BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
2.1.1. Definisi
ISPA adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang berlangsung
sampai 14 hari lamanya. Saluran pernafasan adalah organ yang bermula dari
hidung hingga alveoli beserta segenap adneksanya seperti sinus-sinus, rongga
telinga tengah dan pleura. Sedangkan yang dimaksud dengan infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh dan berkembang biak
sehingga menimbulkan penyakit.6
2.1.2. Etiologi
Mayoritas penyebab dari ISPA adalah oleh virus, dengan frekuensi lebih
dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan untuk ISPA bagian bawah
frekuensinya lebih kecil. Penyakit ISPA bagian atas mulai dari hidung, nasofaring,
sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral,
sedangkan ISPA bagian bawah hampir 50% diakibatkan oleh bakteri. Saat ini telah
diketahui bahwa penyakit ISPA melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri
maupun virus tersebut. 6
WHO juga mengemukakan bahwa kebanyakan penyebab ISPA disebabkan
oleh virus dan mikoplasma, dengan pengecualian epiglotitis akut dan pneumonia
dengan distribusi lobular. Adapun virus-virus (agen non bakterial) yang banyak
ditemukan pada ISPA bagian bawah pada bayi dan anak-anak adalah Respiratory
Syncytial Virus (RSV), adenovirus, parainfluenza, dan virus influenza A & B.6
2.1.3. Klasifikasi
WHO telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya.
Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul, dan telah
ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA.7
ISPA ringan
Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :
Batuk
Pilek dengan atau tanpa demam
2. ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut:
Pernafasan cepat :
Kesadaran menurun.
Bibir / kulit pucat kebiruan.
Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah
atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan
yaitu 6x per menit atau lebih.
Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian
bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak
harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).
Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per
atau lebih.
Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :
Tidak bisa minum
Kejang
Kesadaran menurun
Stridor
Gizi buruk
2.1.4. Faktor Resiko ISPA
2.1.4.1. Faktor Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi yang dilahirkan dengan BBLR mudah terserang ISPA. Ini karena,
bayi BBLR memiliki sistem pertahanan tubuh yang rendah terhadap
mikroorganisme patogen. Dengan infeksi ringan saja sudah cukup membuat sakit,
sehingga bayi BBLR rentan terhadap penyakit infeksi termasuk penyakit ISPA.
Beberapa penelitian lain juga telah melaporkan adanya hubungan signifikan
antara BBLR dengan resiko terjadinya kejadian ISPA.9
2.1.4.2. Faktor Umur
Faktor resiko ISPA juga sering disebutkan dalam literature adalah faktor
umur. Adanya hubungan antara umur anak dengan ISPA mudah dipahami, karena
semakin muda umur balita, semakin rendah daya tahan tubuhnya. Depkes
menyebutkan resiko terjadinya ISPA yaitu pneumonia terjadi pada umur lebih
muda lagi yaitu kurang dari dua bulan.9
2.1.4.3. Faktor Vitamin
Diketahui adanya hubungan antara pemberian vitamin A dengan resiko
terjadi ISPA. Anak dengan xerophthalmia ringan memiliki resiko 2 kali untuk
menderita ISPA. Depkes menyebutkan bahwa keadaan defisiensi vitamin A
merupakan salah satu faktor resiko ISPA. Defisiensi vitamin A dapat menghambat
pertumbuhan balita dan mengakibatkan pengeringan jaringan epitel saluran
pernafasan. Gangguan pada epitel ini juga menjadi penyebab mudahnya terjadi
ISPA.9
2.1.4.4. Faktor Gangguan Gizi (Malnutrisi)
Malnutrisi dianggap
terutama pada Negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini mudah dipahami
karena keadaan malnutrisi menyebabkan lemahnya daya tahan tubuh anak. Hal
tersebut memudahkan kemasukan ajen penyakit ke dalam tubuh. Malnutrisi
menyebabkan resistensi terhadap infeksi menurun oleh efek nutrisi yang buruk.
