Anda di halaman 1dari 17

Diagnosis dan Penatalaksaan pada Kehamilan Ektopik Terganggu

Mohamad Soleh
102012442 / B4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510.Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

ms.soleh@yahoo.co.id
Pendahuluan
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan
berhubung dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan gawat dapat terjadi
apabila kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi penyebab kematian maternal
selama kehamilan trimester pertama, karena janin pada kehamilan ektopik secara nyata bertanggung
jawab terhadap kematian ibu, maka para dokter menyarankan untuk mengakhiri kehamilan. Hal yang
perlu diingat ialah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau
keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu difikirkan dugaan adanya
kehamilan ektopik terganggu.
Kasus Skenario
Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri akut abdomen lebih
pada sisi kanan bawah disertai bercak darah. Pemeriksaan tes kehamilan dengan test pack memberikan
hasil positif. Berdasarkan hari pertama haid terakhir pasien hamil 7 minggu. Ini merupakan kehamilan
pasien yang ketiga, kehamilan pertama pasien mengalami aborsi. Pasien punya riwayat infeksi pada
organ pelvic 3 tahun yang lalu, dan riwayat pemakain IUD. Transvaginal ultrasound yang dilakukan 1
minggu yang lalu melaporkan uterus kosong dan terdapatat masa pada adnexa kanan sebesar 2x2 cm.

Anamnesa
1

Dari hasil anamnesis haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, dan kadang-kadang
terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri abdominal terutama bagian bawah dan perdarahan
pervaginam pada trimester pertama kehamilan merupakan tanda dan gejala klinis yang mengarah ke
diagnosis kehamilan ektopik. Gejala-gejala nyeri abdominal dan perdarahan pervaginam tidak terlalu
spesifik atau juga sensitif.1,2

Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan umum : Penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan dalam rongga
perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
menggembung dan nyeri tekan. Kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak dapat didiagnosis
secara tepat semata-mata atas adanya gejala-gejala klinis dan pemeriksaan fisik.1-3
Pemeriksaan ginekologi : Tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks
menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadangkadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum Douglas yang
menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik
sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik.1Hampir semua kehamilan ektopik didiagnosis
antara kehamilan 5 dan 12 minggu. Identifikasi dari tempat implantasi embrio lebih awal dari pada
kehamilan 5 minggu melampaui kemampuan teknik-teknik diagnostik yang ada. Pada usia kehamilan
12 minggu, kehamilan ektopik telah memperlihatkan gejala-gejala sekunder terhadap terjadinya ruptur
atau uterus pada wanita dengan kehamilan intrauteri yang normal telah mengalami pembesaran yang
berbeda dengan bentuk dari kehamilan ektopik.1-3
Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna
dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopikterganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan
dalam rongga perut. Pada kasus tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat
bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. 1Perhitungan leukosit secara berturut
menunjukkan adanya perdarahan bila leukosit meningkat (leukositosis). Untuk membedakan kehamilan
ektopik dari infeksi pelvik dapat diperhaikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang lebih dari 20.000
biasanya menunjukkan infeksi pelvik.1-3

Penting untuk mendiagnosis ada tidaknya kehamilan. Cara yang paling mudah ialah dengan
melakukan pemeriksaan konsentrasi hormon human chorionic gonadotropin (-hCG) dalam urin atau
serum. Hormon ini dapat dideteksi paling awal pada satu minggu sebelum tanggal menstruasi
berikutnya. Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi ialah 5 IU/L, sedangkan pada urin ialah 20
50 IU/L.6 Tes kehamilan negatif tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu
karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan human chorionic gonadotropin
menurun dan menyebabkan tes negatif.1 Tes kehamilan positif juga tidak dapat mengidentifikasi lokasi
kantung gestasional. Meskipun demikian, wanita dengan kehamilan ektopik cenderung memiliki level
-hCG yang rendah dibandingkan kehamilan intrauterin.1-3
Kuldosentesis : ialah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat darah dalam
kavum Douglas. Cara ini sangat berguna untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Hasil
positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang tdak membeku atau berupa bekuanbekuan kecil.Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa cairan jernih yang mungkin berasal dari
cairan peritoneum normal atau kista ovarium yang pecah, nanah yang mungkin berasal dari penyakit
radang pelvis atau radang appendiks yang pecah (nanah harus dikultur) atau darah segar berwarna
merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang
tertusuk.2
Ultrasonografi : Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya kehamilan ektopik
adalah mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara yang terbaik untuk mengkonfirmasi satu
kehamilan intrauteri adalah dengan menggunakan ultrasonografi. Sensitivitas dan spesifisitas dari
diagnosis kehamilan intrauteri dengan menggunakan modalitas ini mencapai 100% pada kehamilan
diatas 5,5 minggu. Sebaliknya identifikasi kehamilan ektopik dengan ultrasonografi lebih sulit (kurang
sensitif) dan kurang spesifik.2

