Anda di halaman 1dari 15

TUMOR OTAK

DEFINISI
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)
atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak
dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor
berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari
organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lainlain, disebut tumor otak sekunder.
EPIDEMIOLOGI
Insiden tumor intrakranial berkisar antara 4,2 - 5,4 per 100.000 penduduk. Pada
anak di bawah 16 tahun tumor otak adalah 2,4 per 100.000 penduduk anak.
Tampaknya insiden tumor cenderung naik dengan bertambahnya umur. Tidak
diketahui secara pasti perbedaan insiden menurut ras, tempat tinggal maupun iklim.
ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,
yaitu :

Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.

Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)


Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya

sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.

Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.

Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
KLASIFIKASI
Tumor otak bisa primer (50%), bisa sekunder (50%). Tumor primer kira-kira
50% adalah glioma, 20% meningioma, 15% adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang
dewasa, 60% terletak supratentorial. Pada anak 70% terletak infratentorial. Pada anak
yang paling sering adalah tumor serebelum, yaitu meduloblastoma dan astrositoma.
Tumor primer bisa timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput
mielin. Tumor sekunder bias berasal dari hampir semua tumor di tubuh. Yang paling
sering berasal dari tumor paru-paru pada pria dan tumor payudara pada wanita.
Tumor otak lebih sering mengenai pria dari pada wanita, kecuali meningioma yang
lebih sering timbul pada wanita dari pada pria dengan perbandingan 2 : 1.
Terdapat macam-macam klasifikasi, baik atas dasar jaringan asal tumor maupun
atas dasar lokasi tumor. Berdasarkan lokasi tumor, yaitu:

1. Tumor supratentorial

a. Hemisfer otak:
a. Glioma :
i. Glioblastoma multiforme
ii. Astrositoma
iii. Oligodendroglioma
b. Meningioma
c. Tumor metastasis
2. Tumor struktur median:
1. Adenoma hipofisis
2. Tumor glandula pinealis
3. Kraniofaringioma
3. Tumor infratentorial
1. Schwannoma akustikus
2. Tumor metastasis
3. Meningioma
4. Hemangioblastoma
Tumor otak pada orang dewasa
Jenis-jenis tumor otak pada orang dewasa cukup beragam, antara lain:
1. Glioblastoma multiforme
Glioblastoma multiforme adalah tumor primer yang paling sering dijumpai. Disebut
juga sebagai glioma maligna dan astrositoma tingkat 3 dan 4. Lebih sering timbul di
lobus frontalis dan temporalis. Pertumbuhannya sangat cepat dan prognosisnya selalu
fatal.

2. Astrositoma

dan

oligodendroglioma
Astrositoma tingkat 1
dan

2,

dan

oligodendroglioma ini
didapatkan

tidak

sesering glioblastoma
multiforme.
Pertumbuhannya
biasanya

lambat

sehingga

beberapa

penderita

bertahun-

tahun

hanya

didiagnosis sebagai epilepsi, yang kemudian ternyata penderita tumor. Tumor ini

histologik adalah benigna tetapi setelah bertahun-tahun bisa menjadi maligna.


Astrositoma, secara umum dan yang paling banyak dipakai, menurut World Health
Organization dibagi didalam beberapa tipe dan grade:
Astrositoma Pilositik (Grade I)
Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini bisa terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan secara tuntas dan
memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang pada tempat yang sukar
dijangkau, masih dapat mengancam hidup.
Astrositoma Difusa (Grade II)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut
ke tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.
Astrositoma Anaplastik (Grade III)
Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar ke
jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang
normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun.
Gliobastoma multiforme (Grade IV)
Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal.
Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun. Tumor ini
merupakan salah satu tumor otak primer dengan prognosis yang sangat buruk.
Grade I dan II juga
dikenal

sebagai

Astrositoma
berdifrensiasi

baik

(Well differentiated
astrocytomas).

3. Meningioma
Meningioma adalah tumor benigna yang timbul dari sel araknoid. Pada orang dewasa
menempati urutan kedua terbanyak. Dijumpai 50% pada konveksitas dan 40% pada
basis kranii. Selebihnya pada foramen magnum, fosa posterior, dan system
ventrikulus.

Tumor otak primer ke-2 yang tersering


Berasal dari arachnoid cells (meningoepithelial cap cells normal dapat

ditemukan pada arachnoid villi)


20% dari semua intracranial tumors (dengan kasus asymptomatic > 40%)
7% dari semuanya posterior fossa tumors
3-12% adalah cerebellopontine angle tumors
Yang sering terdiagnosa pada dekade ke-6 dan ke-7
: 3:2 to 2:1
90% intracranial
10% intraspinal
Spinal meningioma: 10x pada wanita

Etiologi
Trauma
Iradiasi
Genetik dan molukular biologi
Gonadal steroid hormon dan reseptor
Growth factor dan reseptor lain
Gejala dan tanda
Asymptomatic
Gejala dan tanda tergantung seberapa besar dan lokasi dari tumor itu
sendiri.seperti : nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang, parese, gangguan

fungsi luhur, confusion.


FosterKennedy syndrome (anosmia, ipsilateral optic atrophy, and

contralateral papilledema).
chiasmal syndrome ipsilateral optic atrophy and an incongruent bitemporal
hemianopia.

Treatment
Treatment disini bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul :
Hipertensi : Captopril 3 x 25 mg

Oedem vasogenik : Evidence suggests that a low dose of 4-mg


dexamethasone orally for 28 days is as effective as an 8- or 16-mg high-dose
regimen in producing symptomatic improvement and also results in fewer

side effects
Bedah
Adjuvant Chemotherapy (cis-platinum, or dacarbazine and doxorubicin)
Hydroxyurea has been shown to arrest meningioma cell growth in the S phase
of the cell cycle and to induce apoptosis in vitro

Kekambuhan
Stafford et al (1998) menemukan 25% recurrence rate pada 10 tahun pada
pasien yang mendapat gross total tumor resection dan 61% recurrence rate
pada mereka yang mendapat partial resection.

4. Tumor metastasis
Metastasis pada otak
dan meningen adalah
komplikasi
sering

yang

terjadi

dari

neoplasma sistemik.
Sekitar

15-20%

penderita akan mati


karena

karsinoma,

pada

autopsi

dijumpai metastasis
pada otak . setiap
neoplasma maligna dapat memberi metastasis pada otak, tetapi yang paling sering
karsinoma bronkus, karsinoma payudara dan melanoma maligna.
5. Adenoma hipofisis
Adenoma
hipofisis
dapat diklasifikasikan
atas dasar fungsi dan
anatominya.
Klasifikasi fungsi
1. Adenoma
non-

fungsional
2. Adenoma dengan hipersekresi (prolaktin, ACTH, hormon pertumbuhan)
Klasifikasi anatomi
1. Adenoma mikro (diameter kurang dari 10 mm)
2. Adenoma difus
3. Adenoma invasive
Adenoma

mikro

tidak

memberi

gejala

kecuali

pada

hipersekresi.

Hiperprolaktinemia diukur dengan mengukur kadar prolaktin pagi hari. Prolaktin


lebih besar dari 100 ng/ml (normal kurang dari 15 ng/ml) hampir pasti disebabkan
oleh tumor. Prolaktin antara 15-100 ng/ml dapat disebabkan oleh tumor tetapi lebih
sering oleh obat-obatan seperti fenotiazin dan benzodiazepine, serta isoniazid dan
gangguan inhibisi hipotalamus. Hiperprolaktinemia kadang-kadang tidak memberi
gejala. Pada pria bisa menyebabkan galaktorea dan ginekomasti.
Adenoma yang besar menekan bagian lain dari hipofisis yang menyebabkan
defisiensi gonadotropin dan kortikotropin. Pembesaran tumor keatas menekan
khiasma optikum yang menyebabkan anopia bitemporal kuadran atas, yang
selanjutnya menyebabkan kebutaan.
Tumor juga dapat meluas ke sinus kavernosa, ventrikulus ke III, hipotalamus dan
lobus temporalis. Antara 50 60% dari penderita tumor yang meluas ini datang ke
dokter oleh gangguan visus dan 20% oleh sefalgia.
Tumor yang memacu sekresi ACTH dan hormon pertumbuhan walaupun masih
kecil selalu mudah diketahui karena timbulnya penyakit Cushing dan akromegali.

GAMBARAN KLINIK
Gambaran klinik ditentukan oleh lokasi tumor dan peningkatan tekanan
intrakranial. Tanda penting dari tumor otak adalah adanya gejala neurologik yang
progresif. Progresivitas ini tergantung pada lokasi, kecepatan pertumbuhan tumor dan
edema disekitarnya. Gambaran klinik terpenting adalah sebagai berikut.
1. Kenaikan tekanan intrakranial yang terdapat pada sebagian besar tumor otak
menyebabkan sefalgia, mual dan muntah. Nyeri kepala pada orang dewasa yang
timbul berulang-ulang. Sedangkan sebelumnya tidak menderita sefalgia kronis, harus
dicurigai adanya tumor otak. Edema papil nervus optikus terdapat hanya pada
sebagian kecil tumor otak, jadi lebih banyak tumor otak tanpa edema papil.

2. Manifestasi klinik fokal seperti, hemiparese, afasia, dan gangguan visus, bergantung
pada lokasi tumor dan edema otak disekitarnya. Tumor pada silent region bisa hanya
memberi gejala edema papil atau gangguan mental.
3. Konvulsi fokal, konvulsi umum atau keduanya terdapat pada 1/3 penderita tumor
otak. Epilepsy dapat disebabkan oleh tumor supratentorial dan lebih sering pada
tumor dengan pertumbuhan lambat.
4. Perdarahan pada tumor yang kaya akan pembuluh darah biasa disangka sebagai
GPDO(Gangguan Pembuluh Darah Otak). Pada glioblastoma multiforme, metastasis
dari koriokarsinoma, melanoma, dan karsinoma paru anaplastik sering terjadi
perdarahan spontan.
Nyeri Kepala (Headache)
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul
pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi
(rekuren) dengan interval tak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan
semakin lama semakin sering dengan interval semakin pendek. Nyeri kepala ini
bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan (misalnya waktu
buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi berbaring,
dan berkurang bila duduk.
Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada pain sensitive
structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan
gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.
Muntah
Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil
(menyemprot) tanpa didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri
kepala.
Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan
oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi
lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak

terputus- putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil seharusnya kita sudah
mengetahui gambaran papil normal terlebih dahulu. Penyebab edema papil ini masih
diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retina. Biasanya
terjadi bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menekan jalan aliran likuor sehingga
mengakibatkan bendungan dan terjadi hidrosefalus interim.

Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks
motorik. Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak
lainnya, sedang kejang yang sifatnya umum/general sukar dibedakan dengan kejang
karena epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade III dari
kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak.
-Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
1. Lobus frontal

Menimbulkan gejala perubahan kepribadian.

Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral,


kejang fokal.

Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia.

Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy.

Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.

2. Lobus parietal

Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym.

Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis

menimbulkan gejala sindrom gerstmanns.

3. Lobus temporal

Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului


dengan aura atau halusinasi.

Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese.

Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.

4. Lobus oksipital

Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan.

Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang


menjadi hemianopsia, objeckagnosia.

5. Tumor di ventrikel ke III

Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan


obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial
mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan
kesadaran.

6. Tumor di cerebello pontin angie

Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma

Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran.

Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin
angel.

7. Tumor Hipotalamus

Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe

Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan


seksuil pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan
elektrolit, bangkitan kejang.

8. Tumor di cerebelum

Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi
disertai dengan papil udem.

10

Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari
otot-otot servikal.

9. Tumor fosa posterior

Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan


nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.

DIAGNOSIS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologi yang teliti. Pada anamnesis
didapatkan nyeri kepala yang hebat, adanya mual dan muntah, dan biasanya di sertai
penurunan berat badan, nafsu makan berkurang. Pada pemeriksaan fisik bisa
didapatkan adanya hemiparese tapi tidak selalu, edema papil, gangguan visus,
tergantung pada lokasi tumor.
CT scan
Tumor bisa menyebabkan edema vasogenik yang terlihat pada CT scan tampak
lebih rendah densitasnya apabila dibandingkan dengan densitas jaringan otak.
Dengan CT scan 85% meningioma intrakranial dapat ditetapkan dan apabila dengan
kontras dapat ditetapkan 95%. Metastasis dengan diameter lebih dari 1 cm mudah
kelihatan.
MRI
Pemeriksaan

radiology

untuk

menentukan

letak,

ukuran

dan

jenis

perlengketannya melalui X-Ray, CT Scan dan MRI. X-Ray masih berperan untuk
tumor tumor tertentu. CT Scan menggunakan sinar-X dan computer untuk
menghasilkan gambar otak yang baik. MRI menggabungkan magnet yang kuat dan
gelombang radio untuk menghasilkan gambar yang baik. Dengan perkembangan
terakhir CT Scan dan MRI dapat dengan jelas dan tepat secara anatomis gambaran
tumor serta struktur disekitarnya. Tumor tumor instrinsik di batang otak dapat lebih
jelas tampak dengan pemeriksaan MRI dibandingkan dengan CT Scan.

11

Diagnosis Banding
Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda defisit neurologik fokal yang progresif. Setiap proses
desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :

Abses intraserebral

Epidural hematom

Hipertensi intrakranial benigna

Meningitis kronik

Penatalaksanaan
Pengobatan tumor otak tergantung kepada lokasi dan jenisnya.
1. Untuk edema otak: kortikosteroid
2. Tindakan pembedahan
3. Radioterapi
4. Kemoterapi
Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak
berefek langsung terhadap tumor.
Pembedahan
Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk
mengurangi efek akibat massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang
tidak dapat direseksi.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak
yakni: diagnosis yang tepat, rinci dan seksama, perencanaan dan persiapan pra bedah
yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam
pengangkatan tumor, serta perawatan pasca bedah yang baik, Berbagai cara dan
teknik operasi dengan menggunakan kemajuan teknologi seperti mikroskop, sinar
laser, ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime ultrasound yang membantu
ahli bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan aman.

12

Pembedahan kadang menyebabkan kerusakan otak yang bisa menimbulkan


kelumpuhan parsial, perubahan rasa, kelemahan dan gangguan intelektual. Tetapi
pembedahan harus dilakukan jika pertumbuhannya mengancam struktur otak yang
penting. Meskipun pengangkatan tumor tidak dapat menyembuhkan kanker, tetapi
bisa mengurangi ukuran tumor, meringankan gejala dan membantu menentukan jenis
tumor serta pengobatan lainnya.

Radioterapi
Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 50006000 cGy tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini
didasarkan pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan
subletal dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih
efisien jika dikombinasikan dengan kemoterapi intensif. Terapi penyinaran tidak
dapat menyembuhkan tumor, tetapi membantu memperkecil ukuran tumor sehingga
tumor dapat dikendalikan.
Kemoterapi
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap
diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor
tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke
batang otak, terapi tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat
membantu sebagai terapi paliatif. Terapi penyinaran dimulai setelah sebanyak
mungkin bagian tumor diangkat melalui pembedahan. Kemoterapi digunakan untuk
mengobati beberapa jenis kanker otak. Kanker otak primer maupun kanker otak
metastatik memberikan respon yang baik terhadap kemoterapi.

PROGNOSIS
Prognosis yang lebih baik ditemukan pada astrositoma dan oligodendroglioma,
dimana kanker biasanya tidak kambuh dalam waktu 3-5 tahun setelah pengobatan.
Prognosisnya tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-negara

13

maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan
dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival)
berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahun (10 years survival) berkisar 3040%. Terapi tumor otak di Indonesia secara umum prognosisnya masih buruk,
berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada beberapa rumah sakit di Jakarta.

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Sawaya Raymond, MD. Tumors of the Brain and Spine, Springer Science,
Business Media, LLC, 2007.
2. Andrea C. Adams. Mayo Clinic essential neurology, Mayo Foundation for Medical
Education and Research, 2008.
3. ADAMS, RAYMOND D. M.A., M.D. PRINCIPLES OF NEUROLOGY, Sixth
Edition, by The McGraw-Hill Companies, Inc, 1998.
4. Candelise Livia, Evidence-based Neurology: Management of Neurological
Disorders, by Blackwell Publishing, 2007.

15

Anda mungkin juga menyukai