Menurut WHO, telah dibuktikan bahawa adanya hubungan antara malnutrisi
dengan episode ISPA.9
2.1.4.5. Faktor Pendidikan Ibu
Ibu dengan pendidikan yang baik akan memiliki akses informasi yang
lebih luas sehingga berdampak positif terhadap cara merawat bayi. Kemampuan
merawat bayi oleh seorang ibu ada hubungannya dengan tingkat kemampuan
masyarakat. Itulah sebabnya sehingga Infant Mortality Rate (IMR) suatu negara
dijadikan sebagai parameter terhadap kemajuan negara tersebut.9
2.1.4.6. Status Sosioekonomi
Diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang
rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Sebuah
penelitian telah di Filipina membuktikan bahwa sosiaoekonomi orang tua yang
rendah akan
meningkatkan resiko ISPA pada anak usia kurang dari 1 tahun.9
2.1.4.7. Polusi Udara
Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA adalah rendahnya kualitas
udara di dalam rumah ataupun di luar rumah baik secara biologis, fisik maupun
kimia. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran udara
terhadap gangguan saluran pernafasan pada siswa Sekolah Dasar (SD) dengan
membandingkan antara mereka yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi
dengan siswa yang tinggal di wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta. Dari
hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan kejadian baru atau insiden
penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada siswa SD di kedua wilayah
pencemaran udara.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran menjadi tidak berbeda
dengan wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi sehingga tidak ada lagi tempat
yang aman untuk semua orang untuk tidak menderita gangguan saluran
pemafasan. Hal ini menunjukkan bahwa polusi udara sangat berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit ISPA.
sempurna dan asap tungku di dalam rumah akan mempermudah terjadinya ISPA
pada anak.9
2.1.4.8. Faktor Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulanbulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi
bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya
beberapa faktor yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologis. ASI
dapat memberikan imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel
imunokompeten ke permukaan saluran pernafasan atas.10
2.1.5. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya
menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran
pernafasan, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal.
Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga
pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.11
bahwa
menjadi
Otitis
media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media
non supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis.
Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media
tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media
adhesiva . 11
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala
dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal
atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia,
demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi
membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga
tengah. Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai
dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas pada
membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore.
11
2.3.1 Etiologi
1. Bakteri
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut
penelitian, 65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya
melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus
lain tergolong sebagai non- patogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme
penyebabnya. Tiga
Streptococcus pneumoniae
30%) dan
Moraxella
kasus dijumpai
Jenis
mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan yang
dijumpai pada anak-anak.13
2. Virus
Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri
atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering
dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus
(RSV),
influenza
terhadap fungsi
chain
reaction
(PCR)
dan
virus
menggunakan teknik
specific
enzyme-linked
Pittsburgh Otitis Media Research Center, pada tahun 1980 sampai dengan
1989 adalah seperti berikut:13
Gambar 2.1. Distribusi mikroorganisme yang diisolasi dari cairan telinga tengah
pasien OMA.13
terganggu, anak
mudah
14
Suhu (C)
Gelisah
<38,0
38,6- 39,0
Sedang
>39,0
Berat
Nyeri tarik
Ringan
Sedang
Berat
Kemerahan
Bengkak pada
pada
membran
membran
timpani
Ringan
Ringan
Sedang
Sedang
Berat
Berat, termasuk
otore
fungsi penting,
yaitu
ventilasi,
proteksi, dan drainase sekret. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara
dalam telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. Proteksi, yaitu
melindung telinga tengah dari tekanan suara, dan menghalangi masuknya sekret
atau cairan dari nasofaring ke telinga tengah. Drainase
mengalirkan hasil sekret cairan telinga tengah ke nasofaring.
bertujuan untuk
15
Patogenesis OMA
Pathogenesis OMA pada sebagian besar anak-anak dimulai oleh infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) atau alergi, sehingga terjadi kongesti dan edema
pada mukosa saluran napas atas, termasuk nasofaring dan tuba
Eustachius.
