Anda di halaman 1dari 29

AGENCY THEORY

Fakhruddin Asyari
Muhammad Rahmandhani

Game Theory
merupakan teori yang memodelkan
interaksi antara dua atau lebih
pemain (player) dan sering kali
terjadi ketika terdapat kondisi
ketidakpastian (uncertainty) dan
asimetri informasi (information
asymmetry).
Terdapat dua jenis games yaitu
cooperative games dan noncooperative games.

A Non-Cooperative Games Model


of Manager-Investor Conflict
Konflik antar konstituen laporan
keuangan dapat dimodelkan sebagai
suatu permainan mengingat setiap
konstituen memiliki kepentingan
akan keputusan yang berbeda,
misalnya perbedaan kepentingan
antara investor dan manajer.

Agency Theory
merupakan cabang dari game theory
yang mempelajari bentuk (desain)
kontrak yang dapat memotivasi
agent untuk bertindak demi
kepentingan principal meskipun
kepentingan agent bertentangan
dengan kepentingan principal.

Asimetri Informasi
Yaitu suatu kondisi di mana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi
antara pihak manajemen sebagai penyedia
informasi (prepaper) dengan pihak pemegang
saham dan stakeholder pada umumnya
sebagai pengguna informasi (user).
Menurut Scott (2003), terdapat dua macam
asimetri informasi yaitu:
Adverse selection
Moral hazard

Asimetri Informasi
Adanya asimetri informasi
memungkinkan adanya konflik yang
terjadi antara principal dan agent
untuk saling mencoba memanfatkan
pihak lain untuk kepentingan sendiri.

Asimetri Informasi
Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi
sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada
umunya mementingkan diri sendiri (self
interest), (2) manusia memiliki daya pikir
terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan (3) manusia selalu
menghindari resiko (risk adverse).
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia
tersebut menyebabkan bahwa informasi yang
dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu
dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat
dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.

Agency Theory: An
Employment Contract Between
Firm Owner and Manager

Pemilik perusahaan tentunya


menginginkan agar manajer bekerja
keras karena laba yang akan
diperoleh lebih besar. Namun di sisi
lain, manajer belum tentu akan
begitu saja menuruti keinginan
pemilik.

Agency Theory: A BondholderManager Lending Contract


Dalam hubungan kontraktual antara
manajer dan pemegang surat utang
(bondholder), pemegang surat utang
dapat dilihat sebagai principal dan
manajer merupakan agent.
Kreditor memperhitungkan potensi moral
hazard, yaitu manajer bertindak tidak
sesuai dengan keinginan kreditor. Hal ini
dapat diatasi dengan cara memasukkan
perjanjian (covenant) ke dalam kontrak.

Agency Cost
jumlah Biaya Pengawasan (Monitoring) oleh
prinsipal, Biaya Bonding oleh Agen dan Residual
Loss yaitu penurunan kemakmuran prinsipal
karena perbedaan keputusan yang diambil agen
dengan keputusan yang seharusnya
memaksimumkan kemakmuran prinsipal.
Biaya agensi diproksikan dengan 3 variabel,
yaitu:
Dispersion of Ownership
Institutional Ownership
Free Cash Flow

Alternatif Mengurangi Agency


Theory
Ada beberapa alternatif untuk
mengurangi agency cost yaitu
pertama, dengan meningkatkan kepemilikan saham
perusahaan oleh pihak manajemen (insider
ownership) sehingga dapat menyejajarkan
kepentingan pemilik dengan manajer (Jensen dan
Meckling, 1976),
kedua, dengan meningkatkan dividend payout ratio
(DPR) sehingga tidak tersedia banyak free cash flow
dan manajemen terpaksa mencari pendanaan dari
luar untuk membiayai investasinya (Jensen, 1986),
ketiga, meningkatkan pendanaan dengan hutang .

Agency Theory: An
Assessment and Review
Kathleen M. Eisenhardt

TEORI AGENSI
Teori agensi muncul untuk menyelesaikan dua masalah yang
timbul dari hubungan keagenan. Yakni (a) perbedaan tujuan
antara principal (pemilik) dengan agent (manajemen) dan (b)
sulit atau mahalnya biaya untuk memverifikasi atas apa yang
dilakukan agen.

