Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
No. 008/BM/2009
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
PRAKATA
Pedoman ini adalah hasil pemutakhiran dari Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan Nomor: 08/BM/05 yang merupakan bagian dari Pedoman
Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.
Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan berisi tentang
pemahaman perlunya pengelolaan lingkungan hidup dan penerapannya dalam setiap
kegiatan
pembangunan
jalan
yaitu
perencanaan,
pelaksanaan
konstruksi,
pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Untuk itu semua pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan jalan (baik pengambil keputusan maupun pelaksana proyek)
disarankan untuk membaca Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan ini sehingga pembangunan jalan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan hidup bisa tercapai.
Pertimbangan
perlunya
dilakukan
pemutakhiran
terhadap
Pedoman
Umum
Jakarta,
2009
A. Hermanto Dardak
ii
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
PENDAHULUAN
Dalam mengupayakan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan agar dapat
dilaksanakan dengan baik dan memenuhi azas pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan, perlu disusun Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan
Pedoman ini adalah hasil pemutakhiran dari Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan yang merupakan bagian dari Pedoman Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan yang terdiri dari 4 (empat) pedoman yaitu:
1. Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
2. Pedoman Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
3. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
4. Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
Tujuan Penyusunan Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan adalah
untuk memberikan petunjuk bagi pemrakarsa atau penyelenggara jalan dan semua
pihak yang bertanggung jawab atau pihak terkait penyelenggaraan jalan dalam
memenuhi azas pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.
Pedoman umum pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini adalah sebagai salah
satu acuan dalam memahami latar belakang dan perlunya penerapan pengelolaan
lingkungan hidup bidang jalan. Dalam pedoman ini terdapat pemahaman pengelolaan
lingkungan hidup berdasarkan acuan yang berupa undang-undang, peraturan
pemerintah, keputusan menteri, peraturan menteri dan pedoman serta prosedur yang
terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan.
Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan memberikan penjelasan
tentang kebijakan nasional tentang lingkungan hidup, kebijakan dalam
penyelenggaraan jalan dan kebijakan sektoral terkait dengan pengelolaan lingkungan
hidup bidang jalan dan petunjuk secara umum tentang perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan yang perlu dilakukan pada
setiap tahapan kegiatan pembangunan jalan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku
Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan berisi tentang
pemahaman perlunya pengelolaan lingkungan hidup dan penerapannya dalam setiap
kegiatan pembangunan jalan yaitu perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Untuk itu semua pihak yang terkait dalam
penyelenggaraan jalan (baik pengambil keputusan maupun pelaksana proyek)
disarankan untuk membaca Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan ini sehingga pembangunan jalan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan hidup bisa tercapai.
ii
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
DAFTAR ISI
Halaman
i
ii
iii
iv
v
Prakata
Pendahuluan
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
1.
2.
3.
4.
Ruang Lingkup
Acuan Normatif
Istilah dan Definisi
Penyelenggaraan Jalan
4.1 Pembangunan Jalan
4.2 Visi dan Misi Direktorat Jenderal Bina Marga
1-53
3-53
4-53
7-53
9-53
11-53
11-53
11-53
14-53
28-53
32-53
32-53
35-53
35-53
36-53
iii
17-53
17-53
19-53
20-53
20-53
21-53
23-53
24-53
25-53
25-53
39-53
39-53
40-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
7.4
7.5
7.6
Perencanaan Teknik
Penyiapan Dokumen Lelang dan Dokumen Kontrak yang
Mencantumkan Persyaratan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup
Perencanaan Pengadaan Tanah
40-53
40-53
41-53
42-53
42-53
42-53
43-53
43-53
44-53
44-53
44-53
45-53
46-53
46-53
47-53
11. Pembiayaan
11.1 Biaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
11.2 Biaya Pemantauan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup
49-53
49-53
50-53
12. Penutup
51-53
iv
45-53
46-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1
Gambar 4.1
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 12.1
1-53
9-53
16-53
27-53
53-53
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 6.1
Tabel 6.2
Tabel 6.3
Tabel 7.1
29-53
30-53
31-53
34-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
1. RUANG LINGKUP
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang mempunyai peran penting dalam
bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan.
Di samping itu, jalan merupakan prasarana distribusi barang dan jasa sehingga
menjadi urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Jalan yang mempunyai
peran positif penting tersebut, dalam proses pembangunannya juga dapat
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial.
Salah satu tuntutan dalam pembangunan jalan yaitu azas pembangunan berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan hidup. Untuk memenuhi tuntutan tersebut antara lain
melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup.
Dalam mengupayakan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan agar dapat
dilaksanakan dengan baik dan memenuhi azas pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan, perlu disusun Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan.
Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan terdiri dari 4 (empat) buku
yaitu:
-
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman Umum
Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan (Buku 1)
Pedoman Perencanaan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan (Buku 2)
Penerapan
Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Bidang Jalan
Pedoman Pelaksanaan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan (Buku 3)
Pedoman Pemantauan
Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan (Buku 4)
1-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Tujuan
Tujuan Penyusunan Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan adalah
untuk memberikan petunjuk bagi pemrakarsa atau penyelenggara jalan dan semua
pihak yang bertanggung jawab atau pihak terkait penyelenggaraan jalan dalam
memenuhi azas pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.
Cara Penggunaan Pedoman Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan.
Bagi yang ingin mengetahui dan memahami ketentuan umum tentang pengelolaan
lingkungan hidup bidang jalan dapat membaca Pedoman Umum Pengelolaan
Lingkungan Hidup Bidang Jalan. Sedangkan bagi yang ingin mengetahui dan
memahami penerapan dan pelaksanaan (implementasi) kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup bidang jalan, maka perlu membaca Pedoman Perencanaan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan dan Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Bidang Jalan. Sedangkan bagi yang ingin mengetahui tata cara
pemantauan pengelolaan lingkungan pada tahap perencanaan, pengadaan tanah,
pelaksanaan konstruksi jalan, pengoperasian dan pemeliharaan serta evaluasi pasca
pembangunan jalan perlu membaca Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Bidang Jalan.
Pedoman umum pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini adalah sebagai salah
satu acuan dalam memahami latar belakang dan perlunya penerapan pengelolaan
lingkungan hidup bidang jalan. Isi dari pedoman ini adalah pemahaman pengelolaan
lingkungan hidup berdasarkan acuan yang berupa undang-undang, peraturan
pemerintah, keputusan menteri, peraturan menteri dan pedoman serta prosedur yang
terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan.
Pedoman ini mencakup:
1.
2.
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
3.
4.
5.
2. ACUAN NORMATIF
Acuan dalam penyusunan pedoman pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan antara
lain adalah:
Undang-Undang
-
Peraturan Pemerintah
-
Peraturan Presiden
-
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Pedoman
-
3.
Hidup
Bidang
Jalan
Lingkungan
Hidup
Bidang
Jalan
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
3.5 Ekosistem
Tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan
saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas
lingkungan hidup.
3.6 Habitat
Lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang secara alami.
3.7 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
Pengelolaan sumber daya alam hayati untuk menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragaman hayati.
3.8 Kawasan
Wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.
3.9 Kawasan Lindung
Kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan
hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
3.10 Kawasan Budidaya
Kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber-sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
3.11 Kawasan Hutan
Wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
3.12 Kehutanan
Sistem penyusunan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil
hutan yang diselenggarakan secara terpadu.
3.13 Lingkungan Hidup
Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri,kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
3.14 Pelindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan
dan penegakan hukum.
3.15. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) adalah
perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup,serta upaya
perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu
3.16 Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup
Rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup.
5-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
4. PENYELENGGARAAN JALAN
Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peran penting terutama
dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan hidup dan
dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan
memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan
nasional serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran
pembangunan nasional.
Penyelenggaraan jalan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan dan
pengawasan jalan diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 38 tahun
2004 tentang Jalan. Penyelenggaraan jalan berdasarkan azas kemanfaatan, keamanan
dan keselamatan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan, keadilan, transparansi
dan akuntabilitas, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, serta kebersamaan dan
kemitraan.
Secara umum penyelenggaraan jalan meliputi:
a. Pengaturan jalan meliputi:
-
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
1) Ruang manfaat jalan (RUMAJA) merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar, tinggi dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara
jalan. RUMAJA meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamanan
jalan.
- Badan jalan untuk pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan;
- Saluran tepi jalan untuk menampung dan menyalurkan air agar badan jalan
terbebas dari pengaruh air;
- Ambang pengamanan jalan adalah bidang tanah atau bangunan pengaman jalan
antara tepi badan jalan dan batas ruang manfaat jalan.
2) Ruang milik jalan (RUMIJA) merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar, kedalaman dan tinggi tertentu. RUMIJA terdiri dari ruang manfaat jalan dan
sejalur tanah di luar ruang manfaat jalan. Sejalur tanah tersebut diperuntukkan
bagi pelebaran jalan dan penambahan jalur lalu lintas serta kebutuhan ruang untuk
pengamanan jalan.
Ruang milik jalan paling sedikit memiliki lebar sebagai berikut:
- Jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter;
- Jalan raya 25 (dua puluh lima) meter;
- Jalan sedang 15 (lima belas) meter;
- Jalan kecil 11 (sebelas) meter.
3) Ruang pengawasan jalan (RUWASJA) merupakan ruang di luar RUMIJA yang
penggunaannya di bawah pengawasan penyelenggara jalan. RUWASJA
diperuntukkan bagi pemandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi
jalan dan pengamanan fungsi jalan.
Lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit
ukurannya sebagai berikut:
- Jalan arteri primer 15 (lima belas) meter;
- Jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter;
- Jalan lokal primer 7 (tujuh) meter;
- Jalan lingkungan primer 5 (lima) meter;
- Jalan arteri sekunder 15 (lima belas) meter;
- Jalan kolektor sekunder 5 (lima) meter;
- Jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter;
- Jalan lingkungan sekunder 2 (dua) meter;
- Jembatan 100 (seratus) meter.
8-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
5m
x
d
b
c
a
1.5 m
4.1
d = Ambang Pengaman
x = b-a-b Badan Jalan
Pembangunan Jalan
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Konstruksi jalan
Konstruksi bangunan pelengkap
Perlengkapan jalan
Ruang bebas
Kelestarian lingkungan hidup, serta
Wajib memperhitungkan kebutuhan fasilitas pejalan kaki dan panyandang
cacat.
2) Perencanaan Teknis Jembatan
Perencanaan teknis jembatan harus memenuhi ketentuan teknis beban rencana
dan ruang bebas bawah jembatan (ketentuan ruang bebas untuk lalu lintas dan
angkutan yang melewatinya).
3) Dokumen Rencana Teknis
Penyusunan dokumen rencana teknis dibuat sesuai dengan Keputusan Menteri.
c. Pengadaan Tanah
Pengadaan tanah diperlukan untuk konstruksi jalan baru, pelebaran jalan atau
perbaikan alinyemen. Apabila konstruksi jalan umum berada di atas hak atas tanah
orang maka perlu dilakukan pembebasan dengan cara pengadaan tanah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
d. Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan didasarkan atas rencana teknis jalan dan
dilakukan setelah pengadaan tanah selesai dilaksanakan. Selama pelaksanaan
konstruksi jalan maka penyelenggara jalan wajib menjaga kelancaran dan
keselamatan lalu lintas, serta fungsi bangunan utilitas.
e. Pengoperasian dan Pemeliharaan
1) Pengoperasian Jalan
Pengoperasian jalan adalah kegiatan penggunaan jalan untuk melayani lalu
lintas jalan. Untuk menjamin keselamatan pengguna jalan maka perlu
dilengkapi dengan perlengkapan jalan.
Jalan umum dioperasikan setelah ditetapkan memenuhi persyaratan laik fungsi
jalan umum secara teknis dan administratif.
Kelaikan fungsi jalan umum secara teknis bila memenuhi persyaratan:
Teknis struktur perkerasan jalan
Teknis struktur bangunan pelengkap jalan
Teknis geometri jalan
Teknis pemanfaatan bagian-bagian jalan
Teknis penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas
Teknis perlengkapan jalan
Kelaikan fungsi jalan umum secara administratif apabila memenuhi persyaratan:
2) Pemeliharaan Jalan
Pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan
rehabilitasi yang dilaksanakan berdasarkan rencana pemeliharaan jalan.
Pelaksanaan pemeliharaan jalan harus memperhatikan keselamatan pengguna
jalan.
10-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
4.2
5.
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
12-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Setiap kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup;
Setiap kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan
hidup;
Setiap penanggung jawab kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil
kegiatan;
Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup
(Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 tahun 2007 tentang Dokumen
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup bagi Usaha dan/atau Kegiatan
yang Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Sistem jaringan jalan disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan
distribusi barang dan jasa untuk mengembangkan semua wilayah ditingkat nasional
dengan menghubungkan semua pusat simpul;
Persyaratan teknis jalan harus memenuhi ketentuan, keamanan, keselamatan dan
lingkungan;
Perencanaan teknis jalan harus dilakukan secara optimal dengan memperhatikan
aspek lingkungan hidup
Suatu ruas jalan umum dinyatakan laik fungsi secara administratif apabila
memenuhi persyaratan administrasi perlengkapan jalan, status jalan, kelas jalan,
kepemilikan tanah ruang milik jalan, leger jalan dan dokumen analisis mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
Dengan demikian maka lingkungan hidup harus dikelola dengan prinsip melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang sesuai, selaras dan seimbang untuk menunjang
pembangunan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu lingkungan
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan, sehingga tujuan pengelolaan
lingkungan hidup dapat terwujud.
5.2 Kebijakan Sektoral yang Terkait dengan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan
Kebijakan sektoral yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan
meliputi peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh sektor terkait dan
peraturan daerah. Peraturan perundang-undangan tersebut digunakan sebagai acuan
kerja dan rambu-rambu hukum serta kekuatan hukum dalam mendukung
penyelenggaraan jalan.
14-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
15-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
3. Tata Ruang
- Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
4. Pertanahan
- Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan
1. Jalan
- Undang-Undang
RI
nomor 38 tahun
2004 tentang
Jalan
- Peraturan
Pemerintah
RI nomor 34
tahun
2006 tentang
Jalan
- PP RI No.15
tahun 2005
tentang Jalan
Tol
- Kepmen PU No.
10/PRT/M/2008
tentang Jenis
Usaha
5. Kehutanan
- Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
- Permen Menteri Kehutanan No. P-14/Menhut-II/2006 tentang Pedoman
Pinjam Pakai Kawasan Hutan
6. Pertanian
- Instruksi Presiden RI Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Lahan Gambut di
Kalteng dan
7. Perhubungan
- Undang-undang RI No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Angkutan Jalan
- Undang-Undang RI No 23 tahun 2007 tentang Perkereta Apian
- Peraturan Pemerintah RI No 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan
9. Sosial
- Keppres RI No. 111 tahun 1999 ttg Pembinaan Kesejahteraan Sosial
Komunitas Adat Terpencil
10. Kebudayaan
- Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1992 tentang Cagar Budaya
- Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1993 tentang
11. Kebijakan Daerah
- Peraturan Daerah (Propinsi, Kabupaten, Kota)
- Keputusan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota)
12. Peraturan Terkait Lainnya
16-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
5.2.2 Pertanahan
Pada umumnya pembangunan jalan baru, pelebaran jalan dan perubahan alinyemen
akan memerlukan tanah. Untuk memenuhi kebutuhan tanah tersebut, maka perlu
dilakukan pengadaan tanah. Pengadaan tanah dilakukan sebelum pelaksanaan
konstruksi jalan dimulai.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan,
pada paragraf 4 Pengadaan Tanah, pasal 90 menjelaskan bahwa:
(1)
(2)
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara
memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan,
tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak
atas tanah. Penyelenggaraan pengadaan tanah diatur dalam:
- Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
- Peraturan Presiden nomor 65 tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden nomor 36 tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
- Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 2007 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006
tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 tahun 2005.
Dalam rangka pengadaan tanah untuk pembangunan jalan, maka harus mengikuti
aturan yang telah ditentukan mulai dari permohonan rencana pembangunan jalan,
permohonan penetapan lokasi hingga tata cara pengadaan tanah.
Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan dalam pengadaan
pembangunan jalan antara lain:
tanah untuk
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
luasnya tidak lebih dari 1 (satu) hektar, dapat dilaksanakan secara langsung melalui
jual beli, tukar menukar atau cara lain yang disepakati.
f) Nilai harga tanah akan ditentukan oleh tim penilai harga tanah yang dibentuk oleh
Panitia Pengadaan Tanah berdasarkan NJOP atau nilai nyata sebenarnya dengan
memperhatikan NJOP tahun berjalan dan dapat berpedoman pada variabel-variabel
yang berlaku.
g) Pelaksanaan
pembangunan
fisik
jalan
dapat
dimulai
setelah
penyerahan/pengesahan hak atas bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang
ada di atas tanah yang telah diganti rugi.
5.2.3 Kehutanan
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem pada komponen lahan yang di dalamnya
terdapat sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pohon-pohon dalam kesatuan
alam yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Hutan sebagai
salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat
cenderung menurun kondisinya. Oleh karena itu keberadaannya harus dipertahankan
secara lestari.
Peraturan perundang-undangan sektor kehutanan yang menjadi acuan dan terkait
dengan pembangunan bidang jalan di kawasan hutan adalah:
- Undang-Undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.14/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Pinjam
Pakai Kawasan Hutan
- Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan tentang
menjelaskan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Kehutanan
antara
lain
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
20-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan
Lalu Lintas Jalan disebutkan :
Pembinaan di bidang lalu lintas jalan yang meliputi aspek- aspek pengaturan,
pengendalian dan pengawasan lalu lintas harus ditujukan untuk keselamatan,
keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas. Di samping itu, dalam melakukan
pembinaan lalu lintas jalan juga harus diperhatikan aspek
kepentingan umum atau masyarakat pemakai jalan, kelestarian lingkungan, tata ruang,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hubungan internasional serta
koordinasi antar wewenang pembinaan lalu lintas jalan di tingkat pusat dan daerah
serta antar instansi, sektor dan unsur terkait lain- nya.
Di samping itu, untuk dapat lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam
penggunaan dan pemanfaatan jalan, diperlukan pula adanya ketentuan-ketentuan bagi
Pemerintah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan perencanaan, pengaturan,
pengawasan dan pengendalian lalu lintas dan juga dalam melaksanakan kegiatankegiatan perencanaan, pengadaan, pemasangan, dan pemeliharaan fasilitas
perlengkapan jalan di seluruh jaringan jalan primer dan sekunder yang ada di tanah air
22-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
baik yang merupakan Jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kota,
maupun Jalan Desa.
Untuk kepentingan baik pemerintah maupun masyarakat, maka dalam peraturan
pemerintah ini diatur ketentuan-ketentuan mengenai prasarana lalu lintas dan
angkutan jalan yang meliputi antara lain kelas jalan, jaringan lintas angkutan barang,
terminal penumpang dan barang fasilitas pejalan kaki, fasilits penyeberangan orang,
fasilitas parkir, rambu-rambu, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan lain
sebagainya di mana kesemuanya itu merupakan unsur penting dalam
menyelenggarakan lalu lintas dan angkutan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna
serta dalam rangka memberikan perlindungan keselamatan, keamanan, kemudahan
serta kenyamanan bagi para pemakai jalan.
Disebutkan dalam Permen tersebut Pasal 14 tentang Penetapan Jaringan Trayek dan
Pasal 15 tentang Penetapan Jaringan Lintas harus selalu mempertimbangkan beberapa
hal salah satu di antaranya adalah pertimbangan kelestarian lingkungan.
Dalam sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan sekunder yang mengacu pada
tata ruang wilayah seringkali rute atau koridor jalan berlintasan dengan jalur kereta
api. Jalur kereta api meliputi daerah manfaat jalan kereta api, daerah milik jalan kereta
api dan daerah pengawasan jalan kereta api termasuk bagian bawahnya serta ruang
bebas atasnya yang diperuntukan bagi lalu lintas kereta api.
Ketentuan tentang pembangunan jalan terkait dengan jalur kereta api mengacu pada:
-
Ketentuan tentang pembangunan jalan terkait dengan jalur kereta api antara lain
yaitu:
a. Apabila pembangunan jalan terdapat perlintasan dengan jalur kereta api, maka
harus mendapatkan izin yang diberikan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Darat;
b. Perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan di buat tidak sebidang;
c. Pengecualian terhadap ketentuan tersebut dapat dilakukan dengan tetap menjamin
keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan;
d. Pembangunan jalan yang berlintasan atau bersinggungan dengan jalur kereta api
harus dilaksanakan dengan ketentuan untuk kepentingan umum dan tidak
membahayakan perjalanan kereta api;
e. Pembangunan, pengoperasian, perawatan dan keselamatan perpotongan antar
jalur kereta api dan jalan menjadi tanggung jawab pemegang izin.
5.2.7 Sosial
Kegiatan pembangunan jalan seringkali menimbulkan dampak terhadap aspek sosial,
antara lain terhadap kondisi sosial komunitas rentan. Komunitas rentan adalah
kelompok sosial yang mencakup masyarakat adat termasuk komunitas adat terpencil
dan kelompok fakir miskin yang sangat potensial mengalami dampak dari
pembangunan jalan.
Apabila suatu ruas jalan melintasi atau berdekatan dengan pemukiman komunitas adat
maka perlu diperhatikan keberadaan komunitas adat tersebut. Kebijakan yang
23-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
mengatur komunitas adat terpencil adalah Keputusan Presiden nomor 111 tahun 1999
tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil.
-
Komunitas adat terpencil adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal,
terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan sosial,
ekonomi maupun politik di samping itu juga dicirikan antara lain oleh lokasinya
yang terpencil dan sulit dijangkau.
Potensi dampak sosial akibat pembangunan jalan dapat terjadi apabila dalam tahap
perencanaan tidak memperhatikan aspek lingkungan dan sosial. Terutama pada saat
penentuan rute atau koridor jalan yang melalui daerah komunitas rentan. Untuk
mencegah atau menghindari dampak sosial terhadap komunitas rentan di antaranya
pada saat pemilihan rute atau koridor jalan diupayakan tidak melalui atau mendekati
daerah komunitas rentan. Apabila rencana rute atau koridor jalan berada pada radius
kurang dari 10 (sepuluh) kilometer dari permukiman komunitas rentan, maka perlu
melakukan konsultasi dengan masyarakat dan instansi terkait. Dari hasil konsultasi
tersebut menjadi acuan utama untuk menetapkan rute atau koridor jalan yang akan
dibangun, serta untuk menangani dampak negatif sosial.
5.2.8 Budaya
Salah satu aspek kebudayaan yang perlu diperhatikan dalam pembangunan bidang
jalan adalah kawasan cagar budaya yaitu kawasan yang merupakan lokasi budaya
berupa bangunan yang bernilai tinggi dan situs purbakala. Kebijakan tentang benda
cagar budaya diatur dalam:
-
terkait
dengan
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
25-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Dalam mewujudkan visi tersebut, tidak terlepas dari tuntutan pelestarian lingkungan
hidup yang membawa implikasi perlunya pengembangan teknologi ramah lingkungan,
konservasi, penerapan tata ruang secara konsisten, penerapan teknologi tepat guna,
sederhana dan mutakhir, serta keterlibatan masyarakat.
Berbagai kebijakan pemerintah dan pedoman di bidang kebinamargaan dan
lingkungan hidup serta kebijakan sektor terkait menjadi acuan kerja dan rambu-rambu
serta kekuatan hukum dalam mendukung pelaksanaan pembangunan bidang jalan
demi tercapainya azas pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
hidup.
Prinsip dasar kebijakan tersebut adalah menerapkan pertimbangan lingkungan hidup
dalam siklus pembangunan bidang jalan (siklus proyek) pada setiap tahap kegiatan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan
jalan serta evaluasi pembangunan jalan.
Dengan menerapkan pertimbangan lingkungan sebagai upaya pengelolaan lingkungan
pada setiap tahapan kegiatan tersebut maka pembangunan bidang jalan telah
menerapkan prinsip dasar pembangunan jalan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan hidup. Penerapan pertimbangan lingkungan dalam pembangunan bidang
jalan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat digambarkan dalam
gambar 5.2.
Dari siklus tersebut dapat dilihat kapan seharusnya masing-masing tahapan studi
lingkungan seharusnya dilaksanakan. Apabila tahapan studi dalam siklus ini
diikuti/dilaksanakan sebagaimana mestinya maka studi lingkungan tidak akan menjadi
hambatan untuk tahapan kegiatan selanjutnya. Persetujuan AMDAL atau UKL/UPL tidak
akan menghambat dimulainya pelaksanaan konstruksi sekaligus pembangunan jalan
yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dapat tercapai.
26-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
PERENCANAAN UMUM
PENYARINGAN LINGKUNGAN AWAL/
INFORMASI ASPEK LINGKUNGAN
PRASTUDI KELAYAKAN
PENYARINGAN LINGKUNGAN /
PELINGKUPAN
- Pra study kelayakan
- Survey lapangan
- Data teknis (LH & Ekonomi)
-
STUDI KELAYAKAN
AMDAL ATAU UKL/UPL
- As build drawing
- RKL/UKL-RPL/UPL
- SOP
- Studi Kelayakan
- Amdal. UKL/UPL
- Data Teknis, LH & Ekonomi
KONSTRUKSI
PERENCANAAN TEKNIS
PRA-KONSTRUKSI
Dokumen kontrak (ketentuan umum,
gambar rencana, spesifikasi umum ,
spesifikasi khusus, Bill Of Quantity)
RKL/UKL-RPL/UPL, SOP
PROSES/IMPLEMENTASI/PEMANTAPAN
PENGADAAN TANAH [LARAP]
27-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
28-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Perencanaan umum
Pra studi kelayakan
Studi kelayakan
Perencanaan teknis
2) Pembangunan jalan
- Pengadaan tanah
- Pelaksanaan konstruksi jalan
- Pengoperasian dan pemeliharaan jalan
3) Evaluasi pasca pembangunan jalan
- Evaluasi dan pengkajian hasil pembangunan jalan
Pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan mencakup kegiatan perencanaan
pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan, pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup bidang jalan dan pemantauan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan.
- Perencanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan adalah kegiatan
merencanakan dan menentukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan hidup
pada tahap perencanaan pembangunan bidang jalan;
- Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan adalah suatu kegiatan
yang menerapkan atau melaksanakan upaya-upaya pengelolaan lingkungan
hidup bidang jalan yang telah direncanakan atau direkomendasikan pada tahap
perencanaan untuk tahap pelaksanaan pembangunan jalan;
- Pemantauan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan adalah kegiatan
pemantauan dan evaluasi atas segala upaya-upaya yang sedang dilakukan atau
telah dilakukan sejak perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan jalan.
Hasil dari pemantauan menjadi bahan evaluasi terhadap kegiatan pembangunan
jalan.
Gambaran umum lingkup kegiatan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan
disajikan pada tabel 6.1, tabel 6.2 dan tabel 6.3.
Lokasi pengelolaan lingkungan hidup mencakup lokasi tapak proyek jalan, sumber
material beserta jalur pengangkutan material dan base camp (lokasi kantor proyek,
bengkel, barak pekerja, stockpile, lokasi penyimpanan dan pengoperasian alat
berat dan lain-lain).
Tabel 6.1. Lingkup Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan
No.
1.
Kegiatan
Perencanaan Umum Jaringan
Jalan
29-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
No.
Kegiatan
2.
3.
Studi Kelayakan
4.
Perencanaan Teknis
5.
Catatan:
Penyusunan dokumen lingkungan sesuai hasil penyaringan (AMDAL atau UKLUPL) wajib dilakukan.