Tuba Eustachius menjadi sempit, sehingga terjadi sumbatan tekanan negatif pada
telinga tengah. Bila keadaan demikian berlangsung lama akan menyebabkan
refluks dan aspirasi virus atau bakteri dari nasofaring ke dalam telinga tengah
melalui tuba
Virus
respiratori
juga
dapat
inflamasi terjadi, lalu timbul edema pada mukosa tuba serta akumulasi sekret di
telinga tengah. Selain itu, sebagian besar pasien dengan otitis media dihubungkan
dengan riwayat fungsi abnormal dari tuba
Eustachius, sehingga
mekanisme
Eustachius
Gambar 2.2. Perbedaan Antara Tuba Eustachius pada Anak-anak dan Orang
Dewasa 15
menjadi
lima stadium,
bergantung pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi
tuba Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi,
stadium perforasi dan stadium resolusi . 16
telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi membran timpani terjadi
dan posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang.
Edema yang terjadi pada tuba Eustachius juga menyebabkannya tersumbat. Selain
retraksi, membran timpani kadang- kadang tetap normal dan tidak ada kelainan,
atau hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat
dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang
disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.
Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang
ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya
sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba
yang berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik.
Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan membran timpani menjadi
kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien
mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin
masih
hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum
timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari.
stadium
supurasi
dapat
ditangani
dengan
melakukan
miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada
membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang
telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup kembali, sedangkan
apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali.
Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi.
4.
Stadium Perforasi 16
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret
berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang
telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut).
Stadium
dan
tingginya virulensi kuman. Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih
tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak.
Jika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah
tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media
supuratif subakut. Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih
satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media
supuratif kronik.
Stadium Resolusi 16
Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan
belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga.
3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan
dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau
erythema pada
Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan
analgesik. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin.
Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau
sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar
konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis
terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.
Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi tehadap penisilin,
diberikan eritromisin. Pada anak, diberikan ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari yang
terbagi dalam empat dosis, amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50
mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 3 dosis. Pada stadium
supurasi, selain
tengah. Gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari 39 C
dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang-berat
atau demam 39 C. Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan
pada anak usia enam bulan sampai dengan dua tahun, dengan gejala ringan saat
pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun.
Follow-up dilaksanakan dan pemberian analgesia seperti asetaminofen dan
ibuprofen tetap diberikan pada masa observasi. Menurut American Academic of
Pediatric (2004), amoksisilin merupakan
Streptococcus penumoniae
19
Miringotomi
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani,
supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya
adalah harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga
membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran
posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak
perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah. Indikasi miringostomi
pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti
paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat.
Miringotomi merupakan terapi
kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu
Timpanosintesis
Timpanosintesis
3.
Adenoidektomi
Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media
dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi
dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada anak
kecil dengan OMA rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak
dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan
rinosinusitis rekuren.
2.6.
Komplikasi
Sebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi, mulai
dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis
komplikasi tersebut biasanya didapat pada otitis media supuratif kronik.
Komplikasi OMA terbagi kepada komplikasi intratemporal (perforasi membrane
timpani,
ekstratemporal
tromboflebitis).19
(abses
subperiosteal),
fasialis,
dan
labirinitis, petrositis),
intracranial
(abses
otak,
2.7.
Pencegahan
Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah
ISPA pada bayi dan anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat,
menganjurkan pemberian ASI minimal
yang
terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah,
atau kebersihan buruk. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil
perforasi
membran
penyebab biasanya Gram positif aerob, sedangkan pada infeksi yang telah
berlangsung lama sering juga terdapat sering juga terdapat kuman Gram
negatif dan anaerob.20
b). Patofisiologi
OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan
maligna atau tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif juga dikenal tipe aktif dan tipe tenang. Pada OMSK benigna
peradangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai tulang. Perforasi
terletak disentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak
terdapat kolesteatong. OMSK tipe maligna disertai dengan kolesteatom.
Perforasi
terletak
marginal,
otitis
media
nekrotikans,
terutama
pada
masa
anak-anak,
menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut
berlalu, gendang telinga tetap berlubang, atau sembuh dengan membran yang
atrofi yang kemudian dapat kolaps kedalam telinga tengah, memberi gambaran
otitis
atelektasis.
Hipotesis
ini
3. pasien dengan penyakit telinga kronis tidak mempunyai riwayat otitis akut