Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

PNEUMONIA

Disusun Oleh :
Adrian Arnasaputra
G 9911112004

KEPANITERAAN KLINIK LAB/UPF FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS
MARET/RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan
yang tinggi di seluruh dunia. Infeksi saluran napas bawah merupakan masalah
utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun di negara
maju. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk
pneumonia (15-20% kasus). Di Amerika, insiden pneumonia adalah 12 kasus per
1000 orang per tahun dan merupakan penyebab kematian utama akibat infeksi
pada orang dewasa, dan angka kematiannya adalah 15%. Hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bagian bawah
menenmpati uruan ke-2 sebagai penyebab kematian.
Pneumonia merupakan bentuk infeksi saluran nafas bagian bawah akut di
parenkim paru. Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan
imunitas yang jelas. Pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia
ditemukan satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.
Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang lanjut usia dan sering terjadi pada
pasien penyakit paru kronis obstruktif (PPOK). Beberapa faktor predisposisi yang
dapat menimbulkan pneumonia antara lain kebiasaan merokok, diabetes mellitus,
keadaan imunodefisiensi, tindakan invasif seperti pemasangan infus, intubasi,
trakeostomi, maupun ventilator. Mengingat pneumonia dapat menyebabkan
kematian bila tidak segera diobati, pengobatan awal antibiotik harus diberikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai
suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur, dan parasit. Pneumonia yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosis tidak termasuk.
B. ETIOLOGI
Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis bakteri, misalnya
infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumoniae, melalui
selang infus sering disebabkan Staphylococcus aureus, dan melalui
pemakaian ventilator sering disebabkan Pneumococcus aeruginosa dan
Enterobacter. Data dari WHO, pneumonia yang didapat di masyarakat
(Community Acquired Pneumonia/CAP) banyak disebabkan bakteri gram
positif, pneumonia yang didapatkan di rumah sakit (Hospital Acquired
Pneumonia/HAP) banyak disebabkan bakteri gram negatif, serta pneumonia
aspirasi banyak disebabkan bakteri anaerob.
.
C. PATOGENESIS
Pneumonia terjadi karena interaksi tiga faktor yang merupakan faktorfaktor terjadinya infeksi, yaitu faktor penderita (host), lingkungan
(environment), dan kuman penyebab (agent). Keadaan ketiga faktor dan
interaksinya berbeda dari seorang penderita dengan penderita lainnya, hingga
menyebabkan terdapatnya perbedaan gambaran klinik dalam bentuk golongan
pneumonia yang berbeda pada berbagai penderita secara individual.
Faktor penderita (host) adalah keadaan penderita sebelum menderita
pneumonia, apakah sehat ataulah telah mempunyai sesuatu penyakit
dasar/faktor predisposisi tertentu. Hal ini berhubungan dengan:
3

1.

Mekanisme pertahanan tubuh non spesifik penderita di saluran napas


bawah berupa proteksi mekanik untuk refleks batuk dan koordinasi
epiglottis, klirens sekresi lendir dan keutuhan epitel bronkus.

2.

Mekanisme

pertahanan

tubuh

spesifik

berupa

kemampuan

pembentukan antibodi, adanya komponen komplemen serum dan


tingkat kuantitatif/kualitatif sel-sel fagosit. Gangguan ketahanan tubuh
ini menyebabkan mudahnva penderita terkena infeksi oleh kuman
yang virulensinya rendah. Keadaan ini misalnya pada penderita
penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik/penyakit paru obstruktif
menahun (PPOM), tumor paru; usia anak dan tua/jompo, sesudah
influenza, gangguan imunologik (compromised hosts). Pada Hospital
Acquired Pneumonia terutama adalah gangguan imunologik. Infeksi
pada penderita yang normal disebut infeksi primer, dan bila telah ada
penyakit dasar infeksi sekunder.
Faktor lingkungan menunjukkan adanya perbedaan jenis kuman
yang ada di suatu daerah/negara, atau di luar dengan di dalam rumah sakit
(epidemiologi klinik kuman). Juga pengaruh dari sanitasi dan polusi udara.
Faktor kuman adalah sifat/karakteristik dari suatu atau lebih jenis
kuman yang terdapat dalam lingkungan penderita dan kemudian menginfeksi
penderita karena keadaan penderita yang cocok dengan kuman. Kuman ini
akan memberikan gambaran klinik tertentu yang dapat dipakai sebagai
pengenalnya.
D. KLASIFIKASI
Pada masa kini dipakai klasifikasi penumonia menurut tempat
didapatkannya

infeksi,

yaitu

di

masyarakat

(Community

Acquired

Pneumonia/CAP) dan di rumah sakit (Hospital Acquired Pneumonia/HAP).