Penyusunan dokumen sosial baik akibat pengadaan tanah maupun akibat
melintasi daerah komunitas rentan (komunitas adat dan/atau fakir miskin)
sangat disarankan agar pembangunan jalan dapat diterima dan didukung oleh
komunitas setempat.
Kegiatan
1.
Pengadaan Tanah
2.
Konstruksi Jalan
a.
Persiapan Konstruksi
a1. Mobilisasi tenaga kerja
a2. Mobilisasi peralatan berat
a3. Pembuatan jalan
masuk/akses
a4. Pembangunan base camp
b.
Pelaksanaan Konstruksi
b1. Di lokasi proyek
1) Pembersihan lahan
2) Pekerjaan tanah
3) Pekerjaan drainase
30-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
4) Pekerjaan konstruksi
badan jalan
5) Pekerjaan jembatan
6) Penghijauan dan
pertamanan
7) Pemasangan perlengkapan
jalan
8) Penanganan sisa
pembersihan lahan dan
sisa pekerjaan konstruksi
b2. Lokasi sumber material
1) Pengambilan material
bangunan dari quarry
2) Pengangkutan material
bangunan
3.
Pengoperasian dan
Pemeliharaan Jalan
a.
Pengoperasian jalan
b.
Pemeliharaan jalan
Kegiatan
1.
Perencanaan Jalan
2.
Pengadaan Tanah
3.
Konstruksi Jalan
31-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
5.
Secara umum studi lingkungan pada tahap pra konstruksi/perencanaan perlu sudah
dilaksanakan dengan baik, meskipun waktu pelaksanaannya terkadang tidak sesuai
dengan tahapan seperti yang digambarkan pada gambar 5.2. Sayangnya terkadang
hasil studi tersebut hanya berhenti sampai pada tahap studi/rencana, dan tidak
diaplikasikan dalam pengelolaan lingkungan dalam tahap konstruksi maupun
operasional. Beberapa kendala yang menyebabkan hal ini antara lain adalah: hasil
studinya sendiri tidak bisa diintegrasikan dalam desain/pelaksanaan konstruksi;
kendala lainnya adalah tidak ada satu klausul pun dalam dokumen lelang/dokumen
kontrak menyinggung masalah bagaimana pengelolaan lingkungan seharusnya
dilaksanakan dalam pekerjaan konstruksi dan juga menyangkut masalah
pembiayaannya, sehingga dalam pelaksanaan konstruksinya sendiri tidak ada
kekuatan hukum yang mengikat kontraktor untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan
dampak lingkungan.
Monitoring pelaksanaan pengelolaan lingkungan selama proses konstruksi dan
operasional juga masih sangat lemah pelaksanaannya.
Uraian secara umum mengenai perencanaan, pelaksanaan
lingkungan hidup bidang jalan disajikan pada butir berikut.
7. PERENCANAAN
JALAN
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
dan
HIDUP
pemantauan
BIDANG
32-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
33-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
1. Kawasan Hutan
2.
1.
5. Daerah Komunitas Rentan
6. Kawasan Komersial, Permukiman dan
Lahan Produktif
7. Kawasan Khusus
2.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
34-53
Cagar Alam
Suaka Margasatwa
Daerah Pengungsian Satwa
Taman Nasional
Taman Hutan Raya
Taman Wisata Alam
Taman Buru
Hutan Lindung
Lahan Basah
Kawasan Resapan Air
Sempadan Sungai
Sempadan Pantai
Kawasan Sekitar Danau/Waduk
Kawasan Sekitar Mata Air
Pantai Berhutan Bakau
Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya
Kawasan Rawan Bencana Alam
Daerah Berlereng Curam
Cagar Budaya dan Bangunan
Monumental
Areal/Tempat Dilindungi
Komunitas Adat, termasuk Komunitas
Adat Terpencil (KAT)
Kelompok Fakir Miskin
Kawasan Komersial
Kawasan Permukiman
Lahan Produktif
Kawasan Sekolah
Kawasan Rumah Sakit
Perpotongan Jalan dengan Jalur
Kereta Api
Kawasan Perbatasan Negara
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
c. Konsultasi Masyarakat
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan,
masyarakat dapat ikut berperan dalam pengaturan, pembinaan, pembangunan dan
pengawasan jalan.
Konsultasi masyarakat merupakan suatu forum keterlibatan masyarakat dalam
proses penyelenggaraan jalan. Pada saat pemilihan alternatif rute rencana
pembangunan jalan perlu dilakukan konsultasi dengan masyarakat untuk
menampung pendapat, usulan, saran dan tanggapan sebagai bahan pertimbangan
untuk pemilihan rencana rute jalan.
Konsultasi masyarakat dilaksanakan dengan berbagai metode dan dengan berbagai
pemangku kepentingan antara lain yang mewakili golongan/kelompok masyarakat
yang terkena proyek, mewakili instansi, lembaga swadaya masyarakat, mewakili
kelompok profesi, dan mewakili instansi pemerintah daerah.
7.2 Pra Studi Kelayakan
Kegiatan pada tahap ini adalah penentuan alternatif koridor jalan, rute jalan
(alinyemen) termasuk menganalisis kelayakan (sementara) tiap alternatif koridor
tersebut berdasarkan pertimbangan teknis, ekonomi, finansial dan lingkungan hidup.
Penerapan aspek lingkungan hidup pada tahap ini adalah penyaringan jenis studi
lingkungan (environmental screening) dan pelingkupan isu lingkungan yang perlu
dikaji dalam studi lingkungan.
a. Penyaringan Jenis Studi Lingkungan
Studi lingkungan untuk suatu rencana kegiatan merupakan salah satu usaha
pengelolaan lingkungan hidup. Studi lingkungan diperlukan dalam rangka
mencegah, mengurangi dan menanggulangi potensi dampak yang ditimbulkan
kegiatan pembangunan jalan.
Pada tahap perencanaan umum diperlukan penyaringan jenis studi lingkungan
berdasarkan pertimbangan kriteria dampak penting, peraturan tentang jenis
kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL atau wajib dilengkapi UKL-UPL. Hasil dari
penyaringan ini adalah jenis kajian studi lingkungan yang harus dilaksanakan untuk
suatu rencana kegiatan apakah itu AMDAL, UKL/UPL atau SOP/wajib membuat
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Studi kajian lingkungan tersebut akan dilakukan pada tahap studi
kelayakan/Perencanaan.
b. Pelingkupan Isu Lingkungan
Pelingkupan isu lingkungan merupakan kajian awal lingkungan hidup yang berupa
penentuan pelingkupan dampak potensial berdasarkan identifikasi dampak,
evaluasi dan klasifikasi dampak serta prioritas dampak penting. Hasil pelingkupan
ini selanjutnya merupakan bahan penyusunan Kerangka Acuan ANDAL.
Hasil kajian awal lingkungan ini juga merupakan bagian dari laporan pra studi
kelayakan.
7.3 Studi Kelayakan
35-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Kegiatan utama studi kelayakan dalam rencana pembangunan bidang jalan mencakup
analisis kelayakan teknis, kelayakan finansial dan ekonomi serta kelayakan lingkungan.
Analisis kelayakan lingkungan dilaksanakan melalui studi lingkungan hidup yaitu
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Studi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup merupakan bagian dari studi kelayakan.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup merupakan syarat yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan penetapan kelayakan lingkungan yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang. Pernyataan layak lingkungan hidup suatu rencana pembangunan
bidang jalan harus dinyatakan dalam dokumen AMDAL atau UKL-UPL sebagai
kesimpulan dari hasil studi lingkungan. Menteri, gubernur, bupati/walikota akan
menerbitkan izin lingkungan bagi suatu rencana usaha/kegiatan yang sudah
mendapatkan penetapan kelayakan Lingkungan (Pasal 36 Undang-undang No. 32
tahun 2009). Di samping itu pemrakarsa rencana pembangunan bidang jalan juga
wajib memberikan pernyataan akan melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana
pengelolaan lingkungan hidup.
7.3.1 Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan kegiatan.
Hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup digunakan sebagai bahan
perencanaan pembangunan. Oleh karena itu dalam dokumen AMDAL seyogyanya
sudah mengantisipasi potensi-potensi dampak lingkungan yang penanganannya perlu
dimasukkan/diintegrasikan dalam desain jalan, termasuk juga sudah mengantisipasi
diperlukannya perlengkapan jalan untuk keselamatan pemakai jalan. AMDAL
disiapkan oleh pemrakarsa atau penanggung jawab kegiatan.
Pemrakarsa kegiatan menyusun dokumen konsep AMDAL (Dokumen Kerangka Acuan,
Analisis Dampak Lingkungan Hidup, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup) kemudian diajukan kepada Komisi Penilai di
tingkat pusat atau di tingkat daerah. Selanjutnya dokumen konsep AMDAL dinilai oleh
Komisi Penilai dan berdasarkan hasil penilaian akan diterbitkan kesepakatan untuk
Kerangka Acuan dan keputusan kelayakan lingkungan hidup terhadap kegiatan yang
direncanakan tersebut. Menteri, gubernur, bupati/walikota akan menerbitkan izin
lingkungan bagi suatu rencana usaha/kegiatan yang sudah mendapatkan penetapan
kelayakan lingkungan
a. Penyusunan AMDAL
Tata cara penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan telah diatur dalam
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 08 tahun 2006 tentang
Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Dalam Pedoman tersebut diatur tata cara penyusunan Kerangka Acuan Analisis
Dampak Lingkungan (KA-ANDAL), penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(ANDAL), penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan
penyusunan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
36-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Hal penting dalam proses penyusunan AMDAL adalah keterlibatan masyarakat dan
keterbukaan informasi kepada masyarakat yang terkait dengan rencana
pembangunan jalan. Prosedur pelaksanaan keterlibatan masyarakat dan
keterbukaan informasi berdasarkan keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08 Tahun
2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses
AMDAL. Dalam proses ini masyarakat menyampaikan aspirasi, keluhan dan nilainilai yang dimiliki masyarakat, serta usulan penjelasan masalah dari masyarakat
yang berkepentingan untuk memperoleh keputusan yang terbaik.
b. Penilaian Dokumen AMDAL
Tata cara penilaian AMDAL diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27
tahun 1999 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun
2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup. Komisi Penilai AMDAL di tingkat pusat dibentuk oleh Menteri Negara
Lingkungan Hidup, di tingkat Provinsi oleh Gubernur, di tingkat Kabupaten oleh
Bupati dan ditingkat Kota oleh Walikota. Komisi Penilai mempunyai fungsi
memberikan masukan dan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
kesepakatan kerangka acuan dan kelayakan lingkungan hidup atas rencana
kegiatan. Komisi penilai dibantu oleh tim teknis dan sekretariat Komisi Penilai.
Penilaian Dokumen AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL) dilakukan oleh
Komisi Penilai AMDAL, dengan ketentuan sebagai berikut:
-
Rencana kegiatan pembangunan jalan yang melintasi lebih dari satu wilayah
provinsi, dan untuk kegiatan yang bersifat strategis di wilayah sengketa
dengan negara lain, di wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil laut dari
pantai ke laut lepas dan/atau di lintas batas Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan negara lain, dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL Pusat (di
Kementerian Negara Lingkungan Hidup/KLH);
Rencana kegiatan pembangunan jalan yang melintasi lebih dari satu kabupaten
atau
kota,
dinilai
oleh
Komisi
Penilai
AMDAL
Provinsi
(di
Bapedalda/BPLHD/Dinas Lingkungan Hidup Provinsi);
Rencana kegiatan pembangunan jalan yang berlokasi dalam wilayah satu
kabupaten atau kota dan yang bersifat strategis yaitu pembangunan jalan tol
dengan skala semua besaran, dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL Kabupaten
atau Kota (di Bapedalda/ BPLHD/ Dinas Lingkungan Hidup kabupaten atau
kota).
37-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
- Apabila melebihi jangka waktu tersebut, maka Kerangka Acuan dianggap telah
disepakati.
Hasil dari penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah berupa Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup dengan ketentuan sebagai berikut:
- Keputusan kelayakan lingkungan hidup terhadap rencana kegiatan akan
diterbitkan oleh:
a.
b.
c.
d.
38-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
akan
39-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
7.5 Penyiapan
Dokumen
Lelang
dan
Dokumen
Kontrak
yang
Mencantumkan Persyaratan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup
40-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Pengadaan tanah untuk lokasi pembangunan jalan merupakan salah satu kegiatan
yang berpotensi menimbulkan dampak negatif penting terhadap kondisi sosial
ekonomi budaya masyarakat yang terkena pembebasan tanah. Seringkali pekerjaan
konstruksi jalan terhambat bahkan tidak dapat dilaksanakan karena pengadaan tanah
berlarut-larut. Untuk mencegah dan mengurangi dampak sosial ekonomi budaya
masyarakat, maka perlu dilakukan kajian sosial ekonomi budaya yang obyektif dan
akurat. Hal tersebut dilakukan dalam rangka penyusunan rencana pengadaan tanah
dan pemukiman kembali (LARAP). Penyusunan rencana pengadaan tanah dan
permukiman kembali dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terinci tentang
penduduk yang terkena dampak pengadaan tanah, jenis dan besaran kerugian yang
mungkin terjadi. Tujuannya adalah untuk menyusun rencana tindak dalam
penanganan dampaknya, terutama dalam upaya pemulihan dan peningkatan sosial
ekonomi penduduk yang terkena dampak. Dalam proses penyusunan LARAP
diperlukan konsultasi masyarakat untuk mendapatkan informasi, saran, pendapat,
harapan dan kesepakatan yang akan menjadi acuan dalam proses pengadaan tanah
yang akan dilaksanakan.
