Anda di halaman 1dari 19

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salak termasuk dalam suku palmae (Araceae) yang tumbuh berumpun,
merupakan tanaman asli Indonesia. Di Padangsidimpuan salak merupakan
komoditi unggulan yang ditetapkan secara nasional. Kecamatan Angkola Barat
adalah sentra tanaman salak di Provinsi Sumatera Utara dan dianggap daerah asal
tanaman salak Padangsidimpuan, dan dari daerah ini menyebar ke daerah-daerah
lain sehingga saat ini tanaman salak Padangsidimpuan dapat dijumpai hampir
diseluruh Kabupaten Tapanuli Selatan. Varietas salak Padangsidimpuan cukup
banyak, yang didasarkan pada karakter buah (bentuk, aroma, rasa serta warna
kulit buah) atau lokasi dimana salak ditanam atau dibudidayakan (BPS, 2009).
Salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai
prospek yang baik untuk diusahakan. Salak merupakan salah satu buah tropis
yang saat ini banyak diminati oleh orang. Keunggulan buah salak yakni memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi (Tim Karya Mandiri, 2010).
Permasalahan dalam pengolahan salak adalah kadar air cukup tinggi,
sehingga buah salak harus melewati salah satu tahap pengolahan, yakni
pengeringan agar dapat mengurangi kadar air yang terkandung di dalam buah
salak agar lebih tahan lama dan tidak cepat rusak. Perubahan mutu selama proses
pengolahan misalnya warna, kekerasan, aroma dan citarasa sangat mempengaruhi
kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu cara mempertahankan kualitas adalah
tanpa mengubah warna, aroma khas, dan rasa dari buah salak itu sendiri. Dengan
demikian, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perubahan warna
salak selama proses pengeringan (Sulistyowaty, 1999).

Salak merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara yang sangat populer
di Indonesia dan mempunyai prospek yang baik untuk pasaran dalam negeri
maupun luar negeri. Buah salak harus dipetik pada tingkat ketuaan yang optimum,
sebab buah salak yang masih muda umumnya mempunyai rasa sepat yang
menonjol sekali. Pada tingkat ketuaan optimum rasa sepatnya hilang dan berubah
menjadi manis dengan sedikit rasa asam serta mengeluarkan aroma yang harum.
Namun ada perkecualian khusus untuk salak pondoh bahwa walaupun masih
muda rasanya manis dan tidak sepat (Tim karya tani mandiri, 2010).
Salak merupakan sumber serat yang baik dan mengandung karbohidrat.
Rasa buahnya manis, dan memiliki bau dan rasa yang unik. Salak mengandung zat
bioaktif antioksidan seperti vitamin A dan vitamin C, serta senyawa fenolik. Salak
memiliki umur umur simpan kurang dari seminggu karena proses pematangan
buahnya cepat dan mengandung kadar air yang cukup tinggi yakni sekitar 78%
(Ong dan Law, 2009).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui hubungan
salinitas tanah terhadap tanaman Salak (Salacca zalacca L.).
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Ekologi Tanaman Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan,
serta sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Salak
Botani

tanaman

saka

menurut

Tjitrosoepomo

(2004)

yaitu,

Kingdom : Plantae ; Divisio : Spermatophyta ; Subdivisio : Angiospermae ;


Kelas : Monocotyledoneae ; Ordo : Arcales ; Famili : Arcaceae ; Genus : Salacca ;
Spesies : Salacca zalacca L. (Novary, 1997).
Tanaman salak berakar serabut dan menyerupai pohon palem yang seolaholah tidak berbatang, rendah dan tegak dengan tinggi tanaman salak antara 1,5 7
meter, tergantung dari jenisnya (Harsoyo, 1999).
Pohon salak relatif pendek, batangnya pendek dan tidak lama berdiri
tegak. Kalau batang salak sudah mencapai ketinggian 50-75 cm, akan roboh
secara alami dan sejajar di permukaan tanah. Sekali pun demikian tanaman ini
tidak mati, karena pada bagian bawah daun tumbuh akar-akar baru, kemudian
ujung tanaman tumbuh tegak kembali secara perlahan (Ashari, 1995).
Daun tersusun menyirip, termasuk daun sempurna yaitu mempunyai helai
daun, tangkai daun dan pelepah. Tangkai daun tersusun roset, sehingga batang
sangat pendek dan seolah-olah tidak ada. Pada permukaan tepi daun, pangkal dan
ventral tangkai daun terdapat duri tempel yang warnanya relatif sama. Bentuk
dasar daun semua sama yaitu lanset, hanya berbeda komposisinya. Pelepah daun
salak ini tersusun rapat menutup batang. Daun salak dewasa merupakan daun
majemuk yang bentuknya menyirip pada bagian bawah dan tengah sedangkan
pada ujungnya bercabang dua (bifid). Panjang daun salak pada 0,5 1 m,
sedangkan salak jenis lainnya 4 6 m (Darmadi, 2001).

Bunga salak ada tiga macam, yakni bunga betina, jantan, dan campuran
(sempurna). Bunga jantan terbungkus oleh seludang dengan tangkai panjang.
Bunga betina terbungkus oleh seludang dengan tangkai pendek. Bunga (seludang)
muncul dari ketiak pelepah daun (Sunarjono, 2000).
Buah salak memiliki rasa khas sepat. Namun ada beberapa salak varietas
unggul memiliki rasa manis dan tidak sepat sama sekali. Sebagai buah segar, salak
mengandung nilai gizi yang cukup tinggi dari beberapa jenis salak. Warna daging
buah bervariasi, mulai dari putih sampai dengan putih kekuning-kuningan. Warna
turut berpengaruh dalam menentukan kualitas buah, karena warna yang menarik
akan mempengaruhi keinginan konsumen (Sutoyo dan Suprapto, 2010).
Biji salak yang masih muda berwarna pucat dan lunak, sedangkan setelah
matang berwarna kuning hingga kehitaman dan keras, dan dalam setiap buah
terdapat satu sampai tiga biji (Harsoyo,2005).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan
ratarata mencapai 200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari
100 mm sudah tergolong dalam bulan basah (Ashari, 1995).
Kecepatan tumbuh tanaman salak dibatasi oleh suhu maksimum. Suhu
optimal atau suhu rata-rata harian yang baik untuk tanaman salak berkisar antara
20-30 C. Bila suhu lebih dari 35 C maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Suhu lebih dari 40 C merupakan suhu yang kritis untuk tanaman salak
(Widodo, 2002).

Bila tanaman salak berada cukup lama pada suhu kritis maka tanaman
dapat mati. Salak merupakan tumbuhan khas daerah tropis, karena itu juga salak
kurang toleran dengan kisaran suhu harian yang rendah (Dwi, 2006).
Tanah
Tanaman salak dapat tumbuh dengan baik apabila punya tanaman penaung
apalagi pada masa awal pertumbuhannya. Lahan kritis ini di tanami terlebih
dahulu dengan pohon karet, kemiri bahkan kayu hutan yang mudah tumbuh
dengan memberi pupuk kandang. Setelah pohon penaung berumur 2 - 3 tahun
barulah tanaman salak ditanam (Kaputra, 2012).
Salak tumbuh subur di dataran rendah tropik. Tanaman salak dapat tumbuh
baik pada tanah-tanah gembur dari dataran rendah sampai ketinggian 700 meter di
atas permukaan laut. Produksi yang baik diperoleh dari tanaman salak yang
ditanam lebih rendah dari 300 meter di atas permukaan laut (Novary, 1997).
Batas toleransi ketinggian yang masih memungkinkan adalah 900 meter di
atas permukaan laut. Apabila ketinggian tempat diatas 900 meter, maka pohon
salak akan sulit untuk berbuah. Sedangkan unsur hara yang kurang dapat
ditambah dengan pupuk anorganik yang mengandung unsur hara lebih tinggi
dibandingkan pupuk organik (Dwi, 2006).
Temperatur (suhu) adalah suatu sifat tanah yang sangat penting, secara
langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan juga terhadap kelembaban,
aerasi, struktur, aktivitas microbial dan enzimatik, dekomposisi serasah/sisa
tanaman dan ketersediaan hara-hara tanaman. Temperatur tanah sangat
mempengaruhi aktivitas microbial tanah. Aktivitas ini sangat terbatas pada
temperature dibawah 10oC, laju optimum aktivitas biota tanah yang

menguntungkan terjadi pada temperatur 18o-30oC, seperti bakteri pengikat pada


tanah berdrainase baik (Hanafiah, 2005).

HUBUNGAN SALINITAS TANAH TERHADAP TANAMAN


(Salacca zalacca L.)

SALAK

Salinitas
Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai, dan aluran air alami sangat kecil
sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara defenisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air
dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai
5% (Noor, 2004).
Tanah dipengaruhi garam dapat terbentuk oleh beberapa sebab, antara lain
garam-garam terlarut, evapotranspirasi, drainase, dan kualitas air irigasi. Pada
iklim arid dan semiarid, air tidak cukup untuk mecuci garam-garam terlarut dalam
tannah, sehingga terakumulasi dalam tanah. Evapotranspirasi (kehilangan air)
yang tinggi akan meningkatkan konsentrasi garam di tanah., diduga kehilangan air
di daerah arid berkisar 50-90% akibat 2-20 kali lipatgaram di tanah tersebut
(Mukhlis dkk, 2011).
Pada kondisi garam tinggi, tumbuhan akan menghadapi dua ma-salah yaitu
memperoleh air dari tanah yang potensial airnya negatif dan me-ngatasi
konsentrasi ion tinggi natrium, carbonat dan klorida yang kemung-kinan beracun
(Salisbury dan Ross, 1995).
Salinitas secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu keadaan di-mana
garam dapat larut dalam jumlah yang berlebihan dan berakibat buruk bagi
pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis diantaranya garam khlorida, sulfat dan

bikarbinat dari natrium, kal-sium dan magnesium, masing-masing akan


memberikan berbagai tingkat salinitas (Syakir dkk, 2008).
Dampak Salinitas Terhadap Tanaman
Kandungan NaCl yang tinggi pada tanah salin menyebabkan rusaknya
struktur tanah, sehingga aerasi dan permeabilitas tanah tersebut menjadi sangat
rendah. Banyaknya ion Na di dalam tanah menyebabkan berkurangnya ion-ion
Ca, Mg, dan K yang dapat ditukar, yang berarti menurunnya ketersediaan unsur
tersebut bagi tanaman. Pengaruh salinitas terhadap tanaman mencakup tiga hal
yaitu tekanan osmosis, keseimbangan hara dan pengaruh racun. Bertambahnya
konsentrasi garam di dalam suatu larutan tanah, meningkatkan potensial osmotik
larutan tanah tersebut. Oleh sebab itu salinitas dapat menyebabkan tanaman sulit
menyerap air hingga terjadi kekeringan fisiologis (Dwi,2006).
Spesies tanaman yang hanya mentoleransi konsentrasi garam rendah
termasuk dalam kelompok tanaman glikofita, dan spesies-spesies tanaman yang
mentoleransi konsentrasi garam tinggi termasuk kelompok tanaman halofita.
Pengenalan pengaruh tingkat salinitas merupakan bahan yang sangat berguna
sehubungan

dengan

berbagai

akibat

kerusakan

atau

gangguan

yang

ditimbulkannya terhadap pertumbuhan tanaman. Melalui pengenalan gejala yang


timbul pada tanaman akibat tingkat salinitas yang cukup tinggi, perbaikan struktur
tanah akan dapat diupayakan seperlunya, ataupun pemilihan jenis tanaman yang
cocok untuk lokasi pertanian yang bermasalah (Notohadiprawiro, 2006).
Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan
biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak

menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang


tertekan dan perubahan secara perlahan (Subagyono, 2008).
Gejala pertumbuhan tanaman pada tanah dengan tingkat salinitas yang
cukup tinggi adalah pertumbuhan yang tidak normal seperti daun mengering di
bagian ujung dan gejala khlorosis. Gejala ini timbul karena konsentrasi garam
terlarut yang tinggi menyebabkan menurunnya potensial larutan tanah sehingga
tanaman kekurangan air. Sifat fisik tanah juga terpengaruh antara lain bentuk
struktur, daya pegang air dan permeabilitas tanah. Semakin tinggi konsentrasi
NaCl pada tanah, semakin tinggi tekanan osmotik dan daya hantar listrik tanah
(Ashari,1995).
Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Salinitas
Secara umum pertumbuhan tanaman akan mengalami gangguan bila
menghadapi lingkungan dengan kondisi salin, kecuali bagi tanaman yang torelan.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh kondisi salin tersebut karena efek dari Na + dan
Cl-. Efek dari kedua ion tersebut akan berakibat buruk bagi pertumbuhan bahkan
fatal bagi tanaman yang peka (Djukri, 2009).
Kelarutan garam yang tinggi dapat menghambat penyerapan air dan hara
oeh tanaman seiring dengan terjainya peningkatan tekanan osmotic. Beberapa
tanaman peka terhadap kegaraman (<4 10 dS.m-1) seperti apel, jeruk, dan
kacanga-kacangan, tanaman nisbi tahan kegaraman (4 10 dS.m -1) seperti padi,
kentang, dan jagung dan tanaman lebih tahan kegaraman (>10 dS. M -1) seperti
kapas, bayam, dan kurma (Noor, 2004).
Proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme torelansi dan
adaptasi terhadap sainitas, yaitu cekaman garam menginduksi akumulasi senyawa

10

organic spesifik didalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai osmoregulator,
tanaman dapat mencegah akumulasi Na+ dan Cl- ke lingkungan eksternal (media
tumbuh), dan kompartementasi ke dalam vakuola atau mentranslokasi Na+ dan Clke jaringan-jarigan lain (Yuniati, 2004).
Mekanisme yang paling jelas adalah dengan adaptasi morfologi. Seperti
ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor.
Sedangkan lignifikansi akar diperlukan untuk penyesuaian osmosis yang sangat
penting untuk memelihara turgor untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas
normal (Sipayung, 2003).
Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Salak
Tanaman salak memiliki daya adaptasi yang luas. Tanaman salak dapat
diusahakan baik didataran tinggi. Tanaman salak dapat tumbuh dengan optimal
sampai ketinggian 2000m dpl. Tanaman salak dapat tumbuh pada bebagai jenis
tanah dengan syarat aerase dan drainase yang cukup baik (Darmadi, 2001).
Faktor ketersediaan air bagi tanaman yaitu dengan memperhatikan teknik
pemberian air bagi tanaman dengan memperhatikan teknik pemberian air dalam
proses pemeliharaan tanaman tersebut. Pada kondisi kapasitas lapang, akar-akar
dapat dengan mudah mengabsorbsi air. Air yang dekat dengan akar akan bergerak
perlahan-lahan searah dengan akar (Harsoyo, 1999).
Untuk mendapat produksi yang maksimum tanaman harus dilengkapi
dengan pemberian unsur hara yang cukup dan tepat. Salah satu unsur hara yang
esensial adalah nitrogen yang tergabung kepada haraa makro untuk perkembangan
dan pertumbuhan vegetatif bagi tanaman (Dwi, 2006).

11

Hubungan Salinitas Terhadap Tanaman Salak


Kadar garam yang tinggi di tanah dapat menghambat penyerapan air oleh
tumbuhan sehingga akan mengganggu pembelahan sel tumbuhan. Salinitas
menyebabkan perubahan para parameter morfologi seperti tinggi tanaman.
Pemberian NaCl diatas 1500 ppm dapat menghambat pertumbuhan tinggi
tanaman (Yuniati, 2004).
Menurunnya produktivitas salak disebabkan karena pada kondisi cekaman
garam (NaCl), sel-sel tanaman akan sulit untuk menyerap air dan unsur
hara esensial dari tanah, sehingga pembelahan dan pembesaraan sel akan
terganggu yang menyebabkan terhambatnya produktivitas tanaman. Salinitas
menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat
pembesaran dan pembelahan sel serta menghambat produksi protein. Tanaman
yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk
kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang terhambat (Sipayung, 2003).
Peningkatan konsentrasii garam terlarut didalam tanah akan meningkatkan
tekanan osmotic sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang
berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk kedalam aakar akan
berkurang sehingga mengakibat menipisnya jumah persediaan air dalam tanaman.
Semakin tinggi kadar garam yang diberikan, maka pertumbuhan dan pembesaran
sel akan terhambat, antara lain akibatnya menghambat pembesaran diameter akar
(Yuniati, 2004).

12

KESIMPULAN
1. Salinitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana garam dapat larut dalam
jumlah yang berlebihan dan berakibat buruk bagi pertumbuhan tanaman.
2. Pengaruh salinitas terhadap tanaman mencakup tiga hal yaitu tekanan osmosis,
keseimbangan hara dan pengaruh racun.
3. Mekanisme yang paling jelas adalah dengan adaptasi morfologi. Seperti
ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor.
4. Untuk mendapat produksi yang maksimum tanaman harus dilengkapi dengan
pemberian unsur hara yang cukup dan tepat.
5. Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
menghambat pembesaran dan pembelahan sel serta menghambat produksi
protein. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan
respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang terhambat.

DAFTAR PUSTAKA

13

Ashari, S. 1995. Kapasitas substitusi KCl dengan garam dapur (NaCl) pada
teknologi pemupukan tanaman rumput pakan. Jurnal Pengembangan
Peternakan Tropis 33: 223-230.
BPS (Badan Pusat Statistik) dan Direktorat Jenderal Holtikultura. 2009. Produksi
Salak Menurut Provinsi, 2007-2009.
Darmadi, S., 2001. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Djukri. 2009. Cekaman Salinitas terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosiding.
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA.
Yogyakarta.
Dwi, N. 2006. Dasar Nutrisi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Hanafiah, L. 2005. Bertanam Salak. Rineka Cipta. Jakarta.
Harsoyo, B. 1999. Bertanam Salak Berbagai Varietas. Direktorat Holtikultura.
Kaputra, S. 2012. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Mukhlis, Sarifuddin dan Hamidah Hanum. 2011. Kimia Tanah. Teori dan
Aplikasi. USU Press. Medan.
Noor, M. 2004. Lahan Rawa, Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat
Masam. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Notohadiprawiro, M. 2006. Studi pengaruh dosis pupuk kandang ayam dan
larutan NaCl terhadap petumbuhan, hasil, dan kualitas tanaman seledri
(Apium graveolens L.) yang ditanam dengan teknik vertikultur. Skripsi
Departemen Budidaya Petanian, Fakultas Pertanian IPB.
Novary, E. W. 1997. Penanganan dan Pengelolaan Buah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Ong dan Law, S. 2009. Salinity and Hor-ticulture. An International Journal. The
International Society for Horti-cultural Science. Vol. 78, No. 1-4.
Sipayung, R. 2003. Stress Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. FP, Jurusan
Budidaya Pertanian. USU. Medan.
Salisbury, F.B dan Cleon W. Ross., 1995 Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. ITB.
Bandung.
Subagyono, M. 2008. Bertanam Salak dan Pengelolaannya. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.

14

Sulistiyowaty, S. 1999. Pertumbuhan dan hasil caisin pada berbagai warna


sungkup plastik. Ilmu Pertanian 12: 65-76.
Sunarjono, K. 2000. Sifat dan ciri tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor. hal. 24-36.
Sutoyo, L. dan Suprapto. 2010. Serapan Nirogen dan Aktivitas Nitrat Reduktase
rumput gajah dan rumput kolonjono pada tanah cekaman salinitas dengan
berbagai dosis pupuk organik. J. Pastura 11: 20-29.
Syakir, M., N. Maslahah, dan M. Januwati. 2008. Pengaruh
Salinitas
Terhadap
Pertumbuhan,
Produksi

dan

Mutu Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)


Tim Karya Mandiri. 2010. Budidaya Tanaman Salak. Karya Mandiri. Bandung.
Tutty, B. 2008. Pemanfaatan bio urine dalam produksi hijauan pakan (rumput
raja). Prosiding Seminar Nasional Percepatan Transformasi Teknologi
Pertanian untuk Mendukung Pembangunan Wilayah. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian bekerjasama dengan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. pp 155-157.
Widodo, W. D. 2002. Memperpnjang Umur Produktif Tanaman. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Yuniati, R. 2004. Penapisan Galur Kedelai (Glycine max L.) Toleran Terhadap
NaCl Untuk Penanaman di Lahan Salin. Makara, Sains. 8 (1): 22.

HUBUNGAN SALINITAS TANAH TERHADAP TANAMAN

15

SALAK (Salacca zalacca L.)


PAPER

WIWIK WINARTI
130301186
AGROEKOTEKNOLOGI IV A

L A B O R A T O R I U M
PR O G R AM

E K O L O G I T A N A M A N

S T U D I AG R O E K O T E K N O LO G I

F A K U L T A S

P E R T A N I A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2015
HUBUNGAN SALINITAS TANAH TERHADAP TANAMAN

16

SALAK (Salacca zalacca L.)


PAPER

WIWIK WINARTI
130301186
AGROEKOTEKNOLOGI IV A
Paper Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Komponen Penilaian di
Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
Ditugaskan Oleh
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium

(Nini Rahmawati, SP., M.Si)


NIP. 197202152001122002

L A B O R A T O R I U M
PR O G R AM

E K O L O G I T A N A M A N

S T U D I AG R O E K O T E K N O LO G I

F A K U L T A S

P E R T A N I A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2015
Judul : Hubungan Salinitas Tanah Dengan Pertumbuhan Tanaman

17

Salak (Salacca zalacca L.)


Nama : Wiwik Winarti
Nim : 130301186
Group : Agroekoteknologi IVA

Disetujui Oleh :
Asisten Korektor I

Asisten Korektor II

(Dila N. Sipahutar)
NIM. 100301040

(Gustiyansyah Ilham)
NIM. 120301132

Mengetahui Oleh:
Asisten Korektor

(Abdul Muin)
NIM. 110301033

18

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper
ini tepat pada waktunya.
Adapun judul paper ini adalah Hubungan Salinitas Tanah Dengan
Pertumbuhan Tanaman Salak (Salacca zalacca L.) yang merupakan salah satu
syarat untuk melengkapi komponen penilaian di Laboratorium Ekologi Tanaman
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terinma kasih kepada dosen
mata kuliah yaitu Ir. Nini Rahmawati, MP., Dr. Ir. Chairani Hanum, MS.,
Ir. Irsal MP., Dr. Ir. Yaya Hasanah, M.Si., dan Ir Hariyati, MP., serta kepada abang
dan kakak asisten di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulisa megharapkan kritik dan saran yang bersifat positif dari pembaca demi
perbaikan paper ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga paper
ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, April 2015

Penulis

19

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang... 1
Tujuan Penulisan2
Kegunaan Penulisan...2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Salak (Salacca zalacca L.). 3
Syarat Tumbuh... 4
Iklim ..4
Tanah. 4
HUBUNGAN SALINITAS TANAH TERHADAP TANAMAN
SALAK (Salacca zalacca L.)
Salinitas..6
Dampak Salinitas Terhadap Tanaman... 6
Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Salinitas.. 7
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Salak...8
Hubungan Salinitas Tanaman Salak.. 9
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai