi dari samping rumah dengan alasan rumah bukan
miliknya. Lubang- lubang di bumbung belum tertutup dengan alasan yang sama.
4. Bak sampah yang diperbuat dari timbunan batubara belum terlaksana. Ada beberapa
tumpukan sampah organik dan bukan organik di depan rumah yang tidak dipisahkan
untuk dibuang ke TPS ataupun dibakar.
5. Anak-anak PL mengatakan jamban sudah dibersihkan, tetapi WC tetap kelihatan kotor
sewaktu diobservasi.

Lampiran :

DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko,R.P, Skabies, Djuanda A, Hamza M, Aisah S, editor. Dalam: Ilmu Kulit
Kelamin FKUI, edisi keempat, 2006, Jakarta:FKUI. Hal 122-25.
2. DEPARTEMEN KESEHATAN RI, Scabies, Pedoman Pengobatan Dasar di
Puskesmas, DEPKES RI, Jakarta. 2007. Hal 208-10.

Anda mungkin juga menyukai