Berbeda dengan penyiapan dokumen AMDAL atau UKL/UPL yang sifatnya wajib untuk
disiapkan/dibuat untuk mendapatkan rekomendasi kelayakan lingkungan suatu
rencana kegiatan, dan keharusannyapun diatur oleh Undang-Undang/Peraturan
Pemerintah/Peraturan Menteri, maka penyiapan dokumen LARAP dalam pengadaan
lahan sifatnya adalah himbauan/anjuran. Tidak ada peraturan yang mengharuskan
pembuatannya/penyusunannya, yang ada adalah peraturan bagaimana pengadaan
tanah tersebut dilaksanakan. Studi analisis dampak sosial (yang menghasilkan
rekomendasi berupa dokumen LARAP) merupakan kajian lanjutan yang lebih
mendalam dari kajian aspek sosial dalam dokumen AMDAL/UKL-UPL. Pelaksanaan
studinya bisa dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan studi AMDAL/UKL-UPL.
41-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
akibat
akibat
akibat
akibat
42-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
2) Pelaksanaan konstruksi
a) Penanganan dampak akibat pembersihan lahan
b) Penanganan dampak akibat pekerjaan tanah
c) Penanganan dampak akibat pekerjaan drainase
d) Penanganan dampak akibat pekerjaan badan jalan
e) Penanganan dampak akibat pekerjaan jembatan
f) Penghijauan dan pertamanan
g) Penanganan dampak akibat pemasangan perlengkapan jalan
h) Penanganan dampak akibat sisa pembersihan lahan dan sisa pekerjaan
konstruksi
b. Di lokasi quarry dan jalur angkutan material
1) Penanganan dampak akibat pengambilan material bangunan di quarry
2) Penanganan dampak akibat pengangkutan material bangunan
c. Di lokasi basecamp
Penanganan dampak akibat pengoperasian base camp.
Pemantapan RKL atau UKL mungkin diperlukan apabila terjadi perubahan atau revisi
desain saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
8.3 Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan
Kegiatan pada tahap ini adalah pengoperasian jalan dan pemeliharaan jalan agar
dapat dimanfaatkan sesuai standar pelayanan yang diinginkan pemrakarsa dan
pengguna jalan.
Dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan dan perlu dikelola pada saat
pengoperasian jalan terutama adalah pencemaran udara, kebisingan, timbulnya
getaran, terganggunya stabilitas tanah, terjadinya genangan air, resiko kecelakaan lalu
lintas dan perubahan penggunaan lahan. Sedangkan dampak positif berupa
meningkatnya pelayanan jalan perlu terus dikelola agar dapat ditingkatkan.
Lingkup pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap ini yang mencakup
kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan jalan adalah:
a.
b.
Penanganan
Penanganan
Penanganan
Penanganan
Penanganan
dampak
dampak
dampak
dampak
dampak
9. PEMANTAUAN
JALAN
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
HIDUP
BIDANG
43-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
improvement).
9.1 Pemantauan pada Tahap Perencanaan
Pemantauan pada tahap perencanaan mencakup pemantauan terhadap kegiatan
perencanaan umum, pra studi kelayakan, studi kelayakan, dan perencanaan teknis
jalan yang mengintegrasikan dan menerapkan aspek lingkungan pada setiap
kegiatannya.
9.2 Pemantauan pada Tahap Pengadaan Tanah
Lingkup pemantauan lingkungan hidup mencakup pemantauan terhadap pelaksanaan
kegiatan pengadaan tanah dan komponen sosial ekonomi budaya yang terkena
dampak pembebasan tanah. Secara umum komponen sosial ekonomi budaya yang
perlu dipantau mencakup:
1)
2)
3)
4)
5)
Keresahan masyarakat;
Hilangnya aset;
Hilangnya mata pencaharian;
Terganggunya kegiatan sosial ekonomi budaya;
Tingkat kehidupan PTP.
44-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
45-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
46-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
d)
e)
f)
g)
h)
47-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Memberi masukan tentang tata cara pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan
serta rekomendasi yang diperlukan;
Memantau pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan yang
dilaksanakan oleh pemrakarsa;
48-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sebagai
pengelola utilitas, energi, transportasi dan lain-lain.
Perusahaan swasta yang bergerak di lingkungan/sektor-sektor terkait dengan
Pemerintah.
10.2.4 Masyarakat
Masyarakat adalah perorangan maupun kelompok yang terkena dampak pekerjaan
jalan atau yang berkepentingan terhadap kelestarian lingkungan hidup. Termasuk
kedalam kelompok masyarakat ini adalah:
a)
b)
c)
d)
Peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan, antara lain
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)
b)
c)
11.
PEMBIAYAAN
49-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Pada tahap ini diperlukan biaya untuk pelaksanaan studi AMDAL atau UKL dan
UPL, bila rencana kegiatan yang bersangkutan termasuk kategori wajib
dilengkapi dokumen AMDAL atau UKL dan UPL.
Jika studi AMDAL atau UKL dan UPL ini dilaksanakan bersamaan dengan Studi
Kelayakan (oleh konsultan yang sama), anggaran biayanya merupakan bagian
dari studi kelayakan. Namun, sering kali studi AMDAL atau UKL dan UPL
dilaksanakan tersendiri oleh konsultan bidang lingkungan hidup, sehingga
anggaran biayanya tersendiri.
Anggaran biaya studi AMDAL atau UKL dan UPL secara umum mencakup
komponen-komponen biaya personel, peralatan dan material, survai lapangan,
analisis laboratorium, serta penyusunan laporan termasuk presentasi dan
pembahasan di Komisi Penilai AMDAL.
4) Perencanaan Teknis
Untuk dapat memahami secara baik isi RKL atau UKL yang akan dijabarkan
dalam desain teknis, maka diperlukan tenaga ahli lingkungan. Biaya tenaga ahli
lingkungan tersebut harus sudah dimasukkan dalam anggaran perencanaan
teknis.
b. Kegiatan Pengadaan Tanah
Anggaran biaya pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pengadaan tanah
adalah biaya pengadaan tanah termasuk biaya rehabilitasi penduduk terkena
dampak seperti tercantum dalam Rencana Pengadaan Tanah (LARAP).
c. Kegiatan Konstruksi Jalan
Anggaran biaya pengelolaan lingkungan hidup pada tahap konstruksi seharusnya
termasuk dalam biaya pekerjaan konstruksi. Hal ini harus ditegaskan baik dalam
dokumen lelang maupun dokumen kontrak pekerjaan konstruksi jalan.
d. Pengoperasian dan Pemeliharaan Jalan
Anggaran biaya pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pengoperasian dan
pemeliharaan jalan seharusnya termasuk dalam biaya pekerjaan pemeliharaan
jalan.
11.2 Biaya Pemantauan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup
a. Perencanaan Jalan
Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap
perencanaan seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pekerjaan perencanaan,
atau dianggarkan secara khusus dalam anggaran rutin instansi pelaksana
pekerjaan perencanaan.
b. Kegiatan Pengadaan Tanah
Anggaran biaya pemantauan pengelolaan lingkungan hidup pada tahap pengadaan
tanah seharusnya termasuk dalam anggaran biaya pengadaan tanah, atau
dianggarkan secara khusus dalam anggaran rutin instansi pelaksana pengadaan
tanah.
c. Kegiatan Konstruksi Jalan
50-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
12. PENUTUP
Pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup bidang jalan ini, harus
terintegrasi dalam pengelolaan (manajemen) pembangunan jalan secara keseluruhan.
Untuk keperluan itu, koordinasi dan konsultasi antar instansi terkait mutlak diperlukan,
dan peranan Pemimpin Proyek (Satuan Kerja atau Pejabat Pembuat Komitmen/PPK)
selaku pemrakarsa atau pengelola pekerjaan sehari-hari sangat penting.
Yang dimaksud dengan pemimpin proyek di sini adalah semua pemimpin proyek
bidang perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan, selaku pemrakarsa kegiatan,
yang masing-masing secara berkesinambungan bertanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup pada tiap tahap kegiatan pembangunan
jalan.
Agar
proses
pengelolaan
lingkungan
hidup
dapat
terlaksana
secara
berkesinambungan, semua dokumen mengenai lingkungan hidup (AMDAL, UKL dan
UPL, LARAP, Laporan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan
LIngkungan) yang dibuat oleh pemimpin proyek pada tahap tertentu, harus
diserahterimakan kepada pemimpin proyek tahap berikutnya, sebagai satu kesatuan
dengan dokumen teknis, untuk digunakan sebagai arahan pengelolaan lingkungan
hidup tahap berikutnya (lihat Gambar 12.1).
51-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
52-53
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Gambar 12.1
Bagan Peran Unit/Penanggung Jawab/Pimpinan Proyek dalam Pengelolaan
Lingkungan Proyek Jalan yang Berkesinambungan
Unit/Penanggung
Jawab/Pemimpin
Proyek
Perencanaan
Penyusunan
dokumen
AMDAL atau
UKL dan UPL,
Desain,
Spesifikasi
Teknis,
LARAP
Unit/Penanggung
Jawab/Pemimpin
Proyek
Pengadaan Tanah
Unit/Penanggung
Jawab/Pemimpin
Proyek Konstruksi
Unit/Penanggung
Jawab/Pemimpin
Proyek
Pemeliharaan dan
Rehabilitasi
Pengadaan
Tanah
termasuk
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Laporan
Pelaksanaan
Pengadaan
Tanah, termasuk
Laporan
Pelaksanaan
Pengelolaan
dan
Pemantauan
Lingkungan
Hidup
Pelaksanaan
Pekerjaan
Konstruksi
termasuk
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Laporan
Pelaksanaan
Pekerjaan
Konstruksi
termasuk
Laporan
Pemantauan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Evaluasi Kualitas
Lingkungan
Hidup
Pasca Proyek
53-53
Pemanfaatan,
Pemeliharaan,
Rehabilitasi
termasuk
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
Laporan
Pelaksanaan
Pemeliharaan dan
Rehabilitasi
termasuk
Laporan
Pelaksaaan
Pengelolaan dan
Pemantauan
Lingkungan
Hidup
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
Lampiran 1.
Kriteria (Ciri-Ciri) Daerah Sensitif dan Tujuan Perlindungannya
No.
Kriteria (Ciri-Ciri)
Kawasan Hutan
Taman Nasional
Tujuan Perlindungan
Pengembangan pendidikan,
rekreasi dan pariwisata, serta
[eningkatan kualitas
lingkungan sekitarnya dan
perlindungan dari pencemaran
Cagar Alam
Kawasan yang ditunjuk mempunyai keaneka ragaman
jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistemnya;
Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit
penyusun;
Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya
yang masih asli dan tidak atau belum diganggu
manusia;
Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang
pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga
yang cukup luas;
Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satusatunya contoh di suatu daerah serta keberadaanya
memerlukan upaya konservasi
Melindungi keanekaragaman
biota, tipe ekosistem, gejala
dan keunikan alam bagi
kepentingan plasma nutfah,
ilmu pengetahuan dan
pembangunan pada umumnya
Suaka Margasatwa
Kawasan yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan
perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu
dilakukan upaya konservasinya.
Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang
tinggi
Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa
migrant tertentu
Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis
satwa yang bersangkutan
1-5
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
No.
6
Kriteria (Ciri-Ciri)
Tujuan Perlindungan
Taman Buru
Areal yang ditunjuk mempunyai luas yang cukup dan
lapangannya tidak membahayakan; dan/atau
Terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan
sehingga memungkinkan perburuan secara teratur
dengan mengutamakan segi rekreasi, olahraga dan
kelestarian satwa.
Hutan Lindung
Kawasan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis
tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175,
dan/atau
Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan >
40 %, dan/atau
Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian diatas
permukaan laut > 2.000 m.
Sempadan Sungai
Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai
besar dan 50 m di kiri kanan anak sungai yang berada
di luar permukiman;
Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa daerah
sepanjang sungai yang diperkirakan cukup untuk
dibangun jalan inspeksi (10 15 meter).
Sempadan Pantai
Daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional
dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100
meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
2-5
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
No.
Kriteria (Ciri-Ciri)
Tujuan Perlindungan
Areal/Tempat Dilindungi
Dianggap sebagai tempat keramat yang dipercayai
masyarakat
Sebagai tempat acara ritual tradisional
3-5
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
No.
1
Kriteria (Ciri-Ciri)
Komunitas Adat
Kehidupannya sudah sangat erat dengan wilayah
nenek moyangnya dan sumber alam di dalamnya;
Adanya lembaga sosial, ekonomi, dan budaya
setempat;
Dapat memiliki identitas atau tidak sebagai kelompok
dan budaya yang khas
Tujuan Perlindungan
Kawasan Komersial
Tempat kegiatan transaksi barang atau jasa sangat
tinggi
Tempat pengumpulan dan distribusi komoditas
perdagangan
Mepertahankan kelancaran
kegiatan komersial, dan
mencegah terjadinya
pencemaran/kerusakan
4-5
PEDOMAN UMUM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BIDANG JALAN
No.
Kriteria (Ciri-Ciri)
Dilengkapi fasilitas pendukung yang baik
Tujuan Perlindungan
lingkungan
Kawasan Permukiman
Kepadatan penduduk minimal 250 jiwa / ha dan
dilengkapi fasos dan fasum
Mencegah terjadinya
gangguan ketentraman dan
kenyamanan serta kesehatan
penghuni permukiman
Lahan Produktif
Diandalkan sebagai sumber pendapatan ekonomi
untuk kehidupan pemiliknya;
Diandalkan sebagai kawasan penghasil komoditas
dengan nilai ekonomi tinggi
Mempunyai peran sosial yang tinggi khususnya dalam
penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat petani
Kawasan Khusus
Mencegah terjadinya
gangguan terhadap
ketentraman suasana sekitar
rumah sakit
Mencegah terjadinya
kecelakaan lalu lintas terhadap
penyeberang jalan khususnya
anak-anak sekolah dan
mencegah gangguan proses
belajar dan mengajar akibat
kebisingan lalu lintas
kendaraan bermotor
Mencegah terjadinya
gangguan terhadap
keselamatan dan kelancaran
perjalanan kereta api maupun
lalu lintas di jalan
5-5