Klasifikasi ini berdasarkan pada faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya
infeksi yaitu faktor penderita (host), lingkungan (environment), dan kuman
(agent). Tingkat berat penyakit pada CAP/HAP diklasifikasikan dengan
tingkat ringan/sedang/berat berdasarkan kriteria penentuan klasifikasi tingkat

sakit yang didapat dengan penjumlahan skor 10 gejala klinik objektif yang
ada pada penderita. Tingkat berat sakit ini ikut menentukan apakah pemberian
obat secara oral atau harus per enteral serta penderita pneumonia dapat
berobat jalan atau dirawat di RS.
Kriteria Tingkat Berat Sakit Pneumonia
Nilai
1. Batuk:
-

sering kali/mengganggu

agak sering

jarang

2. Sputum:
-

purulen

mukopurulen

mukous

3. Sesak napas:
-

sangat sesak/ napas cuping hidung

jelas sesak

agak sesak

4. Demam:
-

> 39C

38-39C

< 38C

5. Respirasi
-

> 32 x/menit

24-32 x/menit

< 24 x/menit

6. Ronkhi Nyaring
-

Jelas sekali

Cukup jelas

Minimal

7. Gesek Pleura
-

Jelas/mengganggu

Kadang-kadang

Tidak ada

8. Sianosis
-

Jelas sianosis

Agak sianosis

Tidak ada

9. Kesadaran
-

Menurun

Agak apatis

normal

10. Presyok/syok
-

syok

presyok

- tidak ada
Indeks Tingkat Berat Infeksi Saluran Napas Bawah:
Berat

= > 15

Sedang = 5-15
Ringan = < 5

E. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis ISPBA berdasarkan pada:
1. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu
tubuh dapat sampai > 40C, nafsu makan berkurang, batuk dahak mukoid
atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
2. Pemeriksaan Fisik
Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal saat bernapas, palpasi
fremitus dapat mengeras, perkusi redup, auskultasi dapat terdengan suara
napas bronkovesikuler sampai bronkial, dapat disertai ronki basah halus
maupun ronki basah kasar.
3. Pemeriksaan Radiologis
Foto thoraks (PA/Lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologi dapat berupa infiltrat
sampai konsolidasi, bronkogenik dan interstisiel serta gambaran kavitas.

4. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.


Pemeriksaan dahak, kultur darah, dan serologi diperlukan untuk
menentukan diagnosis etiologi akan tetapi pemeriksaan ini memerlukan
waktu.
F. PENATALAKSANAAN
Pengobatan pneumonia terdiri atas pengobatan dengan antibiotik
dengan pengobatan supportif. Pengobatan supportif diberikan sesuai dengan
gejala klinis yang tampak. Pemilihan antibiotik terbaik tentulah dengan jenis
yang paling ampuh terhadap kuman yang pasti jadi penyebabnya. Hal ini
untuk menghindari risiko terdapatnya resistensi kuman. Pemilihan antibiotik
harus berdasarkan efektifitas obat terhadap kuman, kadar serum dan di
jaringan, efek samping yang kecil, tak ada gangguan lokal, serta daya tahan
tubuh penderita.
Pilihan Berbagai Antibiotik pada Pneumonia Berdasarkan Kuman Penyebabnya
Jenis Kuman
Strp. pneumoniae

Pilihan Utama
Penicilin G

Pilihan Lain
Erythromycin, cephalosporin

Staph. aureus

Cephalosporin

Ciprofloxacin, vancomycin,

Kl. pneumoniae

Orang Sehat/ Tak Sehat


Aminoglikosid + Cephalosporin

E. coli

Aminoglikosid

clindamycin
Chloramphenicol, ciprofloxacin
Ampicillin, cephalosporin,
ciprofloxacin, chloramphenicol

Ps. aeruginosa
Aminoglikosid
Penicillin
Ciprofloxacin,
clindamycin,
Pneumonia
didapat di luar+ (PAC)/didapat
di rumah
sakit (PAH)
chloramphenicol
Kuman anaerob

Penicillin G

Metronidazol.

Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Radiologi, Pemeriksaan


Laboratorium

Diagnosis
Kuman Penyebab
Algoritma Penatalaksanaan Pneumonia
A. Patogenesis
Pilihan Antibiotik

7
Terapi

Faktor Infeksi
B. Diagnostik

C. Terapi

Faktor Penderita
Faktor Antibiotik

BAB III
ILUSTRASI KASUS
8

A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama

: Tn. S

Umur

: 55 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Nusukan, Surakarta

2. Keluhan Utama

: Badan panas

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan badan panas sejak 10 hari yang lalu.
Badan panas disertai batuk berdahak dengan warna putih kental. Batuk dan
panas dirasakan meningkat sejak 3 hari yang lalu dengan dahak lebih
kental. Selama sakit, pasien mengalami penurunan napsu makan, ada
keringat malam, sesak napas saat aktivitas berat, serta tidak ada mengi.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat asma

: disangkal

Riwayat diabetes mellitus

: disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat. hipertensi

: disangkal

Riwayat diabetes mellitus

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

6. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok

: (+)

Riwayat alkohol

: disangkal

Riwayat olahraga

: (+)

B. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: compos mentis, sakit sedang, gizi cukup
Tanda Vital:
1. Tekanan Darah

: 130/80 mmHg

2. Frekuensi Nadi

: 75 kali/menit, reguler

3. Respirasi

: 20 kali/menit

4. Suhu

: 37,2C

Px Kepala dan Leher

: normal

Px Thoraks

Pengembangan dinding dada kanan dan kiri sama

Fremitus raba meningkat pada dinding dada kanan

Perkusi redup pada dinding dada kanan

Auskultasi terdengar suara vesikuler meningkat

Auskultasi terdengan suara ronkhi basah

Px Abdomen

: normal

Px Ekstremitas

: normal

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto Thoraks

: infiltrat pada lobus inferior paru kanan

Jumlah Leukosit

: 16.000/ul (meningkat)

Sediaan Kuman

: bakteri gram (+), diplokokus (S. pneumoniae)

D. DIAGNOSIS
Pneumonia komunitas derajat ringan

E. TERAPI
RSUD dr. MOEWARDI

10

13 April 2012
R/ Penicilin G Procain im 0,6 juta unit No. I
Cum spuit 5 cc No. I
Cum spuit 1 cc No. I
Aquabidest 25 cc No.I
imm
R/ Paracetamol tab 500 mg

No. IX

prn (1-3) dd tab I aggrediente febre


R/ Gliseril Guaiakolat tab 100 mg No. I
3 dd tab I
R/ Ambroxol tab 30 mg

No. IX

3 dd tab I
Pro : Tn. S (55 tahun)

BAB IV
PEMBAHASAN
11

1. PENICILIN G PROKAIN
- Mekanisme kerjanya menghambat pembentukan mukopeptida yang
diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang
sensitif, penisillin akan menghasilkan efek bakterisid.
- Penicilin G efektif terutama pada mikroba gram-positif.
- Penicilin G mudah rusak dalam suasana asam. Oleh karena itu Penicilin G
tidak dianjurkan untuk diberikan secara oral.
- Penisilin G didistribusikan secara luas dalam tubuh. Kadar obat yang
memadai dapat tercapai dalam hati, empedu, ginjal, usus, serta limfe tetapi
dalam CSS sukar dicapai.
- Aktivitas antimikroba penisilin dapat dirusak oleh enzim penisilinase
(pemecahan betalaktam) dan amidase (pemecahan rantai samping).
Penisilin umumnya dieksresikan melalui ginjal. Proses ekskresi ini dapat
dihambat oleh probenesid (obat pirai) dengan cara mengurangi kecepatan
ekskresi obat oleh ginjal.
- Efek samping yang paling sering terjadi dari penisilin G adalah reaksi alergi.
2. PARACETAMOL
- Merupakan obat antipiretik pilihan pertama. Efek antipiretik dari
paracetamol

ditimbulkan

dari

gugus

aminobenzen.

Paracetamol

menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat


manjadi PGG2 terganggu.
- Selain memiliki efek antipiretik, paracetamol memiliki efek analgesik yang
serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
sampai sedang.
- Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna dan
diekskresikan melalui ginjal.
- Efek samping yang terjadi adalah hepatotoksik untuk penggunaan yang
melibihi dosis yang dianjurkan.
3. GLISERIL GUAIAKOLAT

12

- Merupakan obat batuk ekspektoran yang dapat merangsang pengeluaran


dahak pada saluran napas. Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan
stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang
sekresi kelenjar saluran napas melalui N. Vagus sehingga mempermudah
pengeluaran dahak.
4. AMBROXOL
- Merupakan obat batuk jenis mukolitik yang dapat mengencerkan sekret
saluran

napas

dengan

cara

memecah

ikatan

mukoprotein

dan

mukopolisakarida dari sputum.

BAB V

13

KESIMPULAN
1.

Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang


mengenai parenkim paru. Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai
suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri,
virus, jamur, dan parasit.

2.

Penumonia menurut tempat didapatkannya infeksi diklasifikasikan menjadi


dua yaitu di masyarakat (Community Acquired Pneumonia/CAP) dan di
rumah sakit (Hospital Acquired Pneumonia/HAP).

3.

Prinsip pengobatan pneumonia terdiri atas pengobatan antibiotik dan


pengobatan supportif.

DAFTAR PUSTAKA

14

Arief Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, et al, eds. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI.
Dahlan, Z., dan Soeria S. E. 1991. Metode Pemilihan Antibiotik pada Terapi
Empiris Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut dalam Cermin Dunia
Kedokteran No. 69 Tahun 1991. Bandung: Sub Unit Pulmonologi Lab/UPF
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS
Hasan Sadikin.
Estuningtyas, A., dan Azalia A. 2007. Obat Lokal dalam Farmakologi dan Terapi
Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Istiantoro, Y. H., dan Vincent H. S. G. 2007. Penisilin, Sefalosporin, dan
Antibiotik Betalaktam Lainnya dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Soedarsono. 2010. Pneumonia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010.
Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR-RSUD dr.
SOETOMO.
Wilmana, P. F., dan Sulistia G. 2007. Analgesik-Antipiretik Analgesik-Inflamasi
Nonsteroid dan Obat Gangguan Sendi Lainnya dalam Farmakologi dan
Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Zal Dahlan. 2006. Pneumonia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Zal Dahlan. 2006. Pneumonia Bentuk Khusus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai