Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
117
besar dalam proses pembangunan di suatu negara, baik dari aspek ekonomi, politik,
sosial, dan budaya.
Konsep pendidikan dapat dimaknai dan didefinisikan secara variatif,
tergantung cara pandang dan kepentingan kontekstualnya. Namun demikian,
benang merah makna esensialnya yang universal cenderung menunjukkan
kesamaan. Intinya, pendidikan sebagai fenomena kehidupan sosial kemasyarakatan
itu merupakan usaha sadar untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran
agar peserta didik dapat mengembangkan potensi insani menjadi jati dirinya yang
bertanggung jawab dengan memiliki kepribadian/karakter yang berahlak mulia,
ilmu pengetahuan dan keterampilan
pendidikan
di
sekolah
dan
melakukan
kegiatan
dalam
usaha
mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungan sekolah agar orang lain dapat
bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan. Kepala sekolah merupakan orang yang paling utama mempengaruhi
para guru, karyawan dan siswa di sekolahnya dalam mewujudkan tujuan
pendidikan.
Kinerja kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong sekolah
untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program yang
dilaksanakan secara terencana. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab
pendidikan dan pembelajaran di sekolah hendaknya dapat meyakinkan kepada
masyarakat bahwa segala sesuatunya telah berjalan dengan baik, termasuk
perencanaan dan implementasi kurikulum, penyediaan dan pemanfaatan sumber
daya guru, rekrutmen sumber daya murid, kerjasama sekolah dengan orang tua,
serta sosok outcome sekolah yang prospektif.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah menetapkan bahwa kepala sekolah harus
memiliki standar kompetensi: (1)kompetensi kepribadian, (2)kompetensi manajerial,
(3)kompetensi kewirausahaan, (4)kompetensi supervisi dan (5)kompetensi sosial.
Berdasarkan ketetapan tersebut diharapkan kapada kepala sekolah mampu
mewujudkan kepemimpinan dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah.
Keberhasilan
pendidikan
di
sekolah
ditentukan
oleh
kemampuannya
119
akan
berkonstribusi
bagi
peningkatan
kinerja
organisasi
secara
121
potensi sekolah membangun kerja sama yang baik terhadap seluruh unsur sekolah
adalah sangat penting, baik secara internal maupun eksternal.
Motivasi merupakan salah satu alat yang dilakukan seorang atasan agar
bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan.
Pengetahuan tentang pola motivasi membantu para pemimpin memahami sikap
kerja pegawai masing-masing. Kepala sekolah dapat memotivasi guru-guru dengan
cara yang berbeda-beda sesuai dengan pola masing-masing yang paling menonjol.
Jika seseorang berhasil mencapai motivasinya, maka yang bersangkutan cenderung
untuk terus termotivasi.
Lebih-lebih dengan adanya persepsi sebagian besar guru-guru di lingkungan
sekolah bahwa tugas administrasi merupakan tugas yang memberatkan dan
membosankan, sehingga mereka lebih memilih konsentrasi pada keberhasilan
belajar mengajar termasuk juga masalah supervisi, sebagian guru masih merasa
khawatir, takut jika dilakukan kegiatan supervisi, bayangan mereka adalah bahwa
supervisor akan mencari-cari kelemahan dan kesalahan dalam bekerja, sehingga
hubungan antara supervisor dan guru kurang harmonis. Sehingga pada saat inilah
peranan kepala sekolah sangat dibutuhkan dalam membimbing guru dan
meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembankan
terhadap guru sehingga tercapainya tujuan pendidikan yang semestinya dan seperti
yang diharapkan oleh semua kalangan. Dari kenyataan inilah peneliti berusaha
untuk mengetahui akan kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja
guru khususnya di SD Negeri 56 Banda Aceh.
B. Konsep Kinerja Personel
Istilah kinerja atau prestasi kerja berasal dari kata job performance yaitu prestasi
kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas pokok, fungsi dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja diartikan juga sebagai tingkat
atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimilikinya.
Istilah kinerja tidak dapat dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil
122
dari proses bekerja. Dalam konteks tersebut maka kinerja adalah hasil kerja dalam
mencapai suatu tujuan atau persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan.
Secara konseptual, kinerja merupakan terjemahan yang paling dianggap
sesuai dengan istilah performance, juga diartikan unjuk kerja atau pelaksanaan kerja
atau pencapaian kerja atau penampilan kerja. Smith (Usman, 2007:74) menyatakan
bahwa performance atau kinerja merupakan hasil kerja dari suatu proses. Artinya,
hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya.
Beberapa kemampuan, sikap, ciri-ciri dan karakteristik yang harus dimiliki
seorang pekerja untuk mencapai kinerja yang baik, meliputi: (1) kompetensi; (2)
inisiatif; (3) dapat diandalkan; (4) keandalan; (5) efisiensi; (6) kesetiaan; (7)
kematangan; (8) komunikasi; (9) pemecahan masalah; (10) keriangan; (11) penolong;
(12) kerja tim; (13) menjaga tradisi; (14)
kedudukannya.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka kinerja kepala sekolah dapat
diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi yang diperoleh seorang kepala sekolah
melalui kepemimpinannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Kepala sekolah dalam usahanya untuk mencapai tujuan lembaga yang dipimpinnya
selalu terkait dengan bagaimana prestasi kerja (kinerja) yang telah ditunjukkan.
Sebab prestasi kerja yang dihasilkan oleh kepala sekolah dapat menunjukkan
Kinerja Kepala, Isna Fathia
123
adalah
suatu
gambaran
atau
ciri-ciri
atau
ukuran
yang
tujuan pekerjaan tersebut dapat dicapai. Dalam menyusun kriteria dan indikator
kinerja diperlukan pemahaman yang tepat tentang deskripsi tugas kepala sekolah
serta aspek-aspeknya. Indikator kinerja dapat dinyatakan dalam bentuk hasil kerja
dan proses kerja.
Contoh indikator kinerja kepala sekolah dalam aspek supervisi akademik
antara lain: (1)Membimbing guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
(2)Membimbing guru dalam menggunakan media dan alat bantu, (3)Menilai
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Kegiatan belajar mengajar mencakup kegiatan perencanaan pengajar, proses
belajar
mengajar,
evaluasi
dan
pemantauan
serta
kegiatan
administratif,
125
kompetensi dan produktifitas hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada
tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya.
Menurut Gibson (Heru Subekti:2008) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja seseorang antara lain: (a) Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar
belakang keluarga, pengalaman tingkat sosial dan demografi seseorang, (b) Faktor
psikologis: persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja, (c)
Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan (reward system).
Tujuan dari kinerja personel adalah: (1) Meningkatkan prestasi kerja staf,
baik secara individu maupun dalam kelompok setinggi tingginya. Peningkatan
prestasi kerja perorangan pada gilirannya akan mendorong kinerja staf, (2)
Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil kerja
melalui prestasi pribadi, (c) Memberikan kesempatan kepada staf untuk
menyampaikan perasaannya tentang pekerjaan, sehingga terbuka jalur komunikasi
dua arah antara pimpinan dan staf .
Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan
indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi
yang tinggi. Berbicara tentang kinerja kepala sekolah erat kaitannya dengan cara
memotivasi guru terhadap pekerjaannya sehingga perlu ditetapkan standar kinerja
atau standard performance. Standar kinerja menunjukkan sebagai tolok ukur dalam
mengadakan perbandingan antara apa yang telah dilakukan dengan yang
diharapkan, kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan
kepada seseorang. Standar dapat pula dijadikan ukuran dalam mengadakan
pertanggujawaban terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Dengan kata lain, bahwa
kinerja bukan saja menggambarkan satu bagian saja dari organisasi, tetapi secara
keseluruhan.
Kedudukan seorang kepala sekolah sangat penting dalam mempengaruhi
pelaksanaan pembelajaran guru-guru serta seluruh personel di sekolahnya, tidak
mengherankan apabila semua pihak baik dari pemerintah, orang tua siswa serta
126
127
umum
manajemen
dapat
dibatasi
sebagai
suatu
aktivitas
menggerakkan seluruh sumber daya manusia dan material secara maksimal kearah
pencapaian suatu tujuan tertentu. Aktivitas menggerakkan itu dilakukan oleh
manajer atau pimpinan puncak dari suatu organisasi atau institusi. Dalam dunia
persekolahan, manajer atau pemimpin puncak itu adalah kepala sekolah.
Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas
secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas. Dalam hal ini, pengembangan SDM merupakan proses peningkatan
kemampuan
manusia
agar
mampu
melakukan
pilihan-pilahan.
Proses
128
129
struktural
(kepala
sekolah)
di
sekolah,
mempraktikan
manajemen
sehingga
Gibson,
dkk.
(Usman,
2009:277)
Planning,
kompetensi sosial yang dimilikinya, dan (c) hasil dari pekerjaannya yang tercermin
dalam perubahan kinerja sekolah yang dipimpinnya. Ketiga aspek di atas menjadi
ranah dari penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah.
Standar tentang Kepala Sekolah/Madrasah yang tertuang didalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007. Dalam aturan ini pemerintah
memandang perlu adanya standar penentuan kualifikasi seseorang untuk dapat
diangkat sebagai kepala sekolah atau madrasah, antara lain kualifikasi umumnya
adalah:
1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma IV kependidikan atau
non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
2) Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah usia setinggi-tinggi nya adalah 56
tahun.
3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenjang
sekolah masing masing, kecuali TK/RA memiliki pengalaman mengajar
sekurang kurangnya 3 tahun.
4) Memiliki pangkat serendah rendah nya III/c bagi PNS dan bagi non PNS
disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yaya san atau lembaga
yang berwenang.
Sedangkan
kualifikasi
khusus
ditentukan
menurut
jenjang
lembaga
131
kemajuan
teknologi
informasi
bagi
peningkatan
133
Dari hasil kualifikasi umum dan khusus tersebut, untuk menduduki jabatan
sebagai kepala sekolah/madrasah dituntut harus memiliki kompetensi yang sudah
di jabarkan di atas. Kualifikasi terdeskripsi selalu penting, begitupun kualifikasi
moral dan intelektual, tidak kalah penting, Kepala sekolah adalah ruh, semangat.
bagi lembaga yang dipimpinnya. Maka diharapkan dengan semua kualifikasi
tersebut, sebagai seorang kapela sekolah yang sudah terpilih dapat bekerja dan
menyelesaikan tugasnya dengan semaksimal mungkin untuk memajukan mutu
pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya.
E. Indikator Kinerja Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah seorang guru yang diberi tugas tambahan untuk
memimpin suatu sekolah. Kepala sekolah juga disebut pemimpin pendidikan di
sekolahnya. walaupun kedua istilah tersebut identik namun mempunyai perbedaan
antara satu dengan yang lain. Secara sederhana pemimpin dapat diartikan sebagai
pelaksana otoritas dan pembuat keputusan.
Kepemimpinan secara dasariah dapat berlangsung di mana saja. Dari
kepemimpinan yang bersifat umum memberi landasan pengertian kepemimpinan
bersifat khusus. Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, pemimpin adalah
semua orang yang bertanggung jawab dalam proses peningkatan kualitas
pendidikan yang berada pada setiap jenjang, jenis, dan jalur pendidikan. Pemimpin
pendidikan dalam kapasitas sebagai seorang kepala sekolah memerlukan perhatian
yang utama untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, karena melaluinya kita
mengharapkan lahirnya SDM yang berkualitas dalam berbagai bidang ilmu.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolahnya mempunyai
peranan yang cukup luas yaitu sebagai pendidik (edukator), pengelola pendidikan
(manajer), pelaksanaan administrasi (administrator), pembina guru (supervisor),
pemimpin para guru (leader), pembawa perubahan (inovator), dan pemberi motivasi
(motivator) yang sering disingkat dengan EMASLIM.
134
karakteristik
produk
yang
dihasilkan,
5).
Urutkan
kegiatan-kegiatan
kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati, dan 6).
Periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang dibuat
sebelumnya oleh orang lain. Majid (2009:200).
Kepala
sekolah
dituntut
untuk
mampu
melaksanakan
fungsi-fungsi
135
atau kelompok menuju kedewasaan secara optimal. Kepala sekolah sebagai edukator
memilki tujuh aspek kinerja yaitu prestasi sebagai guru, kemampuan membimbing
guru,
kemampuan
membimbing
siswa,
mengembangkan
staf
mengikuti
saling
menghargai,
saling
menghormati
toleransi
sesama
guru
profesionalisasi.
Kepala
sekolah
sebagai
manager
harus
mampu
136
sebagai suatu sistem sosial merupakan himpunan perilaku beraneka ragam sesuai
dengan karakteristik sosial yang berkembang dalam sistem itu.
4. Peran kepala sekolah sebagai supervisor
Sutisna (Zahri, 2009:30) mengemukakan bahwa "tugas kepala sekolah adalah
untuk memenuhi fungsi supervisi pengajaran di sekolah menjadi tanggung jawab
kepala Dinas Pendidikan di daerah dan para pejabat lainnya di Kantor Dinas
Pendidikan (Pengawas)". Supervisi yang dilakukan oleh pengawas adalah supervisi
fungsional, namun kepala sekolah bertugas untuk melakukan pengawasan melekat
(waskat).
5. Peran kepala sekolah sebagai leader
Wahjosumidjo (Zahri, 2009:30) mengemukakan bahwa "esensi kepemimpinan
(leadership), adalah kemauan orang lain atau bawahan untuk mengikuti keinginan
pemimpin itulah yang menyebabkan seseorang menjadi pemimpin". Kepala sekolah
adalah pemimpin, sebagai seorang pemimpin dituntut untuk memiliki beberapa
keterampilan. Robbins (Zahri, 2009:30) mengemukakan empat keterampilan png
harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu: "(1) conseptual skills, (2)human skills, (3)
technicall skills, dan (4) political skills".
6. Peran kepala sekolah sebagai inovator
Essensi seorang pemimpin yang memiliki sikap inovatif dan tergolong
produktif, terlihat dari karakteristik yang dimilikinya. Dalam kaitan masalah ini, ada
lima karakteristik utama sikap novatif, yaitu: (1) mempunyai kualifikasi, (2) memiliki
motivasi kerja, (3) berorientasi positif terhadap pekerjaan, (4) memiliki sikap yang
matang (dewasa), dan (5) mampu berhubungan secara efektif. Ada empat aspek
yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu: (1) mempunyai keinginan untuk
berkembang/maju, (2) sikap terhadap munculnya ide-ide baru yang inovatif, (3)
keinginan berkreativitas, dan (4) berkepribadian mental kependidikan.
7. Peran kepala sekolah sebagai motivator
Depdiknas (Zahri, 2009:30) menetapkan tiga kemampuan yang harus dimiliki
oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagai motivator, yaitu: (1)
kemampuan mengatur lingkungan kerja (fisik), (2) kemampuan mengatur
Kinerja Kepala, Isna Fathia
137
138
139
hierarkhis dan dikelompokkan menjadi lima tingkat, yaitu: Physiological needs, safety
needs, belongingnees and love needs, esteem needs and need for self-actualization.
Kepala sekolah memang berkewajiban untuk memotivasi guru dan staf agar
mereka
bisa
menjadi
pegawai
yang
mempunyai
harga
diri
dan
bisa
arahan,
bimbingan,
motivasi,
pembinaan,
peningkatan
dan
pengembangan para guru dan staf tata usaha, serta menumbuhkan kreatifitas dan
produktivitas yang tinggi untuk hasil yang maksimal. Berbagai upaya dapat
dilakukan untuk meningkatkan mutu sekolah, antara lain dengan meningkatkan
kinerja kepala sekolah dalam memotivasi guru untuk meningkatkan proses belajar
mengajar.
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberikan motivasi kepada para guru dalam melakukan berbagai tugas dan
fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik,
pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif dan
menyediakan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar
(PSB) Mulyasa (2005:120).
Secara garis besar kinerja seorang pimpinan termasuk pengawas dapat
digolongkan dalam tiga jenis yaitu: kinerja administratif, kinerja operasional, dan
kinerja strategik. Kinerja-kinerja tersebut perlu ditingkatkan secara efektif sehingga
mutu kinerja pengawas dapat dicapai secara optimal. Hal ini secara langsung akan
mempengaruhi kinerja kepala sekolah dan akhirnya berpengaruh pada kinerja guru.
Kinerja guru yang tinggi secara langsung mempengaruhi mutu pendidikan.
Peningkatan kinerja kepala sekolah secara efektif, dapat dilakukan oleh para
pengawas pendidikan yang telah ditunjuk untuk jabatan tersebut. Cara-cara
pembinaan kinerja kepala sekolah dapat dilaksanakan antara lain: 1). Membina
140
141
hubungan kerja yang manusiawi. Artinya, apabila kepuasan kerja tercapai akan
meningkatkan motivasi seseorang untuk kerja.
Dalam Islam teori yang membahas tentang motivasi merupakan syarat
penting bagi seorang pemimpin untuk memberi dorongan kepada bawahan karena
motivasi merupakan kebutuhan bagi bawahan untuk melaksanakan tugas
kesehariannya. Motivasi dapat disimpulkan sebagai dorongan, keinginan, sehingga
seorang individu mau melakukan sesuatu keinginan atau pekerjaan dengan
memberikan yang terbaik dari dirinya baik waktu maupun tenaga demi tercapainya
tujuan yang diinginkan.
Dari pernyataan diatas, upaya merupakan ukuran intensitas, dimana bila
seorang
termotivasi
maka
ia
akan
mengantar
keberhasilan
kinerja
yang
motivasi
adalah
serangkaian
sikap
dan
nilai-nilai
yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan
individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan
kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Lebih
lanjut Robbins (Usman, 2007:88) mengemukakan motivasi adalah kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan
oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual.
Gibson (Usman, 2007:88) menyatakan bahwa motivasi adalah berhubungan erat
dengan bagaimana perilaku itu dimulai, dikuatkan, disokong, diarahkan dihentikan
dan reaksi subyektif macam apakah yang timbul dalam organisme ketika semua ini
berlangsung.
142
143
kebutuhan
seseorang
tetapi
tidak
terlalu
besarkemungkinan
mempengaruhi ke pekerjaan yang lebih baik; (3) Pekerjaan yang tidak memenuhi
kebutuhan seseorang tetapi berkemungkinan besar membuka jalan ke pekerjaan
lebih baik; (4) Pekerjaan yang tidak memenuhi kebutuhan seseorang kemungkinan
mengarah ke pekerjaan yang lebih baik.
Sebagaimana telah dikemukakan tersebut, jika kebutuhan seseorang telah
terpenuhi maka seseorang akan melaksanakan pekerjaan secara lebih optimal.
Karena pada dasarnya kehidupan seseorang adalah upaya pencarian keinginan
sebagai sebuah obsesi yang harus dicapai. Dengan demikian jika seseorang telah
memenuhi keinginan atau kebutuhannya maka ia akan melakukan pekerjaan dengan
motivasi yang tinggi, sehingga akan tampil perilaku anggota organisasi dengan
kinerja yang tinggi. Namun demikian motivasi seseorang dalam bekerja akan
berbeda karena didasari oleh kebutuhan dan filosofi hidup.
Guru sebagai tenaga profesional di bidang kependidikan, hendaknya
memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas kependidikan dan
keguruannya. Banyak hal yang dapat meningkatkan motivasi kerja guru, namun
banyak juga hal yang dapat menimbulkan motivasi kerja guru yang rendah.
Motivasi kerja guru yang tinggi akan dapat meningkatkan kepuasan kerja. Dengan
adanya kepuasan kerja guru akan berkontribusi terhadap kinerjanya. Untuk itu
perlu adanya upaya meningkatkan kepuasan kerja guru. De Roche (Usman, 2007:93)
mengemukakan bahwa yang dapat memuaskan guru ialah: keterlibatan guru dalam
membuat keputusan sekolah, pengakuan yang dirasakan guru, hubungan antar
144
personal yang terjadi dalam lingkungan kerja dan otoritas yang diterima oleh guru.
Sedangkan Holdaway (Usman, 2007:93), yang dapat memuaskan guru antara lain:
pengakuan dan status, keadaan siswa, sumber-sumber yang tersedia, kebebasan
mengelola pengajaran, keterlibatan dengan administrator dan beban kerja.
Bukan pekerjaan yang mudah untuk menciptakan kepuasan kerja dikalangan
guru, walaupun berbagai pemikiran telah dikemukakan untuk mengatasinya.
Persoalan yang dihadapi guru (khususnya di Indonesia) secara rinci berkaitan
dengan beberapa hal. Misalnya: (1) gaji dan tunjangan fungsional yang tidak layak,
(2) banyakrya berbagai potongan gaji, (3) karier yang tidak jelas, (4) prosedur
kenaikan pangkat yang rumit, (5) belum terciptanya hubungan kerja yang
profesional-kolegial, (6) kondisi kerja yang tidak memadai, dan (7) prosedur
penerimaan gaji yang rawan terhadap terjadinya potongan.
