BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sectio Caesaria
a. Pengertian Sectio Caesaria (SC)
Sectio caesaria (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan
bayi per abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan
dinding uterus interior, biasanya yang sering dilakukan insisi segmen
bawah tranversal (Farrer, 2001).
SC adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histeretomi). Indikasi SC
antara lain : disproporsi janin-panggul, gawat janin, plasenta previa,
riwayat SC, kelainan letak, partus tak maju, kehamilan dengan resiko
tinggi, pre-eklampsia dan hipertensi (Cunningham, 2006).
13
14
primer
sebagai
akibat
kegagalan
mencapai
d.
15
Comitte
of
The
International
Assocation
16
posisi yang nyaman selama menyusui akibat adanya nyeri. Rasa nyeri
akan menyebabkan pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada
bayinya, karena rasa tidak nyaman selama proses menyusui
berlangsung atau peningkatan intensitas nyeri setelah operasi
(Batubara dkk, 2008).
Pemberian ASI yang tertunda dan kurangnya perawatan bayi
yang dilakukan oleh ibu menjadi dampak terhadap bayi. Menurut
Indiarti (2009), tertundanya pemberian ASI sejak awal menyebabkan
pemberian nutrisi untuk bayi berkurang, sehingga bisa menyebabkan
gangguan respiratorik dan turunnya daya tahan tubuh bayi. ASI
sebagai makanan terbaik bagi bayi dan mempunyai banyak manfaat
bagi bayi maupun ibu tidak didapat secara optimal karena respon ibu
dalam memberikan ASI kurang.
2. Nyeri
a. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi perasaan yang tidak nyaman
disebabkan oleh stimulus tertentu. Stimulus nyeri dapat berupa
stimulus yang bersifat fisik, maupun mental. Nyeri bersifat subjektif,
sehingga respon setiap orang tidak sama saat merasakan nyeri. Nyeri
tidak dapat diukur secara objektif, misalnya dengan menggunakan
pemeriksaan darah. Orang yang merasakan nyeri yang dapat
mengukur tingkatan nyeri yang dialaminya (Potter & Perry, 2006).
17
merupakan
sensasi
tidak
menyenangkan
yang
Nyeri
dapat
mengganggu
hubungan
personal
dan
18
b. Fisiologi Nyeri
Menurut Potter & Perry (2006), munculnya nyeri berkaitan
dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang
dimaksud adalah nociceptor. nociceptor merupakan ujung- ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit
dan mukosa, khususnya visera, persendian, dinding arteri, hati, dan
kantong empedu.
Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya
stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi,
termal, listrik atau mekanis. Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh
reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke
sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut, yaitu serabut A
(delta) yang bermielin rapat dan serabut lamban (serabut C).
Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A
mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C, serabutserabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta
sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri dari beberapa lapisan
atau lamina yang saling berikatan. Di antara lapisan dua dan tiga
membentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama
impuls.
Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang
belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens
yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur
19
c. Respon Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisiologis dan
perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri :
1) Respon fisiologis
Respon fisiologis dihasilkan oleh stimulasi pada cabang
saraf simpatis dan sistem saraf otonom. Hal ini terjadi karena pada
saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke batang otak
dan talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai
bagian dari respon stress. Apabila nyeri berlangsung terus-menerus,
berat atau dalam, dan secara tipikal melibatkan organ-organ viseral
20
21
d. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri
akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara
mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi enam bulan, serta
ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis
merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan. Contoh dari nyeri
kronis adalah nyeri pada penyakit terminal, dan nyeri psikosomatis
(Alimul, 2008).
22
23
meningkatkan
persepsi
nyeri.
Rasa
keletihan
24
25
intervensi
teraupetik.
NRS
mudah
digunakan
dan
didokumentasikan.
tertahankan.
Pada
penggunaannya,
perawat
akan
26
ujungnya.
Skala
ini
memberi
kebebasan
klien
untuk
6.
Nilai
mengindikasikan
tidak
nyeri,
27
3. Penatalaksanaan Nyeri
Menurut Potter & Perry (2006), pentalaksanaan nyeri dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Penatalaksanaan Nyeri Secara Farmakologis
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis efektif untuk nyeri sedang
dan berat. Penanganan yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri
biasanya menggunakan obat analgesik yang terbagi menjadi dua
golongan yaitu analgesik non narkotik dan analgesik narkotik.
Penalaksanaan nyeri dengan farmakologis yaitu dengan menggunakan
obat-obat
analgesik
narkotik
baik
secara
intravena
maupun
28
(Bobak,
2004).
Metode
non-farmakologis
bukan
29
merupakan
teknik
pengendoran
atau pelepasan
30
relaksasi
autogenik
membantu
individu
untuk
dapat
31
32
melalui
autosugesti
untuk
rileks
sehingga
dapat
33
perubahan
yang
terjadi
selama
maupun
setelah
relaksasi
(2006)
menyatakan
latihan-latihan
untuk
34
35
36
37
B. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini disusun dari berbagai sumber,
yaitu Potter & Perry (2006), Potter & Perry, (2005), Kanji et al (2006),
Hamilton (2001), Fareer (2001), Batubara (2008), Cunningham (2006),
Walley (2008), Varvogli (2011), Widyastuti (2004) dan Indiarti (2009).
Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
38
Tindakan
operasi
sectio
caesarea
Komplikasi
Sectio caesarea:
1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Sepsis
4. Cidera
5. Bengkak pada
ekstremitas
bawah
6. Gangguan
laktasi
7. Nyeri
1.
2.
3.
4.
1.
2.
Teknik
relaksasi
autogenik
Autosugesti
7. Nyeri
Penurunan
RR, denyut
jantung,
tekanan
darah
Hasil dari teknik relaksasi
Autogenik
39
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian disusun sebagai kerangka kerja dalam
melakukan penelitian. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Teknik Relaksasi
Autogenik
1.
2.
3.
4.
5.
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Paritas
Riwayat sectio caesaria
6. Kebudayaan
7. Pengalaman sebelumnya
8. Makna nyeri
9. Perhatian
10. Gaya koping
40
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep tersebut, maka
peneliti menggunakan rumusan hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian yaitu :
ada pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap skala nyeri pada ibu post
operasi sectio caesaria (SC) di RSUD Banyumas.