Anda di halaman 1dari 23

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Posyandu
1. Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan forum komunikasi, alih tehnologi dan
pelayanan kesehatan masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat,
yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya
manusia sejak dini (Effendy, 1998).
Posyandu adalah pusat pelayanan kesehatan keluarga dan Keluarga
Berencana yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat
dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Syahlan, 1996).
2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
a.

Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak

b.

Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR


(Indeks Maternal Rate) atau angka kematian ibu

c.

Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

d.

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan


kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat

e.

Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat


dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

penduduk berdasarkan letak geografi


f.

Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka


alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat

3. Sasaran dalam pelayanan kesehatan di posyandu


a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
b. Anak balita usia 1 sampai 5 tahun
c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas
d. Wanita Usia Subur (WUS)
4. Macam Kegiatan
a. Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu)
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
3. Imunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan diare
b. Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu)
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
3. Imunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan diare
6. Sanitasi dasar
7. Penyediaan obat esensial

5. Pelayanan kesehatan yang dijalankan


a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
b. Penimbangan bulanan
c. Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang
d. Imunisasi bayi 3-14 bulan
e. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare
f. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
g. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia
subur
h. Pemeriksaan kesehatan umum
i. Pemeriksaan kehamilan dan nifas
j. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil
penambah darah
k. Imunisasi TT untuk ibu hamil
l. Penyuluhan kesehatan dan KB
m. Pemberian alat kontrasepsi KB
n. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
o. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
p. Pertolongan pertama pada kecelakaan

6. Sistem lima meja


a. Meja I
1)

Pendaftaran

2)

Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan


usia subur

b. Meja II
1)

Penimbangan balita, ibu hamil

c. Meja III
1) Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
d. Meja IV
1) Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan
resiko tinggi, Pasangan Usia Subur yang belum mengikuti KB
2) Penyuluhan kesehatan
3) Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan,
kondom
e. Meja V
1) Pemberian imunisasi
2) Pemeriksaan kehamilan
3) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
4) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan
untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter,
bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya (Effendy, 1998).

10

B. Kunjungan Balita
1. Pengertian
Kunjungan adalah hal atau perbuatan berkunjung ke suatu tempat.
Kunjungan balita ke posyandu adalah datangnya balita ke posyandu untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi,
penyuluhan gizi, dan lain sebagainya. Kunjungan balita ke posyandu yang
paling baik adalah teratur setiap bulan atau 12 kali pertahun. Untuk ini
kunjungan balita diberi batasan 8 kali pertahun.
Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balitanya
kurang dari 8 kali pertahun dianggap masih rawan. Sedangkan bila
frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau lebih dalam kurun waktu satu
tahun dianggap sudah cukup baik, tetapi frekuensi penimbangan
tergantung dari jenis posyandunya (Dinkes Prov. Jateng, 2007).

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke


posyandu (Sri poerdji, 2002)
a. Umur balita
Umur balita merupakan permulaan kehidupan untuk seseorang
dan pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,
kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat.
Menurut Sri Poerdji menyatakan bahwa umur 12 hingga 35 bulan
merupakan umur yang paling berpengaruh terhadap kunjungan karena
pada

umur

ini

merupakan

pertumbuhan

dasar

yang

akan

11

mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Hal


lain yang menyebabkan ibu balita tidak lagi hadir di posyandu
khususnya balita diatas usia 36 bulan, karena ibu balita merasa bahwa
anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan perkembangan
sosial anak semakin bertambah.
b. Jumlah Anak
Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi kehadiran ibu
yang mempunyai anak balita untuk hadir atau berpartisipasi dalam
posyandu. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hurlock
(2005) bahwa semakin besar keluarga maka semakin besar pula
permasalahan yang akan muncul dirumah terutama untuk mengurus
kesehatan anak mereka.
Dalam kaitannya dengan kehadirannya di posyandu seorang
ibu akan sulit mengatur waktu untuk hadir di posyandu karena
waktunya akan habis untuk memberi perhatian dan kasih sayang dalam
mengurus anak-anaknya di rumah.
c. Status Pekerjaan Ibu
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga dan waktu untuk mengasuh anak akan berkurang, sehingga
ibu balita yang harus bekerja di luar rumah waktunya untuk
berpartisipasi dalam posyandu mungkin sangat kurang atau bahkan
tidak ada waktu sama sekali untuk ikut berpartisipasi di posyandu.

12

Sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai waktu


lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu untuk
membawa anaknya ke posyandu.
Peran ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat
berpengaruh terhadap perawatan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari
waktu yang diberikan ibu untuk mengasuh dan membawa anaknya
berkunjung ke posyandu masih kurang karena waktunya akan habis
untuk

menyelesaikan

semua

pekerjaannya.

Aspek

lain

yang

berhubungan dengan alokasi waktu adalah jenis pekerjaan ibu dan


tempat ibu bekerja serta jumlah waktu yang dipergunakan untuk
keluarga di rumah (Husnaini, 1989).
d. Jarak tempat tinggal
Jarak

antara

tempat

tinggal

dengan

posyandu

sangat

mempengaruhi ibu untuk hadir atau berpartisipasi dalam kegiatan


posyandu. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Lawrence
Green dalam Notoatmodjo (2003) bahwa faktor lingkungan fisik/letak
geografis

berpengaruh

terhadap

perilaku

seseorang/masyarakat

terhadap kesehatan. Ibu balita tidak datang ke posyandu disebabkan


karena rumah balita tersebut jauh dengan posyandu sehingga ibu balita
tersebut tidak datang untuk mengikuti kegiatan dalam posyandu.
Demikian juga sesuai yang dikemukakan oleh WHO dalam
Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa sikap akan terwujud
didalam suatu tindakan tergantung dari situasi pada saat itu. Ibu balita

13

mau datang ke posyandu tetapi karena jaraknya jauh atau situasi


kurang mendukung maka balita tidak berkunjung ke posyandu.
C. Kesehatan Balita
1. Kesehatan
Undang-Undang kesehatan No.23 tahun 1992 memberikan batasan
kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut organisasi
kesehatan dunia (WHO) adalah keadaan sempurna baik fisik, mental,
maupun sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat
(Notoatmodjo, 2003).
2. Perkembangan anak balita
Anak balita adalah salah satu sasaran pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh bidan komunitas. Anak baru lahir (umur 0-28 hari) dan
bayi (umur 1 bulan-11 bulan) termasuk anak balita. (Syahlan,1996).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.

Perkembangan moral serta dasar-dasar

kepribadian juga dibentuk pada masa ini.


Frankerburg dkk (1981) melalui DDST (Denver Developmental

14

Screening Test) yang dikutip dalam Soetjiningsih (1995) mengemukakan 4


parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
balita, yaitu :
a. Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial). Aspek yang
berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya
b. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus). Aspek yang
berhubungan dengan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat
c. Language (bahasa). Kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan
d. Grass motor (perkembangan motorik kasar). Aspek yang
berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
Menurut Soetjiningsih (1995) perkembangan balita dibagi menjadi
7 aspek perkembangan, seperti pada program Bina Keluarga dan Balita
yaitu:
a. Tingkah laku sosial
b. Menolong diri sendiri
c. Intelektual
d. Gerakan motorik halus
e. Komunikasi pasif

15

f. Komunikasi aktif
g. Gerakan motorik kasar
3. Pemeliharaan kesehatan balita
Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian
anak balita adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya.
Pemeliharaan kesehatan balita dititik beratkan pada upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan dari pada pengobatan dan pemulihan.
Pelayanan kesehatan anak balita yang diberikan di posyandu,
antara lain :
a. Pemeriksaan kesehatan anak balita secara berkala
b. Penyuluhan pada orang tau menyamgkut perbaikan gizi, perbaikan
kesehatan lingkungan, pengawasan tumbuh kembang anak
c. Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit lainnya
d. Identifikasi tanda kelainan dan penyakit yang mungkin timbul pada
balita dan cara menanggulanginya
Kegiatan pelayanan dan pembinaan kesehatan anak balita akan
berhasil dengan baik apabila didukung oleh pemerintah desa, pemimpin
dan orang terkemuka di masyarakat termasuk dukun. Para ibu perlu
didorong untuk memeriksakan kesehatan anaknya (Syahlan, 1996).
Menurut Behrman&Klieghman (1996), beberapa penyakit yang
sering menyerang anak antara lain :

16

a. Pneumonia
Pneumonia menyebabkan kematian sebagian besar anak.
Kekurangan

Vit.A

berhubungan

dengan

peningkatan

insiden,

morbiditas dan mortalitas penyakit saluran pernafasan. Vit.A


menstabilkan struktur dan fungsi permukaan mukosa dan terlibat
dalam respon imun dan produksi mucus
b. Penyakit diare
Infeksi parasit sering disebabkan oleh salmonella dan shigela.
Infeksi parasit bersifat endemis tetapi biasanya menyebabkan
kekurangan gizi dan bukan diare akut. Korela tetap menjadi problem di
seluruh negara yang sedang berkembang
c. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Enam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu
cacar, difteri, pertusis, tetanus, dan tuberculosis dimana dapat
membunuh, membutakan, membuat cacat dan dapat membuat
kerusakan mental pada lebih kurang sepuluh juta anak tiap tahun
d. Malnutrisi
Malnutrisi adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas
serta faktor yang mempersulit penyakit lainnya. Pendidikan wanita,
KB dan jarak kelahiran adalah beberapa diantara strategi paling efektif
mencegah malnutrisi
e. Masalah kesehatan lainnya
Malaria, sistomiosis dan demam dengue adalah contoh-contoh

17

penyakit menular lain yang umum bagi anak di negara sedang


berkembang.

D. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Friedman keluarga adalah dua atau lebih individu yang
bergabung karena ikatan tertentu untuk berbagi pengalaman dan
pendekatan emosional (Stanhope, 1997)
Dalam UU No.10 tahun 1992 disebutkan bahwa keluarga adalah
unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suami istri atau suami istri
dan anak atau ayah/ibu dan anak.
2. Tipe/bentuk Keluarga
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family) : keluarga terdiri dari suami, istri
dan anak-anak (kandung/angkat)
2) Keluarga besar (extended family) : keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah
3) Keluarga dyad (dyad family) : satu rumah tangga terdiri dari suami,
istri tanpa anak
4) Keluarga single (single family/single parent) : suatu rumah tangga
yang terdiri dari satu orang tua karena perceraian atau kematian
dengan anak (kandung atau angkat)
5) Keluarga berkomposisi (composite) : keluarga yang perkawinannya

18

berpoligami dan hidup bersama


6) Keluarga usila : rumah tangga yang terdiri atas suami-istri berusia
lanjut
b. Tipe keluarga non tradisional
1) Comune family : lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
2) Keluarga kabitas (cohabitation) : orang tua menjadi satu tanpa
ikatan perkawinan dengan atau tanpa anak hidup bersama dalam
satu rumah tangga
3) Keluarga homoseksual : dua individu yang sejenis hidup bersama
dalam satu rumah tangga dengan/tanpa anak

3. Peran Keluarga
a. Peran ayah
Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak mempunyai
peran sebagai pencari nafkah, kepala keluarga, pendidik, pelindung
dan pemberi rasa aman, memelihara hubungan keluarga, memenuhi
hubungan afektif pasangan, sebagai anggota masyarakat dan kelompok
b. Peran ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anak mempunyai peran sebagai
pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak, pelindung,
sebagai anggota masyarakat dan lingkungan, pencari nafkah tambahan

19

c. Peran anak
Melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan fisik, mental, sosial, spiritual

4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis : meneruskan keturunan, membesarkan anak,
memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat
anggota keluarga
b. Fungsi psikologis : memberi kasih sayang, memberi perhatian,
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memberi
identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi : membina sosialisasi anak, membentuk norma
tingkah laku anak, meneruskan nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi : mencari sumber penghasilan keluarga, mengatur
penggunaan penghasilan keluarga, menabung untuk masa depan
e. Fungsi pendidikan : menyekolahkan anak termasuk memberi
pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku, mempersiapkan
anak menuju dewasa mendidik anak sesuai tahap perkembangan
5. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (2003) tahap perkembangan keluarga di bagi
menjadi 8 tahap, yaitu :
a. Tahap keluarga baru

20

Dimulai saat suami dan istri membentuk keluarga melalui


ikatan

perkawinan.

Tugas

perkembangannya

adalah

membina

hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan dengan


keluarga lain, teman, kelompok sosial, mendiskusikan rencana untuk
memiliki anak.
b. Tahap keluarga menanti kelahiran anak
Dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Tugas
perkembangannya adalah persiapan menjadi orang tua, adaptasi
dengan peran anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan.
c. Tahap keluarga dengan anak prasekolah
Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 sampai 5 tahun. Tugas
perkembangannya adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan anak yang baru
lahir sedangkan kebutuhan anak lain tetap dipenuhi, menegakkan
hubungan yang sehat didalam dan luar keluarga, pembagian tanggung
jawab anggota keluarga, stimulasi tubuh kembang anak.
d. Tahap keluarga dengan anak sekolah
Dimulai saat anak pertama masuk sekolah pada usia 6-12
tahun. Tugas perkembangannya adalah membantu sosialisasi anak,
tetangga, sekolah dan lingkungan, mempertahankan hubungan
perkawinan yang bahagia, memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan.

21

e. Tahap keluarga dengan anak remaja


Dimulai pada saat anak pertama berusia 13-20 tahun. Tugas
perkembangannya adalah memberi kebebasan yang seimbang dengan
tanggung jawab, mempertahankan hubungan yang intim dalam
keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua, perubahan sistem peran dan peraturan dalam keluarga.
f. Tahap kelurga dengan anak dewasa awal
Dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Tugas perkembangannya
adalah

memperluas

keluarga

inti

menjadi

keluarga

besar,

mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri


di masyarakat, penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g. Tahap keluarga dengan anak dewasa tengah
Dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah sampai
dengan

pensiun

atau

salah

satu

meninggal

dunia.

Tugas

perkembangannya adalah mempertahankan kesehatan dan hubungan


yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak, meningkatkan
keakraban pasangan.
h. Tahap keluarga dengan usia lanjut
Dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah
satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Tugas
perkembangannya adalah adaptasi dengan perubahan kehilangan
pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan, mempertahankan

22

keakraban suami istri dan saling merawat, mempertahankan hubungan


dengan anak dan sosial masyarakat.

E. Peran Serta Masyarakat


1. Pengertian Peran Serta Masyarakat
Dalam pembahasan ini partisipasi masyarakat diartikan sebagai
keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut
bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, masyarakat, maupun
lingkungannya (Mantra, 1985).
Menurut WHO, seperti yang dikemukakan dalam pertemuan Alma
Ata 1978, yang dimaksud dengan peran serta masyarakat adalah suatu
proses sehingga individu/keluarga :
a. Bertanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan diri, keluarga
dan masyarakat
b. Berkembang

kemampuannya

untuk

berkontribusi

dalam

pembangunan
c. Mengetahui keadaannya dengan lebih baik dan termotivasi untuk
memecahkan masalahnya
d. Memungkinkan tumbuh menjadi perintis pembangunan (Agent of
development)
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Peran Serta Masyarakat
a. Faktor perilaku individu
Perilaku individu sangat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti :

23

tingkat pengetahuan dan keyakinan, sikap mental, tingkat kebutuhan,


tingkat keterikatan dalam kelompok dan tingkat kemampuan sumber
daya yang ada.
1) Tingkat pengetahuan dan keyakinan
Tingkat pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi
perilaku individu. Makin tinggi pendidikan atau pengetahuan
kesehatan seseorang, makin tinggi kesadaran untuk berperan serta.
Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara
tingkat pendidikan ibu dan kesehatan lingkungannya.
Dalam permasalahan kesehatan, sering dijumpai bahwa
persepsi masyarakat tidak selalu sama dengan persepsi pihak
provider kesehatan. Untuk menyamakan persepsi itu diperlukan
suatu proses Komunikasi-Informasi-Motivasi yang mantap. Dalam
proses ini diharapkan terjadi perubahan perilaku yang tahaptahapnya adalah Pengenalan (Awareness), Permintaan (Interest),
Penilaian (Evaluation), Percobaan (Trial), Penerimaan (Adoption).
2) Sikap Mental
Sikap mental pada hakikatnya adalah kondisi kejiwaan,
perasaan

dan

keinginan

seseorang,

sehingga

hal

tersebut

berpengaruh pada perilaku serta pada akhirnya perbuatan yang


diwujudkannya. Kondisi ini didapatkan dari proses tumbuh
kembang individu sejak masa bayi atau anak dan berkembang pula
dari pendidikan serta pengalaman hidup dalam berinteraksi dengan

24

lingkungan/masyarakat.
Dengan memahami sikap mental masyarakat (norma) maka
para pemberi pelayanan sebagai agen pembaharu akan dapat
membentuk strategi pelayanan yang baik.
3) Tingkat Kebutuhan Individu
Berkaitan dengan sistem kebutuhan yang terdapat dalam
diri individu, Maslow mengatakan bahwa pada diri manusia
terdapat sejumlah kebutuhan dasar yang menggerakkannya untuk
berperilaku tertentu. Kebutuhan tersebut terdiri dari 5 macam
kebutuhan pokok : kebutuhan faali (biologic), kebutuhan rasa
nyaman (security), kebutuhan rasa sayang dan rasa ketergolongan
(social), Kebutuhan untuk dihargai (ego/esteem), kebutuhan untuk
dapat mengaktualisasi diri dengan seluruh potensi yang ingin
dikembangkan (self actualization).
Prinsip dari teori Maslow adalah sebelum kebutuhan yang
lebih rendah terpenuhi, maka kekuatan desakan kebutuhan yang
lebih tinggi terbatas daya dorongnya. Namun tidak berarti bahwa
secara mutlak kebutuhan yang lebih rendah harus sepenuhnya
terpuaskan lebih dulu sebelum kebutuhan lainnya akan muncul,
karena setiap ragam kebutuhan tersebut hadir secara simultan atau
bersamaan.
4) Tingkat keterikatan dalam kelompok
Suatu masyarakat adalah terdiri dari individu, keluarga

25

yang hidup bersama, terorganisir dalam suatu sistem sosial atau


ikatan. Kepribadian atau perilaku seseorang muncul sebagai akibat
dari pengalaman dari berbagai interaksi (interelationship) yang
dilakukannya. Setiap masyarakat memiliki kemampuan yang
berbeda dalam mengadakan hubungan antara manusia, baik
hubungan kekuasaan maupun sosial, formal maupun informal
5) Tingkat kemampuan sumber daya
Perilaku individu juga dipengaruhi oleh tersedianya sumber
daya terutama sarana untuk pemenuhan kebutuhan baik yang
dimiliki olehnya maupun yang tersedia di masyarakat.
b. Faktor Perilaku Masyarakat
Perilaku

masyarakat

dipengaruhi

oleh

keadaan

politik,

ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan agama. Keadaan dan struktur


politik dipandang sebagai salah satu aspek penting yang tidak kecil
peranannya dalam mempengaruhi derajat perilaku masyarakat.
Keadaan ekonomi tidak disangsikan lagi mempunyai pengaruh
terhadap perwujudan peran serta masyarakat. Kemajuan dibidang
ekonomi lebih memungkinkan kemampuan masyarakat untuk berperan
serta dalam berbagai aspek pembangunan.
Aspek sosial budaya turut menentukan perwujudan peran serta
masyarakat. Tingkat pendidikan suatu bangsa akan mempengaruhi
perilaku rakyatnya. Makin tinggi pendidikan masyarakat, makin tinggi
pula kesadaran kesehatannya. Ketentuan atau ajaran yang berlaku

26

dalam berbagai agama mempengaruhi perilaku masyarakat. Agama


dapat merupakan jembatan atau hambatan bagi terwujudnya perilaku
positif masyarakat dalam kesehatan.
Faktor-faktor diatas baik yang

mempengaruhi perilaku

seseorang maupun masyarakat akan menentukan tingkat keikutsertaan


masyarakat dalam pembangunan kesehatan (Depkes RI, 1990).
3. Tahap-tahap Peran Serta Masyarakat
Peran Serta Masyarakat dalam bidang kesehatan mempunyai
beberapa tahap sebagai berikut :
a. Partisipasi dalam tahap pengenalan masalah dan penentuan
prioritas
b. Partisipasi dalam tahap penentuan cara pemecahan masalah
c. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan, penyediaan sumber daya
d. Partisipasi dalam tahap penilaian dan pemantapan.
4. Keuntungan Peran Serta Masyarakat
Peran Serta Masyarakat mempunyai beberapa keuntungan bagi
masyarakat, antara lain :
a. Upaya kesehatan yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan
masalah yang dihadapi masyarakat, tidak hanya bertolak dari asumsi
para penyelenggara semata.
b. Upaya kesehatan bisa diterima dan terjangkau oleh masyarakat, baik
secara fisik, sosial maupun secara ekonomis. Ini karena masyarakat
berpartisipasi

dalam

merumuskan

masalahnya

dan

dalam

Umur balita
Jumlah anak dalam keluarga

Kunjugan balita
ke posyandu

27

merencanakan pemecahannya.
c. Masyarakat merasa puas karena mempunyai andil pula dalam menilai
pelaksanaan daripada upaya kesehatan yang sudah direncanakan dan
dilaksanakan bersama.
d. Dengan berpartisipasinya masyarakat dalam proses pemecahan
masalah di bidang kesehatan maka akan mengembangkan kemampuan
dan sikap positif serta motivasi mereka untuk hidup sehat atas dasar
swadaya.

F. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang berhubungan :


Umur balita

Jumlah anak dalam


keluarga
Kunjugan balita
Status pekerjaan ibu

Jarak tempat tinggal

Sumber : Sri Poerdji, 2002

Gambar 1 : Kerangka Teori

ke posyandu

28

G. Kerangka Konsep
Variabel Independent

Variabel Dependent

Umur balita

Jumlah anak dalam keluarga

Status pekerjaan ibu

Jarak tempat tinggal

Kunjungan

balita ke posyandu

Gambar 2 : Kerangka Konsep


H. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas/Independent
Faktor-faktor yang berhubungan meliputi umur balita, jumlah anak
dalam keluarga, status pekerjaan ibu dan jarak tempat tinggal dengan
posyandu
2. Variabel terikat/Dependent
Kunjungan balita ke posyandu
I. Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur balita dengan kunjungan balita ke
posyandu
2. Ada hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan kunjungan
balita ke posyandu
3. Ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke
posyandu
4. Ada hubungan antara jarak tempat tinggal dengan kunjungan balita ke
posyandu

Anda mungkin juga menyukai