ARUS POSITIVIST
Bila dilihat dari akar informasi ekonomis, agency theory
dibagi dalam dua arus utama, yaitu arus positivist dan arus
principal-agent.
arus positivist, peneliti positivist memfokuskan pada
identifikasi situasi dimana principal dan agent seringkali
memiliki konflik tujuan, kemudian menjelaskan bagaimana
mekanisme tata kelola yang mampu membatasi perilaku
pada agent yang mementingkan diri sendiri.

dari perspekstif teoritis, arus positivist lebih


menekankan pada bagaimana mekanisme tata
kelola yang mampu menyelesaikan masalah agency
problem
Sehingga muncul dua preposisi:
Ketika kontrak itu didasarkan pada outcome, maka agent
sering berperilaku sebagaimana diinginkan principal
Ketika principal memiliki informasi yang bisa
memverifikasi perilaku agent, maka agent sering
berperilaku sebagaimana diinginkan principal.

ARUS PRINCIPAL-AGENT
Peneliti dengan arus principal-agent
berfokus pada teori secara umum
terkait hubungan antara principal
dengan agent, misalnya pembeli
dengan suplier, pekerja dengan
pemberi kerja.
Karakteristik dalam teorinya,
paradigma ini melibatkan asumsi
yang spesifik yang diikuti logika
deduktif dan pembuktian

JIKA DIBANDINGKAN DENGAN


ARUS POSITIVIST
MAKA ARUS PRINCIPAL-AGENT:

1.Lebih abstrak dan matematis


2.Memiliki fokus lebih luas
3.Memiliki implikasi teoritis yang lebih
luas
4.Memiliki lebih banyak implikasi yang
dapat diuji ulang

PREPOSISI ARUS PRINCIPALAGENT


1.Sistem informasi berhubungan positif dengan kontrak
berbasis perilaku dan behubungan negatif dengan
kontrak berbasis outcome
2.Outcome yang tidak pasti berhubungan positif dengan
kontrak berbasis perilaku dan behubungan negatif
dengan kontrak berbasis outcome
3.Penghindaran resiko oleh agent berhubungan positif
dengan kontrak berbasis perilaku dan behubungan
negatif dengan kontrak berbasis outcome
4.Sebaliknya, Penghindaran resiko oleh principal
berhubungan negatif dengan kontrak berbasis perilaku
dan behubungan positif dengan kontrak berbasis
outcome

5. Konflik kepentingan antara principal dan agent


berhubungan negatif dengan kontrak berbasis perilaku dan
behubungan positif dengan kontrak berbasis outcome
6. Pekerjaan terprogram (task programability) berhubungan
positif dengan kontrak berbasis perilaku dan behubungan
negatif dengan kontrak berbasis outcome
7. Keterukuran outcome berhubungan negatif dengan
kontrak berbasis perilaku dan behubungan positif dengan
kontrak berbasis outcome
8. Jangka waktu hubungan agensi berhubungan positif
dengan kontrak berbasis perilaku dan berhubungan negatif
dengan kontrak berbasis outcome

KONTRIBUSI AGENCY
THEORY
Mengingatkan kembali bahwa kehidupan
organisasi masih berbasis pada
kepentingan individu.
Menjelaskan pentingnya problem struktur
yang terjadi secara umum
Mengingatkan bahwa informasi itu sebagai
komoditas
Memberikan informasi bahwa organisasi itu
diasumsikan memiliki masa depan yang
tidak pasti

REKOMENDASI RISET TERKAIT


AGENCY THEORY
1.Fokus pada sistem informasi,
ketidakpastian outcome dan resiko.
2.Lebih menekankan pada konteks
yang relevan
3.Perluas pada konteks yang lebih
kaya dan kompleks
4.Gabungkan dengan berbagai teori
lain
5.Perdalam dengan berbagai literatur
ekonomi.

A Reexamination of Agency Theory


Assumptions :
Extensions and Extrapolations

Peter Wright, Ananda


Mukherji, Mark J. Kroll

Latar Belakang
Fokus dari teori ini adalah bahwa
kesejahteraan prinsipal tidak dapat
dimaksimalkan karena prinsipal dan
agen cenderung memiliki tujuan
yang berbeda serta kecenderungan
resiko ke depan yang berbeda-beda
(Wright, Ferris, Sarin & Awasthi,
1996).

Perspektif Ekonomi
Paradigma ekonomi memiliki seperangkat asumsi negatif
mengenai individu dan perilaku.
Fokus penelitian adalah untuk menguji efektivitas kontrak
sehingga untuk mengatur agen efisien, dan juga untuk
memeriksa insentif yang menyelaraskan perilaku agen
dengan prinsipal.
Fama dan Jensen menyebutkan, "kontrak atau aturan
permainan internal menentukan hak masing-masing agen
dalam organisasi, kriteria kinerja setiap agen yang
dievaluasi, dan hasil dari fungsi yang mereka hadapi.
Struktur kontrak menggabungkan dengan teknologi
produksi yang tersedia dan kendala hukum eksternal untuk
menentukan fungsi biaya dalam pemberian output dengan
bentuk tertentu dari organisasi "(1983)

Perspektif Manajemen
Dalam paradigma manajemen,
otonomi agen tidak selalu digunakan
dengan negative tetapi otonomi
memiliki dan dapat digunakan untuk
berbagai kemungkinan positif.
Dalam teori stakeholder (Donaldson
& Preston, 1995; Jones, 1995; Quinn
& Jones, 1995) diduga otonomi agen
memiliki aspek kebermanfaatan.

Orientasi Tujuan
Berdasarkan fokus pada individu, peneliti meneliti
teori keagenan dan asumsinya yaitu bahwa
prinsipal dan agen memiliki orientasi tujuan serta
preferensi risiko yang berbeda.
Peneliti berspekulasi, bagaimanapun, bahwa agen
individu mungkin memiliki beragam orientasi,
karena terkait dengan manfaat nonfinansial
dibandingkan biaya di tempat khusus mereka kerja.
Misalnya, beberapa agen tidak hanya dapat
mengkonsumsi penghasilan tambahan tetapi
mungkin juga menolak untuk mengambil pekerjaan
tersebut.

Preferensi Risiko
Dalam pandangan peneliti, asumsi agen bersikap
menghindari risiko mungkin tepat dalam kasus
tertentu karena sejumlah sarjana berpendapat
bahwa individu secara signifikan berbeda dalam
menghadapi risiko (Child,1974; Eisenhardt, 1989;
Hambrick & Mason, 1984; MacCrimmon &
Wehrung, 1986).
Agen lain mungkin tidak menolak risiko karena
mereka mungkin lebih memilih untuk mengadopsi
strategi yang menguntungkan di masa depan untuk
perusahaan (Miles & Snow, 1978; Wright, Kroll, Pray
& Lado, 1995).

Fokus pada kelompok dan


organisasi
Pada bagian ini, peneliti memperluas penelitian
mengenai hubungan keagenan yang mencakup
organisasi dan kelompok, yang diasumsikan bahwa
organisasi adalah "fiksi hukum yang berfungsi sebagai
penghubung untuk satu seperangkat hubungan kontrak
antara individu-individu" (Jensen & Meckling, 1976).
Peneliti berpendapat mengingat asumsi teoritis
keagenan bahwa kepentingan diri sendiri adalah
hubungan kompetitif satu sama lain dalam pertukaran,
pertumbuhan suatu organisasi dan kelompok yang
terkait diharapkan memerlukan biaya agensi yang lebih
tinggi.

Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan
asumsi kepentingan diri sendiri yang kompetitif
berhubungan satu sama lain dalam pertukaran,
biaya agensi meningkat sebagai ukuran
peningkatan keanggotaan organisasi. Jika asumsi
teoritis keagenan demi satu alternatif (bahwa
kepentingan individu mungkin kooperatif terkait
satu sama lain dalam pertukaran mereka),
namun, sebuah argumen mungkin dibuat bahwa
biaya agensi tidak perlu meningkat dikarenakan
organisasi yang mengembang .

Anda mungkin juga menyukai