Kejang Demam
Kejang Demam
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(sehu rectal diatas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam merupakan kelainan nuerologis yang paling sering dijumpai pada anak,
terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% daripada anak
yang berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. Suhu yang tinggi
dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang.
Kejang yang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dan
anak 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP, epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Kejang
demam terjadi pada 2 % - 4 % dari populasi anak 6 bulan - 5 tahun. 80 % merupakan
kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus adalah kejang demam kompleks, 8
% berlangsung lama (lebih dari 15 menit), 16 % berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang pertama terbanyak di antara umur 17 - 23 bulan. Anak laki-laki lebih
sering mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama
terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke dua 50 %,
dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko
kejang demam ke dua turun menjadi 30%. Setelah kejang demam pertama, 2 4 %
anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibandingkan
populasi umum.
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(sehu rectal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam merupakan kelainan nuerologis yang paling sering dijumpai pada anak,
terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% daripada anak
yang berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. Suhu yang tinggi
dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang. Terjadinya bangkitan kejang demam
bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat . Faktor dehidrasi
juga mempunyai peranan. Kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan
oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna, 41,2% anggota
keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya
3%.
B. Epidemiologi
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi
SSP, epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Kejang demam terjadi pada 2 %
- 4 % dari populasi anak 6 bulan - 5 tahun. 80 % merupakan kejang demam
sederhana, sedangkan 20% kasus adalah kejang demam kompleks, 8 % berlangsung
lama (lebih dari 15 menit), 16 % berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang pertama terbanyak di antara umur 17 - 23 bulan. Anak laki-laki lebih
sering mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama
terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke dua 50 %,
dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko
kejang demam ke dua turun menjadi 30%. Setelah kejang demam pertama, 2 4 %
2
anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibandingkan
populasi umum.
C. Etiologi
Berbagai hipotesis telah diajukan, antara lain secara genetika ambang kejang pada
anak berbeda dan akan turun pada kenaikan suhu tubuh. Terdapat interaksi 3 faktor
sabagai penyebab kejang demam :
1.
2.
3.
Demam pada kejang demam sering disebabkan oleh infeksi yang umum pada
anak seperti tonsillitis, infeksi traktus respiratorius (38-40%), otitis media (15-23%)
dan gasrtroenteritis akut (7-9%). Pada anak usia prasekolah sering mendapat infeksi
tersebut dan disertai demam, yang bila dikombinasikan dengan ambang kejang yang
rendah mudah mendapatkan kejang. Hanya 11% anak dengan kejang demam
mengalami kejang terjadi pada suhu <37,9C, 14-40% kejang terjadi pada 38-38,9C
dan 40-56% pada 39-39,9C.
Penyebab demam pada kejang demam sederhana :
-
Tonsilitis
Faringitis
Otitis media akut
Enteritis/gastroenteritis
Bronkhitis
Bronkhopneumonia
Morbili
Varisela
D. KLasifikasi
Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
- Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun
- Kejang demam yang berlangsung singkat, 15 menit,
3
kejang
- Frekuensi kejang kurang dari 3 kali/tahun
Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
- Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
- Kejang demam yang berlangsung lama > 15 menit
- Kejang bersifat lokal/multiple
- Didapatkan kelainan neurologis
- Frekuensi kejang lebih dari 3 kali/tahun
E. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energy yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolism otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan
diteruskan ke otak melalui system kardioviskuler. Jadi sumber energy otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal
membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion dalam dan diluar sel,
maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membrane dari sel
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan
energy bantuan enzim Na-K- ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan kosentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,
kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
4
arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat
disebabkan
meningkatnya
aktivitas
otot
dan
selanjutnya
penyebab
hingga
terjadinya
kerusakan
neuron
otak
selama
terpenting
adalah
gangguan
peredaran
darah
yang
terjadi pada
awal demam.
Sering
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, dan dapat dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab demam, seperti
darah perifer, elektrolit dan gula darah
Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6 % - 6,7 %.
Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis,
oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan : dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan : tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.
Elektroensefalografi
Misalnya : kejang demam kompleks pada anak lebih dari 6 tahun, atau kejang
demam fokal.
Pencitraan
Foto X-ray
kepala
dan
neuropencitraan
seperti Computed
2.
3.
Parese nervus VI
Papiledema
H. Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien
datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat
yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3 - 0,5 mg/kg
perlahan-lahan dengan kecepatan 1 - 2 mg/menit atau dalam waktu 3 - 5
menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah
adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5 - 0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan
10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis
5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas
usia 3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan kejang demam).
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang
lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2
kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. dan
disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/kg. Bila
kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis
LAPORAN KASUS
10
Seorang anak perempuan umur 1 tahun 4 bulan, berat badan 12 kg, masuk
rumah sakit dengan keluhan panas sejak tadi malam. Panasnya terus menerus. Pasien
juga kejang 1 kali di rumah. Durasi kejangnya 15 menit. Riwayat kejang (+). Pada
umur 1 tahun pasien mengalami kejang 2 kali. Tidak ada batuk, tidak ada muntah.
Buang air besar dan buang air kecilnya lancar.
a. Riwayat penyakit terdahulu : sebelumnya tidak pernah mengalami hal yang
sama
b. Riwayat penyakit keluarga : dalam keluarga tidak ada yang mengalami hal
yang sama
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : sakit sedang, kesadaran compos mentis
BB: 12
Status Gizi: gizi baik
d. Vital sign
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi:116x/menit
Pernapasan :16x/menit
Suhu:380 C
Kepala
Wajah
: bulat, Normocepal
Deformitas
: tidak ada kelainan
Rambut
: hitam
Mata
: - konjungtiva : tidak anemis
- Sclera
: tidak ikterik
- Pupil
: isokor
Mulut
Leher
Kelenjar GB
Tiroid
JVP
Massa lain
Dada
Inspeksi
Palpasi
11
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Perut
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
:sonor
: bunyi napas vesikuler, tidak terdapat bunyi tambahan
: iktus cordis tidak tampak pada ICS V linea midclavicularis
: iktus kordis teraba pada ICS V midclavicularis
: jantung dalam batas normal
: bunyi jantung 1 dan 2 murni reguler
: simetris, gerakan perut mengikuti jalan napas
: paristaltik meningkat
: tympani
: hepar dan lien tidak teraba , tidak ada massa, nyeri tekan di
epigastrium
Anggota gerak
Atas
: akral hangat, tidak ada udem
Bawah
: akral hangat, tidak ada udem
e. Pemeriksaan khusus
tidak ada pemeriksaan khusus yang dilakukan
f. Resume
Seorang anak perempuan umur 1 tahun 4 bulan, berat badan 12 kg,
masuk rumah sakit dengan keluhan panas sejak tadi malam. Panasnya terus
menerus. Pasien juga kejang 1 kali di rumah. Durasi kejangnya 15 menit.
Riwayat kejang (+). Pada umur 1 tahun pasien mengalami kejang 2 kali. Tidak
ada batuk, tidak ada muntah. Buang air besar dan buang air kecilnya lancar
Pemeriksaan laboratorium tanggal 14 maret di dapatkan WBC 12,4, HGB 9,1,
HCT 27,6%, PLT 414.
g. Diagnosis kerja
Kejang demam sederhana
h. Penatalaksanaan
12
Medikamentosa
Tanggal 14 maret 2014
IVFD RL, 18 tetes/menit
Ceftriaxone 300 mg/12 jam/IV (skin test)
Dexametason 2 mg/8jam/IV
Paracetamol syrup 3x1cth
Stesolid 3x1/2 cth
B-Com 2x1 tablet
i. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab : darah lengkap
WBC : 12,4
HGB :9,1 g/dl
HCT :27,6 %
PLT :414
Radologi
: tidak dilakukan pemeriksaan radiologi
EKG
: tidak dilakukan pemeriksaan EKG
Pemeriksaan lain : tidak ada pemeriksaan lain yang dilakukan.
FOLLOW UP
1. Perawatan hari ke 2, Sabtu 15 Maret 2014
- Subjek : panas ada, tidak ada batuk, tidak muntah, buang air besar dan
-
- HCT 27,3 %,
- PLT 339 x 103/L
Objek : Nadi 100 kali/menit, teraba
Planning:
-
IVFD RL , 18 tetes/menit
Ceftriaxone 300 mg/12 jam/IV
Paracetamol syrup 3x1cth (kp)
Stesolid 3x1/2 cth (kp)
B-Com 2x1 tablet
Objek : Nadi 116 kali/menit, teraba kuat angkat, akral hangat dan
keadaan umum tidak gelisah, pernapasan 24 kali/menit, suhu 360C
Asasment: kejang demam sederhana
Planning:
- IVFD RL , 16 tetes/menit
- B-Com 2x1 tablet
14
Catatan : observasi 1 hari, kalau keadaan umum baik dan bebas panas
besok boleh pulang.
DISKUDISKUSI
Anak umur 1,4 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan panas sejak tadi
malam. Panasnya terus menerus. Pasien juga kejang 1 kali di rumah. Durasi
kejangnya 15 menit. Riwayat kejang (+).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(sehu rectal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam merupakan kelainan nuerologis yang paling sering dijumpai pada anak,
terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Demam pada kejang demam
sering disebabkan oleh infeksi yang umum pada anak seperti tonsillitis, infeksi
traktus respiratorius (38-40%), otitis media (15-23%) dan gasrtroenteritis akut (79%).
15
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
16