Gambar 1. Transvaginal ultrasound uterus


Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik
apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat
kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum
Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mempersulit visualisasi alat
kandungan tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi.2

Diagnosa Banding

Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20

minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:2,4
a) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alkohol
b) Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
c) Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toxoplasmosis
d) Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trisemester
keduaKelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trisemester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus.
Manifestasi klinis dari abortus adalah
4

Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu


Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau

meningkat.
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.

Appendisitis
Apendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang anak laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun.2
Keluhan appendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang
berhubungan dengan muntah. Dalam 2 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang
akan menetap dan di perberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise,
dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-kadang
terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun dalam
beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif, dan dengan pemeriksaan
seksama akan dapat di tunjukan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran
kana bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga
muncul. Bila tanda rovsing, psoas, dan obturator positif, akan semakin menyakitkan diagnosis
klinis apendisitis.

Kista Ovarium
Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair

yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan
di dalam jaringan ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur
dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista fungsional akan mengkerut dan menyusut setelah beberapa waktu
(setelah 1-3 bulan).2,4,5
Gejala dari kista ovarium adalah

Perut terasa kembung, penuh dan berat


5

Merasa kandung kemih anda tertekan sehingga sulit buang air kecil
Siklus menstruasi anda tidak teratur
Nyeri disekitar panggul, biasanya menetap atau sesekali yang menyebar ke panggul bawah dan

paha
Nyeri ketika bersenggama
Payudara mengeras
Mual hingga ingin muntah

Salpingitis
Salpingitis adalah peradangan pada saluran tuba, dipicu oleh infeksi bakteri. Salpingitis kadang-

kadang disebut penyakit radang panggul (PID). Ini istilah umum termasuk infeksi lain dari sistem
reproduksi wanita, termasuk rahim dan ovarium. Hampir semua kasus salpingitis disebabkan
oleh infeksi bakteri, termasuk penyakit menular seksual seperti gonore dan klamidia. Peradangan yang
meminta tambahan sekresi cairan atau bahkan nanah untuk mengumpulkan dalam tuba falopi. Infeksi
dari salah satu tabung biasanya menyebabkan infeksi yang lain, karena bakteri bermigrasi melalui
pembuluh getah bening di dekatnya.2,5
Salpingitis adalah salah satu penyebab paling umum dari ketidaksuburan wanita. Tanpa perawatan
yang segera, infeksi secara permanen dapat merusak tuba falopi sehingga telur pada setiap siklus
menstruasi dilepaskan tidak dapat bertemu dengan sperma. Gejala-gejala salpingitis meliputi :

Nyeri abdomen di kedua sisi


Sakit punggung
Sering buang air kecil
Gejala-gejala biasanya muncul setelah periode menstruasi
Demam tinggi dengan menggigil
Nyeri perut Abnormal discharge vagina, seperti warna yang tidak biasa atau bau
Dismenorea
Tidak nyaman atau hubungan seksual yang menyakitkan
Kanan kiri bawah, terutama kalau ditekan
Defense kanan dan kiri atas ligamen pourpart
Mual dan muntah, ada gejala abdomen akut karena terjadi rangsangan peritoneum
Kadang-kadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rektum dan sigmoid
Pada periksa dalam nyeri kalau portio digoyangkan, nyeri kiri dan kanan yterus, kadang-

kandang ada penebalan dari tuba.