Memang banyak hal yang menyebabkan terjadinya kepuasan kerja
dikalangan guru, namun banyak juga hal yang menyebabkan guru tidak puas dalam
bekerja. Kesejahteraan guru yang rendah berdampak tidak meng-untungkan
terhadap motivasi guru, status sosial profesi keguruan, dan dunia pendidikan secara
keseluruhan. Itulah sebabnya salah satu rekomendasi yang dikemukakan oleh
Kelompok Kerja Tenaga Kependidikan yang dibentuk sebagai akibat dari
bergulirnya laporan Bank Dunia yang bertajuk, Education in Indonesia: From Critis to
Recovery (23 September 1998), adalah: gaji guru perlu ditingkatkan hingga mencapai
standar yang wajar untuk hidup guru dan keluarganya, yakni paling tidak dua kali
lipat dari keadaan sekarang. Kenaikan gaji dilakukan bersamaan dengan perbaikan
pada aspek-aspek kesejahteraan lainnya yang meliputi prosedur kenaikan pangkat,
jaminan rasa aman secara fisik dan psikologis dalam menjalankan tugas, kondisi
kerja, kepastian karier, dan pola hubungan yang lebih menonjolkan kolegalitas
daripada pola hubungan hirarkies dalam lingkungan sekolah
Peliknya persoalan yang dihadapi guru tersebut masih merupakan sebagian
dari beberapa persoalan yang dapat menghalangi kepuasan kerja guru. Masih
terdapat berbagai hal yang dapat menghalangi terciptanya kepuasan kerja guru,
seperti, status sosial guru yang tidak terapresiasi secara memadai oleh masyarakat,
Kinerja Kepala, Isna Fathia
145
146
menyediakan
serta
mengoptimalkan
saranan
dan
perlengkapan
pendidikan.
Kepala sekolah merupakan pimpinan sekaligus manajer disekolah sebagai
seorang pemimpin dan manajer harus bersikap adil kepada stafnya. Memberikan
perhatian yang sama kepada stafnya, bersikap ramah dan dalam memberikan tugas
kepada guru harus memperhatikan kemampuan individual guru. Kemudian saat
peneliti meminta keterangan pada kepala sekolah mengenai usaha apa saja yang
dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi guru, kepala sekolah
menyatakan bahwa: Salah satunya adalah dengan memberikan bimbingan dan
teguran kepada guru yang belum menjalankan tugasnya dengan baik serta
147
memberi
kesempatan
kepada
guru
untuk
melanjutkan
pendidikan,
148
terhadap
kenyamaan
guru
terutama
kenyamanan
dalam
Haedar. Reaktualisasi
Fungsi
dan
Peranan
Kepala
Sekolah,
(Online),
149
Sri.
2008. Profesionalisme
Kepemimpinan
Kepala
Sekolah,
(Online),
2012.
http://endang965.wordpress.com/thesis/2-kepemimpinan-iklim-
organisasi/bab-s-kesimpulan-implikasi-saran/
Endang. 2012. http://endang965.wordpress.com/thesis/1-iklim-organisasi-kinerjaguru/bab-5-kesimpulan-implikasi-saran/
Gravatar. 2010. Teori Kinerja. http://teorionline.wordpress.com/tag/definisi-kinerjapenilaian-kinerja/.
Hamid Nasuhi, dkk, 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi),
Jakarta: CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Harun, Cut Zahri. 2009. Manajemen Sumber Daya Pendidikan. Yogyakarta: Pena
Persada.
Heru, Subekti. 2008. Indikator kinerja. http: //subektiheru.blogspot.com/2008/03/
indikator-kinerja. html.
Iwan, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Online), (http://www.slideshare.net, diakses
pada 6 Juni 2010).
Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
150
2008.
Kinerja
Kepala
Sekolah
dengan
Indikator
EMASLIM.
http://cindoprameswari.blogspot.com/2008/10/kinerja-kepala-sekolahdengan-indikator.html.
Rosalin, Elin. 2008. Bagaimana Menjadi Guru Inspiratif?. Bandung: PT. Karsa Mandiri
Persada
151
Rosmiati, Taty, Dra. M.Pd. dan Kurniady, Dedy, Ahmad, M.Pd. 2009. Kepemimpinan
Pendidikan; dalam Riduwan, M.Pd. (Ed), Manajemen Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Retno Utami, Mutamimah. 2013. Pengertian Kinerja. Sumber:
Sagala,
Syaiful.
2006.
Manajemen
Berbasis
Sekolah
dan
Masyarakat
(Strategi
152
153