Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(sehu rectal diatas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam merupakan kelainan nuerologis yang paling sering dijumpai pada anak,
terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% daripada anak
yang berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. Suhu yang tinggi
dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang.
Kejang yang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dan
anak 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain
misalnya infeksi SSP, epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Kejang
demam terjadi pada 2 % - 4 % dari populasi anak 6 bulan - 5 tahun. 80 % merupakan
kejang demam sederhana, sedangkan 20% kasus adalah kejang demam kompleks, 8
% berlangsung lama (lebih dari 15 menit), 16 % berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang pertama terbanyak di antara umur 17 - 23 bulan. Anak laki-laki lebih
sering mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama
terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke dua 50 %,
dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko
kejang demam ke dua turun menjadi 30%. Setelah kejang demam pertama, 2 4 %
anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibandingkan
populasi umum.

LANDASAN TEORI

A. Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(sehu rectal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam merupakan kelainan nuerologis yang paling sering dijumpai pada anak,
terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% daripada anak
yang berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam. Suhu yang tinggi
dapat menyebabkan terjadinya bangkitan kejang. Terjadinya bangkitan kejang demam
bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat . Faktor dehidrasi
juga mempunyai peranan. Kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan
oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna, 41,2% anggota
keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya
3%.
B. Epidemiologi
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk
dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi
SSP, epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Kejang demam terjadi pada 2 %
- 4 % dari populasi anak 6 bulan - 5 tahun. 80 % merupakan kejang demam
sederhana, sedangkan 20% kasus adalah kejang demam kompleks, 8 % berlangsung
lama (lebih dari 15 menit), 16 % berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang pertama terbanyak di antara umur 17 - 23 bulan. Anak laki-laki lebih
sering mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama
terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke dua 50 %,
dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko
kejang demam ke dua turun menjadi 30%. Setelah kejang demam pertama, 2 4 %
2

anak akan berkembang menjadi epilepsi dan ini 4 kali risikonya dibandingkan
populasi umum.

C. Etiologi
Berbagai hipotesis telah diajukan, antara lain secara genetika ambang kejang pada
anak berbeda dan akan turun pada kenaikan suhu tubuh. Terdapat interaksi 3 faktor
sabagai penyebab kejang demam :
1.
2.
3.

Imaturitas otak dan termoregulator


Demam, dimana kebutuhan 02 meningkat
Faktor genetik : > 7 lokus kromosom (poligenik, autosomal dominan)

Demam pada kejang demam sering disebabkan oleh infeksi yang umum pada
anak seperti tonsillitis, infeksi traktus respiratorius (38-40%), otitis media (15-23%)
dan gasrtroenteritis akut (7-9%). Pada anak usia prasekolah sering mendapat infeksi
tersebut dan disertai demam, yang bila dikombinasikan dengan ambang kejang yang
rendah mudah mendapatkan kejang. Hanya 11% anak dengan kejang demam
mengalami kejang terjadi pada suhu <37,9C, 14-40% kejang terjadi pada 38-38,9C
dan 40-56% pada 39-39,9C.
Penyebab demam pada kejang demam sederhana :
-

Tonsilitis
Faringitis
Otitis media akut
Enteritis/gastroenteritis
Bronkhitis
Bronkhopneumonia
Morbili
Varisela

D. KLasifikasi
Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)
- Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun
- Kejang demam yang berlangsung singkat, 15 menit,
3

Kejang bersifat umum (tonik/klonik)


Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah

kejang
- Frekuensi kejang kurang dari 3 kali/tahun
Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)
- Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
- Kejang demam yang berlangsung lama > 15 menit
- Kejang bersifat lokal/multiple
- Didapatkan kelainan neurologis
- Frekuensi kejang lebih dari 3 kali/tahun

E. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energy yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolism otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan
diteruskan ke otak melalui system kardioviskuler. Jadi sumber energy otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal
membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion dalam dan diluar sel,
maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membrane dari sel
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan
energy bantuan enzim Na-K- ATPase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya:
1. Perubahan kosentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,
kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.
4

3. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit


atau keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai
65% dari seluruh tubu, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%.
Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan
dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan
suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi pada
suhu 38 C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang
baru terjadi pada suhu 40C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah
disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada
ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu
diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang
berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gejala sisa.
Tetapi pada kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit)
biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerob, hipotensi

arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat

disebabkan

meningkatnya

aktivitas

otot

dan

selanjutnya

menyebabkan metabolisme otakmeningkat Rangkaian kejadian diatas adalah


faktor

penyebab

hingga

terjadinya

kerusakan

neuron

otak

selama

berlangsungnya kejang lama.


Faktor

terpenting

adalah

gangguan

peredaran

darah

yang

mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan


timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan
pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.
F. Manifestasi klinis
Kejang demam biasanya

terjadi pada

awal demam.

Sering

diperkirakan bahwa cepatnya peningkatan temperatur merupakan pencetus


untuk terjadinya kejang. Umumnya serangan kejang tonik-klonik, awalnya
dapat berupa menangis, kemudian tidak sadar dan timbul kekakuan otot.
Semua fase tonik, mungkin disertai henti napas dan inkontinensia. Kemudian
diikuti fase klonik berulang, ritmik dan akhirnya setelah kejang letargi atau
tidur .
Bentuk kejang lain adalah mata mendelik ke atas dengan kekakuan
atau kelemahan otot, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan,
atau hanya sentakan atau kekakuan fokal. Serangan pada bentuk absens atau
mioklonik sangat jarang. Sebagian besar berlangsung < 5 menit, < 8%
berlangsung > 15 menit dan 4% kejang > 30 menitt. Bila anak kejang lagi
perlu diindentifikasi apakah ada penyakit lain yang memerlukan pengobatan
tersendiri. Perlu juga diketahui mengenai pengobatan sebelumnya, ada

tidakknya trauma, perkembangan psikomotor dan riwayat keluarga dengan


epilepsi atau kejang demam.

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan, dan dapat dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari penyebab demam, seperti
darah perifer, elektrolit dan gula darah
Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6 % - 6,7 %.
Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis,
oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:
1. Bayi kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan : dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan : tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.

Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi


berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada
pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan. Pemeriksaan
EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidk khas.

Misalnya : kejang demam kompleks pada anak lebih dari 6 tahun, atau kejang
demam fokal.

Pencitraan

Foto X-ray

kepala

dan

neuropencitraan

seperti Computed

Tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali


dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi, seperti:
1.

Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

2.
3.

Parese nervus VI
Papiledema

H. Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien
datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat
yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3 - 0,5 mg/kg
perlahan-lahan dengan kecepatan 1 - 2 mg/menit atau dalam waktu 3 - 5
menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah
adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5 - 0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan
10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis
5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak di atas
usia 3 tahun (lihat bagan penatalaksanaan kejang demam).
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulang
lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila 2
kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke rumah sakit. dan
disini dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 - 0,5 mg/kg. Bila
kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis

awal 10 - 20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg /kg/menit atau kurang dari


50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4 - 8 mg/kg/hari,
yaitu 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti
maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti,
pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam dan faktor
risikonya, apakah kejang demam sederhana atau kompleks.
Antipiretik pada saat demam dianjurkan walaupun tidak ditemukan
bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang
demam. Dosis asetaminofen yang digunakan berkisar 10-15 mg/kg/hari
diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dsis ibuprofen 510mg/kg/hari, 3-4 kali sehari.
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3mg/kgbb setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang, begitu pla dengan diazepam
rectal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0c.

LAPORAN KASUS

10

Seorang anak perempuan umur 1 tahun 4 bulan, berat badan 12 kg, masuk
rumah sakit dengan keluhan panas sejak tadi malam. Panasnya terus menerus. Pasien
juga kejang 1 kali di rumah. Durasi kejangnya 15 menit. Riwayat kejang (+). Pada
umur 1 tahun pasien mengalami kejang 2 kali. Tidak ada batuk, tidak ada muntah.
Buang air besar dan buang air kecilnya lancar.
a. Riwayat penyakit terdahulu : sebelumnya tidak pernah mengalami hal yang
sama
b. Riwayat penyakit keluarga : dalam keluarga tidak ada yang mengalami hal
yang sama
c. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : sakit sedang, kesadaran compos mentis
BB: 12
Status Gizi: gizi baik
d. Vital sign
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi:116x/menit
Pernapasan :16x/menit
Suhu:380 C
Kepala
Wajah
: bulat, Normocepal
Deformitas
: tidak ada kelainan
Rambut
: hitam
Mata
: - konjungtiva : tidak anemis
- Sclera
: tidak ikterik
- Pupil
: isokor
Mulut