Nyeri saat ovulasi

Diagnosis Kerja
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar
endometrium kavum uteri. Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang
berimplantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter, dan
divertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars
interstisialis tuba, kehamilan pars ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba, dan kehamilan
infundibulum tuba.2
Kehamilan di luar tuba adalah kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan
servikal, dan kehamilan abdominal yang bisa primer atau sekunder.2
Kehamilan intrauterine dapat ditemukan bersamaan dengan kehamilan ekstrauterin. Dalam hal
ini dibedakan dua jenis, yaitu combined ectopic pregnancy di mana kehamilan intrauterin terdapat pada
waktu yang sama dengan kehamilan ekstrauterin dan compound ectopic pregnancy yang merupakan
kehamilan intrauterin pada wanita dengan kehamilan ekstrauterin lebih dahulu dengan janin sudah mati
dan menjadi litopedion.2

Gambar 2. Kehamilan ektopik


Jenis Kehamilan Ektopik
1. Kehamilan Pars Interstisialis Tuba
7

Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstisialis tuba. Keadaan ini
jarang terjadi dan hanya satu persen dari semua kehamilan tuba. Rupture pada keadaan ini terjadi pada
kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan keempat. Perdarahan yang terjadi sangat banyak dan
bila tidak segera dioperasi akan menyebabkan kematian. Tindakan operasi yang dilakukan adalah
laparatomi untuk membersihkan isi kavum abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta
menutup sumber perdarahan dengan melakukan irisan baji (wegde resection) pada kornu uteri dimana
tuba pars interstisialis berada.2,4-6
2. Kehamilan Ektopik Ganda
Sangat jarang kehamilan ektopik berlangsung bersamaan dengan kehamilan intrauterine.
Keadaan ini disebut kehamilan ektopik ganda (combined ectopic pregnancy). Frekuensinya berkisar 1
di antara 15.000 40.000 persalinan. Di Indonesia sudah dilaporkan beberapa kasus. Pada umumnya
diagnosis kehamilan dibuat pada waktu operasi kehamilan ektopik yang terganggu. Pada laparotomi
ditemukan uterus yang membesar sesuai dengan tuanya kehamilan dan 2 korpora lutea.2,4-6
3. Kehamilan Ovarial
Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan atas
dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni; (1) tuba pada sisi kehamilan harus normal; (2) kantong janin
harus berlokasi pada ovarium; (3) kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary
proprium; (4) jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin. Kiteriumkriterium tersebut sebenarnya sukar dipenuhi karena kerusakan jaringan ovarium, pertumbuhan
trofoblas yang luas, dan perdarahan menyebabkan topografi kabur, sehingga pengenalan implantasi
permukaan ovum sukar ditentukan dengan pasti. Diagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin
kecil, dikelilingi oleh jaringan ovarium dengan trofoblas memasuki alat tersebut.2,4-6
Pada kehamilan ovarial biasanya terjadi rupture pada kemahilan muda dengan akibat
perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula mengalami kematian sebelumnya, sehingga tidak
terjadi rupture; ditemukan benjolan dengan berbagai ukuran, yang terdiri atas jaringan ovarium yang
mengandung darah, vili koriales, dan mungkin juga selput mudigah.
4. Kehamilan servikal
Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam kavum servikalis,
8

maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda. Jika kehamilan berlangsung terus,
serviks membesar dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian. Kehamilan servikal jarang
melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh karena perdarahan. Pengeluaran hasil
konsepsi pervaginam dapat menyebabkan banyak perdarahan, sehingga untuk menghentikan
perdarahan diperlukan histerektomi totalis.2
Paalman dan McEllin (1959) membuat kriteria klinik sebagai berikut :
a. Ostium uteri internum tertutup
b. Ostium uteri eksternum terbuka sebagian
c. Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endoservik
d. Perdarahan uterus setelah fase amenore tanpa disertai rasa nyeri
e. Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri, sehingga terbentuk hour-glass
uterus

5. Kehamilan ektopik lanjut


Kehamilan ektopik lanjut pada umumnya terjadi setelah rupture tuba atau abortus tuba dimana
janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang
meluaskan implantasinya ke jaringan sekitar misalnya ligamentum latum, uterus, dasar panggul, usus
dan sebagainya. Dalam keadaan demikian, anatomi sudah kabur. Kehamilan ektopik lanjut biasanya
terjadi sekunder dari kehamilan tuba yang mengalami abortus atau ruptur dan janin dikeluarkan dari
tuba dalam keadaan masih diselubungi oleh kantung ketuban dengan plasenta yang masih utuh yang
akan terus tumbuh terus di tempat implantasinya yang baru. 5 kehamilan ini merupakan komplikasi
obstetric yang mempunyai morbiditas dan mortalitas janin yang tinggi dan sangat membahayakan
ibu.2,4-6
Epidemiologi
Insidensi kehamilan ektopik telah meningkat secara dramatis selama dua dekade terakhir di
Amerika Serikat menjadi > 1:100 kehamilan (dari kira-kira 1:500). Peningkatan ini, paling jelas pada

wanita kulit putih, disebabkan oleh infeksi tuba, endometriosis dan peningkatan kemungkinan
kehamilan ektopik setelah ligasi tuba laparoskopik gagal. 4
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia diperkirakan frekuensinya 1:24. Laporan dari
negara lain berkisar antara 1:38-1:150. Di negara-negara maju berkisar antara 1:250 dan 1:329.
Etiologi
Etiologi dari kehamilan ektopik sudah banyak di sebutkan karena secara patofisiologi mudah
dimengerti sesuai dengan proses awal kehamilan sejak pembuahan sampai nidasi. Apabila nidasi terjadi
diluar kavum uteri atau diluar endometrium, maka terjadilah kehamilan ektopik. Dengan demikian,
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke endometrium menjadi
penyebab kehamilan ektopik ini. Faktor-faktor yang disebutkan adalah sebagai berikut :2
a) Faktor tuba
Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba menyempit atau buntu.
Keadaan uterus yang mengalami hipoplasia dan saluran tuba yang berkelok-kelok panjang dapat
menyebabkan fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik. Juga pada keadaan pascaoperasi
rekanalisasi tuba dapat merupakan presdisposisi terjadi kehamilan ektopik.
Faktor tuba yang lain ialah adanya kelainan endometriosis tuba atau diventrikel saluran tuba
yang bersifat kongenital. Adanya tumor di sekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri atau tumor
ovarium yang menyebabkan perubahan bentuk dan patensi tuba, juga dapat menjadi etiologi
kehamilan ektopik.
b) Faktor abnomalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat
dalam perjalanan pada saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh di saluran tuba.
c) Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang kontralateral, dapat
membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya
kehamilan ektopik lebih besar.
d) Faktor hormonal
Pada askseptor, pil KB yang hanya mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan tuba
melambat. Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
e) Faktor lain
Termasuk disini antara lain adalah pemakai IUD di mana proses peradangan yang dapat timbul
endometrium dan endosalping dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Faktor umur
10

penderita yang sudah menua dan faktor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya
kehamilan ektopik.

Patofisiologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi pada dasarnya sama halnya dengan di kavum uteri. Telur
di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Pada nidasi kolumner, telur berimplantasi pada
ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya terbatas oleh karena kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresorbsi. Sedangkan pada nidasi
interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping dan kemudian membentuk pseudokapsularis,
dimana telur terpisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupa desidua. Pembentukan
desidua tersebut tidak sempurna bahkan terkadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis
menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor seperti tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.2,5,7
Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum graviditatis dan
trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek; endometrium dapat berubah pula menjadi desidua. Pada
sebagian kehamilan ektopik dapat ditemukan perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut
fenomena Arias-Stella, dimana sel epitel membesar dengan inti hipertrofik, hiperkromatik, lobuler dan
berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa, dan kadang ditemukan
mitosis.2,5,7
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan
berkeping-keping atau pun dilepaskan secara utuh. Perdarahan yang dijumpai berasal dari uterus dan
disebabkan oleh pelepasan desidua yang degeneratif. 2
Tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, maka tidak mungkin janin dapat tumbuh
secara utuh seperti dalam uterus. Oleh karena itu nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa
kemungkinan. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan 6-10 minggu.2
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang,
dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa,
hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
11

Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh darah oleh villi korialis pada dinding tuba
di tempat implantasi dapat melepaskan janin dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya
pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, tergantung pada derajat
perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan
dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale. Keadaan ini
lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampularis, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi
koriales ke arah peritoneum biasa terjadi pada kehamilan pars ismika. Perbedaan ini disebabkan
karena lumen pars ampullaris lebih luas, sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil
konsepsi dibandingkan dengan bagian ismus dengan lumen yang sempit.
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tak sempurna, perdarahan akan terus berlangsung dari
sedikit demi sedikit oleh darah hingga berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan yang berlangsung
terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (hematosalping), dan selanjutnya darah akan
mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba, berkumpul di kavum Douglas dan akan membentuk
hematokel retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada isthmus dan biasanya pada kehamilan
muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor
utama yang menyebabkan ruptur adalah penembusan villi korialis ke dalam lapisan muskularis tuba
lalu ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus
dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, yang jika
banyak dapat sampai menimbulkan syok dan kematian. Bila pseusokapsularis ikut pecah, maka
terjadi pula perdarahan dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui
ostium tuba abdominale.
Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba tersumbat, dapat terjadi ruptur sekunder. Dalam hal
ini dinding tuba, yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba.
Terkadang ruptur terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara
2 lapisan ligamentum tersebut. Jika janin tetap hidup, terdapat kehamilan intraligamenter.
Pada ruptur ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil,
perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Jika penderita dapat bertahan tanpa
operasi, nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati
masih kecil dapat diresorbsi seluruhnya, namun bila besar akan berubah menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan plasenta
masih utuh dapat terus tumbuh dalam rongga perut, sehingga akan terjadi kehamilan abdominal
12

sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ke sebagian uterus, ligamentum latum, dasar
panggul dan usus.

Gejala Klinis
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun
dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan, sampai terjadinya abortus tuba
atau ruptur tuba.2,4-7
1. Kehamilan ektopik belum terganggu
Kehamilan ektopik yang belum terganggu atau belum mengalami ruptur sulit untuk diketahui,
karena penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Amenorea atau gangguan haid dilaporkan
oleh 75-95% penderita. Lamanya amenore tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat bervariasi.
Sebagian penderita tidak mengalami amenore karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
Tanda-tanda kehamilan muda seperti nausea dilaporkan oleh 10-25% kasus.2,4-7
Di samping gangguan haid, keluhan yang paling sering disampaikan ialah nyeri di perut bawah
yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadang-kadang teraba tumor
di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Keadaan ini juga masih harus dipastikan dengan
alat bantu diagnostik yang lain seperti ultrasonografi (USG) dan laparoskopi.2,4-7
Mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan berakhir dengan abortus atau ruptur yang
disertai perdarahan dalam rongga perut, maka pada setiap wanita dengan gangguan haid dan setelah
diperiksa dicurigai adanya kehamilan ektopik harus ditangani dengan sungguh-sungguh menggunakan
alat diagnostik yang ada sampai diperoleh kepastian diagnostik kehamilan ektopik karena jika
terlambat diatasi dapat membahayakan jiwa penderita.5
2. Kehamilan ektopik Terganggu
Gejala dan tanda kehamilan tuba tergangu sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak yang
tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas. Gejala dan tanda bergantung
pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat
13

perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.2,4-7


Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis yang mendadak atau akut biasanya tidak
sulit. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu (KET). Pada ruptur tuba,
nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan perdarahan yang
menyebabkan penderita pingsan, tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat serta perdarahan
yang lebih banyak dapat menimbulkan syok, ujung ekstremitas pucat, basah dan dingin. Rasa nyeri
mula-mula terdapat dalam satu sisi, tetapi setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri
menjalar ke bagian tengah atau keseluruh perut bawah dan bila membentuk hematokel retrouterina
menyebabkan defekasi nyeri.2,4-7
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu. Hal
ini menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan desidua. Perdarahan
dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi perdarahan ditemukan dari 5193%. Perdarahan berarti gangguan pembentukan Hcg (human chorionic gonadotropin).2,4-7
Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan, pucat dan pada pemeriksaan ditemukan
tanda-tanda syok serta perdarahan rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan serviks
yang nyeri bila digerakkan dan kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba. Pada abortus tuba
biasanya teraba dengan jelas suatu tumor di samping uterus dalam berbagai ukuran dengan konsistensi
agak lunak. Hematokel retouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum Douglas.2,4-7
Kesulitan

