Anda di halaman 1dari 5

muslim.or.

id

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/puasa-sunnah.html

Puasa Sunnah
Pimpinan Redaksi Muslim.Or.Id dan Pengasuh Rumaysho.Com. Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta (2003-2005). S1 Teknik Kimia UGM
(2002-2007). S2 Chemical Engineering (Spesialis Polymer Engineering), King Saud University, Riyadh, KSA (2010-2013). Murid
Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan, Syaikh Dr. Saad bin Nashir Asy Syatsriy, Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir Al
Barrak, Syaikh Sholih bin 'Abdullah bin Hamad Al 'Ushoimi dan ulama lainnya. Situs lain yang dikelola: RemajaIslam.Com,
Ruwaifi.Com, BukuMuslim.Co, Kimiaku.Com
6 August 2008, 7:53
pm

Puasa merupakan salah satu amalan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa taala yang mana Allah menjanjikan
keutamaan dan manfaat yang besar bagi yang mengamalkannya,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
.
.
. . :
:
.
. :
.
Allah subhanahu wa taala berfirman: Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, sesungguhnya ia
untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, puasa adalah perisai, maka apabila salah seorang dari kalian
berpuasa maka janganlah ia berkata-kata keji, dan janganlah berteriak-teriak, dan janganlah berperilaku dengan
perilakunya orang-orang jahil, apabila seseorang mencelanya atau menzaliminya maka hendaknya ia mengatakan:
Sesungguhnya saya sedang berpuasa (dua kali), demi Yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh bau mulut
orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat dari wangi kesturi, dan bagi orang yang berpuasa ada
dua kebahagiaan yang ia berbahagia dengan keduanya, yakni ketika ia berbuka ia berbahagia dengan buka
puasanya dan ketika berjumpa dengan Rabbnya ia berbahagia dengan puasanya. (HR Bukhari, Muslim dan yang
lainnya)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,
. .
Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka
(dengan puasa itu) sejauh 70 tahun jarak perjalanan. (HR. Bukhari Muslim dan yang lainnya)
Sebagaimana jenis ibadah lainnya maka puasa haruslah didasari niat yang benar yakni beribadah kepada Allah
subhanahu wa taala semata-mata serta dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam,
Secara Syari makna puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan jima serta segala sesuatu yang
membatalkannya dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat beribadah kepada Allah subhanahu wa
taala ,
Maka jika seseorang menahan diri dari makan dan minum tidak sebagaimana pengertian di atas atau menyelisihi
dari apa yang menjadi tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka tentu saja ini merupakan hal yang
menyimpang dari syariat, termasuk perbuatan yang sia-sia dan bahkan bisa jadi mendatangkan kemurkaan Allah
subhanahu wa taala,
Penyimpangan yang bisa terjadi diantaranya:
1. Berpuasa tidak dalam rangka beribadah kepada Allah

Semisal seseorang yang berpuasa karena hendak mendapatkan bantuan dari jin/syaitan berupa sihir atau yang
lainnya, atau bernazar puasa kepada selain Allah, maka perbuatan ini termasuk kesyirikan yang besar karena
memalingkan ibadah kepada selain Allah subhanahu wa taala. Adapun seseorang yang berpuasa semata-mata
karena alasan kesehatan, walaupun hal ini boleh-boleh saja akan tetapi ia keluar dari pengertian puasa yang syari
sehingga tidaklah ia termasuk orang yang mendapatkan keutamaan puasa sebagaimana yang dijanjikan Allah
subhanahu wa taala.
2. Menyelisihi tata cara Nabi shallallahualaihi wa sallam, diantaranya:
Mengkhususkan tata cara tertentu yang tidak dituntunkan oleh Nabi shallalahu alaihi wa sallam, semisal
puasa mutih (menyengaja menghindari makan daging atau yang lainnya), puasa sehari semalam tanpa tidur
atau tanpa berbicara dengan menganggap hal ini memiliki keutamaan dan yang lainnya.
Mengkhususkan waktu tertentu yang tidak dikhususkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam semisal
mengkhususkan puasa pada hari atau bulan tertentu tanpa dalil dari al-Quran dan sunnah, ataupun
mengkhususkan jumlah hari yang tidak dikhususkan dalam syariat.
Maka seyogyanya kaum muslimin menahan diri dari beribadah tanda dasar ilmu atau tuntunan Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam. Sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu anha dia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:

Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka tertolak. (HR. Muslim)
Maka berikut ini adalah beberapa jenis puasa yang dianjurkan di dalam Islam di luar puasa yang wajib (Puasa
Ramadhan) berdasarkan dalil-dalil yang syari, semoga kita diberi kemudahan untuk mengamalkannya berdasarkan
ilmu dan terhindar dari perkara-perkara yang menyelisihi syariat Allah subhanahu wa taala sehingga kita dapat
memperoleh berbagai keutamaan dari apa-apa yang dijanjikan Allah subhanahu wa taala.
Puasa-puasa Sunnah yang Dituntunkan Dalam Islam
1. Puasa 6 hari pada bulan Syawwal
Dari Abu Ayyub Al-Anshory bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
. .
Barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian melanjutkan dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka
seperti ia berpuasa sepanjang tahun. (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Puasa pada bulan Ramadhan seperti berpuasa sepuluh bulan , dan puasa enam hari setelahnya seperti berpuasa
selama dua bulan, maka yang demikian itu (jika dilakukan) seperti puasa setahun. (Hadits shahih Riwayat Ahmad)
Catatan:
Puasa Syawal tidak boleh dilakukan pada hari yang dilarang berpuasa di dalamnya, yakni pada hari Idul Fitri.
Puasa tersebut tidak disyaratkan harus berurutan, sebagaimana kemutlakan hadits hadits di atas, akan
tetapi lebih utama bersegera dalam kebaikan.

Jika ada kewajiban mengqodo puasa Ramadhan maka dianjurkan mendahulukan qodo baru kemudian
berpuasa Syawal 6 hari sebagaimana hadits dari Abu Ayyub Al-Anshori di atas.
2. Puasa pada hari Arafah bagi yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
.
Puasa pada hari Arofah, aku berharap kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa setahun yang telah lalu dan
setahun yang akan datang. (HR. Muslim)
Catatan:
Adapun bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, maka yang lebih utama adalah tidak berpuasa
pada hari Arofah sebagaimana yang diamalkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para
shahabatnya.
3. Puasa pada hari Asyura (10 Muharrom) dan sehari sebelumnya
Dari Abu Qotadah bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Puasa pada hari Asyuro, aku berharap kepada Allah agar mengampuni dosa-dosa setahun yang telah lalu. (HR.
Muslim)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Sungguh jika aku masih hidup sampai tahun depan aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan. (HR. Muslim)
Catatan:
Adapun berpuasa pada hari yang ke sebelas maka dalilnya sangat lemah, sehingga tidak bisa dijadikan
sandaran.
4. Memperbanyak puasa pada bulan Syaban
Dari Aisyah radhiyallahu anha, dia berkata:
.
Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan
Ramadhan, dan tidaklah saya melihat beliau memperbanyak puasa dalam suatu bulan seperti banyaknya beliau
berpuasa pada bulan syaban. (HR. Bukhari)
Catatan:
Adapun mengkhususkan puasa atau amalan lainnya pada nisfu syaban (pertengahan syaban), maka hal ini
tidak ada tuntunannya dalam syariat, karena dalil-dalil yang ada sangat lemah dan bahkan ada yang maudhu
(palsu).

Hendaknya tidak berpuasa pada hari syak (hari yang meragukan apakah sudah masuk ramadhan atau
belum), yakni sehari atau dua hari pada akhir Syaban, kecuali bagi seseorang yang kebetulan bertepatan
dengan puasa yang biasa dilakukannya dari puasa-pusa sunnah yang disyariatkan semisal puasa dawud atau
puasa senin kamis.
5. Memperbanyak Puasa Pada Bulan Muharrom
Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:



Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah yakni bulan Muharrom, dan
shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam. (HR. Muslim)
6. Puasa Hari Senin dan Kamis
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:



Amal-amal ditampakkan pada hari senin dan kamis, maka aku suka jika ditampakkan amalku dan aku dalam
keadaan berpuasa. (Shahih, riwayat An-Nasai)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa pada hari senin, beliau bersabda:
) .)
Ia adalah hari ketika aku dilahirkan dan hari ketika aku diutus (atau diturunkan (wahyu) kepadaku ). (HR. Muslim)
7. Puasa 3 hari setiap bulan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata,
:
Kekasihku, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam Mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap
bulan, dua rakaat shalat dhuha, dan shalat witir sebelum tidur. (HR. Bukhari Muslim)
Lebih dianjurkan untuk berpuasa pada hari baidh yakni tanggal 13, 14 dan 15 bulan Islam (Qomariyah). Berdasarkan
perkataan salah seorang sahabat radhiyallahu anhu, ia berkata:
:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk berpuasa pada tiga hari baidh': tanggal 13, 14
dan 15. (Hadits Hasan, dikeluarkan oleh An-nasai dan yang lainnya)
8. Berpuasa Sehari dan Berbuka Sehari (Puasa Dawud alaihis salam)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
)
:

)
Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Nabi Dawud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi
Dawud, adalah beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya,
adalah beliau berbuka sehari dan berpuasa sehari. (Muttafaqun alaihi)

Beberapa Hal yang Terkait Dengan Puasa Sunnah


Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, dan minum serta tidak melakukan hal-hal
yang membatalkan puasa, berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar.
Seseorang yang berpuasa sunnah diperbolehkan membatalkan puasanya jika ia menghendaki, dan tidak ada
qodho atasnya.
Dari Aisyah radhiyallahu anha dia berkata:
: . ( ) : . :) ( :

) . (
) : . )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam suatu hari datang kepadaku kemudian berkata: Apakah engkau
memiliki sesuatu (dari makanan)?, kemudian kami berkata: tidak, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: Kalau begitu saya berpuasa, kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam datang pada hari
yang lain kemudian kami katakan: Wahai Rasulullah sesungguhnya kami dihadiahi haisun (kurma yang
dicampur minyak dan susu yang dihaluskan), maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Bawalah kemari, sesungguhnya aku tadi berpuasa, kemudian beliau memakannya (HR. Muslim)
Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya bersamanya kecuali dengan seijin suaminya
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya menyaksikannya kecuali dengan seizinnya. (HR.
Bukhari Muslim)
Sumber:
Shohih Fiqh Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih madzahib al-Aimmah, Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim
Shiyam Ramadhan, Muhammad bin Jamil Zainu
Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah wa Kitabil Aziz, Dr. Abdul Adzim Badawi
Wallahu alam
***
Penulis: Abu Aisyah M. Taufik
Artikel www.muslim.or.id

Anda mungkin juga menyukai