Revisi 1
Revisi 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salak termasuk dalam suku palmae (Araceae) yang tumbuh berumpun,
merupakan tanaman asli Indonesia. Di Padangsidimpuan salak merupakan
komoditi unggulan yang ditetapkan secara nasional. Kecamatan Angkola Barat
adalah sentra tanaman salak di Provinsi Sumatera Utara dan dianggap daerah asal
tanaman salak Padangsidimpuan, dan dari daerah ini menyebar ke daerah-daerah
lain sehingga saat ini tanaman salak Padangsidimpuan dapat dijumpai hampir
diseluruh Kabupaten Tapanuli Selatan. Varietas salak Padangsidimpuan cukup
banyak, yang didasarkan pada karakter buah (bentuk, aroma, rasa serta warna
kulit buah) atau lokasi dimana salak ditanam atau dibudidayakan (BPS, 2009).
Salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai
prospek yang baik untuk diusahakan. Salak merupakan salah satu buah tropis
yang saat ini banyak diminati oleh orang. Keunggulan buah salak yakni memiliki
kandungan gizi yang cukup tinggi (Tim Karya Mandiri, 2010).
Permasalahan dalam pengolahan salak adalah kadar air cukup tinggi,
sehingga buah salak harus melewati salah satu tahap pengolahan, yakni
pengeringan agar dapat mengurangi kadar air yang terkandung di dalam buah
salak agar lebih tahan lama dan tidak cepat rusak. Perubahan mutu selama proses
pengolahan misalnya warna, kekerasan, aroma dan citarasa sangat mempengaruhi
kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu cara mempertahankan kualitas adalah
tanpa mengubah warna, aroma khas, dan rasa dari buah salak itu sendiri. Dengan
demikian, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perubahan warna
salak selama proses pengeringan (Sulistyowaty, 1999).
Salak merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara yang sangat populer
di Indonesia dan mempunyai prospek yang baik untuk pasaran dalam negeri
maupun luar negeri. Buah salak harus dipetik pada tingkat ketuaan yang optimum,
sebab buah salak yang masih muda umumnya mempunyai rasa sepat yang
menonjol sekali. Pada tingkat ketuaan optimum rasa sepatnya hilang dan berubah
menjadi manis dengan sedikit rasa asam serta mengeluarkan aroma yang harum.
Namun ada perkecualian khusus untuk salak pondoh bahwa walaupun masih
muda rasanya manis dan tidak sepat (Tim karya tani mandiri, 2010).
Salak merupakan sumber serat yang baik dan mengandung karbohidrat.
Rasa buahnya manis, dan memiliki bau dan rasa yang unik. Salak mengandung zat
bioaktif antioksidan seperti vitamin A dan vitamin C, serta senyawa fenolik. Salak
memiliki umur umur simpan kurang dari seminggu karena proses pematangan
buahnya cepat dan mengandung kadar air yang cukup tinggi yakni sekitar 78%
(Ong dan Law, 2009).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui hubungan
salinitas tanah terhadap tanaman Salak (Salacca zalacca L.).
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Ekologi Tanaman Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan,
serta sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Salak
Botani
tanaman
saka
menurut
Tjitrosoepomo
(2004)
yaitu,
Bunga salak ada tiga macam, yakni bunga betina, jantan, dan campuran
(sempurna). Bunga jantan terbungkus oleh seludang dengan tangkai panjang.
Bunga betina terbungkus oleh seludang dengan tangkai pendek. Bunga (seludang)
muncul dari ketiak pelepah daun (Sunarjono, 2000).
Buah salak memiliki rasa khas sepat. Namun ada beberapa salak varietas
unggul memiliki rasa manis dan tidak sepat sama sekali. Sebagai buah segar, salak
mengandung nilai gizi yang cukup tinggi dari beberapa jenis salak. Warna daging
buah bervariasi, mulai dari putih sampai dengan putih kekuning-kuningan. Warna
turut berpengaruh dalam menentukan kualitas buah, karena warna yang menarik
akan mempengaruhi keinginan konsumen (Sutoyo dan Suprapto, 2010).
Biji salak yang masih muda berwarna pucat dan lunak, sedangkan setelah
matang berwarna kuning hingga kehitaman dan keras, dan dalam setiap buah
terdapat satu sampai tiga biji (Harsoyo,2005).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan
ratarata mencapai 200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari
100 mm sudah tergolong dalam bulan basah (Ashari, 1995).
Kecepatan tumbuh tanaman salak dibatasi oleh suhu maksimum. Suhu
optimal atau suhu rata-rata harian yang baik untuk tanaman salak berkisar antara
20-30 C. Bila suhu lebih dari 35 C maka pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Suhu lebih dari 40 C merupakan suhu yang kritis untuk tanaman salak
(Widodo, 2002).
Bila tanaman salak berada cukup lama pada suhu kritis maka tanaman
dapat mati. Salak merupakan tumbuhan khas daerah tropis, karena itu juga salak
kurang toleran dengan kisaran suhu harian yang rendah (Dwi, 2006).
Tanah
Tanaman salak dapat tumbuh dengan baik apabila punya tanaman penaung
apalagi pada masa awal pertumbuhannya. Lahan kritis ini di tanami terlebih
dahulu dengan pohon karet, kemiri bahkan kayu hutan yang mudah tumbuh
dengan memberi pupuk kandang. Setelah pohon penaung berumur 2 - 3 tahun
barulah tanaman salak ditanam (Kaputra, 2012).
Salak tumbuh subur di dataran rendah tropik. Tanaman salak dapat tumbuh
baik pada tanah-tanah gembur dari dataran rendah sampai ketinggian 700 meter di
atas permukaan laut. Produksi yang baik diperoleh dari tanaman salak yang
ditanam lebih rendah dari 300 meter di atas permukaan laut (Novary, 1997).
Batas toleransi ketinggian yang masih memungkinkan adalah 900 meter di
atas permukaan laut. Apabila ketinggian tempat diatas 900 meter, maka pohon
salak akan sulit untuk berbuah. Sedangkan unsur hara yang kurang dapat
ditambah dengan pupuk anorganik yang mengandung unsur hara lebih tinggi
dibandingkan pupuk organik (Dwi, 2006).
Temperatur (suhu) adalah suatu sifat tanah yang sangat penting, secara
langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan juga terhadap kelembaban,
aerasi, struktur, aktivitas microbial dan enzimatik, dekomposisi serasah/sisa
tanaman dan ketersediaan hara-hara tanaman. Temperatur tanah sangat
mempengaruhi aktivitas microbial tanah. Aktivitas ini sangat terbatas pada
temperature dibawah 10oC, laju optimum aktivitas biota tanah yang
SALAK
Salinitas
Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai, dan aluran air alami sangat kecil
sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara defenisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air
dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai
5% (Noor, 2004).
Tanah dipengaruhi garam dapat terbentuk oleh beberapa sebab, antara lain
garam-garam terlarut, evapotranspirasi, drainase, dan kualitas air irigasi. Pada
iklim arid dan semiarid, air tidak cukup untuk mecuci garam-garam terlarut dalam
tannah, sehingga terakumulasi dalam tanah. Evapotranspirasi (kehilangan air)
yang tinggi akan meningkatkan konsentrasi garam di tanah., diduga kehilangan air
di daerah arid berkisar 50-90% akibat 2-20 kali lipatgaram di tanah tersebut
(Mukhlis dkk, 2011).
Pada kondisi garam tinggi, tumbuhan akan menghadapi dua ma-salah yaitu
memperoleh air dari tanah yang potensial airnya negatif dan me-ngatasi
konsentrasi ion tinggi natrium, carbonat dan klorida yang kemung-kinan beracun
(Salisbury dan Ross, 1995).
Salinitas secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu keadaan di-mana
garam dapat larut dalam jumlah yang berlebihan dan berakibat buruk bagi
pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis diantaranya garam khlorida, sulfat dan
dengan
berbagai
akibat
kerusakan
atau
gangguan
yang
10
organic spesifik didalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai osmoregulator,
tanaman dapat mencegah akumulasi Na+ dan Cl- ke lingkungan eksternal (media
tumbuh), dan kompartementasi ke dalam vakuola atau mentranslokasi Na+ dan Clke jaringan-jarigan lain (Yuniati, 2004).
Mekanisme yang paling jelas adalah dengan adaptasi morfologi. Seperti
ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor.
Sedangkan lignifikansi akar diperlukan untuk penyesuaian osmosis yang sangat
penting untuk memelihara turgor untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas
normal (Sipayung, 2003).
Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Salak
Tanaman salak memiliki daya adaptasi yang luas. Tanaman salak dapat
diusahakan baik didataran tinggi. Tanaman salak dapat tumbuh dengan optimal
sampai ketinggian 2000m dpl. Tanaman salak dapat tumbuh pada bebagai jenis
tanah dengan syarat aerase dan drainase yang cukup baik (Darmadi, 2001).
Faktor ketersediaan air bagi tanaman yaitu dengan memperhatikan teknik
pemberian air bagi tanaman dengan memperhatikan teknik pemberian air dalam
proses pemeliharaan tanaman tersebut. Pada kondisi kapasitas lapang, akar-akar
dapat dengan mudah mengabsorbsi air. Air yang dekat dengan akar akan bergerak
perlahan-lahan searah dengan akar (Harsoyo, 1999).
Untuk mendapat produksi yang maksimum tanaman harus dilengkapi
dengan pemberian unsur hara yang cukup dan tepat. Salah satu unsur hara yang
esensial adalah nitrogen yang tergabung kepada haraa makro untuk perkembangan
dan pertumbuhan vegetatif bagi tanaman (Dwi, 2006).
11
12
KESIMPULAN
1. Salinitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana garam dapat larut dalam
jumlah yang berlebihan dan berakibat buruk bagi pertumbuhan tanaman.
2. Pengaruh salinitas terhadap tanaman mencakup tiga hal yaitu tekanan osmosis,
keseimbangan hara dan pengaruh racun.
3. Mekanisme yang paling jelas adalah dengan adaptasi morfologi. Seperti
ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor.
4. Untuk mendapat produksi yang maksimum tanaman harus dilengkapi dengan
pemberian unsur hara yang cukup dan tepat.
5. Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
menghambat pembesaran dan pembelahan sel serta menghambat produksi
protein. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan
respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang terhambat.
DAFTAR PUSTAKA
13
Ashari, S. 1995. Kapasitas substitusi KCl dengan garam dapur (NaCl) pada
teknologi pemupukan tanaman rumput pakan. Jurnal Pengembangan
Peternakan Tropis 33: 223-230.
BPS (Badan Pusat Statistik) dan Direktorat Jenderal Holtikultura. 2009. Produksi
Salak Menurut Provinsi, 2007-2009.
Darmadi, S., 2001. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Djukri. 2009. Cekaman Salinitas terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosiding.
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA.
Yogyakarta.
Dwi, N. 2006. Dasar Nutrisi Tanaman. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Hanafiah, L. 2005. Bertanam Salak. Rineka Cipta. Jakarta.
Harsoyo, B. 1999. Bertanam Salak Berbagai Varietas. Direktorat Holtikultura.
Kaputra, S. 2012. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Mukhlis, Sarifuddin dan Hamidah Hanum. 2011. Kimia Tanah. Teori dan
Aplikasi. USU Press. Medan.
Noor, M. 2004. Lahan Rawa, Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat
Masam. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Notohadiprawiro, M. 2006. Studi pengaruh dosis pupuk kandang ayam dan
larutan NaCl terhadap petumbuhan, hasil, dan kualitas tanaman seledri
(Apium graveolens L.) yang ditanam dengan teknik vertikultur. Skripsi
Departemen Budidaya Petanian, Fakultas Pertanian IPB.
Novary, E. W. 1997. Penanganan dan Pengelolaan Buah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Ong dan Law, S. 2009. Salinity and Hor-ticulture. An International Journal. The
International Society for Horti-cultural Science. Vol. 78, No. 1-4.
Sipayung, R. 2003. Stress Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. FP, Jurusan
Budidaya Pertanian. USU. Medan.
Salisbury, F.B dan Cleon W. Ross., 1995 Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. ITB.
Bandung.
Subagyono, M. 2008. Bertanam Salak dan Pengelolaannya. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
14
dan
15
WIWIK WINARTI
130301186
AGROEKOTEKNOLOGI IV A
L A B O R A T O R I U M
PR O G R AM
E K O L O G I T A N A M A N
S T U D I AG R O E K O T E K N O LO G I
F A K U L T A S
P E R T A N I A N
16
WIWIK WINARTI
130301186
AGROEKOTEKNOLOGI IV A
Paper Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Komponen Penilaian di
Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
Ditugaskan Oleh
Dosen Penanggung Jawab Laboratorium
L A B O R A T O R I U M
PR O G R AM
E K O L O G I T A N A M A N
S T U D I AG R O E K O T E K N O LO G I
F A K U L T A S
P E R T A N I A N
17
Disetujui Oleh :
Asisten Korektor I
Asisten Korektor II
(Dila N. Sipahutar)
NIM. 100301040
(Gustiyansyah Ilham)
NIM. 120301132
Mengetahui Oleh:
Asisten Korektor
(Abdul Muin)
NIM. 110301033
18
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper
ini tepat pada waktunya.
Adapun judul paper ini adalah Hubungan Salinitas Tanah Dengan
Pertumbuhan Tanaman Salak (Salacca zalacca L.) yang merupakan salah satu
syarat untuk melengkapi komponen penilaian di Laboratorium Ekologi Tanaman
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terinma kasih kepada dosen
mata kuliah yaitu Ir. Nini Rahmawati, MP., Dr. Ir. Chairani Hanum, MS.,
Ir. Irsal MP., Dr. Ir. Yaya Hasanah, M.Si., dan Ir Hariyati, MP., serta kepada abang
dan kakak asisten di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulisa megharapkan kritik dan saran yang bersifat positif dari pembaca demi
perbaikan paper ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga paper
ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Penulis
19
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang... 1
Tujuan Penulisan2
Kegunaan Penulisan...2
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Salak (Salacca zalacca L.). 3
Syarat Tumbuh... 4
Iklim ..4
Tanah. 4
HUBUNGAN SALINITAS TANAH TERHADAP TANAMAN
SALAK (Salacca zalacca L.)
Salinitas..6
Dampak Salinitas Terhadap Tanaman... 6
Mekanisme Toleransi Tanaman Terhadap Salinitas.. 7
Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Salak...8
Hubungan Salinitas Tanaman Salak.. 9
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA