Judul Tugas
Kelas
Dosen
:
:
Disusun Oleh :
Kelompok 5
No
1.
2.
3.
4.
5.
Nama
Chairun Nisa Asnawi
Gelda Amalia
Hasanah
Luthfiyah
Devina Sela Almadia
Anita Cicilia
Harimurti
NPM
150610120127
150610120136
150610120140
150610120144
150610120154
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JATINANGOR
2015
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya dan tanpa hambatan yang
berarti. Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Tuti Karyani,
MS. dan Ibu Nur Syamsiyah, SP., MP. yang senantiasa mengajari dan membimbing
kami hingga selesainya makalah kami ini dengan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dengan tujuan menyelesaikan tugas mata kuliah
Perencanaan Pembangunan Pertanian dan Perdesaan (Pendekatan Ekonomi dan
Spasial). Makalah ini memberikan pengetahuan mengenai analisis ketimpangan
berdasarkan analisis Williamson di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
selalu memberkati apa yang kita kerjakan. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 Provinsi Nusa Tenggara Timur................................................................................3
2.2 Produk Domestik Bruto..........................................................................................3
2.3 Disparitas Spasial....................................................................................................5
2.4 Indeks Williamson...................................................................................................6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................8
3.1 Analisis Indeks Williamson.....................................................................................8
3.2 Upaya Menekan Ketimpangan..............................................................................11
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................15
LAMPIRAN .......................................................................................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perencanaan wilayah dan kota merupakan suatu cara merencanakan pemanfaatan
sumber daya yang ada di suatu wilayah dengan tujuan tertentu dan berorientasi di masa
depan, dimana pemanfaatan tersebut tidak terlepas dari aspek-aspek yang ada di dalam
masyarakat, seperti sosial budaya serta yang kebi pening ialah ekonomi. Keberlanjutan
kesejahteraan manusia merupakan salah satu tujuan utama dari serangkaian proses
perencanaan. Aspek kesejahteraan manusia sebagai salah satu objek perencanaan
wilayah dan kota dapat dilihat dari kondisi perekonomian di wilayah atau kota. Salah
satu aspek pendukung di dalam Perencanaan yaitu pada aspek ekonomi. Aspek
ekonomi merupakan aspek utama yang mendukung proses perencanaan wilayah dan
kota. Pada dasarnya suatu wilayah atau kota yang terencana dengan baik akan memiliki
perekonomian yang baik, karena perekonomian yang baik mampu memberikan
kesejahteraan bagi penduduk di dalamnya.
Adapun indikator pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu kota dapat
dilihat dari data PDRB dan APBD. Pertumbuhan perekonomian suatu kota dapat dilihat
dari trend PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), di mana apabila PDRB kota
meningkat hal tersebut berarti pula perekonomian di kota tersebut tumbuh. Selain
PDRB, pertumbuhan perekonomian suatu kota dapat dilihat dari data APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah), di mana apabila pendapatannya lebih besar dari
pengeluaran memiliki arti bahwa perekonomian di kota tersebut mengalami
pertumbuhan Dalam kenyataannya banyak fenomena tentang pertumbuhan ekonomi
wilayah seperti Kesenjangan (ketimpangan) wilayah dan pemerataan pembangunan
menjadi permasalahan utama dalam pertumbuhan wilayah.
Dalam upaya pertumbuhan ekonomi, perbedaan pendapatan dalam suatu wilayah
timbul karena tidak meratanya pendistribusian pendapatan. Sebagai tolak ukur hasil
pembangunan, perbedaan pendapat ini dalam konteks kewilayahan disebut disparitas
spasial karena perbandingannya melibatkan lingkup wilayah/kawasan/ruang, bukan lagi
antar perorangan. Dalam hal ini, PDRB dapat menjadi gambaran pendapatan suatu
wilayah, sehingga melalui PDRB dapat diketahui tingkat kesejahteraan dan struktur
1
Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu untuk menganalisis Indeks Williamson
Provinsi Nusa Tenggara Timur
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Provinsi Nusa Tenggara Timur
yang
bersangkutan.
PDRB
atas
dasar
harga
berlaku
yaitu
pendapatan.
Sedangkan
metode
tidak
langsung
dengan
Ukuran-ukuran PDRB
Ukuran-ukuran penting lainnya dari penurunan PDRB, yaitu:
1. Produk Regional Bruto merupakan produk domestik regional bruto
ditambah dengan pendapatan neto dari luar propinsi. Pendapatan neto ini
sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan
modal) milik penduduk suatu propinsi yang diterima dari luar propinsi
dikurangi pendapatan propinsi lain/asing yang diperolah di propinsi
tersebut.
2. Produk Regional Netto merupakan produk regional bruto dikurangi dengan
seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap selama setahun.
4
Vw = Indeks Williamson
yi = PDRB per kapita daerah i
y = PDRB per kapita rata-rata seluruh daerah
fi = Jumlah penduduk daerah i
n = Jumlah penduduk seluruh daerah
0 < Vw < 1
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Indeks Williamsons Provinsi Nusa Tenggara Timur
7
Tahun 2010
Kabupaten
Sumba Barat
Sumba Timur
kKupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Tengah
Sumba Barat Daya
Nagekeo
Manggarai Timur
Sabu Raijua
Malaka
Kota Kupang
Yi
(Yi-)
(Yi-)2
fi
fi/n
(Yi-)2 fi/n
6,460144063 0,859313 0,738419
110993 0,022405
0,01654418
6,470963808 0,870133 0,757131
227732
0,04597 0,034805028
6,922548104 1,321717 1,746936
304548 0,061476 0,107393903
5,063570604
-0,53726 0,288649
441155 0,089051 0,025704422
4,064348768
-1,53648 2,360778
229803 0,046388 0,109510989
5,260233553
-0,3406 0,116007
352297 0,071114 0,008249711
4,398976508
-1,20185 1,444454
190026 0,038358 0,055406886
3,476095953
-2,12474 4,514499
117829 0,023785 0,107376358
6,067532512 0,466701
0,21781
232605 0,046953 0,010226906
5,541616499
-0,05921 0,003506
300328 0,060624 0,000212569
6,556028702 0,955198 0,912403
260605 0,052605 0,047997224
6,696036603 1,095206 1,199475
142393 0,028743 0,034476788
4,219810498
-1,38102 1,907218
292451 0,059034 0,112590122
4,982386913
-0,61844 0,382473
119908 0,024204 0,009257549
4,581081943
-1,01975 1,039888
221703 0,044753 0,046537723
4,806132032
-0,7947 0,631547
62485 0,012613 0,007965775
3,266795927
-2,33404
5,44772
284903
0,05751
0,31329877
5,355360821
-0,24547 0,060256
130120 0,026266 0,001582664
3,427526311
-2,1733 4,723254
252744 0,051019 0,240973343
4,485245751
-1,11559 1,244531
72960 0,014728 0,018328937
0
-5,60083 31,36931
0
0
0
13,92661292 8,325782 69,31864
336239 0,067873
4,70484188
5,600831057
n=
4953967 =
6,013281726
Indeks ketimpangan Williamson (VW) yang diperoleh terletak antara 0 (nol) sampai
1 (satu). Jika VW mendekati 0 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar
kabupaten/kota di provinsi Nusa Tenggara Timur adalah rendah atau pertumbahan antar
daerah merata. Jika VW mendekati 1 maka ketimpangan distribusi pendapatan antardaerah
(kabupaten) di provinsi Nusa Tenggara Timur adalah tinggi atau atau pertumbuhan
ekonomi antar daerah tidak merata. Berdasarkan hasil analisis Indeks ketimpangan
Williamson (VW).
8
Yi
8,945170435
8,750696449
9,091432301
7,197912228
5,335459138
7,094417221
6,013165101
4,874894794
8,0529334
7,487270232
9,325433725
8,88905131
5,704176911
5,892561633
5,687343517
6,635019302
4,634373422
7,221024882
4,927007838
6,445879946
6,070213945
19,72957998
8,168261599
(Yi-)
0,776909
0,582435
0,923171
-0,97035
-2,8328
-1,07384
-2,1551
-3,29337
-0,11533
-0,68099
1,157172
0,72079
-2,46408
-2,2757
-2,48092
-1,53324
-3,53389
-0,94724
-3,24125
-1,72238
-2,09805
11,56132
(Yi-)2
0,603587
0,33923
0,852244
0,941578
8,02477
1,153142
4,644441
10,84626
0,013301
0,463749
1,339047
0,519538
6,071713
5,17881
6,154955
2,350832
12,48837
0,897257
10,50573
2,966599
4,401804
133,6641
n=
fi
117787
240190
328688
451922
239503
199990
196613
126704
241590
309008
266909
150186
309614
137182
240905
66314
306195
136201
264979
80897
174391
368199
4953967
fi/n
0,023776
0,048484
0,066348
0,091224
0,048346
0,04037
0,039688
0,025576
0,048767
0,062376
0,053878
0,030316
0,062498
0,027691
0,048629
0,013386
0,061808
0,027493
0,053488
0,01633
0,035202
0,074324
=
(Yi-)2 fi/n
0,014351073
0,016447372
0,056545073
0,085894752
0,387963109
0,046551949
0,184328531
0,277407005
0,00064863
0,028926762
0,072144967
0,015750469
0,37947113
0,143408214
0,299307468
0,03146833
0,771881427
0,024668585
0,561932842
0,048443787
0,154953595
9,934458907
13,53695398
Dapat dilihat bahwa hasil Indeks Williamson pada tahun 2013 sebesar
dengan kata lain masih dibawah 0,5 dan mengindikasikan berdasarkan ketentuan
ketimpangan Williamson, pada tahun 2013 di Provinsi Nusa Tenggara Timur terajadi
ketimpangan distribusi yang sedang yaitu terjadinya pertumbuhan ekonomi antara daerah
memang tidak merata namun ketimpangannya tidak terlalu tinggi
Jika dibandingkan, ketimpangan pembangunan ekonomi provinsi NTT mengalami
kenaikan pada tahun 2010 yakni sebesar
untuk faktor perbedaan sumber daya alam antar wilayah yakni jika
perpindahan faktor produksi (sumber daya alam) antar daerah tidak ada hambatan, maka
pada akhirnya pembangunan ekonomi yang optimal antar daerah akan tercapai dan semua
daerah akan lebih baik (Pareto Optimum atau better off). Mobilitas tenaga kerja cenderung
bergerak dari daerah yang tingkat upahnya rendah ke daerah yang tingkat upahnya lebih
tinggi. Dengan asumsi ada lowongan kerja.
Faktor keempat yaitu adanya perbedaan sumber daya alam (SDA) antar wilayah,
Menurut kaum klassik pembangunan ekonomi di daerah yang kaya SDA akan lebih maju dan
masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin SDA. Dalam arti SDA
dilihat sebagai modal awal untuk pembanggunan yang selanjutnya harus dikembangkan
selain itu diperlukan faktor-faktor lain yang sangat penting yaitu teknologi dan SDM.
Semakin pentingnya penguasaan teknologi dan peningkatan SDM, faktor endowment lambat
laun akan tidak relevan.
Dan faktor terakir ketimpangan ini disebabkan adanya perbedaan kondisi demografi
antar wilayah (kabupaten), Terutama dalam hal jumlah dan pertumbuhan penduduk, tingkat
kepadatan penduduk, pendidikan, kesehatan, disiplin masyarakat dan etos kerja. Dilihat dari
sisi permintaan, jumlah penduduk yang besar merupakan potensi besar bagi pertumbuhan
kegiatan ekonomi. Dari sisi penawaran jumlah populasi yang besar dengan pendidikan dan
kesehatan yang baik, disiplin yang tinggi, etos kerja tinggi merupakan aset penting bagi
produksi.
3.2 Upaya Menekan Ketimpangan
Diperlukan upaya pemerintah, baik pusat maupun daerah, yang dapat dilakukan dalam
rangka penanggulangan ketimpangan pembangunan antar daerah dalam Provinsi NTT,
diantaranya yaitu:
a. Penyebaran Pembangunan Prasarana Perhubungan
Mobilitas faktor produksi antar daerah juga turut mendorong terjadinya ketimpangan
wilayah tersebut. Karena itu, kebijakan dan upaya yang dapat dilakukan untuk
11
(Growth Poles) secara tersebar. Kebijakan ini diperkirakan akan dapat mengurangi
ketimpangan pembangunan antar wilayah karena pusat pertumbuhan tersebut
menganut konsep konsentrasi dan desentralisasi secara sekaligus. Aspek konsentrasi
diperluka agar penyebaran kegiatan pembangunan tersebut dapat dilakukan dengan
masih terus mempertahankan tingkat efesiensi usaha yang sangat diperlukan untuk
mengembangkan usaha tersebut. Sedangkan aspek desentralisasi diperlukan agar
penyebaran kegiatan pembangunan antar daerah dapat dilakukan sehingga
ketimpangan pembangunan antar wilayah akan dapat dikurangi. Penerapan konsep
pusat pertumbuhan ini untuk mendorong proses pembangunan daerah dan sekaligus
untuk dapat mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah dapat dilakukan
melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan pada kota-kota skala kecil dan
menengah.
BAB IV
KESIMPULAN
13
Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari 11 pulau, antara lain Pulau Flores, Pulau
Sumba, Pulau Timor, Pulau Alor, Pulau Lembata, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau
Adonara, Pulau Solor, Pulau Komodo dan Pulau Palue. Analisis disparitas spasial di
Provinsi Nusa Tenggara Timur ini dilakukan dengan menggunakan perhitungan
Indeks Williamson yaitu dengan menghitung Indeks Williamson seluruh sektor.
Setelah melakukan perhitungan Indeks Williamson seluruh sektor Provinsi Nusa Tenggara Timur,
didapatkan hasil Indeks Williamson pada tahun 2010 sebesar
tahun 2013 sebesar
dan pada
dan 2013 , Provinsi Nusa Tenggara Timur terjadi ketimpangan distribusi yang sedang
yaitu terjadinya pertumbuhan ekonomi antara daerah memang tidak merata namun
ketimpangannya
tidak
terlalu
tinggi.
Apabila
dibandingkan,
ketimpangan
pembangunan ekonomi provinsi NTT mengalami kenaikan pada tahun 2010 yakni
sebesar
DAFTAR PUSTAKA
14
BPS NTT. 2013. Jumlah Penduduk NTT per Kabupaten/Kota Tahun 1980, 1990, 2000, 2008, 2009,
2010, 2011, 2012 dan 2013. Tersedia: http://ntt.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/18 [28 April
2015]
BPS NTT. 2013. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Kabupaten/Kota, 2004-2013.
Tersedia: http://ntt.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/43 [ 28 April 2015 ]
BPS NTT. 2013. Pendapatan Regional dan Angka per Kapita Nusa Tenggara Timur (rupiah), 2011
2013. Tersedia: http://ntt.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/310 [28 April 2015]
Sunaryo, Broto. 2014. Analisis Disparitas Spasial Kabupaten Cilacap dengan Menggunakan
Rumus Indeks Williamson. Semarang.
15
LAMPIRAN
16
17