diagnosis

biasanya

terjadi

pada

kehamilan

ektopik terganggu

jenis

atipik atau menahun. Keterlambatan haid tidak jelas, tanda dan gejala kehamilan muda tidak
jelas, demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal
ini dapat

terjadi

apabila

perdarahan

pada

kehamilan

ektopik

yang terganggu berlangsung

lambat. Dalam keadaan yang demikian, alat bantu diagnostik sangat diperlukan untuk memastikan
diagnosis.2,4-7

Penatalaksaan

14

Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Dalam tindakan demikian,
beberapa hal haru diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomic organ pelvis,
kemampuan teknik bedah mikro dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba, atau
dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi atau reanastomosis
tuba. Apabila kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok lebih baik dilakukan
salpingektomia.2
Pada kasus kehamilan ektopik di pars amuplaris tuba yang belum pecah pernah dicoba
ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan. Kriteria kasus
yang diobati dengan cara ini adalah: (1) kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah; (2) diameter
kantong gestasi < 4cm; (3) perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100ml; (4) tanda vital baik dan
stabil. Obat yang digunakan ialah methotrexate 1mg/kg IV dan citrovorum factor 0,1 mg/kg IM
berselang-seling setiap hari selama 8 hari.2
Komplikasi
Tanpa intervensi bedah, kehamilan ektopik yang ruptur dapat menyebabkan perdarahan yang
mengancam nyawa (0,1% mengakibatkan kematian ibu). Infeksi sering terjadi setelah ruptur
kehamilan ektopik yang terabaikan. Sterilitas atau gagal reproduksi lainnya dapat terjadi setelah atau
akibat kehamilan ektopik (pada 30%-50% pasien yang menjalani operasi pengangkatan tuba karena
kehamilan ektopik). Obstruksi dan fistula dapat jadi setelah hematoperitoneum, peritonitis atau
pembentukan litopedion.
Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dan
persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian diantara 826 kasus, Wilson
dkk., (1971) melaporkan 1 kematian diantara 591 kasus. Akan tetapi bila pertolongan terlambat angka
kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120
kasus. Sedangkan Tardjiman dkk., (1973) mendapatkan angka kematian 4 dari 138 kehamilan ektopik.2

15

Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian
perempuan menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan antara 0-14,6%. Untuk perempuan dengan jumlah anak
yang sudah cukup, sebaiknya pada operasi dilakukan salpingektomi bilateralis dan sebelumnya perlu
mendapat persetujuan suami dan isteri.2
Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada
dinding

tuba

dan

peristiwa

ini

disebut

sebagai

Kehamilan

Ektopik

Terganggu.

Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus.
Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang
memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika
pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device),
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan
aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi.
Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial
menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat
mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan
secara tepat dan cepat.
Daftar Pustaka
1. Norwitz RE, Schorge JO. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam : Norwitz RE, Schorge JO.
At a glance obstetri dan ginekologi. Jakarta : Erlangga 2007. hal. 9; 17 20.
2. Wiknojosastro, H. Saifuddin, A.B. Rachimhadhi, T. Kehamilan ektopik dalam ilmu kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007. hal. 250 60.
3. Wiknojosastro, H. Saifuddin, A.B. Rachimhadhi, T. Kehamilan ektopik dalam ilmu kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007. hal. 323 37.
4. Leveno, J.K. Cunningham, F.G. Gant, N.F., et al. Obstetri William panduan ringkas. Jakarta:
EGC; 2009. Hal. 67 75.
16

5. Manuaba, I.B.G. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluargaberencana untuk pendidikan
bidan. Jakarta: EGC; 1998. Hal. 232 5.
6. Mansjoer, A. Triyanti, K. Savitri, R., et al. Kehamilan ektopik dalam kapita selekta kedokteran.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2000. Hal. 267 70.
7. Manuaba, I.B.G. Penuntun kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC; 2004. hal.
255 7.

17

Anda mungkin juga menyukai