: tonsil : T2/T2 hiperemis

Leher
Kelenjar GB
Tiroid
JVP
Massa lain

: tidak ada pembesaran Kelenjar Getah Bening


: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
: normal
: tidak terdapat massa lain

Dada
Inspeksi
Palpasi

:simetris dada kiri dan kanan


:vokal fremitus normal

11

Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Perut
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

:sonor
: bunyi napas vesikuler, tidak terdapat bunyi tambahan
: iktus cordis tidak tampak pada ICS V linea midclavicularis
: iktus kordis teraba pada ICS V midclavicularis
: jantung dalam batas normal
: bunyi jantung 1 dan 2 murni reguler
: simetris, gerakan perut mengikuti jalan napas
: paristaltik meningkat
: tympani
: hepar dan lien tidak teraba , tidak ada massa, nyeri tekan di
epigastrium

Anggota gerak
Atas
: akral hangat, tidak ada udem
Bawah
: akral hangat, tidak ada udem
e. Pemeriksaan khusus
tidak ada pemeriksaan khusus yang dilakukan

f. Resume
Seorang anak perempuan umur 1 tahun 4 bulan, berat badan 12 kg,
masuk rumah sakit dengan keluhan panas sejak tadi malam. Panasnya terus
menerus. Pasien juga kejang 1 kali di rumah. Durasi kejangnya 15 menit.
Riwayat kejang (+). Pada umur 1 tahun pasien mengalami kejang 2 kali. Tidak
ada batuk, tidak ada muntah. Buang air besar dan buang air kecilnya lancar
Pemeriksaan laboratorium tanggal 14 maret di dapatkan WBC 12,4, HGB 9,1,
HCT 27,6%, PLT 414.
g. Diagnosis kerja
Kejang demam sederhana
h. Penatalaksanaan
12

Medikamentosa
Tanggal 14 maret 2014
IVFD RL, 18 tetes/menit
Ceftriaxone 300 mg/12 jam/IV (skin test)
Dexametason 2 mg/8jam/IV
Paracetamol syrup 3x1cth
Stesolid 3x1/2 cth
B-Com 2x1 tablet
i. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab : darah lengkap
WBC : 12,4
HGB :9,1 g/dl
HCT :27,6 %
PLT :414
Radologi
: tidak dilakukan pemeriksaan radiologi
EKG
: tidak dilakukan pemeriksaan EKG
Pemeriksaan lain : tidak ada pemeriksaan lain yang dilakukan.
FOLLOW UP
1. Perawatan hari ke 2, Sabtu 15 Maret 2014
- Subjek : panas ada, tidak ada batuk, tidak muntah, buang air besar dan
-

buang air kecil lancar.


Objek : Nadi 116 kali/menit, teraba

kuat angkat, akral hangat dan

keadaan umum tidak gelisah, pernapasan 18 kali/menit, suhu 37,8 C


Asasment: kejang demam sederhana
Planning:
- IVFD RL , 18 tetes/menit
- Ceftriaxone 300 mg/12 jam/IV (skin test)
- Dexametason 2 mg/8jam/IV
- Paracetamol syrup 3x1cth
- Stesolid 3x1/2 cth
- B-Com 2x1 tablet

2. Perawatan hari ke 3, Minggu 16 Maret 2014


- Subjek : panas tidak ada ada, tidak ada batuk, tidak muntah, buang air
besar dan buang air kecil lancar.
- Lab :
- WBC 3,7 x 103/L
- HGB 8,9 g/dl
13

- HCT 27,3 %,
- PLT 339 x 103/L
Objek : Nadi 100 kali/menit, teraba

keadaan umum tidak gelisah, pernapasan 18 kali/menit, suhu


36 0C
Asasment: kejang demam sederhana

Planning:
-

kuat angkat, akral hangat dan

IVFD RL , 18 tetes/menit
Ceftriaxone 300 mg/12 jam/IV
Paracetamol syrup 3x1cth (kp)
Stesolid 3x1/2 cth (kp)
B-Com 2x1 tablet

3. Perawatan hari ke 4, Senin 17 Maret 2014


- Subjek : panas ada, tidak ada batuk, tidak muntah, buang air besar dan
-

buang air kecil lancar.


Objek : Nadi 112 kali/menit, teraba kuat angkat, akral hangat dan

keadaan umum tidak gelisah, pernapasan 24 kali/menit, suhu 37 0C


- Asasment: kejang demam sederhana
- Planning:
- IVFD RL , 18 tetes/menit
- Ceftriaxone 300 mg/12 jam/IV
- Paracetamol syrup 3x1cth (kp)
- Stesolid 3x1/2 cth (kp)
- B-Com 2x1 tablet
4. Perawatan hari ke 5, Selasa 18 Maret 2014
- Subjek : panas tidak ada, tidak ada batuk, tidak muntah, buang air besar
dan buang air kecil lancar.
- WBC 7,7 x 103/L
- HGB 10,4 g/dl
- HCT 33,7 %,
- PLT 377 x 103/L
-

Objek : Nadi 116 kali/menit, teraba kuat angkat, akral hangat dan
keadaan umum tidak gelisah, pernapasan 24 kali/menit, suhu 360C
Asasment: kejang demam sederhana
Planning:
- IVFD RL , 16 tetes/menit
- B-Com 2x1 tablet

14

Catatan : observasi 1 hari, kalau keadaan umum baik dan bebas panas
besok boleh pulang.

5. Perawatan hari ke 6, Rabu 19 Maret 2014


- Subjek : panas tidak ada, tidak ada batuk, tidak muntah, buang air besar
-

dan buang air kecil lancar.


Objek : Nadi 112 kali/menit, teraba kuat angkat, akral hangat dan

keadaan umum tidak gelisah, pernapasan 24 kali/menit, suhu 360C


Asasment: kejang demam sederhana
Planning:
- Aff infuse
- Piracetam 2x1/2 cth
- B-Com 2x1 tablet
Catatan : Pasien diperbolehkan pulang karena keadaan umum baik dan

bebas panas 1 hari.


Pada ibu di anjurkan menyediakan obat antipiretik dan antikonvulsan

untuk mencegah kejang berulang di rumah.

DISKUDISKUSI
Anak umur 1,4 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan panas sejak tadi
malam. Panasnya terus menerus. Pasien juga kejang 1 kali di rumah. Durasi
kejangnya 15 menit. Riwayat kejang (+).
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(sehu rectal diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang
demam merupakan kelainan nuerologis yang paling sering dijumpai pada anak,
terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4 tahun. Demam pada kejang demam
sering disebabkan oleh infeksi yang umum pada anak seperti tonsillitis, infeksi
traktus respiratorius (38-40%), otitis media (15-23%) dan gasrtroenteritis akut (79%).
15

Kejang pertama terbanyak di antara umur 17 - 23 bulan. Anak laki-laki lebih


sering mengalami kejang demam. Bila kejang demam sederhana yang pertama
terjadi pada umur kurang dari 12 bulan, maka risiko kejang demam ke dua 50 %,
dan bila kejang demam sederhana pertama terjadi setelah umur 12 bulan, risiko
kejang demam ke dua turun menjadi 30%.
Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure) adalah kejang demam yang
berlangsung singkat, 15 menit, kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5
tahun, kejang bersifat umum (tonik/klonik), tidak didapatkan kelainan neurologis
sebelum dan sesudah kejang, frekuensi kejang kurang dari 3 kali/tahun.

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.

Ilmu Kesehatan Anak vol. 2., Fakultas Kedokteran Indonesia .


http://www.medsci.org/v04p0110.htm
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3063571/
http://emedicine.medscape.com/article/1176205-overview
http://www.bcmj.org/articles/management-febrile-seizures

16

Anda mungkin juga menyukai