Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama Pasien
Umur
Berat/ tinggi badan
Pekerjaan
Agama
Alamat
: Tn. S
: 60 Tahun
: 55 kg/ cm
: Petani
: Islam
: Mrajan Ngrayun
Suku
: Jawa
No. RM
Tanggal Masuk RS
Tanggal Operasi
: 31xxxxx
: 19 Oktober 2014
: 20 Oktober 2014
Bangsal
: Flamboyan
II.
Macam Operasi
: Laparotomy
Macam Anestesi
: General Anestesi
KEADAAN UMUM
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Respirasi
I.
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Perut kembung
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan mengeluhkan perut kembung dan tidak bisa
kentut selama 6 hari SMRS. Pasien mengatakan masih bisa BAB sedikit. 3
hari SMRS pasien muntah-muntah, perut terasa kencang, dada sesak. 1 hari
SMRS pasien dibawa ke mantri dan diberi obat tetapi tidak ada pebaikan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat operasi disangkal
Riwayat mondok di rumah sakit disangkal
Riwayat batuk lama disangkal
Riwayat asma atau sesak nafas disangkal
Riwayat alergi obat disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Pasien tidak sedang dalam pengobatan suatu penyakit tertentu dan
tidak mengkonsumsi obat-obatan apapun.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat anggota keluarga yang menderita keluhan serupa disangkal
Riwayat penyakit diabetes melitus atau kencing manis disangkal
Riwayat penyakit hipertensi atau darah tinggi disangkal
Anamnesis Sistem
Sistem Cerebrospinal
Sistem Cardiovascular
Sistem Respiratorius
Sistem Gastrointestinal
Sistem Urogenital
: BAK lancar
Sistem Integumentum
Sistem Muskoloskeletal
Kebiasaan/Lingkungan :
Riwayat merokok dan konsumsi alkohol disangkal.
II.
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorak
Inspeksi
Palpasi
: Inspeksi
: sonor
: distensi (+), Darm contour (-), Darm
steifung (-)
Ekstremitas
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Hipertimpani
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal : 19 Oktober 2014
Parameter
WBC
Lymphy
Mid#
Gran#
Lymph%
Mid%
Hasil
12,8
O,8
2,0
10,0
5,9
15,7
Range
4.0-10.0
0.8-4.0
0.1-1.5
2.0-7.0
20.0-40.0
3.0-15.0
III.
Gran%
78,4
50.0-70.0
HGB
RBC
HCT
MCH
MCV
MCHC
RDW-CV
RDW-SD
10,6
4,26
30,7
24,9
72,0
34,6
16,2
45,1
11.0-16.0
3.50-5.50
37.0-54.0
27.0-34.0
80-100
32.0-36.0
11.0-16.0
35.0-56.0
PLT
MPV
PDW
PCT
278
7,7
15,6
2,14
100-300
6.5-12.0
9.0-17.0
0.108-0.282
Glukosa
132
<140 mg/dl
BT
CT
2 menit
8 menit
1-5 menit
5-11 menit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Abdomen 3 posisi : Kesan : tampak adanya obstruksi letak rendah
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik serta laboratorium, maka:
Diagnosa pre-operatif : Ileus Obstruktif
Status operatif
V.
: ASA 3
TINDAKAN ANESTESI
1. Di Ruang Operasi
a. Cek Persetujuan Operasi
b. Periksa tanda vital dan keadaan umum
c. Lama Puasa 8 jam
d. Cek obat-obatan dalam alat anestesi
e. Infus Rl 20 tetes/menit
f. Posisi Supine
g.Katater : terpasang
2. Di Ruang Operasi
Anestesi mulai
:
11.15
Operasi mulai
Anestesi selesai
: 11.30
Keadaan pre-operarif
Jenis Anestesi
Maintenance
Untuk mempertahankan status anestesi digunakan kombinasi O2 3 L/
menit, N2O 3 L/ menit, fluothane 30 cc. Selain itu juga diberikan
dexamethasone 10 mg.
Selama tindakan anestesi berlangsung, tekanan darah dan nadi senantiasa
di kotrol setiap 5 menit. Tekanan darah sistolik berkisar antara 110-120
mmHg, dan 50-60 mmHg untuk diastolik. Infus RL diberikan pada
penderita sebagai cairan rumatan.
Nadi
TD
120/70
120/70
Sp02
100
100
10
115/60
100
15
115/60
100
20
110/60
100
25
110/60
100
5
30
115/70
100
35
110/60
100
40
110/60
100
45
110/60
100
50
115/70
100
55
115/70
100
60
110/60
100
65
110/60
100
Setelah pasien sadar, pasien tidur dengan bantalan sehingga posisi kepala
ekstensi selama 24 jam, pasien belum boleh duduk dan berdiri.
Jika pasien sadar penuh dan peristaltik (+), coba makan dan minum
Pemeriksaan Laboratorium
Tangggal : 23 Oktober 2014
Parameter
WBC
Lymph#
Mid#
Gran#
Lymph%
Mid%
Gran%
Hasil
9,0
0,8
1,0
7,2
8,8
11,3
79,9
Range
4.0-10.0
0.8-4.0
0.1-1.5
2.0-7.0
20.0-40.0
3.0-15.0
50.0-70.0
HGB
RBC
HCT
MCH
MCV
10,1
4,06
31,0
24,9
76,3
11.0-16.0
3.50-5.50
37.0-54.0
27.0-34.0
80-100
7
MCHC
RDW-CV
RDW-SD
32,6
16,8
47,2
32.0-36.0
11.0-16.0
35.0-56.0
PLT
MPV
PDW
PCT
310
7,8
15,3
2,42
100-300
6.5-12.0
9.0-17.0
0.108-0.282
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Asal kata Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak,
tanpa" dan aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti
suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah
anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Obat yang digunakan dalam menimbulkan anesthesia disebut sebagai anestetik,
dan kelompok ini dibedakan dalam anestetik umum dan anestetik lokal.
Bergantung pada dalamnya pembiusan, anestetik umum dapat memberikan efek
analgesia yaitu hilangnya sensasi nyeri atau efek anesthesia yaitu analgesia yang
disertai hilangnya kesadaran, sedangkan anestetik lokal hanya menimbulkan efek
1. Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien, yang meliputi bebas dari rasa
2.
3.
4.
5.
takut, tegang, dan khawatir: bebas nyeri dan mencegah mual muntah.
Mengurangi sekresi kelenjar dan menekan refleks vagus.
Memudahkan/memperlancar induksi.
Mengurangi dosis obat anesthesia.
Mengurangi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah.
10
a. Konsentrasi inspirasi
Induksi makin cepat kalau konsentrasi makin tinggi, asalkan tidak
terjadi depresi nafas atau kejang laring. Induksi makin cepat jika
disertai oleh N2O (efek gas kedua).
b. Ventilasi alveolar
Ventilasi alveolar meningkat, konsentrasi alveolar makin tinggi, dan
sebaliknya.
c. Koefisien gas/darah
Makin tinggi angkanya, makin cepat larut dalam darah, makin rendah
konsntrasi dalam alveoli, dan sebaliknya.
d. Curah jantung atau aliran darah paru
Makin tinggi curah jantung, makin cepat uap diambil darah.
e. Hubungan ventilasi-perfusi
Gangguan hubungan ini memperlambat ambilan gas anestetik.
Sebagian besar gas anestetik dikeluarkan lagi oleh paru-paru.
Sebagian lagi dimetabolisir oleh hepar dengan sistem oksidasi sitokrom
P450. Sisa metabolisme yang larut dalam air dikeluarkan melalui ginjal.
Macam-macam jenis obat untuk anestesi inhalasi adapun sebagai berikut :
a) N2O (gas gelak, nitrous oxide, dinitrogen monoxida)
N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi,
tak terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara. Zat ini dikemas dalam
bentuk cair, dalam silinder warna biru 9000 liter atau 1800 liter dengan
tekanan 750 psi atau 50 atm. Pemberian anestesia dengan N2O harus
disertai O2 minimal 25%. Gas ini bersifat anestesi lemah, tetapi
analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri
menjelang persalinan. Jarang digunakan sendirian, tetapi dikombinasi
dengan salah satu cairan anestetik lain. Pada akhir anestesia setelah N 2O
dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadi
11
menunjukkan
tanda-tanda
epileptik,
apalagi
disertai
hipokapnia.
tidak sadar yang lebih cepat dan lebih menyenangkan bagi ahli anestesi. Oleh
karena itu, agen intravena dapat digunakan sendiri untuk menimbulkan
anestesi.
Di antara kekurangannya, paling menonjol induksi yang cepat
(kadang-kadang sangat cepat) dan depresi cerebrum yang jelas, seperti
terlihat pada gangguan pernapasan yang mengharuskan digunakannya
ventilasi dan ketidak-stabilan hemodinamik. Agen induksi intravena biasanya
digunakan bersama dengan anestesi inhalasi lain untuk mendapatkan
analgesia yang memadai dan dengan relaksan otot untuk mendapatkan
operasi yang optimum.
Pemakaian obat anestetik intravena, dilakukan untuk : induksi
anesthesia, induksi dan pemeliharaan anesthesia bedah singkat, suplementasi
hypnosis pada anesthesia atau tambahan pada anelgesia regional dan sedasi
pada beberapa tindakan medik atau untuk membantu prosedur diagnostik
misalnya tiopental, ketamin dan propofol. Untuk anestesia intravena total
biasanya menggunakan propofol. Anestesi intravena ideal membutuhkan
kriteria yang sulit dicapai oleh hanya satu macam obat yaitu larut dalam air
dan tidak iritasi terhadap jaringan, mula kerja cepat, lama kerja pendek, cepat
menghasilkan efek hypnosis, mempunyai efek analgesia, disertai oleh
amnesia pascaanestesia, dampak yang tidak baik mudah dihilangkan oleh
obat antagonisnya, cepat dieliminasi dari tubuh, tidak atau sedikit mendepresi
fungsi respirasi dan kardiovaskuler, pengaruh farmakokinetik tidak
tergantung pada disfungsi organ, tanpa efek samping (mual muntah),
menghasilkan pemulihan yang cepat. Untuk mencapai tujuan di atas, kita
dapat menggunakan kombinasi beberapa obat atau cara anestesi lain.
Kombinasi beberapa obat mungkin akan saling berpotensi atau efek salah satu
obat dapat menutupi pengaruh obat yang lain.
A. Induksi
Atracurium
Atracurium merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi.
Pelumpuh otot non depolarisasi (inhibitor kompetitif, takikurare) berikatan
14
pilihan
pada
pasien
yang
menderita
kelainan
fungsi
kardiovaskular.
Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan sesudah
masa kerjanya berakhir, atau apabila diperlukan dapat diberikan obat
antikholinesterase.
Dosis dan cara pemberiannya:
1. Untuk intubasi endotrakea, dosisnya 0,5 0,6 mg/kgBB, diberikan
secara intravena.
2. Untuk relaksasi otot pada saat pembedahan, dosisnya 0,5 0,6
mg/kgBB,diberikan secara intravena.
3. Pada keadaan tertentu, dapat diberikan secara infus tetes kontinyu.
Ketamin 100 mg
Ketamine adalah suatu rapid acting non balbiturat general
anaesthetic termasuk golongan phenyl cyclohexylamine.
Terhadap susunan saraf pusat
Mempunyai efek analgesia sangat kuat, akan tetapi efek
hipnotiknya kurang dan disertai dengan efek disosiasi, artinya pasien
mengalami perubahan persepsi terhadap rangsang dan lingkungannya. Pada
dosis lebih besar, efek hipnotiknya lebih sempurna.
Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien
akan mengalami perunbahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas
15
pada mata berupa kelopak mata terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu
kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti gerakan
menguyah, menelan, tremor, dan kejang. Apabila diberikan secara
intramuscular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit. Aliran darah ke otak
meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial.
Terhadap mata menimbulkan lakrimasi, nistagmus, dan kelopak
mata terbuka secara spontan. Terjadi peningkatan tekanan intraokuler akibat
peningkatan aliran darah pada fleksus koroidalis.
Terhadap system kardiovaskular
Ketamin adalah obat anesthesia yang bersifat simpatomimetik,
sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh karena efek inotropik positif
dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.
Terhadap system respirasi
Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap system
respirasi.
Bisa
menimbulkan
dilatasi
bronkus
karena
sifat
16
B. Maintanance
a. N2O (Nitrous Oksida)
Kemasan dan sifat fisik
N2O diperoleh dengan memanaskan amonium nitrat sampai 250C (NH4
NO32H2O + N2O). N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau
manis, tak iritasi, tak terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara.
Absorpsi, distribusi dan eliminasi
Berdasarkan saturasinya di dalam darah, absorpsi N2O dalam darah
bertahap; Pada 5 menit pertama absorpsinya mencapai saturasi 100%
dicapai stelah 5 jam. Pada tingkat saturasi 100% tidak ada lagi absorpsi dari
alveoli dan dalam darah. Pada keadaan ini konsentrasi N2O dalam darah
sebanyak 47 ml N2O dalam 100 ml darah.
Di dalam darah, N2O tidak terikat dengan hemoglobin tetapilarut dalam
plasma dengan kelarutan 15 kali lebih besar dari kelarutan oksigen. N2O
mampu berdifusi ke dalam semua rongga-rongga dalam tubuh, sehingga
bisa menimbulkan hipoksia-difusi apabila diberikan tanpa kombinasi
dengan oksigen, oleh karena itu setiap mempergunakan N2O harus selalu
dikombinasikan dengan oksigen.
Terhadap sistem saraf pusat
Berkhasiat analgesia dan tidak mempunyai efek hipnotik. Khasiat
analgesianya relatif lemah akibat kombinasinya dengan oksigen. Efeknya
terhadap tekanan intracranial sangat kecil bila dibandingkan dengan obat
anesthesia yang lain. Terhadap susunan saraf otonom, N2O merangsang
reseptor alfa saraf simpatis, tetapi tahanan perifer pembuluh darah tidak
mengalami perubahan.
Terhadap sistem organ yang lain
Pada pemakaian yang lazim dalam praktek anesthesia, N2O tidak
mempunyai pengaruh negatif terhadap sistem kardiovaskular, hanya sedikit
menimbulkan dilatasi pada jantung. Terhadap system respirasi, ginjal,
system reproduksi, endokrin dan metabolism serta system otot rangka tidak
17
yang
selalu
dikombinasikan
dengan
oksigen
dengan
Tujuan
dilakukan
tindakan
intubasi
endotrakhea
adalah
untuk
BAB III
PEMBAHASAN
19
memungkinkan
kita
mengetahui
kondisi
pasien
dan
Pada
case
report
ini
disajikan
kasus
Untuk
mencapai
hasil
maksimal
dari
anestesi
urin
kurang
lebih
adalah
1,13
cc/kgBB/jam.
20
DAFTAR PUSTAKA
Brown E.N, Lydic R, Schiff ND., 2010. General Anesthesia, Sleep, and Coma.
The New England Journal of Medicine.
Gunawan, S. G. 2007., Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. FKUI. Jakarta. Hal 786787.
Latief SA, Surjadi K, Dachlan MR., 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi 1.
FKUI. Jakarta. Hal 124-127.
White Paul F,PhD,MD FANZCA., 2004. Anesthesia For Ambulatory Surgery.
Journal Of Ambulation research. 27 (Suppl.1) S43-57
Wirjoatmojo K. 2000. Anestesiologi Dan Reanimasi Modul Dasar Untuk
Pendidikan S1 Kedokteran. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depatemen
Pendidikan Nasional.
21